Anda di halaman 1dari 52

MINI RISET JUDUL PENGAWASAN PENDIDIKAN

ISLAM DI PESANTREN DARUL MUKHLISIN


KABUPATEN ACEH TENGAH

Disusun oleh :
Diauddin

Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Hasan Asari, MA

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SUMATERA UTARA MEDAN
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pesantren atau dayah Darul Mukhlisin yang terletak di kampung tan Saril Kebet Takengon
Aceh Tengah, yang didirikan Pada Tahun 1990. Beberapa ulama-ulama yang berada di Dataran tinggi
Gayo Aceh, merupakan salah satu dayah yang termaj. Di wilayah pedalaman Aceh. Di Dayah atau
pesantren Darul Mukhlisin ada beberapa Lembaga Pendidikan yang dikelolanya seperti Madrasah Aliah,
Madrasah Snawiyah, dan Pesantren Darul Muhlisin ini sekarang di pimpin oleh Abu Masturi dan di
bantu oleh 83 orang Tenaga pengajar dan dengan jumlah santri 588 Orang.
Adapun para alumninya dayah Darul Mukhlisin sekarang menyebar di berbagai wilayah Aceh.
Dan yang bekerja sebagai dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Gajah Putih Takengon, Kantor
kemenag Aceh Tengah sebagai Pimpinan Dayah, bahkan ada yang berkarier di Lembaga Pemerintahan
dan Legislatif.
Sesudah mewancarai pada pengawas Pendidikan islam yang melakukan pengawasan di Dayah
Darul Mukhlisin dapat di simpulkan berapa hal antara lain. Bahwa Dayah Darul Mukhlisin yang
menaungi lembaga-lembaga pendidikan seperti Madsarah Sanawiyah dan Madrasah Aliyah, khususnya
tentang Madrasah Aliyah tersebut masih terdapat beberapa kelemahan tentang Manajemen kurikulum,
serta Metode di Madrasah Aliyah Darul Mukhlisin tersebut, maka menurut pengwas yang saya
wawancarai tersebut sangat ekstra dalam melaksanakan pengawasan Pesantren atau Dayah Darul
Mukhlisin tersebut yang merupakan salah satu lembaga Pendidikan Islam yang termaju di wilayah
dataran tinggi Gayo Aceh, maka sesuai dengan undang-undang Otonomi khusus Aceh Tahun 2017,
maka di Aceh Dayah atau Pesantren langsung di bawah Dinas Pendidikan Dayah, yang kesemuanya
Dana Operasionalnya di biayai oleh Pemerintah Aceh. Maka tuntutan Pemerintah Aceh untuk Pengawas
pendidikan Dayah di Aceh sangat di titik beratkan untuk kemajuan Dayah di Aceh, baik dalam bidang
Menajemen dan Mutu Pendidikan Islam di Dayah, termasuk Dayah Darul Nukhlisin Takengon Aceh
Tengah.
Selanjutnya, menurut hasil wawancara saya dengan pendais dari Kemenag Aceh Tengah, dan
Dengan Pimpinan Dayah Darul Mukhlisin tersebut, bahwa tingkat kelulusan di madrasah Aliyah Darul
Mukhlisin, dan Madrasah Tsanawiyah Darul Mukhlisin. Hasil UAM BN mencapai 100 % tiap Tahun,

1
kemudian Tenaga Pengajar, sudah strata dua 60 %, juga dari segi Kwalitas disiplin pengajar sudah baik,
Liner para pengajar sudah memadai.

Sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional, maka penyelenggaraan pendidikan, baik disekolah maupun di madrasah sama-sama bernaung
di bawah satu system, yaitu satu Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).
Pada undang-undang tersebut disebutkan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas
1
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan berbrntuk Sekolah Dasar
(SD), dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama
2
(SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan pendidikan
menengah terdiri dari pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau
bentuk lain yang sederajat.
Semua jenjang pendidikan tersebut merupakan bagian dari Sistem Pendidikann Nasional.
Sehingga pemerintah berkewajiban untuk membina perkembangannya. Disamping itu pemerintah juga
wajib mengetahui keadaan satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
sendiri maupun oleh masyarakat. Pengawasan yang dilakukan terhadap sekolah atau madrasah yang
dilakukan oleh pemerintah adalah dalam rangka pembinaan, pengembangan, perlindungan, peningkatan
mutu dan pelayanan terhadap sekolah atau madrasah tersebut.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005, pasal 56 disebutkan bahwa
pengawasan pendidikan dilakukan oleh pimpinan satuan pendidikan dan komite sekolah/ madrasah
atau bentuk lain dari lembaga perwakilan-perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan secara teratur
dan berkesinambungan untuk menilai efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas satuan pendidikan.
Peraturan pemerintah tersebut memberikan penekanan bahwa pelaksanaan pengawasan di sekolah/
madrasah sampai pada lembaga-lembaga independen yang memiliki perhatian terhadap peningkatan
proses pendidikan di sekolah/ madrasah.

1 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Ri Tentang


Pendidikann, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), H.13
2Ibid, h. 14

2
Namun demikian, dalam pelaksanaan pengawasan pendidikan formal, pemerintah
mengaturnya dalam pasal 39 ayat (1), (2) dan (3), yang secara rinci menyebutkan bahwa : (1)
pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan. (2) criteria minimal
untuk menjadi pengawas satuan pendidikan meliputi : a. bertugas sebagai guru sekurang- kurangnya 8
(delapan) tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan
yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi, b. memiliki sertifikat pendidikan fungsional
sebagai pengawas satuan pendidikan, c. lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan. (3) Kriteria
pengawas suatu satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dikembangkan oleh
3
BSNP (Badan Nasional Pendidikan) dan di tetapkan dengan Peraturan Menteri.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa yang melakukan pengawasan pada suatu lembaga
pendidikan adalah pengawas. Menurut Syaiful Sagala yang dimaksud (pengawasyan itu “orang yang
4
melakukan pekerjaan pengawasan disekolah” . Dalam surat keputusan menteri Negara pendayagunaan
aparatur Negara (SK MENPAN) No. 118/1996 tentang jabatan fungsional pengawas sekolah dan
angka kreditnya Bab 1 pasal 1 angka 1 juga dinyatakan bahwa: “pengawas sekolah adalah pegawai
negeri sipil yang diberi tugas, tanggungjawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan pengawasan disekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan
dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra-sekolah dasar dan
5
menengah”.
Mengacu pada SK MENPAN tersebut, maka pengawas sekolah dilingkungan Departemen Agama
khususnya Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam diberi istilah “pengawas
pendidikan agama islam (PENDAIS)” sebagaimana terdapat dalam keputusan menteri agama
No.381 tahun 1999 adalah
Pegawai negeri sipil di lingkungan departemen agama yang diberi tugas, tanggungjawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan pendidikan agama islam di sekolah umum dan penyelenggaraan pendidikan di
madrasah dengan melakukan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan administrasi pada
6
satuan pendidikan pra-sekolah, pendidikan dasar dan menengah .

3 Dirjen Pendis, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, Jakarta: Depag RI, 2006, h.179
4 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2000), 254
5 Tufiq Dahlan, Kepengawasan Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005)
6 Taufiq Dahlan, ibid

3
Sementara itu pengertian pengawasan menurut Ametembun dalam bukunya Supervisi
Pendidikan menyatakan “ supervisi pendidikan adalah pembinaan kearah perbaikan situasi pendidikan
7
pada umumnya dan peningkatan mutu belajar mengajar dikelas pada khususnya.”
Ngalim Purwanto, dkk, juga memberikan definisi tentang pengawasan dalam bukunya yang
berjudul Administrasi Pendidikan menyatakan “supervisi/pengawasan ialah suatu aktivitas pembinaan
yag direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
8
pekerjaan mereka secara efektif”.
Lebih lanjut, Baharuddin Harahap, dalam bukunya Supervisi Prndidikan menyatakan
“supervisi/pengawasan ialah kegiatan terhadap orang orang yang menimbulkan atau potensial
9
menimbulkan komunikasi dua arah”.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat dikemukakan secara sederhana
bahwa pengawasan pada dasarnya adalah upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran
di sekolah/ madrasah. Ia berintikan program pengajaran dengan ditunjang oleh unsur- unsur lain
seperti guru, sarana dan prasarana, kurikulum, system pengajaran dan penilaian. Sedangkan orang
yang melakukan pengawasan tersebut dinamakan pengawasan/ supervisor.
Pengawas bertugas dan bertanggungjawab memperhatikan perkembangan unsure-unsur
tersebut secara berkelanjutan. Pusat perhatian pengawas adalah perkembangan dan kemajuan siswa,
karena itu, usahanya berpusat pada peningkatan kemampuan professioanal guru dengan segala
aspeknya, seperti perbaikan pendekatan, metode dan teknik mengajar, pengembangan kurikulum,
penggunaan alat peraga atau alat bantu pengajaran, perbaikan dan prosedur penilaian, penciptaan
kondisi yang kondusif dan sebagainya. Untuk membantu peningkatan wawasan dan kemampuan
professional guru, berbagai usaha dilakukan oleh pengawas, seperti melakukan kunjungan sekolah,
kunjungan kelas, pembinaan individual dan kelompok, dan member contoh mengajar yang baik,
mendorong peningkatan kerjasma, mendorong peningkatan kreatifitas, dan hal-hal lain yang
mendorong kemajuan.
Berdasarkan hal tersebut, maka akan digambarkan secara ringkas tentang tujuan dan sasaran
pengawasan pendidikan yang harus dicapai. Tujuan pengawsan pendidikan adalah perbaikan dan
perkembangan proses belajar mengajar secara total. Ini berarti bahwa tujuan pengawasan tidak hanya
untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti
luas, termasuk didalamnya pengadaan fasilitas-fasilitas, pelayanan dan kepemimpinan dan pembinaan
hubungan masyarakat yang baik kepada semua pihak terkait. Berdasarkan tujuan diatas maka kegiatan
pengawasan pada dasarnya diarahkan pada hal-hal sebagai berikut :
7
Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Pada Sekolah Umum, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi
Pendidikan, (Jakarata: Depag RI,2000), h.32
8 Ibid.
9 ibid

4
1. Membangkitkan dan merangsang semangat guru dan pegawai sekolah/ madrasah dalam
menjalankan tugas masing-masing dengan baik.
2. Mengembangkan metode-metode belajar mengajar dalam proses pembelajaran yang lebih baik
dan lebih sesuai.
3. Mengembangkan kerjasama yang baik dan harmonis antara guru dengan siswa, guru dengan
sesame guru, guru dengan kepala madrasah dan seluruh staf madrasah yang berada dalam
lingkungan madrasah yang bersangkutan.
4. Berusaha meningkatkan kualitas wawasan dan pengetahuan guru dan pegawai madrasah dengan
cara mengadakan pembinaan secara berkala, baik dalam bentuk workshop, seminar, pelatihan,
sosialisasi, dan sebaganya.
Semua yang disebutkan diatas dimaksudkan untuk memberikan pelayanan prima kepada
personal yang berada dibawah tanggung jawab dan kewenangan pengawas yang bersangkutan. Adapun
focus pengwasan bukanlah hanya pada seseorang atau sekelompok orang tapi semua orang seperti
guru, kepala madrasah, pegawai madrasah, dan lainnya. Mereka semua adalah mitra kerja pengawas
yang sama-sama mempunyai tujuan mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kegiatan
belajar-mengajar yang lebih baik.
Disamping tujuan, pengawasan pendidikan juga diarahkan pada dua sasaran pokok, yaitu
pengawasan kegiatan yang bersifat teknis edukatif dan teknis administrative. Pengawasan taknis
edukatif meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, dan evaluasi/penilaian. Sedangkan pengawasan
teknis administrative meliputi administrasi material, administrasi keuangan, administrasi laboratorium,
administrasi perpustakaan madrasah, dan lain-lain.
Lebih lanjut secara lebih rinci tugas pokok pengawas pendidikan agama seperti yang
ditetapkan dalam keputusan MENPAN No. 118/1996, tanggal 30 Oktober 1996 serta keputusan
bersama Mendikbud No.0332/0/1996 dan kepala BAKN No. 38 tahun 1996 khususnya berkenaan
dengan pengawasan sekolah/ madrasah disebutkan “semakin tinggi jenjang jabatan pengawas
10
pendidikan agama, semakin luas dan berat pula tugas, wewenang dan tanggungjawabnya.”
Melihat begitu pentingnya peranan pengawas dalam peningkatan kualitas pendidikan dan
pengajaran di sekolah/ madrasah, maka pengawas yang telah ditetapkan sebagai pejabat fungsional
yang konsekkwensinya adalah bahwa setiap pengawas harus memiliki wawasan dan kemampuan
professional melebihi kemampuan professional guru, kepala madrasah dan seluruh staf madrasah
dalam bidang pendidikan dan administrasi. Bila tidak, maka keberadaan pengawas tidak akan
membawa pengaruh apapun terhadap kondisi pendidikan dan pengajaran di madrasah, bahkan lebih
parah lagi pengawas kurang dihargai oleh kepala madrasah, guru dan staf madrasah.

5
Kondisi ini kita di tinjau pada KMA No. 381 Tahun 1999 tentang petunjuk teknis
pelaksanaan jabatan fungsional pengawas pendidikan agama dan angka kreditnya yang
menyebutkan bahwa jumlah sekolah/madrasah yang harus diawasi oleh pengawas sekolah/
madrasah rumpun mata pelajaran aqidah akhlak dan qur’an hadist masing-masingnya adalah 20(dua
puluh) sekolah pada daerah yang mudah diawasi, dan 15 sekolah/ madrasah pada daerah yang
11
terpencil .dari hal ini dapat diketahui bahwa jumlah madrasah yang harus diawasi atau dibina oleh
pengawas belum memenuhi yang di persyaratkan.
Dalam KMA No. 381 tersebut juga disebutkan bahwa:
Jika jumlah sekolah/ madrasah yang ada dalam suatu kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kotamadya tidak mencukupi jumlah sekolah/madrasah yang dipersyaratkan untuk
seseorang pengawas pendidikan agama, maka kekurangan tersebut dapat dipenuhi dari
sekolah/madrasah pada kantor departemen agama Kabupaten/Kotamadya terdekat, tapi pengawas
pendidikan agama yang bersangkutan berkedudukan dikantor departemen agama
Kabupaten/Kotamadya terbanyak dan tanggungjawab mereka tetap kepada ketua kelompok kerja
12
pengawas pendidikan agama tempat kedudukan pengawas pendidikan agama yang bersangkutan.
Hal yang harus dilakukan oleh pengawas, jika jumlah sekolah/madrasah dalam
pengawasannya tidak mencukupi sebagaimana yang dimaksudkan oleh KMA No. 381 diatas
berdasarkan observasi awal penulis belum dilaksanakan oleh pengawas madrasah di Kota Takengon.
Temuan-temuan diatas pada gilirannya akan menimbulkan implikasi negative terhadap peningkatan
mutu pendidikan di madrasah Kota Takengon.
Berdasarkan pemikiran yang telah dikemukakan diatas terlihat adanya kesenjangan-
kesenjangan antara yang seharusnya (dassolen) dengan yang terjadi di lapangan (dassein), untuk itu
perlu dilakukan penelitian mengenai pelaksanaan pengawasan dalam meningkatkan mutu pendidikann
pada Madrasah di Kota Takengon.

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
Pelaksanaan pengawasan dalam meningkatkan mutu pendidikan pada madrasah Aliyah Darul
Muhlisin Takengon ?
B. Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan bahasan, jika penulis meneliti seluruh madrasah yang da di Kota
Takengon, maka dalam hal ini penulis membatasi madrasah yang menjadi kajian penulis hanya
madrasah MAS Darul Mukhlisin, sehingga batasan masalah dalam penelitian ini meliputi:

a. Proses perencanaan pengawasan pendidikan pada Madrasah Aliyah Darul Muhlisin


Takengon
6
b. Bentuk-bentuk pelaksanaan pengawasan pendidikan pada Madrasah Aliyah Darul Muhlisin
Takengon

c. Bentuk-bentuk evaluasi pengawasan pada madrasah di Madrasah Aliyah Darul Muhlisin


Takengon

C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan pengawasan dalam
meningkatkan mutu pendidikan meningkatkan mutu pendidikan madrasah di Kota Takengon.
Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal pokok sebagai
berikut:
a. Proses perencanaan pengawasan pendidikan pada madrasah di Kota Takengon.
b. Bentuk-bentuk pelaksanaan pengawasan pendidikan di Kota Takengon.
c. Bentuk evaluasi pengawasan pada madrasah di Kota Takengon
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis
penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi bagi pengembangan keilmuwan dalam bidang
pendidikan.
Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan berguna:
a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi para pengawas madrasah Kota Takengon khususnya
dan bagi seluruh prngawas yang ada di Kota Takengon umumnya dalam rangka
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Kota Takengon.
b. Sebagai masukan bagi para kepala madrasah umumnya dan kepala madrasah MAS Darul
Mukhlisin khususnya dalam meningkatkan mutu pendidikan pada lembaga yang
dipimpinnya.
c. Masukkan bagi lembaga terkait yang bertindak sebagai penentu kebijakan kantor
kementrian agama Kota Takengon dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan pengawasan
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di madrasah MAS Darul Mukhlisin.

