Infeksi puerperalis atau infeksi nifas adalah semua peradangan yang di sebabkan oleh
masuknya kuman – kuman kedalam alat genitalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarono
Prawiroharjo, 2005 : 689)
Jadi yang di maksud infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri yang terjadi pada
traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan, di tandai dengan kenaikan suhu hingga 38 C
atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24
jam pertama.
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya kembali
alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu
Streptococcus haemolytieus aerobicus merupakan sebab infeksi yang paling berat, khusus nya
golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen (dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril)
Staphylococcus aerus masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak di temukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit
Eschercia coli sering berasal dari kandung kemih atau rektum dan bisa menyebabkan infeksi
terbatas pada perinium, vulva dan endometrium
Clostridium welchii, bersifat anaerob. Jarang di temukan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih
sering terjadi pada abortus kriminalis
Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti perdarahan, anemia,
nutrisi buruk, status sosial ekonomi rendah dan imunosupresi
Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama
Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir
Tertinggalnya selaput plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
Proses persalinan bermasalah; partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik,
kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut
keinfeksi dalam masa nifas
2.4. Patofisiologi
Setelah kala III daerah bekas insertio plasenta merupakan daerah bekas luka berdiameter
kira-kira 4cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol, karena banyaknya vena yang di tutupi
trombus dan merupakan area yang baik untuk perkembangbiakan kuman-kuman dan
masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan
pada persalinan, begitu juga vulva, vagina, perinium merupakan tempat masuknya kuman
patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di luar
luka asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau
operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain
adalah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang di masukkan kedalam jalan lahir tidak
sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
b. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi yang berasal dari hidung
atau tenggorokan dokter atau petugas yang lainnya yang berada di ruangan tersebut. Oleh
karena itu, hidung dan mulut petugas yang bertugas harus di tutupi dengan masker dan
penderita infeksi saluran nafas di larang memasuki kamar bersalin.
c. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita dengan
berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa di bawah melalui aliran udara kemana-mana,
antara lain ke handuk, kain-kain yang tidak steril dan alat-alat yang di gunakan untuk
merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
d. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali jika menyebabkan
pecahnya ketuban.
Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain
2.6. Klasifikasi
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
a. Infeksi perinium vulva dan serviks
Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria, dengan atau tanpa distensi urine
Jahitan luka mudah lepas, merah dan bengkak
Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat, suhu sekitar 38 C, dan nadi
kurang dari 100x/menit
Bisa luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak bisa keluar, demam bisa
meningkat hingga 39-40 C, kadang-kadang di sertai menggigil
b. Endometritis
Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput ketuban
yang disebut lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu.
Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.
2. Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan permukaan
endometrium.
Septikemia :
Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.
Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil.
Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keadaan umum cepat memburuk, nadi cepat (140-160 kali
per menit atau lebih).
Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.
Piemia :
Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri dan suhu agak meningkat.
Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman dengan emboli
memasuki peredaran darah umum.
Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil lalu
diikuti oleh turunnya suhu.
Lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis.
Peritonitis :
Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil, perut kembung
dan nyeri, dan ada defense musculaire.
Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat
fasies hippocratica.
Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis umum.
Peritonitis yang terbatas : pasien demam, perut bawah nyeri tetapi keadaan umum tidak baik.
Bisa terdapat pembentukan abses.
Selulitis pelvik :
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri
pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus.
Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang mula-mula tinggi
menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.
2.8. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. selama kehamilan
Perbaikan Gizi
Koitus pada kehamilan tua sebaiknya di larang karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban
dan terjadinya infeksi
Personal Hygine
b. Selama persalinan
Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang
baik
Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama
Jagalah sterilisasi kamar bersalin dan pakai masker, alat-alat harus suci hama
Perlukaan jalan lahir karena tindakan pervaginam maupun perabdominan di bersihkan, dijahit
sebaik-baiknya supaya terjaga sterilisasi selama masa nifas
Luka di rawat dengan baik, jangan sampai terkena infeksi, begitupula alat-alat dan pakaian
serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril
Penderita dengan infeksi nifas sebaliknya di isolasi dalam ruangan khusus, tidak tercampur
dengan ibu sehat
Tamu yang berkunjung harus di batasi
2. Pengobatan
Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dari sekret vagina, luka operasi dan darah
serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang sesuai dalam pengobatan
Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu,
maka berikan antibiotika spectrum luas menunggu hasil laboratorium
Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus / transfusi darah
Perhatikan diet : TKTP
Lakukan transfusi darah
Pengobatan kemoterapi dan antibiotika
o Kemasan sulfanamid dosis inisial 2 gram diikuti 1 gram 4-6 jam kemudian peroral, sediaan
dapat berupa tablet biasa/force, bactrim
o Kemasan penisilin
o Tetrasiklin, eritromisin dan klorampenikol
o Jangan diberikan politerapi antibiotika yang sangat berlebihan
o Tidak ada gunanya memberikan obat-obatan yang mahal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
PADA PASIEN DENGAN INFEKSI NIFAS
3.1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Biasanya klien mengeluh badan lemah, demam, nadi cepat, nafas sesak, badan menggigil,
Kemungkinan salah satu anggota keluarga ada yang menderita infeksi tenggorokan.
a. Aktivitas/istirahat
Biasanya klien mengeluh malaise, letargi, kelelahan/keletihan yang terus menerus (persalinan
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
d. Nyeri/Keamanan
Biasanya nyeri abdomen bawah / uteri, nyeri tekan / nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan
e. Pernapasan
f. Integritas Ego
g. Hygiene
aktivitas sehari-hari.
h. Keamanan
Biasanya terjadi peningkatan suhu tubuh yang merupakan tanda infeksi dan dapat pula
menggigil berat atau berulang
i. Seksualitas
Biasanya pecah ketuban dini / lama, persalinan lama, subinvolusi uterus mungkin ada, lochea
bau busuk dan banyak/berlebihan, tepi insisi kemerahan, edema, keras, nyeri tekan/mimisan
j. Pemeriksaan diagnostik :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b / d respon tubuh pada agen tidak efektif
2. Resiko tinggi penyebaran infeksi b /d infeksi kerusakan kulit
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d intake yang tidak adekuat
3.3 NCP
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b / d respon tubuh pada agen tidak efektif
Tujuan : Gg rasa nyaman nyeri dapat teratasi
k/h : TTV dalam batas normal, wajah klien tampak rileks atau tidak meringis
Intervensi Rasional
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d intake yang tidak adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi tubuh dapat terpenuhi
k/h : Hb/Ht dalam batas normal, penurunan berat badan
Intervensi Rasional
Anjurkan pilihan makanan tinggi Protein membantu meningkatkan
protein, zat besi dan vitamin C bila pemulihan dan regenerasi jaringan baru.
masukan oral dibatasi Zat besi untuk sintesis Hb, vitamin.C
Tingkatkan masukan sedikitnya 2000 memudahkan absorbsi zat besi dan
ml/ hari jus, sup dan cairan nutrisi untuk sintesis dinding sel
Anjurkan tidur/ istirahat adekuat Memberikan kalori dan nutrien untuk
Kolaborasi memenuhi kebutuhan metabolic,
- Berikan cairan/ nutrisi parenteral mengganti kehilangan cairan