Anda di halaman 1dari 3

Kementerian Perhubungan telah menetapkan besaran tarif ojek online yang berlaku

efektif pada 1 Mei 2019 lalu. Lahirnya aturan tersebut menimbulkan aksi perang tarif ojek
online, dengan memberikan harga promo yang kemudian besaran menjadi tidak masuk akal atau
sangat murah. Mantan Ketua Komisi Pengawas Pesaing Usaha (KPPU) Periode 2015-2018,
Syarkawi Rauf, mengatakan apabila secara terus menerus dibiarkan maka akan mengancam
keberlangsungan kompetitor ojek online. Sebab, adanya perang tarif ini bertujuan mematikan
usaha pesaing dan menciptakan iklim persaingan tidak sehat.1

Pengamat Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Muslich Zainal


Asikin menilai perang tarif promo yang jor-joran dan tarif diskon yang agresif dari aplikator ojek
online perlu dihentikan karena mengarah ke monopoli. Kementerian Perhubungan (Kemenhub)
sebagai regulator perlu menyempurkan aturan yang jelas dan tegas untuk menghentikan perang
harga itu. “Harus ada koordinasi Kemenhub, Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan
KPPU, untuk menetapkan mekanisme sanksi terhadap upaya-upaya predatory pricing yang
mengarah ke monopoli dan mengancam keberlangsungan industri transportasi online,” ucap
Muslich Zainal di Jakarta, Selasa (21/5).2

Pengamat bisnis yang juga mantan ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) M.
Syarkawi Rauf juga menilai salah satu permasalahan yang potensial dan tak banyak disadari
sektor angkutan umum berbasis aplikasi online atau ojek online adalah mengenai harga atau tarif
murah tidak wajar yang kerap dibalut dengan dalih harga promo. Syarkawi, bahkan mengaku
memperhatikan dua aplikator, yakni Gojek dan Grab, yang menjadi dua pemain besar dalam
industri tersebut saat ini. Dia menilai, kedua aplikator itu juga kerap bersaing dalam hal promosi
tarif, tanpa kejelasan batas waktu berlakunya masa promo tersebut. “Bagaimana kita lihat dua
perusahan ini bersaing dan menyangkut permodalan, kapan berakhirnya harga predator? Yakni,
kalau modalnya habis, maka perlahan-lahan harga tarifnya akan naik. Dan, kita sulit menebak
kapan proses ini akan berakhir,” kata Syarkawi.3

Pada April 2016, Go-Jek memberikan tarif Rp1.500/kilometer pada jam normal dengan
pembayaran minimum Rp12 ribu. Desember 2016, mereka memberikan diskon 50 persen khusus

1
https://www.merdeka.com/uang/ini-denda-untuk-operator-ojek-online-yang-terbukti-lakukan-perang-tarif.html
2
https://indonesiainside.id/mti-perang-tarif-promo-ojek-online-perlu-dihentikan/
3
Ibid
pengguna Go-Pay. Selama empat tahun, Go-Jek terus memberikan tarif promo kepada
konsumen. Begitupun GrabBike. Perusahaan yang berkantor pusat di Singapura ini, sejak
merambah ke Jakarta, sudah memberikan harga promo. Pada Desember 2016, misalnya,
GrabBike memberikan diskon 50 persen khusus hari Sabtu dan Minggu. Pada Januari 2017, ia
memberikan diskon 70 persen di hari Senin-Jumat antara pukul 09.00-16.00 sebanyak 10 kali
perjalanan. Dua perusahaan rintisan penyedia jasa transportasi berbasis aplikasi ini memang
bermodal besar sehingga dengan mudah memberikan tarif promo.4

Akhir tahun 2015 adalah masa menjamurnya bisnis rintisan transportasi berbasis aplikasi
di ibukota dan daerah sekitarnya. Sejumlah perusahaan ojek online yang berdiri pada saat itu di
antaranya Blu-Jek, Ojek Syari, LadyJek, Topjek, Ojek Kampung, Ojek Argo, Pro-Jek dan
sebagainya. Munculnya banyak perusahaan ojek online ini dipicu oleh kesuksesan Gojek yang
mulai terlihat sejak 2014. Go-Jek mengeluarkan promosi Rp10.000 ke mana saja dan diskon
hingga 50 persen bagi pengguna Go-Pay. Grab memberikan kupon gratis perjalanan dan diskon.
Sementara Uber memberikan tarif termurah Rp1.000/kilometer. Perang harga dan promosi
gencar itu membuat ojek-ojek online bermodal kecil langsung belingsatan. Pesanan mereka
mendadak anjlok, pengemudi mereka memilih pindah. Ibarat pelanduk yang berdiri di tengah
dua gajah yang bertarung, mereka akhirnya kolaps. Mulai awal 2016 satu per satu ojek-ojek
online bermodal cekak ini tumbang. Beberapa dari ojek online secara terang-terangan
mendeklarasikan kebangkrutannya, tetapi ada juga yang memilih mati enggan hidup pun susah.5

LadyJek, ojek berbasis daring, berdiri pada Oktober 2015 dengan slogan "ojek wanita
untuk wanita." Semula mereka optimistis dengan pendekatan segmentasi pasar yang khusus
macam itu. Tetapi, baru beroperasi enam bulan pertama, pihak manajemen harus rela
membekukan LadyJek. Pembekuan itu, meski dengan klaim kucuran modal awal Rp5 miliar,
didorong lantaran mereka tak sanggup lagi memberikan potongan harga setiap hari tanpa batas
waktu kepada konsumennya.

4
Baca selengkapnya di Tirto.id dengan judul "Tak Kuat Jorjoran Melepas Tarif Promo", https://tirto.id/tak-kuat-
jorjoran-melepas-tarif-promo-clKN.
5
Baca selengkapnya di Tirto.id dengan judul "Matinya Ojek Online Bermodal Cekak", https://tirto.id/matinya-ojek-
online-bermodal-cekak-clKL.

Anda mungkin juga menyukai