10 Depag RI, Keputusan Menteri Agama RI No.381 tahun 1999 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas
pendidikan agama dan angka kreditnya (selanjutnya disingkat dengan KMA 381), ( Jakarta:Depag Ri, 200), h, 16
11 Depag RI, Opcit. H,27
12 Ibid, h. 22

7
KAJIAN TEORI

A. Pengawas dan Pengawasan


Pengertian Pengawas .1

dan jawab, tanggung tugas, diberi yang Sipil Negeri “Pegawai merupakan Pengawas
wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan id
sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi
13
pada satuan pendidikan prasekolah, dasar, dan menengah”. Dalam pendidikan Islam, faktor keimanan
14
yang kuat merupakan sarana yang paling efektif untuk melaksanakan pengawasan. dalam hal ini yang
menjadi pengawas adalah Allah SWT sebagaimana Allah berfirman dalam Surah Al-Mu’minun/23 ayat
:57-61
ِ ‫﴾ي ۡؤ امنلل ۡوَُنۡ ايسل لَاِرعِا ۡوَُن‬
‫ف ۡ َوالَل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ِلذَي َۡن‬ ‫ ا‬23:58 ﴿ ۡ‫ن‬
َ ُۡ‫﴾ وَالللذَي َۡن اهللمُ ۡ َّبِربل ل ۡ َل ياشَل لۡراكو‬23:59﴿ ‫قوَُنۡ اي ۡؤتلالوَُۡن َمللا‬
ۡ ‫﴾ل ل ِاَن َالللذَِ ِۡي َِنِ اهللمُ ۡ ِ ِمللن ۡ ِِ َخشَل يۡل َِةِ َّربِِلل ۡمُ امشَل لۡفِِ ا‬23:57َِ﴿ ۡ ُ‫اهللمُۡ ِ ِبِللليللتِٰۤ َّربِِللم‬
ۡ ‫تٰ ْوا َو قالالوُبِّۡ اا ۡمُ وَجلَ ة َاان ۡ لال رَّبِمُ ۡ لرجعاوُ َۡن‬ َ ‫﴾ ال‬23:60﴿ ٰ‫خ ۡيلرت‬ َ ۡ‫ال‬

َ‫ن اولئۡ ك‬ َۡ ‫ي‬ َ‫الذ‬ ‫و‬


ِ ِ
َ َ ‫﴾ وَها ۡمُ َلَا لسبٰاقوُ َۡن‬23:61﴿
ِ

:Artinya

Sesungguhnya orang-orang yang berhati -hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka. Dan orang- “
orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka. Ddan orang-orang yang tidak memp ersekutukan
dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun). Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka
berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali
-kepada Tuhan mereka . Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang

orang yang segera memperolehnya” (QS. Al-Mu’Minun : 57 -61). 15

Departemen Agama RI, Pedoman profesi Pengawasan dan Penyususnan Karya Ilmiah
Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2004), h.5
Hasan Langulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta : Pustaka Al Husna Baru, 2003), h.23 14
15
h.532-533 1995), Putra, Toha (Semarang: Terjemahnya, dan Alqur’an RI, Pendidikan Departemen

8
a. Perencanaan Kerja

Setiap pengawas akademik harus membuat rencana kerja tahunan yang menunjukkan tanggal
dan hari kunjungan ke setiap madrasah. Dalam rencana tersebutjuga harus terdapat uraian tentang
penyesuaian jadwal kunjungan akan dilakukan jika terdapat halangan. Rencana kerja tahunan ini
dikirim salinannya kepada kepala kantor kementrian agama. Berdasarkan rencana tahunan tersebut,
juga disusun jadwal kunjungan selama setahun setiap sekolah yang dijadikan binaan dan salinannya
dikirimkan kepada masing-masing madrasah. Untuk menghindari tumpang tindih kunjungan pengawas
yang mungkin bertumpuk pada hari yang sama, perlu diadakan rapat koordinasi pengawas paling
sedikit setahun sekali. Dalam rapat ini juga disediakan waktu untuk berdiskusi tentang kepengawasan
sehingga para pengawas dapat bertukar pengalaman yang satu sama lain.

b. Persiapan Kunjungan
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam persiapan kunjungan yaitu:

1) Kepala madrasah dan guru yang hendak dikunjungi harus sudah menerima pemberitahuan
minimal satu minggu sebelumnya.
2) Dalam surat pemberitahuan ke madrasah agar disebutkan : agenda kegiatan selama di amdrasah
tersebut, dokumen apa saja yang perlu disiapkan pada saat kunjungan, dan tujuan hasil yang
diharapkan dari kunjungan tersebut.
3) Diusahakan melakukan pengecekan apakah surat pemberitahuan telah diterima.
4) Segala kelengkapan seperti dokumen yang diperlukan, buku kurikulum, instrument pengumpulan
data, alat perekam, dan sebagainya agar disiapkan dan dilakukan penegcekan ulang atas kesiapan
dan kelengkapannyasehari sebelum kunjungan.
5) Untuk perjalan yang memerlukan pesanan tiket, agar pemesannya dilakukan dengan tenggang
waktu yang cukup.
c. Agenda Kerja di Sekolah
1) Hari dan jam kedatangan sesuai dengan yang disampaikan di dalam surat pemberitahuan dan
tidak datang terlambat.
2) Bertemu dan melakukan wawancara dengan kepala Madrasah, membicarakan dan membahas
kegiatan quality assurance di sekolah, mencatat kemajuan yang terjadi pada periode lalu,
kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan quality assurance, membuat dan memperbaharui
kesepakatan mengenai target hasil untuk periode berikutnya, meminta produk kegiatan lalu dan
membicarakan hal lain yang dianggap perlu.
3) Bertemu dan melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran sesuai dengan pemberitahuan
dalam surat, mendiskusikan efektifitas pengajaran, pencapaian target yang telah disepakati pada
periode yang lalu mendiskusikan ketuntasan belajar, mencatan keluhan-keluhan
mengenai
9
pengajaran dan mendiskusikannya. Membuat dan memperbaharui kesepakatan tentang target
output bulan yang akan dating, meminta hasil contoh pekerjaan murid maupun guru yang
bersangkutan dan mendiskusikannya. Membahas evaluasi diri, dan memebrikan saran-saran serta
mendiskusikannya.
4) Melakukan pengamatan terhadap prose belajar mengajar seperti kegiatan mengajar di kelas, di
laboratorium, suasana di sekolah dan hal lain yang relevan.
5) Menghindari kesan atasan dan bawahan selama di madrasah agar terciptaannya perasaan
kemitraan. Hal ini perlu diupayakan agar kegiatan pengawas tidak dirasakan sebagai beban
ataupun menimbulkan kesulitan bagi guru dan kepala madrasah.
d. Bantuan Teknis Kepada Guru
1) Memberikan tuntunan dalam pelaksanaan evaluasi diri.
2) Mencarikan, meminjamkan bahan bacaan, peralatan dan sebagainya jika dimungkinkan untuk
meningkatkan sumber literature pengajaran di madrasah.
3) Membantu pemahaman serta penerapan metode dan penilaian.
4) Membantu guru dalam memahami isi mata pelajaran, buku teks, kurikulum, penyelesaian soal, dan
sebagainya jika diperlukan atau diminta.
5) Berbagai bantuan teknis lainnya yangs sesui dalam rangka upaya peningkatan pengajaran.

e. Pengolahan Data Hasil Kunjungan


1) Pada hari kerja terkahir setiap minggu, dilakukan analisis dan interpretasi tertulis terhadapdata
yang diperolah dan kunjungan ke madrasah-madrasah selama seminggu tersebut. Termasuk juga
dalam hal penyusunan rekomendasi jika diperlukan. Hasil analisis ini akan dibawa sebagai
masukan bagi guru pada kunjungan berikutnya, untuk didiskusikan bersama.
2) Pada ruangan kerjanya pengawas hendaknya menyediakan satu laci penyimpanan tersendiri untuk
setiap madrasah yang menjadi tanggungjawabnya, termasuk di dalamnya kotak file tersendiri untuk
setiap guru mata pelajaran yang dibina pada masing-masing sekolah tersebut.
3) Dalam hal kode etik pengawas hendaknya kerahasiaan data masing-masing madrasah dan guru
harus dijamin kerahasiaannya. Oleh karena itu tidaka ada data mentah yang boleh
disebarkanluaskan tanpa izin tetulis dari sekolah atau guru yang bersangkutan. Untuk kepentingan
penulisan penelitian dan sebagainya, hanya rangkuman hasil analisis statistic tanpa identitas
individu guru atau kepala madrasah yang boleh disajikan.
4) Dalam hal pengelolaan data mentah yang diperoleh dari masing-masing sekoalh binaan, jika
dimungkinkan dilakukan pengolahan secara komputerisasi terhadap data-dat tersebut. Oelh karena
itu pada kantor kementrian agama dimana pengawas berkantor, hendaknya menyediakan seorang
pembantu administrasi dan seorang operator computer idealnnya untuk setiap lima orang
10
pengawas.

Menurut Siagian seperti yang dikutip oleh M.Amir Thaib BR, dkk mengartikan pengawasan
sebagai proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua
16
pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan yang ditetapkan. Secara detil jika dilihat
dari fungsi administrasi dan manajemen, maka penagwasan dapat dikategorikan dengan pengawasan
aministratif dan pengawasan manajerial. Pengawasan administrasi adalah pengawasan terhdapa
seluruh kegiatan pada unit organisasi di semua tingkat. Sedangkan pengawasan manajerial bersifat
lebih sempit dan lebih khusus, artinya tidak berlaku bagi seluruh organisasi, tetapi tergnatung pada
manajer mana pengawasan itu dilakukan.

Istilah lain yang juga sering dikaitkan dengan pengawasan adalah istilah supervisi. Secara
bahasa supervisi berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari kata super dan vision. Super berarti atas
dan vision berarti melihat. Jadi secara bahasa supervisi dapat diartikan “melihat dari atas”. Jika
diakitkan dengan dunia pendidikan, maka supervisi terdapat berbagai pengertian dari para ahli.

Menurut Boardman et al’ seperti yang dikutip oleh Piet. A. Sahertian mengartikan supervisi
sebagai suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi da membimbing secara kontiniu pertumbuhan
guru-guru disekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih
17
efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian mereka dapat menstimulasi
dan membimbing pertumbuhan taiap murid secara kontiniu serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi
dalam masyarakat demokrasi modern.

Lebih lanjut Kimball Wiles seperti yang juga dikutip oleh Sahertain menjelaskan bahwa
supervisi adalah bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Dijelaskan bahwa situasi belajar mengajar di sekolah akan lebih baik tergantung kepada keterampilan
supervisor sebagai pemimpin. Seorang supervisor yang baik memiliki lima keterampilan dasar, yaitu:

1) Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan, 2) Keterampilan dalam proses


kelompok, 3) Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan, 4) Keterampilan dan mengatur
18
personalia sekolah, 5) Keterampilan dalam evaluasi.

Sri Banun Muslim mengartikan supervisi adalah “serangakaian usaha pemberian bantuan
kepada guru dalam bentuk layanan professional yang diberikan oleh supervisor (kepala sekolah,
19
pemilik sekolah dan Pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar”.

16 M. Amin Thaib, dkk, op.cit, h.28


17 Piet .A. Sahertain, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya

18 Ibid, h. 18
19 Sri Banun Muslim, Supervisi Meningkatkan kualitas Profesionalisme Guru, (Mataram : Alfabeta, 2009),h.41
11
Pengertian tersebut menegaskan bahwa supervisi atau pembinaan guru lebih menekankan pada
layanan professional, sehingga kegiatan pembinaan lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan profesioanal guru. Seorang supervisor melakukan kegiatan supervisi
dengan cara member bantuan kepada guru, agar guru tersebut dapat mengembangkan kemampuan
profesionalnya. Jika guru tersebut telah meningkat kemampuan profesionalnya, maka akan terjadi
situasi belajar mengajar yang lebih baik.

Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada sekolah/ madrasah pada
umumnya dan guru pada khususnya, agar kualitas pengajarannya meningkat. Sebagai dampak
meningkatnya kualitas pembelajaran, tentu dapat meningkat pula prestasi belajar siswa, dan itu berarti
meningkatlah kualitas lulusan siswa itu. Jika perhatian supervisi sudah tertuju pada keberhasilan siswa
dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan di sekolah, berarti bahwa supervisi tersebut
sudah sesuai dengan tujuannya. Oleh karena siswalah yang menjadi pusat perhatian dari segala upaya
pendidikan, berarti sudah mengarah pada subjeknya.

Supervisi sesuai dengan konsep pengertiannya, dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

1) Supervisi akademik yaitu supervisi yang menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik,
yaitu yang langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk
membantu siswa ketika sedang dalam proses belajar.
2) Supervisi administarsi yaitu supervisi yang menitikbertkan pengamatan pada aspek- aspek
administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran.

Dalam Carter Good’s Dictionary of Education seperti yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto
mendefenisikan supervisi sebagai : “Segala sesuatu dari para pejabat sekolah yang diangkat yang
diarahkan kepada penyediaan kepemimpinan bagi para guru dan tenaga pendidikan laian dalam
perbaikan pengajaran, melihat stimulasi pertumbuhan professional dan perkembangan dari para guru,
seleksi dan revisi tujuan-tujuan pendidikan, bahkan pengajaran, dan metode-metode mengajar, dan
20
evaluasi pengajaran”.

Dari pembahasan di atas terdapat dua istilah yaitu istilah pengawasan dan istilah supervisi.
Dalam konteks penelitian ini, penulis memakai kedua istilah tersebut dalam penggunaan yang sama,
yaitu dalam pengertian pengawasan. Hal ini perlu penulis ungkapkan karena dari berbagai literature
yang ada, antara kedua istilah ini ada yang memisahkan dalam pengertian operasionalnya. Beberapa
penulis yang membedakan antara supervisi dengan pengawasan dan bahkan ada yang
mempertentangkan diantara keduanya.

20 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), h. 11


12
Terkait hal di atas, Suharsimi Arikunto dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Suprvisi
membedakan antara inspeksi, pemeriksaan, pengawasan dan penilikan, serta supervisi. Menurutnya
inspeksi adalah melihat untuk mencari-cari kesalahan, pemeriksaan diartikan melihat apa yang terjadi
dalam kegiatan, pengawasan dan penilikan diartikan melihat apa yang positif dan apa yang negative,
sedangkan supervisi diartikan melihat bagian mana dari sekolah yang masih negative untuk diupayakan
21
menjadi positif dan melihat mana yang sudah positif, untuk dapat diangkatkan menjadi positif lagi.

Sedangkan Piet.A.Sahertain dalam bukunya yang berjudul Konsep Dasar dan Teknik
Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, menyatakan bahwa
30
secara historis pengawasan atau inspeksi adalah bentuk tradisional dari supervisi. Artinya inspeksi
dan pengawasan merupakan suatu kegiatan dalam rangka mencari kesalahan dan menemukan
kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki. Itulah sebabnya inspeksi dan pengawasan disebut dengan
supervisi yang tradisional, supervisi seperti ini juga diberi istilah snooper vision, yaitu tugas memata-
matai untuk menemukan kesalahan, sehingga dengan konsep yang seperti ini menyebabkan guru-guru
menjadi takut dan mereka bekerja dengan tidak baik karena takut akan dipersalahkan.

Karena supervisi seperti itu sudah tidak relevan lagi dengan kebutuhan, maka menurut
Sahertain, berkembnaglah supervisi yang bersifat ilmiah yang memiliki ciri : 1) Sistematis, artinya
dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontiniu, 2) Objektif dalam pengertian ada data yang
didapat berdasarkan observasi nyata bukan berdasarkan tafsiran pribadi, 3) Menggunakan alat pencatat
yang dapat memberikan informasi sebagai umapn balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses
pembelajaran di kelas.

Senada denagn apa yang diungkapkan oleh Piet.A.Sahertain, Sri Banun Muslim dalam
bukunya yang berjudul Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru, juga
cenderung berpendapat bahwa inspeksi/pengawasan adalah supervisi yang tradisional. Bahkan Sri
Banun Muslim lebih tegas dan membedakan antara inspeksi/ pengawasan dengan supervisi.
Menurutnya, antara konsep inspeksi/ pengawasan dan supervisi sebenarnya terdapat pertentangan yang
cukup tajam dalam prinsip tindakannya. Misalnya inspeksi/pengawasan lebih menekankan kepada
kekuasaan dan bersifat otoriter serta selalu mencai kesalahan yang diawasi. Sedangkan supervisi lebih
menekankan persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik di
antara sesame staf (guru-guru), karena itu bersifat demokratis.

