LH Rendi Ruby
LH Rendi Ruby
A. Definisi
C. Manifestasi klinik
Menurut Smeltzer dan Bare, (2012) Stroke menyebabkan
berbagai deficit neurologik, gejala muncul akibat daerah otak tertentu
tidak berfungsi akibat terganggunya aliran darah ke tempat tersebut,
bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat),
ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah
kolateral (sekunder atau aksesori). Gejala tersebut antara lain :
a. Umumnya terjadi mendadak, ada nyeri kepala
b. Parasthesia, paresis, Plegia sebagian badan
c. Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan
kehilangan control volunter terhadap gerakan motorik. Di awal
tahapan stroke, gambaran klinis yang muncul biasanya adalah
paralysis dan hilang atau menurunnya refleks tendon dalam.
d. Dysphagia
e. Kehilangan komunikasi
f. Gangguan persepsi
g. Perubahan kemampuan kognitif dan efek psikologis
h. Disfungsi Kandung Kemih
D. Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu
di otak. Luasnya infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi
dan besarnya pembuluh daralidan adekdatnya sirkulasi kolateral
terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat.
Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada
gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular)
atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan pant dan
jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pad-a
otak. Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah
dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah mengalami
pelambatan atau terjadi turbulensi (Muttaqin, 2008).
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa
sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus mengakihatkan iskemia
jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan
dan edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini
menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien
mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena trombosis biasanya tidak
fatal„ jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah
serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika
sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat .
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur
(Muttaqin, 2008).
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat
luas akan lebih sering menyebabkan kematian di bandingkan
keseluruhan penyakit serebro vaskulai; karena perdarahan yang luas
terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan
yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri
atau lewat foramen magnum (Muttaqin, 2008).
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer
otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan
ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada
sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus, dan
pons (Muttaqin, 2008).
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia
serebral: Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat
reversibel untuk waktu 4-6 menit. Perubahan ireversibel jika anoksia
lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung (Muttaqin,
2008).
E. Pathway
F. Komplikasi
G. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) penatalaksanaan stroke
dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Phase Akut :
1) Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan,
oksigenisasi dan sirkulasi.
2) Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop.
Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik /
emobolik.
3) Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-
30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,
pemberian dexamethason.
4) Mengurangi edema cerebral dengan diuretik
5) Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup
dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan
vena serebral berkurang
b. Post phase akut
1. Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik
2. Program fisiotherapi
3. Penanganan masalah psikososial
H. Pemeriksaan penunjang
Menurut Muttaqin, (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan ialah sebagai berikut :
a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara
spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan
untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau
malformasi vaskular.
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada
carran lumbal menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid
atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein
menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor
merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
c. CT scan.
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak
edema, posisi henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau
iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di
ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
d. MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan
gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas
terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari
