MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Kel. 10
MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Kel. 10
KELOMPOK (10):
PBA II KELAS A
PERIODE 2018/2019
KATA PENGATAR
Dengan menyebut nama Allah swt. Yang maha pengasih dan maha penyayang. Segala
puji selalu kami panjatkan kepada-Nya, yang telah melimpahkan berbagai rahmat dan
nikmat-Nya yang tidak terhitung kepada kami. Sehingga dengan nikmat tersebut kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam yang berjudul
Memahami Pemikiran Al-Gazali, Ibnu Khaldun, Dan Moh. Abduh Tentang Pendidikan Islam.
Namun demikian, pastinya makalah yang kami buat ini, masih jauh dari kata
sempurna, baik dalam segi penulisan, susunan kalimat maupun referensi yang kami gunakan,
dan lain sebagainya. Dengan demikian kami harap bapak dapat memakluminya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam catatan sejarah, eksistensi pendidikan Islam telah ada sejak Islam
pertama kali diturunkan. Ketika Rasulullah SAW mendapat perintah dari Allah untuk
menyebarkan ajaran Islam, maka apa yang dilakukan adalah masuk dalam kategori
pendidikan. Karena kepribadian Rasulullah SAW mencerminkan wujud ideal Islam,
seorang guru dan pendidik.
Kemudian sejak masa sahabat, tabi’in dan generasi selanjutnya pada masa
pendahulu, masa keemasan Islam dan masa pembaharuan banyak bermunculan
berbagai pemikiran pendidikan Islam, hal ini salah satunya ditandai dengan
banyaknya ulama-ulama Islam yang menulis tentang buku pendidikan dan pengajaran
secara mendalam. Pemikiran pendidikan Islam adalah serangkaian proses kerja akal
dan kalbu secara bersungguh-sungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada
dalam pendidikan Islam.
Pada masa sekarang, masa dimana globalisasai tidak bisa dihindari, akan tetapi
adanya perkembangan zaman itulah yang harus diterima dengan cara memfilter apa
yang seharusnya dipilih untuk maslahah bersama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan islam?
2. Jelaskan biografi Al-Gazali serta pemikiran-Nya mengenai pendidikan islam?
3. Jelaskan biografi Ibnu Khaldun serta pemikiran-Nya mengenai pendidikan islam?
4. Jelaskan biografi Moh. Abduh serta pemikiran-Nya mengenai pendidikan islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan islam.
2. Untuk mengetahui biografi Al-Gazali serta memahami pemikiran-Nya tentang
pendidikan islam.
3. Untuk mengetahui mengetahui biografi Ibnu Khaldun serta memahami pemikiran-
Nya tentang pendidikan islam.
4. Untuk mengetahui biografi Moh. Abduh serta memahami pemikiran-Nya tentang
pendidikan islam
1
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi definisi pendidikan Islam adalah, pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempat- tempat yang
tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah
pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan
kepribadian. Jadi pendidikan ini hanyalah untuk manusia saja.
2
ayah Imam Ghazali menyerahkan hartanya kepada ar-Rozakani untuk biaya hidup
dan belajar Imam Ghazali.[1]Ia wafat di Tusia, sebuah kota tempat kelahirannya
pada tahun 505 H (1111 M) dalam usianya yang ke 55 tahun.
Pada masa kecilnya ia mempelajari ilmu fiqh di negerinya sendiri pada Syekh
Ahmad bin Muhammad Ar-Rozakani (teman ayahnya yang merupakan orang tua
asuh al-Ghazali), kemudian ia belajar pada Imam Abi Nasar Al-Ismaili di negeri
Jurjan. Setelah mempelajri beberapa ilmu di negerinya, maka ia berangkat ke
Naishabur dan belajar pada Imam Al-Haromain. Di sinilah ia mulai
menampakkantanda-tanda ketajaman otaknya yang luar biasa dan dapat
menguasai beberapa ilmu pengetahuan pokok pada masa itu seperti ilmu matiq
(logika), falsafah dan fiqh madzhab Syafi’i. Karena kecerdasannya itulah Imam
Al-Haromain mengatakan bahwa al-Ghazali itu adalah ”lautan tak bertepi...”.
3
meninggalnya ketiga orang ini sangat mengguncangkan kestabilan pemerintahan
bergelar Mustadhhir Billah (dilantik tahun 487 H/1094 M). Pemerintahan menjadi
sangat lemah untuk menangani kemelut yang terjadi di mana-mana terutama
dalam menghadapi teror aliran Bathiniyah yang menjadi penggerak dalam
pembunuhan secara gelap terhadap Perdana Menteri Nidham Al-Muluk.
4
rukun Islam, yakni melaksanakan ibadah haji, kemudian ia menziarahi
kuburan Nabi Ibrahim.
f) Selanjutnya ia kembali ke Naisabur, di sana ia mendirikan Madrasah Fiqh,
madrasah ini khusus untuk mempelajari ilmu hukum, dan membangun
asrama (khanqah) untuk melatih Mahasiswa-mahasiswa dalam paham sufi
di tempat kelahirannya.