Menurut Sri Banun Muslim, konsep inspeksi/ pengawasan tidak bisa disamakan dengan
konsep supervisi. Mereka dating dari kawasan manejemen yang berbeda. Dalam proses manajemen,
supervisi berada di dalam kawasan “directing” dan inspeksi/ pengawasan berada dalam kawasan
23
“controling”. Oleh karena itu, supervisi cenderung kepada usaha pelayanan dan pemberian bantuan
dalam rangka memajukan dan meningkatkan proses dan hasil belajar mengajar. Sedangkan inspeksi/
pengawasan cendrung kepada usaha kepada usaha atau kegiatan menyelidiki dan memeriksa
penyimpangan-penyimpangan serta kekeliruan- kekeliruan yang sengaja atau tidak sengaja dibuat oleh
para guru dan kepala sekolah dalam rangka melaksanakan program pengajaran di sekolah.

21 Ibid, h.3
22 Piet.A.Sahertain, op.cit, h.16
23 Sri Banun Muslim, op.Cit.,h. 36-37

13
Dari uraian di atas telah diketahui bahwa ada beberapa pendapat yang membedakan antara
istilah pengawasan/inspeksi dengan istilah supervisi. Dalam hal ini penulis merasa perlu untuk
menjelaskan kedudukan antara pengawasan dengan supervisi tersebut agar tidak terjadi kekaburan
pemahaman dalam memahami penelitian ini. Oleh karena itu dalam penelitian ini, penulis cendrung
tidak membedakan antara istilah supervisi dengan istilah pengawasan dari segi operasionalnya dengan
alas an :

1) Istilah supervisor bagi orang yang melakukan supervisi pendidikan adalah orang yang sama
dengan istilah pengawas satuan pendidikan untuk orang yang melakukan pengawasan dalam
penelitian ini,
2) Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Pasal 23 menyebutkan “Pengawasan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam pasal
19 ayat (3) meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindka
lanjut yang diperlukan”. Jadi dalam peraturan tersebut supervisi merupakan bagian dari kegiatan
pengawasan,
3) Dengan dikelurkannya berbagai aturan tentang kepengawasan seperti keputusan MENPAN
Nomor 118 tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya,
KMA Nomor 381 tahun 1999 tentang Pertunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Pengawas Pendidikan Agama dan Angka Kreditnya.

kedua perturan itu disebutkan bahwa tugas pengawas baik pengawas sekolah maupun
pengawas pendidikan agama, disamping berkewajiban untuk melakukan penilaian, ia juga diwajibkan
untuk membina dan memberikan contoh pelaksanaan tugas guru dalam melakukan proses
pembelajaran. Hal tersebut terdapat pada rincian tugas baik pengawas pratama, muda, maupun utama
dalam kedua peraturan tersebut.

Melalui penjabaran tugas dan kewajiban yang rinci dalam kedua peraturan tersebut, maka
apa yang dikhawatirkan oleh beberapa penulis yang telah di uraikan diatas dapat teratasi. Yakni
pemahaman istilah pengawasan yang dipahami sebagai suatu kegiatan yang lebih cendrung kepada
kekuasaan yang bersifat otoriter serta selalu mencari kesalahan yang diawasi dapat dihilangkan,
sehingga istilah pengawasan dalam pendidikan tidak menjadi sesuatu yang menakutkan bagi guru.
Dengan demikian istilah pengawasan dan istilah supervisi dapat sejalan dalam memberikan pelayanan
baik secara akademis maupun administratif.

2. Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas

Sesuai dengan SK MENPAN No. 118/1996 Bab II Pasal 3 ayat (1), maka tugas pengawas
pendidikan agama Islam adalah “menilai dan membina teknis pelaksanaan pendidikan agama Islam di
sekolah umum dan pengelolaan/penyelenggaraan pendidikan di madrasah baik negeri maupun swasta
24
yang menjadi tanggungjawabnya”.

24 Departemen Agama RI, op.cit, h.9

14
Adapun bidang pengawasan Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum di lingkungan
Kementrian Pendidikan Nasional meliputi, Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTA), Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), dan Sekolah Luar Biasa (SLB). Sedangkan pada madrasah di lingkungan Kementrian Agama
meliputi, Raudhatul Athfal (RA), Bustanul Athfal (BA), Madrasah Ibtida’iyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan Madrasah Diniyah (MD), baik negeri maupun swasta.

Dari gambaran di atas dapat dipahami bahwa tugas pokok Pengawas Pendidikan Islam
(PENDAIS) mencakup dua lembaga pendidikan yang berbeda, yaitu di sekolah umum dalam
Lingkungan Kementrian Pendidikan Nasional dan di madrasah dalam lingkungan Kementrian Agama.
Hal ini berarti bahwa, apabila pengawas Pendidikan Agama Islam melakukan pengawasan di sekolah
umum, maka tugas pokoknya adalah menilai dan membina pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam pada sekolah yang bersangkutan dan pengawasan yang dilakukan lebih dititik beratkan
pada segi teknis pendidikan dan sedikit melakukan supervisi/ pengawasan dari segi teknis administrasi.

Sedangkan di madrasah, pengawas pendidikan agama Islam melakukan penilaian dan


pembinaan terhadap pengelolaan pendidikan pada madrasah yang bersangkuatn secara menyeluruh,
baik dari segi teknis pendidikan dan administrasi, kecuali pengawasan terhadap mata pelajaran rumpun
mata pelajaran umum seperti matematika, fisika, biologi, kimia, dan sebagainya, yang pengawasan dan
supervisinya dilakukan oleh pengawas sekolah yang beragama Islam dari Kementrian Pendidikan
Nasional.

Bila dikembangkan lebih lanjut, maka tugas pokok yang harus dilakukan oelh pengawas
Pendidikan Agama Islam sesuai dengan jenjang jabatan pengawas yang bersangkutan adalah sebagai
berikut:

a. Bagi pengawas Pendidikan Agama Islam yang bertugas di Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar,
25
Raudhatul Athfal, Bustanul Athfal, dan Madrasah Ibtida’iyah adalah:
1) Melakukan supervisi/ pengawasan terhadap pelaksanaan pengembangan agama Islam di TK
dan penyelenggaraan pendidikan di RA dan BA, kecuali di bidang pengembangan selain
agama Islam.
2) Melaksanakan supervisi/ pengawasan terhadap pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SD dan penyelenggaraan pendidikan di Madrasah Ibtida’iyah (MI), kecuali
mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran selain mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
3) Melakukan supervisi/ pengawasan terhadap pelaksanaan tugas guru Pendidikan Agama Islam
di TK dan SD, dan guru serta tenaga kependidikan lainnya di RA/BA, MI, dan MD kecuali
terhadap guru mata pelajaran selain Pendidikan Agama Islam.
25
Keputusan Menteri Agama RI, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Pendidikan Agama dan
Angka Kreditnya, (Jakarta : Depag RI,2000), h.16-18

15
4) Melakukan supervisi/pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler
Pendidikan Agama Islam pada SD, MI, dan MD.
b. Bagi Pengawas Pendidikan Agama Islam yang bertugas di SLTP, SMU/SMK, dan SLB serta
MTs, MA, dan MD adalah:
1) Melakukan supervisi/pengawasan terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SLTP,
SMU/SMK, SLB, dan penyelenggaraan pendidikan di MTs, MA, MD kecuali pengawasan
terhadap mata pelajaran/rumpun mata pelajaran selain pendidikan Agama Islam.
2) Melalukan supervisi/ pengawasan terhadap pelaksanaan tugas guru Pendidikan Agama Islam di
SLTP, SMU/SMK, SLB, dan guru serta tenaga lainnya di MTs,MA, dan MD kecuali guru mata
pelajaran/rumpun mata pelajaran selain Pendidikan Agama Islam.
3) Melakukan supervisi/ pengawasan terhadap ekstrakulikuler pendidikan agama Islam
pada sekolah umum dan madrasah yang menjadi tanggungjawabnya.

Untuk merealisasikan tugas pokok di atas, Pengawas Pendidikan Agama Islam melakukan berbagai
kegiatan, terutama kegiatan yang berkaitan dengan perolehan angka kredit.
26
Rincian kegiatan dimaksud adalah:
a. Pendidikan
1) Mengikuti pendidikan sekolah/ madrasah dan memperoleh ijazah atau gelar
2) Mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan serta memperoleh Tanda Tamat Pendidikan dan

b. Pengawas Sekolah/ Madrasah


1) Menyusun program pengawasan sekolah/ madrasah
2) Menilai hasil belajar siswa dan kemampuan guru
3) Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan proses belajar mengajar, bimbingan
dan lingkungan sekolah/ madrasah
4) Menganalisis hasil belajar siswa, guru dan sumber daya pendidikan
5) Melaksanakan pembinaan kepada guru dan tenag lain
6) Menyusun evaluasi dan laporan hasil pengawasan
7) Memberikan pembinaan lain selain PBM
8) Melaksanakan tugas di tempat terpencil
c. Pengembangan profesi
1) Melaksanakan kegiatan karya tulis di bidang pendidikan
2) Menyusun pedoman pelaksanaan pengawasan
3) Menyusun petunjuk teknis pelaksanaan pengawasan
4) Menciptakan karya tertentu
5) Menemukan teknologi tepat guna

26 Hadirja Paraba, Wawasan Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Friska Agung
Insani, 2000), Cet. Ke-3, h.45-46

16
d. Penunjang
1) Melakukan kegiatan pendukung pengawasan sekolah/ madrasah
2) Melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat

Dalam literature lain juga disebutkan sejumlah tugas pengawas sekolah berdasarkan jenjang
jabatannya serta jenjang pangkat dan golongan ruang. Dalam SK MENPAN No.118/1996 Bab V
Pasal 6 dinyatakan bahwa “jenjang jabatab pengawas sekolah dari yang terindah sampai yang
tertinggi yaitu:

a. Pengawas sekolah pratama, terdiri atas ; piñata muda golongan/ruang III/a, dan penata muda
tingkat I golongan ruang III/b
b. Pengawas sekolah muda, terdiri atas ; penata golongan III/c, dan penata tingkat I golongan
ruang III/d
c. Pengawas sekoalh madya, terdiri atas ; Pembina golongan ruang IV/a, Pembina tingkat I,
golongan ruang IV/b serta Pembina utama muda golongan IV/c
d. Pengawas sekolah utama, terdiri atas ; Pembina utama madya golongan ruang IV/d dan
27
Pembina utama golongan ruang IV/d dan Pembina utama golongan ruang IV/e.
Secara rinci tugas pengawas sekolah berdasarkan jenjang jabatan serta pangkat dan golongan
28
ruang di atas adalah sebagai berikut:
a. Rincian tugas pengawas sekolah pratama, yaitu:
1) Melaksanakan identifikasi hasil pengawasan sekolah sebelumnya dan melaksanakan
kebijakan di bidang pendidikan dalam rangka menyusun program tahunan pengawasan
sekolah tingkat kabupaten/kota
2) Menyusun program catur wulan pengawas sekolah menjadi tanggungjawab pengawas
sekolah masing-masing
3) Melaksanakan penilaian, pengelolaan dan analisis data hasil belajar/bimbingan siswa dan
kemampuan guru
4) Mmeberikan contoh pelaksanaan tugas guru dalam melaksankana proses belajar
mengajar/bimbingan siswa
5) Melaksanakan proses belajar mengajar/ bimbingan siswa
6) Membina pelaksanaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah
7) Menyusun laporan hasil wawancara sekolah pertama
8) Melaksanakan evaluasi pengawasan seluruh sekolah yang menjadi tanggungjawabnya
9) Memantau da membimbing pelaksanaan penerimaan siswa baru
10) Memantau dan membimbing pelaksanaan Ujian Akhir Nasional/ Ujian Akhir Sekolah
(UAN/UAS)

27
Departemen Agama RI, Pedoman Rekrutmen Calon Pengawas, (Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan
Agama Islam, 2004), h.7
28 Ibid, h.8-10

17
29
b. Rincian tugas pengawas sekolah muda, yaitu:

1) Mengolah dan menganalisis hasil pengawasan sekolah sebelumnya dalam rangka


menyusun program tahunan pengawasan sekolah/madrasah tingkat kabupaten/kota
2) Menyusun program catur wulan pengawasan sekolah/madrasah yang menjadi tanggung
jawab pengawas sekolah/madrasah masing-masing
3) Menyusun butir soal instrument penelitian
4) Melaksanakan uju coba soal/instrument penilaian
5) Melaksanakan penilaian, pengolahan dan analisis hasil data belajar mengajar/ bimbingan
siswa dan kemampuan guru
6) Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses pembelajaran/
bimbingan dan lingkungan sekolah berpengaruh terhadap perkembangan dan hasil
belajar/bimbingan siswa
7) Melaksanakan analisis sederhana hasil belajar/bimbingan siswa dengan cara
memperhitungkan beberapa faktor sumber daya pendidikan yang mempengaruhi hasil
belajar/bimbingan siswa
8) Memberikan contoh pelaksanaan tugas guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar/bimbingan siswa
9) Membina pelaksanaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah/madrasah
10) Menyusun laporan hasil pengawasan sekolah/madrasah per sekolah/madrasah
11) Melaksanakan evaluasi pengawasan seluruh sekolah/madrasah yang menjadi tanggung
jawabnya
12) Memantau dan membimbing pelaksanaan penerimaan siswa baru
13) Memantau dan membimbing pelaksanaan UAN/UAS

30
c. Rincian tugas pengawas sekolah madya, yaitu;
1) Merumuskan program rancangan tahunan pengawasan sekolah tingkat kabupaten/kota

2) Menyusun program catur wulan pengawasan sekolah yang menjadi tanggungjawab


pengawas sekolah masing-masing
3) Menyusun kisi-kisi guna menyusun soal instrument penilaian
4) Menyempurnakan butir soal/ instrument penilaian
5) Melaksanakan penilaian, pengolahan dan analisis data hasil belajar/bimbingan siswa dan
kemampuan guru
6) Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses belajar
mengajar/bimbingan dan lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap perkembangan
dan hasil belajar/bimbingan siswa

29
Ibid, h.11
30 Ibid, h.12

18
7) Melaksanakan analisis komprehensif belajar/bimbingan siswa dengan memperhitungkan
berbagai faktor sumber daya pendidikan hasil belajar/ bimbingan siswa
8) Memberikan arahan dan bimbingan kepada guru tentang pelaksanaan proses
belajar mengajar/bimbingan siswa
9) Memberikan contoh pelaksanaan tugas guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar/bimbingan siswa
10) Memberikan saran untuk peningkatan kemampuan professional guru kepada
pemimpin instansi terkait
11) Melaksanakan evaluasi hasil pengawasan sekolah per sekolah
12) Melaksanakan evaluasi hasil pengawasan seluruh sekolah yang menjadi
tanggungjawabnya
13) Membina pelaksanaan pengelolaan sekolah
14) Memantau dan membimbing pelaksanaan penerimaan siswa baru
15) Memantau dan membimbing pelaksanaan UN/UAS
16) Memberikan saran penyelesaian kasus khusus di sekolah/madrasah
17) Memberikan bahan penilaian sebagai akrediasi sekolah swasta
18) Melaksanakan evaluasi hasil pengawasan per mata pelajaran/bimbingan siswa dari
seluruh sekolah
19) Melaksanakan kegiatan karya tulis/karya ilmiah dalam bidang pendidikan social
20) Menyusun pedoman pengawasan sekolah/madrasah
21) Menyusun petunjuk pedoman pengawasan sekolah/madrasah
22) Menciptakan karya seni
23) Menemukan teknologi tepat guna

31
d. Rincian tugas pengawas sekolah utama.
1) Menetapkan dan menyempurnakan rancangan program tahunan pengawasan
sekolah tingkat kabupaten/kota
2) Menyusun program catur wulan pengawasan sekolah dan tanggung jawab
pengawas sekolah masing-masing
3) Melaksanakan penilaian, pengolahan dan analisis data hasil belajar/membimbing
siswa dan kemampuan guru
4) Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses belajar
mengajar/bimbingan dan lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap perkembangan
dan hasil belajar/bimbingan siswa

31 Ibid, h.13

19
5) Melaksanakan analisis komprehensif hasil belajar/bimbingan siswa dengan
memperhitungkan berbagai faktor sumber daya pendidikan yang lebih komplek termasuk
korelasi kemampuan guru dengan hasil belajar/bimbingan siswa
6) Memberikan arahan dan bimbingan kepad guru tentang pelaksanaan proses
belajar mengajar/bimbingan siswa
7) Memberikan contoh pelaksanaan tugas guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar/bimbingan siswa
8) Memberikan saran untuk peningkatan kemampuan professional guru dan
pimpinan instansi terkait
9) Menyusun laporan hasil pengawasan sekolah per sekolah
10) Melaksanakan evaluasi hasil pengawasan seluruh sekolah yang menjadi
tanggungjawabnya
11) Membina pelaksanaan pengelolaan sekolah
12) Memberikan saran penyelesaian kasus khusus sekolah
13) Memberikan bahan penilaian dalam rangka akreditasi sekolah swasta
14) Melaksanakan evaluasi hasil pengawasan per mata pelajaran/bimbingan siswa dari
seluruh siswa
15) Melaksanakan kegiatan karya tulis/karya ilmiah dalam bidang pendidikan sekolah
16) Menyusun pedoman pelaksanaan pengawasan sekolah
17) Menyusun petunjuk teknis pelaksanaan pengawasan sekolah
18) Menciptakan karya seni
19) Menemukan teknologi tepat guna

Selanjutnya berkenaan dengan fungsi pengawasan pendidikan agama Islam baik di


32
sekolah umum maupun di madrasah adalah sebagai berikut:
a. Alat untuk mempermudah tercapainya tujuan pendidikan agama Islam di sekolah umum
dan tujuan pendidikan di madrasah
b. Alat untuk memberikan bimbingan teknik edukatif dan administrative terhadap guru
pendidikan agama Islam di sekolah umum dan terhadap seluruh staf di madrasah
c. Sumber informasi tentang kondisi objektif pelaksanaan pendidikan agama Islam di
sekolah dan pelaksanaan di madrasah
d. Keseimbangan antara rencan dan tujuan pendidikan agama Islam yang telah ditetapkan
e. Mediator antara GPAI dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran lain di sekolah
umum dan antara guru mata pelajaran selain pendidikan agama Islam di madrasah dengan
kepala madrasah dan tenaga edukatif lainnya di madrasah

Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa tugas pokok dan fungsi pengawas
pendidikan agama Islam memang terlihat sangat kompleks. Dengan demikian pengawas

32
Ibid.

20
termasuk komponen yang sangat bertanggungjawab bagi keberhasilan program pendidikan agama
Islam secara totalitas, demikian pula halnya dengan kegagalan proses pendidikan agama Islam juga
tidak terlepas dari peran pengawas pendais tersebut.