hemoragik.
e. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena
(masalah sistem karotis).
f. EEG
Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang
timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga
menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
j. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, yaitu :
1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d O2 otak menurun
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrient
3. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot.
4. Risiko kerusakan integritas kulit b.d factor risiko : lembap
5. Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular,
kerusakan sentral bicara
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
Perfusi jaringan Tujuan (NOC) : Intervensi (NIC)
cerebral tidak Gangguan perfusi jaringan 1. Peningkatan tekanan darah
efektif b.d O2 dapat tercapai secara optimal 1. Pantau TTV tiap jam dan sistemik yang diikuti dengan
otak menurun catat hasilnya penurunan tekanan
Kriteria hasil : darah diastolik merupakan
Mampu mempertahankan tanda peningkatan TIK. Napas
tingkat kesadaran tidak teratur menunjukkan
Fungsi sensori dan motorik adanya peningkatan TIK
1 membaik 2. Kaji respon motorik 2. Mampu mengetahui tingkat
terhadap perintah respon motorik pasien
sederhana 3. Mencegah/menurunkan
3. Pantau status neurologis atelektasis
secara teratur 4. Menurunkan statis vena
4. Dorong latihan kaki aktif/ 5. Menurunkan resiko terjadinya
pasif komplikasi
5. Kolaborasi pemberian obat
sesuai indikasi
2 Ketidakseimbanga Tujuan (NOC) : Intevensi (NIC) :
n nutrisi: 1. Status gizi 1. Pengelolaan gangguan
kurang dari 2. Asupan makanan makanan
kebutuhan 3. Cairan dan zat gizi 2. Pengelulaan nutrisi
tubuh b.d Kritria evaluasi: 3. Bantuan menaikkan BB
ketidakmampu 1. Menjelaskan komponen Aktivitas keperawatan :
an untuk kedekatan diet 1. Tentukan motivasi klien 1. Motivasi klien mempengaruhi
2. Nilai laboratorium untuk mengubah kebiasaan
mengabsorpsi dalam perubahan nutrisi
(mis,trnsferin,albumin,dan makan
nutrien eletrolit) 2. Ketahui makanan kesukaan
3. Melaporkan keadekuatan klien 2. Makanan kesukaan klien untuk
tingkat giji 3. Rujuk kedokter untuk mempermudah pemberian
4. Nilai laboratorium menentukan penyebab nutrisi
(mis:trasferin,albomen dan perubahan nutrisi 3. Merujuk kedokter untuk
eletrolit mengetahui perubahan klien
5. Toleransi terhadap gizi serta untuk proses
yang dianjurkan. penyembuhan
4. Bantu makan sesuai 4. Membantu makan untuk
dengan kebutuhan klien mengetahui perubahan
nutrisi serta untuk pengkajian
5. Ciptakan lingkungan yang 5. Menciptakan lingkungan untuk
menyenangkan untuk kenyamanan istirahat klien
makan serta utk ketenangan dalam
ruangan/kamar.
4 Risiko kerusakan Tujuan (NOC) : 1) Anjurkan pasien untuk 1. Kulit bisa lembap dan
integritas kulit b.d Tissue Integrity : Skin and menggunakan pakaian mungkin merasa tidak dapat
factor risiko : Mucous Membranes yang longgar beristirahat atau perlu untuk
lembap Kriteria Hasil : bergerak
Integritas kulit yang baik 2) Hindari kerutan pada 2. Menurunkan terjadinya risiko
bisa dipertahankan tempat tidur infeksi pada bagian kulit
(sensasi, elastisitas, 3) Jaga kebersihan kulit 3. Cara pertama untuk
temperatur, hidrasi, agar tetap bersih dan mencegah terjadinya infeksi
kering 4. Mencegah terjadinya
pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi pada 4) Mobilisasi pasien (ubah komplikasi selanjutnya
posisi pasien) setiap 5. Mengetahui perkembangan
kulit
dua jam sekali terhadap terjadinya infeksi
Menunjukkan
5) Monitor kulit akan kulit
pemahaman dalam
adanya kemerahan 6. Menurunkan pemajanan
proses perbaikan kulit
6) Oleskan lotion atau terhadap kuman infeksi pada
dan mencegah
terjadinya sedera kulit
berulang minyak/baby oil pada 7. Menurunkan risiko terjadinya
Mampu melindungi kulit derah yang tertekan infeksi
dan mempertahankan 7) Kolaborasi pemberian
kelembaban kulit dan antibiotic sesuai indikasi
perawatan alami
5 Gangguan Intervensi (NIC) :
komunikasi Tujuan (NOC): 1. Lakukan komunikasi 1. Mencek komunikasi klien
verbal b.d. Komunikasi dapat berjalan dengan wajar, bahasa apakah benar-benar tidak
kerusakan dengan baik jelas, sederhana dan bisa melakukan komunikasi
neuromuscular Kriteria hasil : bila perlu diulang 2. Mengetahui bagaimana
a. Klien dapat 2. Dengarkan dengan kemampuan komunikasi klien
, kerusakan
mengekspresikan perasaan tekun jika pasien mulai tsb
sentral bicara
b. Memahami maksud dan 3. Mengetahui derajat /tingkatan
berbicara
pembicaraan orang lain kemampuan berkomunikasi
c. Pembicaraan pasien dapat
3. Berdiri di dalam lapang klien
dipahami 4. Menurunkan terjadinya
pandang pasien pada
saat bicara komplikasi lanjutan
4. Latih otot bicara secara 5. Keluarga mengetahui &
optimal mampu mendemonstrasikan
5. Libatkan keluarga dalam cara melatih komunikasi
melatih komunikasi verbalpd klien tanpa bantuan
verbal pada pasien perawat
6. Kolaborasi dengan ahli 6. Mengetahui perkembangan
terapi wicara komunikasi verbal klien
DAFTAR PUSTAKA