5
Gurunya yang utama adalah ayahnya sendiri. Disamping menghafal Al-Qur’an,
Ibnu Khaldun juga mempelajari fisika dan matematika dari ulama-ulama besar
pada masanya.
6
Adapun tujuan pendidikan berdasarkan Muqaddimah Ibnu Khaldun
ada 6, diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Menyiapkan seseorang dari segi keagamaan, yaitu dengan mengajarkan
syair-syair agama menurut al-Qur’an dan Hadits Nabi.
2. Menyiapkan seseorang dari segi akhlak.
3. Menyiapkan seseorang dari segi kemasyarakatan atau sosial.
4. Menyiapkan seseorang dari segi pekerjaan.
5. Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran, sebab dengan pemikiran
seseorang dapat memegang berbagai pekerjaan atau keterampilan.
6. Menyiapkan seseorang dari segi kesenian, termasuk music, syair, khat,
seni bina, dan lain-lain.
b. Pandangan Ibnu Khaldun mengenai Kurikulum dan Materi Pendidikan
Dalam pembahasannya mengenai kurukulum Ibnu Khaldun mencoba
mebandingkan kurikulum-kurikulum yang berlaku pada masanya, yaitu
kurikulum pada tingkat rendah yang terjadi di Negara-negara Islam bagian
Barat dan Timur. Ia mengatakan bahwa system pendidikan dan pengajaran
yang berlaku di Maghrib adalah bahwa orang-orang Maghrib membatasi
pendidikan dan pengajaran mereka pada mempelajari al-Qur’an dan
kandungannya. Sedangkan orang-orang Andalusia, mereka menjadikan al-
Qur’an sebagai dasar dalam pengajarannya, mereka tidak membatasi
pengajaran anak-anak pada mempelajari al-Qur’an saja, tetapi dimasukkan
juga pelajaran-pelajaran lain seperti syair, karang-megarang, khat, kaidah-
kaidah bahasa Arab, dan hafalan-hafalan lain. Sedangkan metode yang dipakai
orang Timur menurut Ibnu Khaldun, sejauh yang ia ketahui adalah bahwa
orang-orang Timur memiliki jenis kurikulum campuranantara pengajaran al-
Qur’an dan kaidah-kaidah dasar ilmu pengetahuan.
Adapun pandangannya mengenai materi pendidikan, Ibnu Khaldun
telah mengklasifikasikanilmu pengetahuan yang banyak dipelajari manusia
pada waktu itu menjadi dua macam, yaitu:
1. Ilmu-ilmu tradisional (Naqliyah)
Ilmu naqliyah adalah yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits. Ilmu-
ilmu naqliyah antara lain: olmu tafsir, ilmu qiraat, ilmu hadits, ilmu ushul
fiqh, ilmu fiqh, ilmu kalam, ilmu bahasa Arab, ilmu tasawuf, dan ilmu
ta’bir mimpi.
7
2. Ilmu-ilmu filsafat atau rasional (Aqliyah)
Ilmu ini bersifat alami bagi manusia karena diperoleh melaui
kemampuan berfikirnya. Menurut Ibnu Khaldun ilmu-ilmu filsafat
(aqliyah) ini dibagi menjadi empat macam ilmu yaitu: ilmu logika, ilmu
fisika, ilmu metafisika, dan ilmu matematika.
Dalam usia 20 tahun, ia menikah dengan modal niat mau menggarap ladang
pertanian seperti ayahnya. Tetapi empat puluh hari setelah pernikahannya, ia
dipaksa orang tuanya untuk kembali lagi ke Thanta. Dalam perjalanannya ke
Thanta itu ia singgah ke desa Kanisah Urin, tempat tiinggal kaum kerabat dari
pihak ayahnya.salah satu diantara mereka adalah Syaikh Darwisy Khadr, seorang
alim yang banyak mengadakan perjalanan ke luar Mesir, belajar berbagai ilmu
agama Islam. Ia juga mempunyai perhatian besar pada bidang tafsir dan hafal
beberapa kitab penting, seperti kitab al-Muwatha’ dan kitab-kitab hadis lainnya.
Syaikh Darwisy Khadr berhasil memotivasi Muhammad Abduh kembali membaca
buku. Atas bantuan pamannya itu, akhirnya beliau mengerti apa yang dibacanya
itu. Sejak saat itulah minat bacanya mulai tumbuh dan ia berusaha membaca
buku-buku secara mandiri. Istilah-istilah yang tidak dipahaminya ditanyakan
kepada Darwisy Khadr. (Nawawi, 2002: 23).
8
Pada tahun 1866, Muhammad Abduh pergi ke Al-Azhar. Tetapi keadaan di
Al-Azhar ketika Muhammad Abduh menjadi mahasiswa di sana, masih dalam
kondisi terbelakang dan jumud. Bahkan menurut Ahmad Amin, Al-Azhar
menganggap segala yang berlawanan dengan kebiasaan sebagai kekafiran.