3. Evaluasi dan Teknik-Teknik pengawasan


a. Evaluasi
1) Pengertian evaluasi
Menurut Roestiyah N.K. Masalah-masalah ilmu keguruan menyebutkan empat
33
pengertia evaluasi;
(1) Evaluasi adalah proses memahami atau member arti, mendapatkan dan
mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambilan
keputusan
(2) Evaluasi ialah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya yang bersangkutan
dengan kapabilitas sebagai penyebab keberhasilan yang mendorong
pengembangan kemampuannya
(3) Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh program
telah berjalan seperti yang direncanakan
(4) Evaluasi adalah suatu alat untuk menentukan apakah tujuan dan proses
pendidikan dalam pengembnagan ilmu telah berada di jalan yang diaharapkan.
2) Dasar-dasar Evaluasi terdiri dari:
(1) Filasafat
(2) Psikologi
(3) Komunikasi
(4) Kurikulum
(5) Manajemen
(6) Sosiologi-anthropologi
(7) Evaluasi-measurement

3) Prinsip-prinsip Evaluasi terdiri dari:


(1) Keterpaduan
(2) CBSA
(3) Kontiniutas
(4) Koheransi
(5) Diskriminalitas
(6) Keseluruhan
(7) Pedagogis
(8) Akuntabilitas
4) Syarat-syarat Evaluasi
(1) Sahih (Valid)

33
Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2001), Cet. Ke-3

21
(2) Terandalkan (reliable)
(3) Objective
(4) Seimbang
(5) Membedakan
(6) Norma
(7) Fair
(8) Praktis
5) Pendekatan Evaluasi
(1) Pengukuran dengan ukuran mutlak
(2) Pengukuran dengan ukuran yang relative
(3) Pengukuran dengan ukuran self performance
b. Teknik-Teknik Pengawasan

Dalam melaksanakan tugas kepengawasan para pengawas dapat memilih dan menggunakan
beberapa teknik pengawasan antara lain ; teknik kunjungan kelas, kunjungan sekolah, tes dadakan,
34
konferensi kasus, observasi dokumen, wawancara, angket, laporan tertulis, dan sebagainya .
1) Kunjungan Kelas

Maksudnya yaitu kunjungan pengawas terhadap kelas-kelas tertentu pada sekolah/madrasah


yang telah diprogramkan untuk disupervisi. Kunjungan kelas dilakukan untuk memperoleh gambaran
yang sebenarnya, tentang proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan para siswanya.

Dalam teknis pelaksanaan kunjungan kelas tersebut dapat dibedakan antara “kunjungan
lengkap” dengan “kunjungan spesifik”.

Kunjungan lengkap adalah kunjungan yang dilakukan untuk mengobservasi seluruh aspek
belajar mengajar, misalnya ; persiapan mengajar guru, tujuan yang ingin dicapai, materi, metode dan
sebagainya.

Sedangkan kunjungan spesisfik adalah kunjungan yang dilakukan untuk mengobservasi satu
aspek tertentu, misalnya mengobservasi penggunaan metode mengajar saja, atau penilaian guru
terhadap hasil belajar siswa dan seterusnya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pengawas dalam melakukan supervisi dengan
melakukan kunjungan kelas yaitu: kunjungan kelas dapat dilakukan dengan memberitahu, tergantung
pada tujuan dan masalah yang ingin diketahui. Kunjungan kelas dapat dilakukan atas permintaan
sekolah/ madrasah atas guru yang bertugas di madrasah tersebut. Pengawas memiliki pedoman
tentang hal-hal yang akan dilakukan dalam kunjungan tersebut.
34
Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000), h.6

22
Sedapat mungkin kunjungan tersebut tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. Harus memiliki
kejelasan tentang hal-hal yang akan disupervisi atau diobservasi. Harus menyiapkan instrument
35
supervisi kita yang ditetapkan dan catatan-catatan lain yang diperlukan.

Pembahasan mengenai teknik supervisi kunjungan kelas ini, juga dibahas oleh, Made Pidarta
dalam bukunya yang berjudul Supervisi Pendidikan Kontekstual. Dari segi tujuan, ia lebih merinci
lagi teknik supervisi ini. Artinya disamping ada teknik supervisi kunjungan kelas, juga ada teknik
supervisi observasi kelas.

Made Pidarta membedakan antara teknik supervisi obseravsi kelas dengan teknik supervisi
kunjungan kelas. Menurutnya tujuan teknik supervisi kunjungan kelas tidak sama dengan tujuan
teknik supervisi kunjungan observasi kelas. Kalau tujuan supervisi observasi kelas untuk
mendapatkan data yang lengkap tentang guru yang disupervisi, maka tujuan supervisi kunjungan
36
kelas, maka akan untuk lebih jelasnya, maka akan diuraikan sebagi berikut :
(1) Teknik Supervisi Observasi Kelas

Teknik supervisi observasi kelas adalah suatu teknik supervisi yang dilakukan untuk
mengobservasi (melihat secara langsung) guru yang sedang melaksanakan proses pembelajaran di
kelas, mulai kelas itu masuk sampai usai.

(a) Tujuan Teknik supervisi observasi kelas

Sepeti pengertiannya, bahwa teknik ini adalah berwujud mengamati guru yang sedang
mengajar dalam waktu satu sesi. Jadi pengamatan dilakukan mulai kelas itu masuk ruangan kelas atau
mulai guru menangani kelas sampai dengan usai mengajar. Biasanya satu sesi ia berlangsung sekitar
90 menit. Selama waktu itu supervisor yang biasanya duduk dibelakang kelas mengobservasi secara
terus menerus semua perilaku guru dan perilaku siswa-siswa dalam proses pembelajaran. Supaya apa
yang dilihat dan didengar maupun yang dirasakan tidak mudah hilang, maka data yang didapat tidak
cukup hanya diingat saja, melainkan juga harus dicatat.

Sesudah observasi selesai dilakukan, supervisor sudah memiliki catatan lengkap tentang
perilaku guru bersangkutan yang sedang mengajarkan pelajaran tertentu. Bukan hanya catatan
perilaku guru saja yang dimilik supervisor melainkan juga catatan tentang suasana kelas serta perilaku
para siswa. Dari catatan inilah ditemukan bagaimana kualifikasi guru itu dalam membimbing para
siswa belajar.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan teknik supervisi observasi kelas adaah:

(1) Untuk mengetahui secara keseluruhan cara-cara guru mendidik dan mengajar, termasuk
pribadi dan gaya mengajarnya.

35
Ibid, h.47
36 Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h. 87

23
(2) Untuk mengetahui respon kelas atau para siswa

Sesudah mengetahui keadaan guru yang disupervisi termasuk kelas atau para siswa yang
diajarnya, maka supervisor bisa membuat catatan khusus tentang guru bersangkutan terkait dengan
kemampuan mengajar, kesan umum, kepribadian, watak dan bakat sebagai guru.

Dari analisis tersebut akan kelihatan apakah guru tersebut termasuk guru yang sudah
berkulifiaksi baik, sedang, kurang, atau lemah. Apakah guru ini perlu dibantu lewat supervisi klinis,
karena kondisinya yang lemah ataukah cukup disupervisi biasa tapi hanya frekuensinya diperbanya,
dan sebagainya. Data ini biasanya disampaiakn juga kepada kepala sekolah madrasah untuk bahan
penilaian personalia madrasah, termasuk bahan pertimbangan pada pengisian DP3

(a) Ciri-ciri teknik supervisi observasi kelas


Ada sejumlah ciri teknik supervisi observasi kelas sebagai berikut;
(1) Waktu mengadakan supervisi ada tiga kemungkinan cara menentukan waktu
mengadakan supervisi
(a) Tidak memberitahukan terlebih dahulu kepada guru yang akan disupervisi.
Supervisor dating begitu saja ke sekolah/madrasah lalu mensupervisi guru yang
ada di situ. Kebaikan cara ini adalah supervisor menemui kondisi alami di sekolah
atau keadaan guru yang disupervisi, sebagai suatu keadaan objektif sehingga hasil
evaluasi supervisor juga objektif kondisi sehari-hari guru bersangkutan.
Kelemahannya adalah guru yang disupervisi bisa terkejut, gugup, dan tidak senang
Karen tidak sempat bersiap.
(b) Memberitahukan terlebih dahulu kepada guru tentang kedatangan supervisor.
Kebaikan cara ini adalah guru dapat bersiap sebelum dilakukan supervisi,
sehingga guru tidak merasa khawatir disupervisi. Kelemahannya adalah supervisor
akan menghadapi situasi yang sangat mungkin kurang wajar, tidak seperti dalam
keadaan sehari-hari, sehingga hasil evaluasi supervisor pun kurang objektif,
karena yang disupervisi sudah bersiap dan menata kelas sebelumnya.
(c) Cara menentukan waktu kedatnagn supervisor yang ideal ke sekolah adalah
dengan memberitahukan kepada guru sebelumnya, tetapi tidak menyebutkan hari
dan tanggalnya. Yang disebut hanyalah sekitar bulan tertentu. Dengan demikian
kelemahan cara pertama dan kedua di atas dapat dikurangi.

Ketiga cara menentukan waktu mengadakan supervisi tersebut dapat juag diterpakan pada
teknik-teknik supervisi yang lain, yang proses supervisinya membutuhkan waktu formal dan tempat
teetentu. Ada penentuan waktu yang khusus untuk mengadakan supervisi observasi kelas, manakala
supervisi yang akan diadakan adalah sebagai kelanjutan dari supervisi sebelumnya, atau atas dasar
permintaan guru untuk disupervisi. Supervisi lanjutan ini biasanya telah disepakati pada waktu
mengadakan pertemuan balikan antara guru dan supervisor.

24
Penentuan waktu khusus ini khusus bisa juga tidak untuk supervisi balikan, melainkan
supervisi baru atas permohonan guru. Guru dating kepada supervisor untuk disupervisi
kemampuannya mendidik dan mengajar. Pada waktu inilah diadakan kesepakatan antara guru dan
supervisor kepada akan melakukan supervisi.

(2) Bersifat individual. Ciri teknik supervisi observasi kelas yang kedua adalah bersifat
individual. Supervisi pad teknik ini tidak dapat dilakukan oleh lebih dari satu orang
guru. Kecuali kalau ingin mensupervisi cara kerja tim guru dalam mengajar dikelas.
Sebagai tim sudah tentu melibatkan lebih dari seorang guru, mungkin ada dua orang
atau tiga orang guru. Namun pada umunya teknik supervisi observasi kelas hanya
menyangkut seorang guru saja.
(3) Tidak ada pertemuan awal. Teknik supervisi observasi kelas tidak memakai pertemuan
awal. Pada hari ini dan waktu mengadakan supervisi, guru langsung masuk kedalam
ruangan kelas dan terus mengajar. Ketika itusecaran diam-diam supervisor masuk
kedalam ruangan kelas dan biasanya duduk di belakang. Kedatanagn supervisor ini
mungkin sudah diketahui guru sebelumnya, mungkin juga tidak, bergantung pada
alternativ penentuan waktu yang dipakai oleh supervisor. Tetapi yang jelas supervisor
berusaha untuk tidak diketahui secara mencolok oleh para siswa, agar tidak merusak
suasana kelas.
(4) Minimal dilakukan pada satu pertemuan. Pada umumnya teknik supervisi observasi
kelas dilakukan hanya pada satu sesi atau satu pertemuan. Mulai para siswa masuk
ruangan kelas, selama belajar, dan sampai dengan belajar usai proses supervisi tetap
berlangsung. Supervisi bila dilakukan lebih dari satu pertemuan akan membuat guru
merasa payah, sebab guru tidak bebas sperti biasanya. Guru merasa tidak nyaman,
apalagi kalau situasi itu berlangsung lama.
(5) Pelakasanaan supervisi. Supervisi dilakasanakan oleh seorang supervisor dengan cara
mengamati, yaitu melihta, mendengar dan merasakan situasi kelas yang sedang belajar.
Yang diamati adalah perilakun guru dan perilaku para siswa. Guru yang diamati adalah
seorang diri yang sedang membimbing siswa-siswa belajar dalam proses pembelajaran.

(6) Objek yang diamati supervisor. Objek pengamatan dalam teknik observasi kelas adalah
semua hal yang dilakukan oleh guru, termasuk sikap, gaya belajra, suara, cara
mendidik, cara mengajar, dan semua sumber belajar yang dipakai dalam mengajar.
Perilaku para siswa juga mendidik objek pengamatan seperti aktivitas mereka,
dinamika kelas, dan kemampuan siswa yang tampak dalam wajah mereka.
(7) Tidak mengintervensi. Supervisor tidak boleh melakukan intervensi terhadap guru
dalam proses supervisi. Intervensi yang dimaksud antara lain adalah, menanyakan
sesuatuy, menegur, memuji, member kode tertentu, dan sebagainya. Supervisor juga
tidak boleh mengintervensi siswa-siwa belajar, dengan menanyakan sesuatu

25
kepada mereka, memperingati, melarang, dan sebagainya. Jadi baik guru mauapun
supervisor sama-sama melaksanakan tuags sendiri-sendiri.
(8) Ada pertemuan balikan. Setelah pelaksanaan atau proses supervisi selesai diadakan,
pertemuan bailkan yang dihadiri oleh supervisor dan guru bersangkutan di suatu
tempat tertentu, misalnya di kamar kantor madrasah. Tidak perlu bahkan tidak boleh
ada guru lainyang ikut hadir, agar tidak membuat guru bersangkuatn merasa malu
manakala ada tindak tanduknya yang tidak berkenan di hati supervisor, atau manakala
ada kesalahan fatal yang dibuat oleh guru. Pertemuan ini tidak boleh ditunda, agar
tidak terlupakan yang dibahas dalam pertemuan ini adalah hasil supervisi yang dicatat
oleh supervisor dan pengalaman mengajar yang baru saja dilakukan serta dirasakan
oleh guru. Pertemuan ini akan memberikan hasil ayng disepakati bersama oleh kedua
belah pihak tentang hal-hal yang positif yang sudah baik, dan hal-hal yang masih perlu
diperbaiki.
(9) Tindak lanjut. Pertemuan balika diakhiri dengan tindak lanjut dari supervisi yang baru
saja dilaksanakan. Tindak lanjut ini juga disepakati bersama. Isi tindak lanjut pada
umumnya kesepakatan untuk melaksanakan supervisi lagi pada waktu tertentu,kalau
ternyata supervisi yang baru dilakukan belum member rasa puas. Waktu untuk
melakukan supervisi berikutnya ditentukan pada pertemuan ini. Bentuk supervisi atau
teknik supervisi lanjutan ini dapat berubah, yaitu dapat dalam teknik kunjungan kelas
kalau ternyata hasil supervisi menunjukan guru bersangkutan sudah baik.
a) Proses teknik supervisi observasi kelas

Uraikan proses teknik supervisi ini dibago menjadi tiga bagian, yaitu persiapan, proses
supervisi, dan pertemuan balikan.

(1) Persiapan. Persiapan supervisi hanya dilakukan oleh supervisor sendiri, tidak bersama
guru, atau boleh guru yang terdiri dari; guru siapa yang akan disupervisi, materi yang akan
diajarkan, diruang kelas mana, alat-alat yang dipakai mencatat hasil supervisi, cara
menentukan waktu (diberi tahu sebelumnya, dating tiba-tiba, atau halnya diberitahu bulan
kedatangan saja).
(2) Proses supervisi. Begitu jam pelajaran dimulai guru dan supervisor masuk kelas. Guru
mulai mengajar di depan kelas, dan supervisor duduk di belakang. Yang perlu diperhatikan
dalam proses supervisi adalah:
(a) Sikap supervisor. Supervisor harus membawa diri agar tampak tidak mencolok di mata
para siswa, agar suasanan tidak berubah disebabkan oelh kedatangan orang lain
(supervisor). Supervisor duduk dengan tenang dan tidak perlu berbicara. Hanya
tangannya sekali-kali bergerak menuliskan sesuatu, kalau memang ada data yang perlu
ditulis.
(b) Cara mengamati guru. Supervisor mengobservasi guru mengajar adalah sambil duduk
dibelakang atau sekali-sekali beridi untuk melakukan penyegaran.

26
Pengamatan dilakukan secar terus-menerus selama pelajaran berlangsung, sehingga
semua data tentang guru ini dapat diketahui dan dicatat.
(c) Hal-hal yang diamati. Banyak hal yang harus diamati mencakup : kepribadian guru,
watak, bakat, gaya mengajar dan mendidik, pakaian dan cara berdandan, cara
mengajar (membuka pelajaran, mengorganisai materi pelajaran, penggunaan metode
pembelajaran, mengaktifkan siswa, mengelola kelas, menilai hasil belajar, menutup
pelajaran), respon kelas dan para siswa (dinamika kelas, suasana kelas, afeksi siswa,
kepuasan siswa, penguasaan materi, keterampilan siswa), kesan umum (pribadi guru,
kemampuan guru secara umum, kesan para siswa).
(d) Cara mencatat data. Bentuk catatan ada dua macam, yaitu bentuk daftar isian dan
bentuk uraian. Kalau memakai daftar isian, supervisor dapat menuliskan tanda cek
pada tempat yang sesuai dengan keadaan. Tetapi kalau memakai bentuk uraian,
supervisor harus menuliskan tentang apa saja yang dia observasi. Kedua bentuk
catatan ini mempunyai keterbatasan. Bentuk daftar isian kaan membatasi supervisor
untuk mencatat data, dia hanya dapat mencatat hal-hal yang sudah tertulis saja pada
daftar isian itu. Sebaliknya bentuk uraian member peluang untuk tidak mencatat
secara lengkap tentang apa-apa yang harus dicatat. Sebab itu dirasakan mengambil
jalan tengah, ialah dengan memakai daftar isian yang dilengkapi dengan kolom-
kolom kosong untuk mencatat hal-hal yang belun disebutkan dalam daftar isian. Atau
dapat juga dengan membuat daftar isian yang singkat-singkat seperti pedoman
observaasi, sehingga supervisor hanya menuliskan data itu dibelakang kata yang
menjadi pedoman.
(e) Mengakhiri proses supervisi. Menjelang pelajaran usai guru mulai menutup kelas,
misalnya dengan merumuskan ikhtisar pelajaran atau dengan mengadakan evaluasi
singkat. Selanjtnya supervisor pun bersiap-siap untuk mengakhiri pekerjaannya
mengamati dan mencatat segala sesuatu tentang guru beserta kelasnya. Mengakhiri
proses supervisi tidak diperlukan cara-cara khusus, melainkan cukup dengan keluar
ruangan bersama-sama dengan guru sesudah semua siswa di luar.
(3) Pertemuan balikan. Segera sesudah proses supervisi selesai, diadakan pertemuan balikan.
Dalam pertemuan ini tidak perlu ada guru lain yang ikut hadir, agar guru bersangkutan
merasa bebas mengemukakan pendapat dan hal-hal yang mengganjal dalam hatinya.
Yang harus diperhatikan oleh supervisor dalam pertemuan ini adalah :
(a) Kontak hubungan. Hubungan yang harmonis perlu diciptakan pertama kali, sebelum
membahas hasil pengamatan dalam proses supervisi. Sifat hubungan sangat
bergantung pada kemampuan supervisor menghayati pribadi, watak, dan bakat guru
bersangkutan. Atas dasar penghayatan ini dibentuk suatu hubungan yang harmonis.
Pendekatan yang dipakai menciptakan hubungan ini tentu berbeda- beda disesuaikan
dengan sifat guru masing-masing.

27
(b) Membahas hasil supervisi. Dalam membicarakan data hasil supervisi, juga perlu
disesuaikan dengan sikap dan kepribadian guru bersangkutan. Guru yang berpribadi
halus dihadapi dengan cara hati-hati dan halus pula. Guru yang sulit berbicara perlu
dibimbing dalam berbicara. Guru yang berkulitas baik diberi kesempatan untuk
berbicara, sedangkan supervisor lebih banyak mendengarkan.
(c) Penguatan. Dalam kesempatan ini guru perlu diberi penguatan, agar ia tidak berputus
asa dan tetap bersemangat untuk maju. Penguatan positif dilakukan dengan cara
memuji hal-hal yang sudah dilakukan dengan baik. Dan penguatan negative dilakukan
dengan cara mengurangi beban guru, misalnya dalam waktu enam bulan tidak perlu
diadakan supervisi sebab cara kerja guru sudah baik.
(d) Tindak lanjut. Pertemuan baliakn diakhiri dengan membuat kesepakatan tentang tindak
lanjut supervisi yang baru saja diadakan. Tindak lanjut tidak perlu dilakukan apabila
cara kerja guru sudah baik. Jika cara kerja guru sebagian besar masih belum baik,
maka bisa dilanjutkan dengan teknik supervisi kunjungan kelas. Namun jika
kemampuan guru selama proses pembelajaran sangat lemah, maka bisa dilanjutkan
dengan supervisi klinis.
b) Kebaikan teknik supervisi observasi kelas.
Teknik supervisi observasi kelas memiliki sejumlah kebaikan diantaranya sebagai berikut;
(1) Bisa mengamati kinerja guru secara utuh, seperti pribadi guru, gaya mengajarnya,
cara mendidik siswa, dan cara mengajarnya.
(2) Punya waktu yang cukup untuk mendapat semua data tentang proses pembelajaran
tentang proses pembelajaran termasuk respon siswa terhadap prose situ.
(3) Data yang lengkap ini mampu member gambaran tentang guru bersangkutan secara
utuh. Gambaran seperti ini dapat juga

28
Teknik Pengumpulan Data

Teknik pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

b. Observasi

c. Wawancara

a. Dokumentasi Ad.(a) dokumentasi

Data tentang kepala madrasah dan pengawas Madrasah pada MAS Darul Mukhlisin dapat
diperoleh melalui Kantor Kementerian Agama Kota Takengon.

Ad.(b) Aspek yang diamati dan latar pengamatan yang dilakukan antara lain :

No Aspek yang diamati Latar Ket.


1 Situasi dan Kondisi madrasah Besar gedung, bentuknya, jumlah
MAS Darul Mukhlisin ruangan kelas, kondisi pencahayaan
kelas, kondisi dan jumlah bangku,
kelengkapan alat pengajaran,
pekarangan, pagar, gerbang masuk,
warung madrasah jaraknya dari
pusat kota, jalan raya disekotarnya,
dsb
2 Proses interaksi kepala madrasah Sikap kepala madrasah terhadap
dengan pengawas pengawas, cara penyambutan
kedatangan pengawas, cara berbicara
dengan pengawas, mimik wajah
ketika menghadapi
pengawas, cara berbicara dengan guru
jika didepan dan dibelakang
pengawas, dsb
3 Pelaksanaan kunjungan kelas oleh Sikap pengawas pada waktu masuk
pengawas kelas, cara pengawas memulai
pembicaraandengan guru, sikap
pengawas selama pengamatan
kunjungan kelas, cara pengawas
mengintervensi guru dalam mengajar
(jika dilakukan), cara pengawas
mengakhiri kunjungan kelas, tindakan
yang dilakukan pengawas setelah
melakukan
kunjungan kelas, dsb

29
4 Proses pertemuan balikan Cara pengawas menjaga hubungan
pengawas dengan guru yang yang harmonis dengan guru, cara
diawasi pada waktu kunjungan pengawas membahas hasil supervisi,
kelas cara pengawas memberikan penguatan,
cara pengawas membuat kesepakatan
tindak lanjut dengan guru (jika
masih diperlukan).

Ad.(c) dilakukan pada bulan April 2017 dengan responden Pengawas, Kepala Madrasah, dan guru.

Kisi- kisi Wawancara

No Responden Aspek Pertanyaan Jumlah Ket.


1 Perencanaan 14
Pengawas Pelaksanaan 9
Evaluasi 15
2 Perencanaan 7
Kepala Madrasah Pelaksanaan 9
Evaluasi 13
3 Perencanaan 10
Guru Pelaksanaan 10
Evaluasi 6

Daftar pertanyaan penelitian bulan April 2017

Hasil Penelitian

Responden Pengawas
A. Perencanaan
1. Apakah Bapak memberitahukan terlebih dahulu kepada kepala madrasah jika
ingin melakukan kunjungan supervisi?
2. Apakah sebelum melakukan kunjungan sepervisi, Bapak menyusun program supervisi?
3. Komponen apa saja yang terkandung dalam program yang disusun tersebut?
4. Hal- hal apa saja yang Bapak sarankan kepada kepala madrasah dalam rangka
supervisi tersebut?
5. Adakah Bapak membuat rencana kerja tahunan dalam rangka pelaksanaan supervisi?
6. Adakah bapak melibatkan pihak lain (guru, kepala madrasah atau pihak lain) dalam
menyusun rencana kerja tahunan (yang ada didalamnya jadwal kunjungan) tersebut, dan
Bagaimana caranya?
7. Kepada pihak mana sajakah rencana kerja tahunan tersebut diberitahukan?

30
8. Bagaimana Bapak mengkoordinasikan rencana kerja tahunan tersebut agar dapat terlaksana
dengan baik? (mis. Agar jadwal kunjungan tidak dempet dengan kunjungan pengawas
lainnya di hari yang sama pada satu madrasah)
9. Apa saja persiapan yang dilakukan sebelum melakukan supervisi ke madrasah binaan
Bapak?
10. Adakah Bapak memberitahukan terlebih dahulu kepada madrasah binaan Bapak sebelum
melakukan kunjungan seprvisi?
11. Apa saja bentuk pemberitahuan kunjungan supervisi yang bapak lakukan?
12. Adakah bapak memastikan pemberitahuan telah diterima oleh madrasah yang akan
disupervisi minimal satu hari sebelum kunjungan?
13. Adakah bapak memberitahukan kepada madrasah binaan bapak jika terjadi perubahan
jadwal?
14. Unsur- unsur apasajakah yang ternuat dalam pemberitahuan kunjungan supervisi tersebut?

B. Pelaksanaan pengawasan
1. Bagaimanakah bapak melakukan pengawasan terhadap guru dalam membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, dan apa yang sering Bapak temukan (RPP)?
2. Bagaimana bapak melakukan pengawasan terhadap guru dalam hal dalam pelaksanaan RPP
di kelas, dan apa yang sering bapak temukan?
3. Berapa kali bapak melakukan kunjungan supervisi terhadap madrasah binaan Bapak?
4. Kapan saja jadwal kunjungan Bapak tersebut?
5. Bagaimana proses kerjasama yang bapak lakukan dengan kepala madrasah dalam bidang
kurikulum?
6. Bagaimana proses kerjasama yang bapak lakukan dengan kepala madrasah dalam bidang
kegiatan belajar mengajar?
7. Bagaimana bapak melakukan pengawasan terhadap guru dalam pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya?
8. Bagaimana bapak melakukan pengawasan terhadap kompetensi guru yang berkaitan dengan
penguasaan dan pemahaman materi ajar?
9. Bagaimana bapak mensupervisi guru, terkait dengan evaluasi terhadap pelaksanaan RPP, apa
yang sering bapak temukan?

C. Evaluasi
1. Adakah bapak mengolah data hasil kunjungan ke madrasah binaan Bapak?
2. Apa saja temuan- temuan yang sering bapak temui dalam evaluasi tersebut?
3. Dalam pengolahan data hasil supervisi tersebut, apakah sudah dilakukan secara
komputerisasi? Adakah pembantu administrasi atau operator khusus pengolah data di
ruangan bapak?

31
4. Dalam pengolahan data hasil supervisi tersebut, apakah ada melibatkan tenaga profesional
dalam rangka pengumpulan dan analisis data? (mis. Mahasiswa, pakar psikologi, dsb)
5. Adakah bapak membuat rangkuman tertulis tehadap data kualitatif yang disertai dengan
kesimpulannya terhadap guru atau madrasah binaan bapak?
6. Adakah bapak menggunakan data hasil supervisi sebelumnya sebagai masukan bagi
supervisi berikutnya? Bagaimana caranya?
7. Bagaimanakah penyimpanan data hasil supervisi dari madrasah binaan Bapak? (mis.
Dikelompokkan berdasarkan madrasah, menyediakan 1 file untuk masing- masing guru,
dsb)
8. Adakah bapak menjaga kerahasiaan data madrasah dan guru yang menjadi binaan bapak?
Bagaimana caranya?
9. Adakah bapak membuat laporan bulanan hasil supervisi pada madrasah binaan bapak?
(mis. Pelaksanaa kegiatan, hasil yang dicapai, kendala yang dihadapi, dsb)
10. Adakah bapak membuat laporan tahunan yang merangkum dan meringkaskan isi laporan
bulanan dari hasil supervisi yang bapak lakukan?
11. Adakah bapak memberikan laporan bulanan serta tahunan hasil supervisi tersebut ke
kemenag dan kanwil kemenag?
12. Adakah bapak mengirimkan ke madrasah yang menjadi binaan bapak hasil analisis yang
bapak lakukan untuk ditindak lanjuti, atau dibawa sendiri untuk didiskusikan pada
kunjungan berikutnya?
13. Bagaimana bapak melakukan pengawasan terhadap guru dalam melaksanakan hasil
evaluasi hasil belajar?
14. Apa saja kendala yang Bapak hadapi dalam melakukan supervisi pada madrasah yang
menjadi tanggung jawab pengawasan bapak?
15. Apa menurut Bapak solusi yang tepat untuk mengatasi kendala- kendala tersebut?

I. Responden Pengawas

Dijadikan sebagai sarana supervisi tidak siap. Ketidaksiapan disini boleh jadi karena kepala
madrasah yang ingin ditemui tidak sedang berada di tempat, atau mungkin juga guru yang akan
disupervisi sedang memberikan ulangan harian kepada siswa, atau mungkin juga guru yang ingin
disupervisi sedang dinas luar, atau ditugaskan untuk mengikuti pelatihan, penataran, dan sebagainya,
sehingga tujuan pengawas yang ingin mensupervisi kepala madrasah atau guru tidak tercapai.

Beda halnya dengan kedua pernyataan diatas, kepala madrasah lainnya yang penulis
wawancarai menyatakan bahwa dalam prakteknya ada sebagai pengawas yang memberitahukan.

32
kunjungan supervisinya dan adapula sebagian lainnya yang tidak memberitahukan sama sekali.
Akan tetapi, yang tidak memberitahukan kunjungan supervisinya berjumlah lebih banyak dari
pada yang memberitahukan.

Menurut hemat penulis, yang demikian itu dilakukan oleh pengawas untuk meliht apakah
guru-guru dan juga kepala madrasah selalu berusaha untuk mempersiapkan segala sesuatunya bagi
kelancaran proses pendidikan di lembaganya. Dengan demikian walaupun kepala madrasah dan
guru-guru tidak diawasi namun mereka tetap melaksanakan tugas-tugas serta tangung jawabnya
masing-masing sebagaimana mestinya.

Disamping itu, menurut penulis kedatangan pengawas yang tidak pernah memberitahukan
kunjungannya juga tidak selalu tepat. Karena jika hal itu selalu terjadi, maka disamping dapat
mencerminkan bahwa pengawas belum membuat perencanaan yang tepat, artinya seolah-olah
pekerjaan sebagai pengawas tidak begitu prioritas sehingga terkesan supervisi yang dialkukan
hanya ketika pengawas memiliki waktu yang agak luang, namun jika ada kesibukan lain, maka
pekerjaansupervisi tidak dilakukan.