Membaca buku-buku geografi, ilmu alam atau falsafah adalah haram. Memakai
sepatu adalah bid’ah. (Amin, 1960: 23-24).
9
Urwat al-Wusqa. Pada tahun 1885 M, ia pergi ke Beirut dan ia mengajar di sana.
Akhirnya, atas bantuan temannya di antaranya seorang Inggris, pada tahun 1888
M, ia kemudian di izinkan pulang ke Kairo. Di sini, ia kemudian diangkat sebagai
hakim. Pada tahun 1894 M, ia menjadi anggota Majlis Al-A’la Al-Azhar dan telah
banyak memberikan kontribusi bagi pembaharuan di Mesir (Al-Azhar) dan dunia
Islam pada umumnya. Kemudian pada tahun 1899 M, ia diangkat sebagai Mufti
Mesir dan jabatan ini diemban sampai ia meninggal pada tahun 1905 M dan usia
kurang lebih 56 tahun. (Ramayulis & Nizar, 2006: 292).
Menurut al-Bahiy (1986: 64), pemikiran Abduh meliputi; segi politik dan
kebangsaan, sosial kemasyarakatan, pendidikan, serta aqidah dan keyakinan.
Walaupun pemikirannya mencakup berbagai segi, namun bila diteliti dalam
menggagas ide-ide pembaharuannya, Abduh lebih menitik beratkan (concern)
pada bidang pendidikan. Diantara pemikiran tentang pendidikan dapat dilihat pada
penjelasan data historis berikut:
a. Sistem dan Struktur Lembaga Pendidikan
Dalam pandangan Abduh, ia melihat bahwa semenjak masa
kemunduran Islam, system pendidikan yang berlaku di seluruh dunia Islam
lebih bercorak dualisme. Bila diteliti secara seksama, corak pendidikan yang
demikian lebih banyak dampak negatif dalam dunia pendidikan. Sistem
10
madrasah lama akan menghasilkan lmu pengetahuan agama, sedangkan
sekolah pemerintah mengeluarkan tenaga ahli yang tidak memiliki visi dan
wawasan keagamaan.
11
bahwa ajaran agama (Islam) merupakan dasar pembentukan jiwa dan
pribadi muslim. Dengan memiliki jiwa kepribadian muslim, rakyat
mesir akan memiliki jiwa kebersamaan dan nasionalisme untuk dapat
mengembangkan sikap hidup yang lebih baik, sekaligus dapat meraih
kemajuan. (Abdul Sani, 1998: 53).
3) Kurikulum Sekolah Menengah dan Sekolah Kejuruan
Ia mendirkan sekolah menengah pemerintah untuk
menghasilkan tenaga ahli dalam berbagai lapangan administrasi,
militer, kesehatan, perindustrian dan sebagainya. Melalui lembaga
pendidikan ini, Muhammad Abduh merasa perlu untuk memasukkan
beberapa materi, khususnya pendidikan agama, sejarah Islam, dan
kebudayaan Islam.
Di madrasah-madrasah yang berada di bawah naungan al-
Azhar, Abduh mengajarkan Ilmu Manthiq, Falsafah dan Tauhid,
sedangkan selama ini al-Azhar memandang Ilmu Manthiq dan
Falsafah itu sebagai barang haram. Di rumahnya Abduh mengajarkan
pula kitab Tahzib al-Akhlaq oleh Ibn Maskawayh, dan kitab sejarah
peradaban Eropa susunan orang Prancis yang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab dengan judul al-Tuhfat alAdabiyah fi Tarikh
Tamaddun al-Mamalik al-Awribiyah.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pendidikan Islam adalah, pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-
angsur ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempat- tempat yang tepat dari
segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah
pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan
kepribadian. Jadi pendidikan ini hanyalah untuk manusia saja.
13
DAFTAR PUSTAKA
Junaedi, Mahfud. 2017. Paradigma baru filsafat pendidikan islam. Kencana: PT. Kharisma
Putra Utama
Jalaluddin & Usman Said. 1994. Filsafat: Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangan
Pemikirannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ramayulis & Samsul Nizar. 2006. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Mukti Ali, 1970, Ibnu Khaldun dan Asal-usul Sosiologinya, Yogyakarta: Yayasan Nida
Thoha, Nashruddin. 1979, Tokoh-tokoh Pendidikan Islam di Jaman Jaya, Jakarta: Mutiara,
Baali, Fuad dan Wardi, Ali. 1989, Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam, Jakarta : Pustaka
Firdaus,
Ahmad, Zainal Abidin. 1979, Ilmu Politik Islam, Jilid V, Jakarta: Bulan Bintang,
Sulaiman, Fathiya Hasan 1987, Pandangan Ibnu Khaldun tentang Ilmu dan Pendidikan,
Bandung: Diponegoro.
At-Toumy, 1989, dalam Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa
Psikologi dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka Al-Husna,
14