Hal lain yang juga tercermin dari temuan diatas yaitu, pengawasan yang telah dilakukan masih
kurang efektif, karena kedatangan yang secara tiba-tiba tersebut bisa saja kepala madrasah atau
guru yang ingin di supervisi tidak sedang berada ditempat, sehingga tujuan dari supervisi tidak
tercapai secara optimal.

4. penetapan Jadwal Kunjungan Pengawas ke Madrasah

Secara teoritis dan secara idealnya, pengawas harus membuat rencana kerja tahunan yang secara
jelas menunjukkan tanggal dan hari kunjungan kesetiap madrasah. Artinya, setiap pengawas harus
sudah memiliki jadwal kunjungan yang akan dilaksanakan untuk satu tahun yang disusun pada
awal tahun pembelajaran. Dalam rencana kerja tahunan ini juga harus terdapat uraian tentang
bagaimana penyesuaian jadwal kunjungan akan dilakukan jika tersapat halangan. Disamping itu,
berdasarkan rencana tahunan tersebut juga harus disusun jadwal selama setahun bagi setiap
madrasah yang dijadikan binaan dan salinannya disampaikan kepada masing-masing madrasah
yang menjadi binannya untuk ditempelkan di ruang kepala madrasah dan ruang guru.

33
Disamping itu, jadwal tersebut juga harus ditempelkan di ruangan pengawas untuk bulan yang
sedang berjalan.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang waktu atau jadwal kunjungan pengawas madrasah ke MAS
Darul Muhlisin berikut ini dikemukakan temuan penulis di lapangan, yaitu informasi yang
diperoleh melalui wawancara dengan sejumlah reponden penelitian, baik pengawas, kepala
madrasah, maupun guru MAS Darul Muhlisin .

Berdasarkan informasi dari salah seorang pengawas yang penulis wawancarai bahwa jadwal
kunjungan yang dilakukannya pada satu bulan secara bervariasi dengan hari yang bergantian.
Misalnya untuk bulan ini kunjungan ke madrasah A dilakukan pada hari selasa, sedangkan
kunjungan ke madrasah B dilakukan pada hari rabu. Kemudian pada bulan berikutnya madrasah A
dilakukan pada hari rabu, sedangkan pada madrasah B dilakukan pada hari selasa.

Masil terkait dengan jadwal kunjungan pengawas ke MAS Darul Muhlisin , salah seorang
pengawas lainnya yang penulis wawancarai mengungkapkan bahwa ia melakukan pengawasan
ketika adanya mata pelajaran Aqidah Akhlah di madrasah tersebut, demikian juga ketika
melakukan pengawasan administratif. Hal itu dikarenakan pengawas tersebut bertugas mengawasi
jalannya kedua bidang studi itu. Dan juga dalam pengawasan akademik ia memberikan pembinaan
dan pengarahan administratif pada madrasah yang menjadi penanggungjawabnya. Kunjungan
tersebut dilakukan pada ahir bulan (minggu keempat).

Selanjutnya melalui wawancara dengan salah seorang pengawas lainnya terungkap bahwa jadwal
kunjungan ke madrasah yang ada dalam tanggung jawab pengawasannya adalah tidak menentu,
artinya kunjungan mereka ke madrasah tidak dijadwalkan pada waktu-waktu tertentu. Kunjungan
dilakukan pada waktu diperlukan, namun demikian dalam satu ungkapan diatas, maka salah
seorang pengawas lainnya juga menyatakan bahwa jadwal kunjungannya tidak ditentukan. Hal ini
terjadi karena sulit untuk menentukan jadwal kunjungan berdasarkan hari, tanggal dan jam
tertentu. Sulitnya menentukan tanggal, hari, dan jam kunjunan disebabkan oleh permasalahan yang
berbeda-beda dari masing-masing madrasah tersebut, yang tentu juga terkait dengan SDM
(Sumber Daya Manusia) yang berbeda pula pada masing-masing madrasah. Oleh karena itu, maka
ada madrasah yang cukup disupervisi sekali dalam sebulan, tapi ada pula madrasah yang perlu
disupervisi lebih dari satu kali dalam sebulan.

34
Berdasarkan dari pernyataan yang diungkapkan oleh pengawas yang penulis wawancarai diatas,
maka terlihat hanya satu orang diantara mereka yang secara tegas menyatakan bahwa jadwal
kunjungannya dilakukan pada awal bulan. Sedangkan selebihnyantidak menyatakan secara tegas
kapan jadwal kunjungan dalam rangka supervisi ke madrasah yang menjadi tanggungjawabnya.
Bahkan jawaban yang meraka utarakan ketika penulis mengkonfirmasi mereka tidak lain adalah
“tidak ditentukan” atau “tidak menentu”.

Artinya kunjungan bisa saja dilaksanakan pada awal bulan, pertengahan bulan atau pada akhir
bulan. Bahkan ada kemungkinan tidak pernah berkunjung selama satu bulan. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa pengawas madrasah di secara umum belum menetapkan jadwal yang jelas
seperti menetapkan tanggal, hari, maupun jam kunjungan pengawas madrasah di secara umum
belum menetapkan jadwal yang jelas seperti menetapkan tanggal, hari, maupun jam kunjungan
melalui sebuah perencanaan (rencana kerja) sehingga jadwal kunjungan yang dilakukan tidak
memiliki pedoman dan acuan yang jelas.

Sehubung dengan pernyataan-pernyataan pengawas diatas, maka penulis pun melakukan


konfirmasi dengan kepala madrasah , ternyata realitas di lapangan memang menujukkan hal yang
demikian. Menurut salah seoarang kepada madrasah yang penulis wawancarai dinyatakan bahwa
jadwal kunjungan pengawas ke madrasahnya tidak menentu. Ungkapan senada juga muncul dari
salah seorang kepala madrasah lainnya, bahwa tidak menentunyajadwal kunjungan pengawas ke
madrasahnya ditandai dengan kunjungan pengawas yang kadang-kaang datang pada awal bulan,
kadang-kadang pada pertengahan bulan dan kadang-kadang pada akhir bulan.

Melalui salah seoarang kepala madrasah lain juga didapatkan informasi, bahwa jadwal kunjungan
pengawas dalam rangka melakukan supervisi pada madrasah yang dipimpinnya tidak menentu.
Karena ia tidak menerima jadwal yang sengaja diberikan oleh pengawas dalam rangka pelaksanaan
supervisi. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa tidak menentunya jadwal kunjungan
kepengawasan sebagian besar pengawas diatas secara tidak langsung dapat dipahami bahwa belum
adanya rencana kerja yang dibuat oleh pengawas secara tersusun, terstruktur, dan sistematis.
Kunjungan hanya dilakukan ketika pengawas memiliki kesempatan saja, sedang meiliki waktu
yang agak luang, atau boleh jadi ketika pengawas tersebut sedang tidak ada kesibukan lain.
Sehingga konsekuensinya pekerjaan sebagai pengawas siletakkan pada

35
urutan nomor sekian, artinya pekerjaan pengawas tidak dijadikan sebagai suatu pekerjaan yang
utama sesuai dengan apa yang telah dipercayakan pada mereka.

Menurut analisa penulis, kinerja pengawas yang demikian itu sebenarnya beum menunjukkan
sikap profesionalisme sebagai seorang pengawas yang mana tugas utamanya adalah membina dan
mengarahkan seganap personil madrasah, dan juga termasuk didaamnya kepada madrasah dalam
upaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di lembaganya. Dari temuan-temuan diatas
terkesan bahwa pekerjaan sebagai pengawas hanya dijadikan pekerjaan sampingan saja.

Jika hal itu terjadi, maka fungsi sebagai pengawas sebenarnya tidaklah memberikan dampak apa-
apa bagi kemajuan madrasah yang dibinanya. Padahal tugas seorang pengawas tersebut tidaklah
mudah. Dengan kata lain, tugas dan tanggung jawab seorang pengawas tidak cukup hanya
dilakukan dengan berkunjung ke madrasah kemudian memberikan saran-saran kepada kepala
madrasah atau guru mata pelajaran tertentu, kemudian tugasnya selesai.

Akan tetapi lebih dari itu, jika seorang pengawas perlu menindak lanjuti seberapa besar saran-
saran atau masukan-masukan yang diberikan tersebut berdampak terhadap kemajuan dan
peningkatan pendidikan pada madrasah yang menjadi tanggungjawab. Artinya, saran-saran dan
masikan tersebut perlu dievakuasi pelaksanaannya. Jika ada masukan atau saran yang masih belum
dilaksanakan, maka pengewas perlu mencarikan solusi lain.

B. Bentuk-bentuk Pelaksanaan Pengawas Pendidikan Pada Madrasah di Kota Takengon

1. Pengawasan terhadap pembuatan, pelaksanaan dan Evaluasi Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP)

a. Pelaksanaan Pengawasan Terhadap Pembuatan RPP

Salah satu yang perlu dipersipakan guru dalm perencanaan pembelajaran yakni, silabus dan RPP,
maka harus disusun oleh guru. RPP yang berhasil akan terlihat dalam praktek pembelajaran di
kelas, dalam bentuk interaksi dengn peserta didik, dan dalam suasana yang menyenangkan.
Berdasarkan data lapangan yang penulis dapatkan terkait dengan pengawasan terhadap guru
madrasah pada tentang pembuatan RPP yang dilakukan oleh pengawas, terdapt beberapa fenomena
yang di emui di lapangan.

Menurut informasi dari seorang pengawas yang penulis wawancarai menyatakan bahwa:

Dalam pelaksanaan supervisi, saya menemukan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang

36
dibuat oleh guru masih sering terpaku hanya kepada satu buku teks sebagai sumber utama materi
pembelajaran. Akibatnya pelajaran akan menjadi monoton, karena seluruh proses pembelajaran
hanya berpatokan pada satu buku teks. Padahal tidak seharusnya guru hanya terpaku pada satu
buku teks. Artinya sumber itu tidak hanya satu buku teks saja, namun juga pada buku-buku teks
lainnya dan bahkan juga dari berbagai sumber bacaan lainnya seperti ; bahan dari internet, majalah
koran dan sebagainya. Dengan memperkaya RPP dari berbagai sumber tersebut, diharapkan murid
akan lebih mudah memahami materi pelajaran dan pembelajaran akan menjadi menyenangkan.

Senada dengan pernyataan diatas, salah seoarang pengawas lainnya yang pernah penulis
wawancarai juga mengungkapkan beberapa kelemahan dan kekurangan RPP yang dibuat oleh guru
dalam kepengawasannya. Terkait dengan hal itu ia menyatakan:

Dalam pelaksanaan pengawasan yang saya lakukan terhadap pembuatan RPP oleh guru masih
sering ditemui kelemahan-kelemahan. Kelemahan tersebut diantaranya ; masih banyak guru
menyusun RPP tidak terlampirkan instrumen penilaian, dan kalaupun ada, maka soal yang
tercantum dalam RPP tersebut belum mereprensantisikan tujuan yang ingin dicapai. Di ssmping itu
kelemahan lain yang juga sering saya temui tentang pembuatan RPP ini yaitu, alokasi waktu yang
tersedia tidak sesuai dengan konten materi. Artinya materi yang akan dibahas terlalu luas dan
dalam, sementara waktu yang dicantumkan dalam RPP hanya sedikit.

Pengawas lainnya yang penulis wawancarai junga mengungkapkan bahwa, dalam melakukan
pengawasan terhadap guru dalam pembuatan RPP masih sering ditemui kekurangan-kekurangan
diantaranya ; perumusan tujuan pembelajaran yang dibuat oleh sebagian besar guru belum
mengindikasikan pembelejaran PAIKEM, sebahagaian guru yang membuat RPP tidak lengkap
sesuai dengan tuntutan Permendiknas No.41 tahun 2007, seperti tidak membuat tujuan
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran yang tidak lengkap, tidak lengkap sumber belajar
atau penilaiannya, dan sebagainya.
Pengawas lain yang juga pernah penulis wawancarai menyatakan bahwa untuk melihat
pelaksanaan RPP yaitu langsung melakukan pemantauan terhadap guru mengajar di kelas. Maka
hal yang sering ditemuinya adalah proses KBM tidak sesuai dengan RPP yang terlah dibuat.

Sementara itu, berdasarkan observasi yang penulis lakukan terhadap proses pengawasan yang
dilakukan oleh pengawas ketika datang ke madrasah binaannya, penulis menemui dua cara
yaitu :”pertama, pengawas bertemu langsung dengan guru yang akan disupervisi, lalu melakukan
pengecekan, pemeriksaan dan penilaian terhadap perangkat pembelajaran yang diberikan oleh guru
tersebut. Kedua, pengawas melakukan penilaian atau pengecekan terhadap persiapan atau
37
perangkat mengajar guru yakni ; rencana pesiapan pembelajaran (RPP), program tahunan, program
semester, yang hanya dilakukan tanpa bertemu dengan guru. Artinya guru yang bersangkutan
hanya mengumpulkan perangkat atau persiapan-persiapan mengajarnya kepada kepala madrasah
dan kemudian kepala madrasah memberikan kepada pengawas untuk melakukan pengecekan,
pemeriksaan, dan penilaian terhadap perangkat mengajar tersebut.

Setelah pengawas melakukan pengecekan maka diberikan komentar atau catatan terhadap
perangkat atau hal-hal yang dilakukan supervisi, namun hal yang paling diutamakan dalam
pengecekan atau penilaian adalah perangkat atau persiapan KBM sebelum mengajar tertuama RPP.
Dalam penyampaian komentarpun pengawas juga melakukan dengan dua cara: pertaman, melalui
kepala madrasah yakni hanya menyampaikan catatan-catatan peneliti itu kepada kepala madrasah
dan disuruh kepala madrasah yang menyampaikan sendiri kepada guru yang bersangkutan. Kedua,
dilakukan oleh pengawas sendiri, maka kepala madrasah memohon bantuan pengawas secara
langsung untuk melakukannya.

b. Pengawasan terhadap pelaksanaan RPP

seperti telah diketahui, RPP merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang sangat penting
dibuat oleh guru sebelum ia mulai melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Namun hanya
dengan RPP yang bagus saja, tidaklah serta merta menjamin keberhasilan suatu proses
pembelajaran. Karena suatu perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang bagus tidak akan banyak
memberi arti, jika tidak sejalan dengan pelaksanaannya. Oleh karena itu, agar proses pembelajaran
sesuai dengan apa yang diharapkan, maka perlu dilakukan kedisiplinan guru dalam pelaksanaan
RPP yang ia buat. Pengawas sebagai orang yang telah diamanatkan untuk memberikan pembinaan
kepada guru juga bisa berkontribusi dalam keberhasilan kegiatan belajar mengejar yang terkait
dengan pelaksanaan RPP. Kontribusi tersebut berupa pembinaan yang terdiri dari arahan,
bimbingan, contoh, dan saran kepada guru yang menjadi binaannya.

Mengenai hal itu, berdasarkan data yang penulis peroleh terkait dengan supervisi pengawasan
pelaksanaan RPP oleh guru pada madrasah , terdapat beberapa fenomena. Berdasarkan informasi
yang penulis dapatkan dari seorang pengawas menyatakan bahwa, dalam kunjungan supervisi yang
ia lakukan di samping memeriksa dan menilai RPP yang dibuat oleh guru, maka upaya selanjutnya
adalah melakukan observasi terhadap guru yang dalam mengajar. Ini bertujuan di samping ingin
nebgetahui secara langsung proses belajar mengajar antara guru dan siswa, juga ingin mengetahui
apakah RPP yang dibuat guru tersebut sudah tepat dalam pelaksanaannya. Maka berdasarkan
pengamatan yng dilakukan tersebut, ia menyatakan bahwa kekurangan yang sering ia temui adalah
guru sering mengajar tidak sesuai dengan RPP yang ia buat.
38
Informasi lain yang juga penulis dapatkan dari pengawas lainhya menyatakan bahwa, dalam
pengamatan terhadap guru mengajar hal yang biasa ia temui yaitu, waktu yang tersedia dalam RPP
tidak cukup unuk mencapai isi materi yang akan diajarkan. Akibatnya permasalahan terhadap
materi pembelajaran tidak merata, artinya pada awal-awal jam pelajaran guru memberikan
penjelasan yang luas pada poin-poin tertentu, namun di ujung jam pelajaran karena waktu yang
tinggal sedikit sementara materi harus diselesaikan, sehingga pada pembahasan poin-poin terakhir,
tidak begitu mendalam sehingga membuat tujuan yang ingin dicapai kurang optimal.

Pernyataan yang penulis dapatkan dari pengawas lainnya mengungkapkan supervisi dengan
pemantauan langsung. Dalam pengawasan terhadap pelaksanaan RPP terdiri dari tiga bagian
yaitu ; pendahuluan, kegiatan initi, dan penutup. Permasalahan yang masih sering ditemui di
lapangan adalah guru masih kurang memahami tahap-tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
dalam pelaksanaan kegiatan inti pembelajaran.

Pernyataan yang hampir senada juga diungkapkan oleh seorang pengawas lainnya yang
menyatakan bahwa, pelaksanaan RPP pada saat mengajar guru sering kesulitan dalam
menggunakan metode yang telah ditentukan dalam RPP, sehingga praktek pembelejaran sering
tidak sesuai dengan RPP yang dibuat.

c. pengawas terhadap evaluasi RPP

supervisi yang dilakukan oleh pengawas terkait dengan pelaksanaan RPP tidak terlepas dari
supervisi yang dilakukan tehadap pembuatan dan pelaksanaan RPP itu sendiri. oleh karena itu, dapat
diuraikan beberapa relaitas yang penulis temui dilapangan.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, maka penulis lihat bagaimana cara pengawas
dalam mengevakuasi RPP yang dibuat oleh guru. Melalui kepala madrasah pengawas meminta
perangkat pembelajaran guru yang akan disupervisi. Data yang telah didapatkan tersebut diperiksa
oleh pengawas satu persatu termasuk juga RPP, khusus pemeriksaan terhadap RPP dilakukan untuk
mengetahui, apakah RPP yang dibuat tersebut telah memenuhi SK dan KD. Hasil dari pemeriksaan itu
pengawas memberikan beberapa catatan pada lembaran RPP tersebut, catatan yang diberikan bisa
berupa koreksi, saran, pemberitahuan terhadap kekurangan RPP. Setelah pemeriksaan dan pemberian
beberapa catatan tersebut, selanjutnya pengawas menyerahkan kembali perangkat pembelajaran itu
kepada kepala madrasah guna disampaikan kepada guru yang bersangkutan.

Di samping observasi, penulis juga memperoleh informasi dari seorang pengawas melalui

39
wawancara, menyatakan bahwa supervisi yang dilakukan terhadap pembuatan RPP dan juga
pelaksanaannya. Pertama-tama ia melakukan pemeriksaan terhadap RPP yang telah dibuat. Catatan-
catatan diberikan pada RPP tersebut terkait dengan kelemahan-kelemahan yang masih ada. penilaian
tidak berhenti disitu, stelah diperiksa, kemudian tahap selanjutnya adalah melakukan pengamatan
dalam pelaksanaan RPP pada PBM. Pada PBM ini, berbagai catatanpun diberikan tentang
keterlaksanaan RPP yang telah dibuat tersebut. Terakhir setelah PBM di kelas ia melakukan pertemuan
dengan guru yang disupervisi guna membahas pembuatan RPP dan sekaligus pelaksanaannya di kelas.
Atas berbagai kelemahan yang masih ada pengawas pengawas menyarankan kepada guru untuk
menyempurnakannya.

Senada dengan hal itu, pengawas lainnya juga penulis wawancarai menyatakan bahwa,
supervisi terhadap evaluasi pelaksanaan RPP dilakukan mulai dari pembuatan hingga memantau
pembuetan hingga memantau keterlaksanaannya di kelas. Terkait berbagai kelemahan yang masih ada
maka pengawas mendiskusikan dengan guru yang disupervisi. Pengawas lainnya juga menyatakan,
supervisi yang dilakukan terkait dengan evaluasi terhadap RPP yaitu berdiskusi dan memberikan
saran-saran kepada guru yang disupervisi. Pengawas lainnya yang penulis wawancarai menyatakan
bahwa dalam mengevalusi keterlasanaan RPP, ia selalu melakukan observasi kelas terkait dengan
pelaksanaan RPP di kelas.

Berdasarkan pernyataan pegawas di atas, demi kelengkapan informasi, maka peulis juga
melakukan konfirmasi terhadap guru yang diawasi. Salah seorang guru yang penulis wawancarai
menyatakan bahwa, dalam pelaksanaan supervisi pengawas memang serisng memita peragkat
pembelajaran kepada dirinnya. Dala perangkat pembelajaran tersebut, yang paling sering diberikan
catatan dan komentar oleh pengawas adalah RRP. Keterlibatan pengawas dalam evaluasi RPP memang
sudah ada. Bentuk keterlibatan itu, diantarannya ; pemeriksaan terharap lembaran RPP yang dibuat.
Kemudian dilanjutkan dengan observasi kelas. Biasannya evaluasi yang dilakukan oleh pengawas
adalah berupa catatan-catatan kekurangan yang masih terdapat pada RRP, demikian juga halnya
dengan KBM ( kegiatan belajar mengajar ) di kelas, pengawas juga menyampaikan berbagai
kekurangan dan kelemahan. Baik berupa catatan-catatan maupun secara lisan. Terkait dengan berbagai
37
kekurangan tersebut, pengawas melakukan berbagai koreksi dengan memberikan saran- saran.

Sementara itu, guru lain yang juga penulis wawancarai menyatakan bahwa penilaian dan
pemeriksaan terkait dengan RRP sekaligus pelaksanaannya memang sering dilakukan pengawas.
Disamping pengawas memberikan saran, maka juga ada mengarahkan bagaimana cara membuat RPP
yang baik. Namun sayangnya arahan tersebut kebanyakan belum berupa contoh yang konkrit, sehingga
hasilnya masih belum optimal.

40
Agak berbeda dengan kedua pernyataan di atas, guru lain yang uga penulis wawancarai
menyatakan bahwa pengawasan yang dilakukan pengawasan terkait dengan evaluasi terhadap
pelaksanaan RPP yang sering dialaminnya yaitu, dalam pemeriksaan RPP dia hanya sering
memberikan kepada kepala madrasah untuk dilanutkan kepada pengawas. Setelah pemeriksaan
dilakukan maka aia menerima beberapa catatan-catan pada lembaran RP, catatan yang terdapat pada
lembaran RPP tersebut, ada yang berupa koreksi, saran, arahan, dan terkadang pesan-pesan pengawas
38
yang di sampaikan melalui kepala madrasah.
2. Pelaksanaan Pengawasan Bidang Kegiatan Belajar Mengajar.

Hal yang terkait dengan pelaksanaan supervisi bidang kegiatan belajar mengajar meliputi;
pertama, persiapan mengajar seperti ; a. membuat program tahunan. b. membuat program semester.
c. membuat rencana /persiapan mengajar kedua, melaksanakan KBM seperti ; a. pendahuluan. b.
pengembangan. c. penerapan. d. penutup.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka salah seorang pengawasa yang penulis wawancarai
mengungkapkan bahwa berbagai bentuk penilaian yang diberikan kepada guru yang mengajar pada
saat mengadakan kunjungan kelas baik oleh pengawas sendiri,maupun bersama-sama dengan kepala
madrasah pada dasarnya merupakan satu bentuk usaha pengawas dalam melaksanakan supervisi dari
kunjungan kelas tersebut dianalisis untuk mencari alternativ solusi atas berbagai kelemahan dan
39
kekurangan yang perlu diperbaiki dan di tingkatkan oleh guru yang bersangkutan.

Ungkapan senada juga di ungkapkan oleh seorang pengawas lainnya bahwa dalam
melaksanakan pengawasan saya lebih cendrung melakukan pengamatan terhadap persiapan guru
dalam mengajar. Hal ini dilakukan karena persiapan guru dalam mengajar sangat menentukan dalam
40
pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri.

Di samping itu, pengawas lainnya yang juga penulis wawancarai juga menyatakan bahwa, dalam
pelaksanaan pengawasan kunjungan kelas disamping ia melihat cara guru menyampaikan pembelajaran,
41
ia juga selalu memeriksa kelengkapan persiapan mengajar oleh guru bersangkutan.

37
Dra. Asmira Wati, Guru Qur`an Hadist, Wawancara Takengon, September 2017.
38
40Sudarman,S.Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak MTsN, Wawancara Takengon, September 2017
Syaiful Azhar, S,Ag, Pengawas Rumpun Mata Pelajaran Aqidah Akhlak, Wawancara Takengon, September 2017
41
Zahardi, S,Ag, Pengawas Rumpun Mata Pelajaran Fiqih, Wawancara Takengon, September 2017

41
Pengawas lainnya yang pernah penulis wawancarai menyatakan hal yang sama yaitu sebelum
melakukan pengawasan baik itu dengan teknik kunjungan kelas maupun tidak, maka ia selalu
42
melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan persiapan mengajar guru.

Dari temuan-temuan di atas, dapat dipahami bahwa bentuk-bentuk pelaksanaan supervisi yang
dilakukan oleh pengawas dalam konteks penelitian ini paling tidak terdapat dua bentik pelaksanaan
pengawasan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada madrasah di , yaitu ;bidang rencana
pelaksanaan pembelajarandan bidang kegiatan belajar mengajar. Kalau dalam bidang RPP usaha
yang dilakukan oleh pengawas dalam dalam pelaksanaan supervisi yaitu terlihat dengan memeriksa
RPP, memantau pelaksanaannya, dan mendiskusikan berbagai kelemahan yang adaguna mencari
solusinnya.

Sedangkan dalam bidang KBM usaha yang dilakukan oleh pengawas yaitu lebih mengarah
kepada kegiatan menilai dan memberikan pembinaan-pembinaan terhadap guru berdasarkan hasil
evaluasi kunjungan kelas, baik kunjungan itu dilakukan oleh pengawas secara individu, maupun
bersama-sama dengankepala madrasah.
C. Pelaksanakan Evaluasi Pengawasan Pada Mas Darul Mukhlisin.

1. Pelaksanaan evaluasi hasil supervisi

Evaluasi perlu dilakukan dalam rangka untuk mengetahui efektif atau tidaknya suatu kegiatan.
Demikian juga halnya dalam pelaksanaan supervisi, agar pengawas dapat mengetahui apakah supervisi
yang dilakukannya berhasil atau tidak, maka diperlukan evaluasi. Dengan demikian evaluasi terhadap
pelaksanaan terhadap pelaksanaan supervisi merupakan hal yang sangat penting dilakukan. Yang
dimaksud dengan hasil supervisi dalam hal ini adalah hasil supervisi mengejar di kelas. Sehingga
dengan evaluasi tersebut akan diketahui kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki untuk
optimalnnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Sedangkan untuk mengevaluasi hasil supervisi secara keseluruhan termasuk hasil supervisi
terhadap kepala madrasah, pengawas perlu melibatkan pengawas lainnya sehingga dapat ditemukan
bentuk bentuk perbaikan dan pembinaan yang perlu disarankan kepada kepala madrasah. Sehubungan
dengan evaluasi supervisi yang dilakukan oleh pengawas terhadap salah seorang pengawas yang
penulis wawancarai mengungkapkan bawa ;

42
H. Nasiruddin, S,Ag, Pengawas Sekolah Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam RA/ BA, MI dan
Madrasah Aliyah, Wawancara Takengon, September 2017
42
’’setiap setelah selesai melakukan pengawasan dengan teknik kunjung kelas, baik pengamatan
terhadap perilaku guru dalam mengajar dikelas maupun pengecekan terhadap perlengkapan-
perlengkapan mengajar guru. Seperti rencana pelaksanaan pembelajaran RRP, silabus, buku sumber,
media dan lain sebagainnya. Selanjutnya akan teridentifikasi berbagai kekurangan dan kelemahan
yang perlu diperbaiki dan di tingkatkan.hingga pada gilirannya dapat dijadikan sebagai saran untuk di
sampaikan kepada guru. Sedangkan untuk menghasilkan saran-saran tersebut, hasil supervisi kelas
terlebih juga perlu disampaikan kepada madrasah sebagai pimpinan dari guru yang bersangkutan.
Karena bagamanapun kepala madrasah tentunnya lebih banyak mengetahui perihal guru-guru yang
43
menjadi bawahannya.

Sementara pengawas lain yang juga penulis wawancarai mengungkapkan bahwa ;

“dalam pelaksanaan supervisi, melakukan evaluasi menurut saya sangat penting. Hal ini karena tugas
pengawas disamping melakukan penilaian juga perlu melakukan bimbingan dan pembinaan. Dalam
memberikan bimbingan tersebut, tidak selalu dalam berbentuk operasional. Artinnya terkadang dalam
beberapa masalah tertentu pengawasa hanya bisa memberikan saran kepada guru yang disupervisi. Oleh
karena itu, karena yang diberikan termasuk juga keluhan guru-guru terkait dengan pelaksanaan
44
pengawasan belum pernah dilakukan oleh pengawas.

Senada dengan hal tersebut, salah seorang kepala madrasah yang penulis wawancarai
menyatakan bahwa, evaluasi yang dilakukan oleh pengawas baru sebatas laporan dari hasil
45
kunjungannya yang terkait dengan temuan-temuan dilapangan saat melakukan kunjungan supervisi.

Kepala madrasah lain yang uga pernah penulis wawancarai menyatakan bahwa pengawas belum
melakukan evaluasi terkait dengan pelaksanaan supervisi yng dilakukannya. Hal ini, terlihat dengan
baik adannya pemantauan kembali dari pengawas yang bersangkutan setelah ia memberikan berbagai
45
saran kepada guru yang disupervisi. Agak berbeda dengan ungkapan di atas, salah seorang kepala
madrasah lainnya yang juga pernah penulis wawancarai menyatakan bahwa, pengawas telah
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan supervisi. Pelaksanaan evaluasi tersebut dilakukakan
pengawas yaitu dengan melakukan wawancarai baik yang terkait dengan temuan-temuan dan berbagai
persoalan tentang guru.

43 Kadri, S.Ag, S.Pd, pengawas Rumpun Mat pelajaran Al-Qur’an Hadist, Wawancara Takengon, September 2017
44
H. Nasiruddin, S,Ag, Pengawas Sekolah Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam MI, dan
Madrasah Aliyah, Wawancara Takengon, September 2017
45
NureliWati, S,Pd, Kepala MTsN, Wawancara Takengon, September 2017

43
Maupun pembicaraan mengenai keluhan-keluhan guru dan kepala madrasah selama pelaksanaan
supervisi yang dilakukan oleh pengawas. Kemudian keluhan- keluhan tersebut dicarikan alternativ
solusinnya, sehingga berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi tersebut dapat
46
diminimalisir.

Disamping itu kepala madrasah lain yang penulis wawancarai menyatakan bahwa, belum
terlaksananya evaluasi supervisi di madrasah yang dipimpinnya. Hal ini terlihat melalui, tidak adannya
kemajuan dalam pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh pengawas hal senada uga di ungkapkan oleh
pengawas madrasah lainnya yaitu belum terlaksanannya evaluasi supervisi yang dilakukan oleh
47
pengawas pada darul mukhlisin.

Senada dengan hal diatas, juga diungkapkan oleh pengawas lain yang penulis wawancarai
mengungkapkan bahwa pelaksanaan evaluasi yang telah ia lakukan terkait dengan supervisi, setidaknya
ada dua yaitu ; supervisi yang langsung dilakukan segera setelah melakukan kunjungan.hal ini dilakukan
dengan cara setelah pengawas melakukan pengawasan baik dengan cara observasi kelas, maupun
pengawasan administrative yang terkait dengan kelengkapan administrative madrasah, maka evaluasi
langsung dilakukan segera setelah kunjungan kelas atau tinjauan administrative tersebut. Cara kedua
yang dilakukan untuk mengevaluasi hasil supervisi yaitu, evaluasi yang dilakukan pada kunjungan
berikutnya. Evaluasi semacam ini sering dilakukan jika ada pertemuan tindak lanjut dari hasil supervisi
awal yang dilakukan.

Informasi lain yang juga penulis peroleh dari salah seorang pengawas lainnya, menyatakan bahwa
dalam melakukan evaluasi ia melibatkan kepada madrasah. Hal ini dilakukan dengan cara
mendiskusikan berbagai persoalan atau kendala yang dihadapi oleh kepala madrasah dalam bekerja
sama dengan pengawas. Kemudian masukan-masukan dari kepada madrasah tersebut dijadikan sebagai
48
bahan untuk penyesuaian program-program yang akan dilaksanakan selanjutnya.

Terkait dengan pelaksanaan evaluasi supervisi tersebut, penulis juga melakukan konfirmasi
dengan kepala madrasah dengan cara melakukan wawancara. Salah seorang kepala madrasah yang
penulis wawancarai menyatakan bahwa, evaluasi supervisi yang dilakukan oleh pengawas yang
melibatkan dirinnya, hanya sebatas laporan yang diberikan oleh pengawas setelah ia melaksanakan
kunjungan kelas dalam rangka mensupervisi guru.

46 Saiful, A.Md, Kepala Madrasah Aliyah Swasta Darul muhlisin Takengon, Wawancara Takengon, September
2017
47
Saiful Azhar, S.Ag, Pengawas Rumpun Mata Pelajaran Aqidah Akhlak, Wawancara Takengon, September
2017
48
Zahardi, S.Ag, Pengawas Rumpun Mata Pelajaran Fiqih, Wawancara Takengon, September 2017
44
Berdasarkan temuan-temuan di atas, maka menurut analisa penulis, pelaksanaan evaluasi
supervisi yang dilakukan pengawas masih sebatas evaluasi yang dilakukan terhadap hasil temuan yang
terkait dengan guru. Hal ini terlihat dari empat orang pengawas yang penulis wawancarai, hanya satu
orang yang menyatakan bahwa dalam melaksanakan evaluasi pengawas mengikutsertakan kepala
madrasah dalam bermusyawarah, dan memberikan peluang kepada kepala madrasah tersebut untuk
mengungkapkan berbagai kendala yang dihadaoinnya selama beralannya pengawasan.

Sementara tiga orang pengawas lainnya menyatakan bahwa evaluasi supervisi yang dilakukan
hanya berupa evaluasi supervisi yang terkait dengan pengawasan yang langsung dilakukan segera
setelah supervisi, hal ini tentu mencerminkan bahwa evaluasi yang dilakukan tersebut hanya masih
diarahkan kepada kinerja guru dan kepala serta personil madrasah, dan belum menyentuh dari kinerja
pengawas itu sendiri.

Sementara itu, informasi yang diperoleh dari hasil konfirmasi melalui kepala madrasah juga
mengungkapkan hal yang sama yaitu, supervisi yang dilakukan oleh pengawas cendrung hanya
terkait dengan kinerja guru dan kepala madrasah serta personilnya, sedangkan evaluasi supervisi
yang menyangkut dengan kinerja pengawas itu sendiri masih jarang dilakukan.

Karena menurut penulis di samping pengawas melakukan evaluasi terkait dengan kinerja guru
dan kepala madrasah, ia juga perlu mengevaluasi kinerjanya sendiri, seperti persiapan yang ia
lakukan sebelum kunjungan supervisi yang tentunnya juga terkaitdengan pembuatan program
tahunan, teknik yang dilakukan, jumlah kunjungan yang dilakukan, pemberitahuan kunjungan, serta
kendala-kendala yang dihadapi oleh kepala madrasah dan guru dalam pelaksanaan pengawasan yang
terkait dengan kinerjannya.

2. Kendala Pelaksanaan Supervisi dan Alternatif Solusinnya di Mas Darul Muhlisin.

Setelah dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan supervisi, maka akan mudah menentukan
kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam supervisi tersebut. Kendala- kendala yang ditemui dalam
supervisi itu tentu saja perlu dicarikan solusinnya. Jika hal ini telah dapat terlaksana dengan baik, maka
diharapkan supervisi yang dilakukan dapat memberikan makna dalam meningkatkan mutu pendidikan
pada madrasah.

Terkait dengan hal ini maka dapat dipahami bahwa antara satu pengawas dengan pengawas yang
lainnya memiliki kendala yang berbeda beda sesuai dengan tingkat kesulitan masing-masing yang juga
akan mempengaruhi berbagai bentuk usaha dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi tersebut.

45
Diantara bentuk-bentuk kendala yang dihadapi pengawas dalam melakukan pengawasan pada
madrasah paling tidak dapat dikemukakan sesuai dengan informasi dan keterangan yang diperoleh
melalui wawancara dengan informan yang ada dalam penelitian ini. Terutama terhadap dua kompenen
utama yang terlibat dalam proses pelaksanaan pengawasaan yaitu pengawas dan kepala madrasah.

Menurut salah seorang pengawas yang penulis konfirmasi sehubungan sengan kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan pengawasan yaitu bahwa di antara kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan pengawasan di madrasah adalah bahwa kepala madrasah belum melaksanakan supervisi
terhadap guru-guru yang menjadi tanggungjawabnya sehingga tidak ada data/bukti fisik yang akan
dijadikan bahan perbincangan pada saat pengawas melakukan kunjungan supervisi. Terkait dengan
masalah tersebut, sebagai alternativ solusinnya yaitu, pengawas yang bersangkutan menyatakan bahwa
49
kepada madrasah harus membuat rencana pelaksanaan supervisi dan mengevaluasinnya kembali.

Melalui pengawas lainnya juga diperoleh informasi bahwa setiap hasil supervisi dan temuan di
madrasah yang dilaporkan kepada kankemenag cq. Kasi mapenda kurang di tidak lanjuti. Sebagai
alternatif solusi dalam menyelesaikan kendala tersebut pengawas yang bersangkutan menyatakan agar
50
kelompok kerja pengawas (pokjawas) diikutsertakan dalam rapat-rapat dengan kepala madrasah.

Informasi lain yang ditemukan di lapangan yang berkenaan dengan kendala yang dihadapi oleh
pengawas dalam pelaksanaan supervisi sebagaimana di ungkapkan oleh salah seorang pengawas
sebagai berikut ;

”ketika dilakukan pemeriksaan terhadap guru-guru, maka hasilnya masih sering ditemukan sebagian
guru yang tidak mempersiapkan RPP sebelum mengajar. Guru-guru yang tidak memiliki RPP tersebut
langsung mengajar dengan berpedoman kepada buku pelaaran semata-mata. Padahal RPP tersebut
sangat diperlukan untuk menunjang pembelajaran yang disampaikan oleh guru, agar mencapai tujuan
dan sasaran pembelajaran secara jelas.”

Pernyataan pengawas di atas dapat dipahami bahwa kendati kendala yang di ungkapkan
sebenarnya terletak pada guru, yakni sebagian besar dari mereka tidak mempersiapkan RPP sebelum
mengajar, namun secra tidak langsung hal tersebut dapat juga mengisyaratkan bahwa kepala
madrasah belum secara optimal memeriksa perangkat- perangkat pembelajaran guru tersebut.
Sehingga ketika ada kunjungan kepengawasan ternyata hal yang demikian itu masih ada ditemukan
saat pengawas turun ke madrasah.

49
Kadri, S,Ag, S.Pd, Pengawas Mata Pelajaran Al-Qur`an Hadist, Wawancara Takengon, September 2017.
50Zahardi, S.Ag, Pengawas Rumpun Mata Pelajaran Fiqih, Wawancara Takengon, September 2017

46
Hal inilah yang menjadi salah satu kendala lainnya dalam pelaksanaan supervisi bagi pengawas.
Selanjutrnya pengawas tersebut mengungkapkan bahwa sebagai alternatif solusi dari permasalahan ini,
ia menyarankan kepada guru yang bersangkutan untuk menyiapkan RPP sebelum mengajar, dan jika
diperlukan pengawas tersebut dapat langsung membimbing guru yang bersangkutan dalam membuat
51
RPP.

Usaha lainnya yang juga dapat dilakukanoleh pengawas adalah dengan menyarankan kepada
kepala madrasah agar memeriksa secara rutin perangkat-perangkat mengajar guru sebelum guru
tersebut melakukan kegiatan belaar mengajar, serta menyalankan kepada kepala madrasah untuk
memberitahukan kepada guru tentang betapa pentingnya menyiapkan RPP sebelum proses
pembelajaran.

Sementara itu ada pengawas lain yang menyatakan bahwa tidak ada kendala yang berarti
dalam pelaksanaan pengawasan pada madrasah di . Kalaupun ada kendala dilpangan maka kendala
tersebut hanya terletak pada guru yang kurang memaksimalkan penggunaan RPP dalam kegiatan
belajar mengajar. Sedangkan salah satu alternatif solusi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut
yaitu pengawas juga harus menyarankan kepada kepala madrasah agar secara rutin melakukan
pemeriksaan persiapan bagi setiap guru sebelum mengajar, dan upaya lainnya dapat juga dilakukan
dengan cara menyampaikan langsung kepada guru yang bersngkutan agar sebelum pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar hendaknya guru yang bersangkutan menyiapkan RPP.
Jika dicermati dari pernyataan-pernyataan dari pengawas di atas, maka kendala yang dihadapi
oleh pengawas lebih kepada kelengkapan persiapan mengajar yang sering terjadi pada guru. Dalam
hal ini pengawas sering menemukan bahwa persoalan-persoalan yang ditemui di lapangan terutama
berkenaan dengan adannya sebagian guru yang belum memiliki silabus dan belum membuat serta
mengoptimalkan fungsi RPP dalam proses belajar mengajar.

Menyikapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi pengawas di madrasah yang menjadi


tanggung jawab kepengawasan itu, sepertinnya usaha pengawas untuk mengatasi berbagai kendala
tersebut hanya bersifat saran baik kepada kepala madrasah maupun kepada guru. Kalaupun ada
usaha pengawas yang langsung bersifat operasional seperti membina secara langsung pembuatan
RPP yang baik dan benar, maka hal itu hanya baru sebagian kecil yang melakukannya.

51
H.Nasiruddin, S,Ag, Pengawas Sekolah Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, MI, Wawancara Takengon,
September 2017

47
Kepada kepala madrasah pengawas menyarankan agar lebih memperhatikan dan lebih disiplin
dalam memeriksa perangkat pembelajaran yang harus dimiliki atau disiapkan oleh guru sebelum
mengajar. Sedangkan kepada guru pengawas menyarankan secara langsung agar menyiapkan
perangkat-perangkat yang penting disiapkan sebelum kegiatan belajar mengajar.

Sehubungan dengan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengawasan yang


dilakukan pengawas, agar hal tersebut lebih jelas maka penulis juga melakukan konfirmasi terhadap
kepala madrasah di Mas Darul Muhlisin. Menurut salah seorang kepala madrasah kendala yang
dihadapi dlam melakukan pengawasan adalah berupa keterbatasan sumber daya manusia yang ada di
madrsahnya. Baik yang berkaitan dengan guru maupun yang berkaitan dengan peserta didik. Solusi
yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut bisa berupa ; guru atau pegawai menambah
jenjang pendidikannya, dan usaha yang lainnya adalah kepala madrasah bisa menugaskan guru dan
52
pegawai untuk mengikuti pelatihan dan penataran.

Sementara kepala madrasah lainnya mengungkapkan permasalahan yang agak berbeda, yaitu
terkait dengan kedatangan pengawas ke madrasah yang dipimpinnya sering pada waktu yang tidak
tepat, mungkin saja pada saat kepala madrasah sedang memiliki banyak kesibukan, atau bahkan
terkadang kepala madrasah sedang tidak berada di tempat, atau bisa jadi kedatangan pengawas
bertepatan dengan jadwal ulangan. Menurutnya lagi kendala semacam itu sampai sekarang masih
53
sulit untuk mengatasinnya.

Sedangkan informasi yang berbeda penulis dapatkan dari salah seorang kepala madrasah
lainnya, bahwa tidak mengalami kendala dengan

II. Responden Kepala Sekolah

Profil kepala Madrasah

1. Apa pendidikan terakhir Bapak/ Ibu?


2. Apa bidang keilmuan yang Bapak/ Ibu tekuni pada jenjang pendidikan?
3. Sudah berapa lama Bapak/Ibu bertugas sebagai guru?
4. Apakah Bapak/ Ibu pernah menjadi guri sebelumnya?
5. Barapa lama Bapak/ Ibu bertugas sebagai guru?
6. Diklat apa saja yang pernah Bapak/ Ibu ikuti?

52
Saipul,A.md Kepala Madrasah Aliyah Swasta Darul Muhlisin Aliyah Takengon, Wawancara
Takengon, September 2017
53
Nureli Wati, S,Pd, Kepala MTsN, Wawancara Takengon, September 2017

48
A. Perencanaan

1. Menurut Bapak/ Ibu, apakah pengawas datang ke madrasah memberitahukan


terlebih dahulu?
2. Berapa kali pengawas melakukan kunjungan ke madrasah Bapak/ ibu?
3. Apakah pengawas memberitahukan kepada Bapak/ ibu jadwal kunjungan ke
sekolah Bapak/ Ibu?
4. Apakah bapak/ ibu juga memberitahukan kunjungan pengawas tersebut pada guru-
guru yang akan diawasi?
5. Kapan saja jadwal kunjungan pengawas ke madrasah bapak/ ibu dalam
rangka supervisi?
6. Apakah jadwal tersebut dibuat oleh pengawas sendiri atau berdasarkan
kesepakatan antara kepala madrasah dengan pengawas?
7. Apakah pengawas memperlihatkan kepada Bapak/ ibu program- program supervisi
yang disusunnya?

B. Pelakasanaan
1. Apakah pengawas melakukan komunikasi yang efektif dengan Bapak/ Ibu?
2. Apakah pengawas melakukan komunikasi tidak hanya dengan kepala madrasah?
3. Apakah pengawas menunjukan sikap kearifan, bijaksana dan ketelitian selama
di madrasah?
4. Apakah pengawas sudah memberikan saran- saran kepada Bapak/ Ibu dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan di madrasah Bapak/ Ibu?
5. Apa saja bentuk saran- saran yang diberikan oleh pengawas kepada Bapak/ Ibu selaku
kepala madrasah? (mis. Teknik penyusunan rencana pembelajaran, penggunaan metode
mengajar, dsb)
6. Apakah saran- saran tersebut bersifat langsung/ operasional (dapat digunakan secara
langsung) atau tidak bersifat operasional? (mis. Mendorong para guru untuk berkonsultasi
melalui forum MGMP, bertanya kepada pakar dan sumber- sumber lain yang membantu)

7. Apakah saran- saran pengawas tersebut dapat dilakukan oleh madrasah sepenuhnya?
8. Apakah bapak/ Ibu bersama- sama dengan pengawas juga melakukan kunjungan
kelas pada saat pengawas melakukan kunjungan kelas?
9. Apakah kunjungan kelas tersebut dilakukan setiap kali pengawas datang ke
madrasah Bapak/ Ibu?

C. Evaluasi
1. Selama berada di Madrasah, apakah pengawas menunjukan kewibawaan?
2. Apakah pengawas telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya?

49
3. Menurut pendapat Bapak/ Ibu, apakah pengawas memiliki kepribadian yang dapat
diteladani oleh berbagai pihak?
4. Berapa kali biasanya pengawas mengunjungi sekolah Bapak/ Ibu dalam
rangka supervisi? (Mis. Dalam sebulan- setahun)
5. Apakah bapak/ ibu bersama pengawas sudah melakukan evaluasi terhadap proses
kerjasama yang sudah dilakukan?
6. Kapan evaluasi proses- proses kerjasama tersebut dilakukan?
7. Apakah hasil evaluasi tersebut dapat meningkatkan mutu pendidikan di
Madrasah Bapak/ Ibu?
8. Apakah bentuk kegiatan tindak lanjut yang dilakukan berdasarkan hasil
evaluasi tersebut?
9. Apakah pengawas membuat laporan mengenai hasil kunjungannya di madrasah Bapak/
Ibu?
10. Apa saja yang Bapak/ Ibu temukan pada saat melakukan kunjungan kelas dalam
rangka supervisi? (mis. Suasana kelas saat mengajar, rencana pembelajaran)
11. Apakah temuan Bapak/ ibu itu sama dengan temuan pengawas?
12. Menurut Bapak/ Ibu apa saja kendala- kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
pengawasan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di madrasah Bapak/ Ibu?
13. Apakah solusinya menurut bapak/ ibu untuk menyelesaikan kendala- kendala tersebut?

III. Responden Guru

A. Perencanaan

1. Menurut bapak/ ibu, apakah latar belakang pendidikan pengawas mendukung


untuk melaksanakan tugasnya?
2. Apakah pengawas memberitahukan kepada Bapak/ Ibu mengenai kedatangannya
ke sekolah tempat Bapak/ Ibu mengajar?
3. Adakah Bapak/ ibu dilibatkan dalam membuat rencana kerja tahunan pengawawan oleh
pengawas?
4. Adakah bapak/ ibu menerima pemberitahuan terlebih dahulu sebelum
dilakukannya supervisi?
5. Dari pihak manakah Bapak/ Ibu menerima pemberitahuan pelaksanaan
supervisi tersebut? (mis. Kepala masdrasah atau langsung dari pengawas)
6. Apa saja bentuk pemberitahuan kunjungan supervisi yang Bapak/ Ibu terima?
7. Adakah bapak/ ibu diberitahukan jika terjadi perubahan jadwal kunjungan supervisi?

50
Simpulan

1. Sebaiknya Pengawas membuat surat pemberitahuan setiap berkunjung ke lembaga yang di


tuju, karena kedatangan yang secara tiba-tiba tidak efektip dan efisien, sehingga tujuan dari
supervisi tidak tercapai secara optimal.
2. Belum nampak secara jelas antara pengawas dan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan yang berkualitas
3. Belum ada teragendanya pelatihan guru tentang pengoptimalan dalam pembuatan
perangkat pembelajaran
4. Pihak kemenag belum menyiapkan satu ruangan husus untuk setiap pengawas

Saran
1. Pengawas membuat surat pemberitahuan sebelum berkunjung ke sekolah
2. Kemenag Aceh Tengah harus mengentrol setiap pengawas
3. Pihak pengawas membuat agenda tentang pelatihan perangkat pembelajaran
4. Kemenag aceh tengah harus menyediakan satu ruangan untuk kegiatan pengawas

51

Anda mungkin juga menyukai