Anda di halaman 1dari 25

Paraf

Nilai
Asisten

SELF FORMULATION
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL

RINGER LACTAT SOLUTION INJECTION

Hari/Tanggal : Selasa, 08 Maret 2019


Kelas : Reguler Sore
Kelompok : 10

Nama : Hediana Sandi A 161 064


Mayang Efistha A 162 005
Inggrid Ernanda A 162 022

Nama Asisten : Nitta Nurlita, S.Farm


Kenti, S.Farm
Rafian Dizar Santya, S.Farm

LABORATORIUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA BANDUNG
2019
SELF FORMULATION
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI
SEDIAAN STERIL
SEMESTER VI-2019

Zat aktif : Natrium Laktat, Kalium Klorida,


Kalsium Klorida, Natrium Klorida
Bentuk sediaan : Infus Intravena
Jumlah sediaan yang akan dibuat : 10.000 botol infus

I. DESKRIPSI UMUM ZAT AKTIF DAN ZAT TAMBAHAN


1.1. ZAT AKTIF
1.1.1 Natrium Laktat
Sinonim : 2-hydroxypropanoic acid monosodium salt,
Lacolin, lactic acid sodium salt.
Rumus molekul : C3H5NaO3
Berat molekul : 112,06 g/mol
Pemerian : Cairan bening , tidak berwarna, tidak berbau
atau sedikit berbau dengan rasa garam yang
khas. Higroskopis.
Kelarutan : Larut dalam etanol(95%) dan etanol.
Ph bahan : 5-7
Ph stabilitas : 6-7,3
Titik Lebur : 163-165
Titik Didih : 1170C dengan dekomposisi 1400C
Fungsi : Therapeutic agent, pengawet antimikroba,
agen penyangga, agen pengemulsi, agen
penyedap, dan humektan
Inkompatibilitas : Tidak dapat bercampur dengan agen
pengoksidasi, iodii, dan albumin. Dapat
bereaksi dengan asam hidrofurat dan asam
nitrat.
Stabilitas : Natrium laktat injeksi harus disimpan pada
suhu 40º C atau kurang dimana injeksi harus
terlindung dari pembekuan atau pemanasan
yang ekstrim
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6thed halaman 650)
1.1.2 Kalium Klorida
Sinonim : Potasium monochloride, kalii chloridum,
chloropotassuril.
Rumus molekul : KCL
Berat molekul : 74,55
Pemerian : Hablur berbentuk memanjang, prisma atau
kubus, tidak berwarna, atau serbuk granul putih,
tidak berbau, rasa garam
Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dlam
air mendidih, tidak larut dalam etanol.
pH : 7
Titik didih : 15000C
Titik leleh : 7900C
Fungsi : Therapeutic agent
OTT : Larutan intravena potasium chloride tidak dapat
bercampur dengan protein hydrolysate.
Potasium chlorida dapat bereaksi dengan
bromine trifluoride dan campuran dari asam
sulfat dan potasium permanganat. Adanya asam
hidrokloratn, NaCl, magnesium chlorida dapat
menurunkan kelarutan potasium chlorida dalam
air.
Stabilitas : Stabil secara kimia, simpan pada wadah kedap
udara dan kering.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, hal 477;
Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6thed halaman 766)
1.1.3 Kalsium Klorida
Sinonim : Calcii chloridum dihidrycum, calcii chloridum
hexahydrycum
Rumus molekul : CaCl2
Berat molekul : 110,98
Pemerian : Putih atau hampir putih, serbuk kristal,
higroskopis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air , larut dlam etanol (95%)
pH : 4,5 – 9,2
Titik didih : >16000C
Titik leleh : 7720C
Fungsi : Therapeutic agent
OTT : Tidak dapat bercampur dengan larutan carbonat,
fosfat, sulfat dan tertarat. Bereaksi kuat dengan
bromin trifluoride. Memiliki reaksi esotermik
dengan air, dan ketika dipanaskan hingga
terurai, akan melepaskan asap klorin yang
beracun.
Stabilitas : Stabil secara kimia , harus disimpan dalam
wadah kedap udara dan disimpan ditempat
kering
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6thed, 89;
British Pharmacopoiea)
1.1.4 Natrium Klorida
Sinonim : Natrii Chloridum
Rumus molekul : NaCl
Berat molekul : 58,44
Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk
kristal putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan mudah larut dalam
gliserol
Ph : 6,7-7,3
Titik didih : 801oC
Titik leleh : 14130C
Fungsi : Agen Pengisotonis
OTT : Larutan NaCl bersifat korosif dengan besi,
membentuk endapan bila bereaksi dengan perak,
garam merkuri, agen oksidasi kuat pembebas
klorin dari larutan asam NaCl, kelarutan nipagin
menurun dalam larutan NaCl
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat
menyebabkan pengguratan partikel dari tipe
glass.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, halaman 584;
Martindale 28, halaman 635;
Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6thed, halaman 440)

1.2. ZAT TAMBAHAN


1.2.1 Karbon Aktif
Sinonim : Arang penjerap
Berat molekul : 112,06
Pemerian : Srbuk halus, bebas dari butiran, hitam, tidak
berbau tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
pH : 4,6 – 5,1
Fungsi : Absorpsi pirogen
OTT : Alkaloid, garam garam alkaloid tidak boleh di
gerus bersama karena akan diabsorpsi,
Oksidator oktsidator seperti KClO3, KMnO4,
NaNO3 akan terjadi ledakan.
Stabilitas : Stabil dalam tempat yang tertutup dan kedap
udara.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, hal 173;
Martindele hal 79)
1.2.1 Aqua Pro Injeksi
Sinonim : Water for injection (WFI)
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan semua pelarut polar.
pH : 7
Fungsi : Solven, Pembawa.
OTT : Bereaksi dengan obat dan bahan tambahan yang
mudah terhidrolisis (terurai karena adanya air)
atau kelembaban pada suhu tinggi, bereaksi kuat
dengan logam alkali.
Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil
dalam bentuk fisik (es, air, dan uap).
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6thed halaman 766)

II. URAIAN DAN ANALISIS FARMAKOLOGI


2.1 Bentuk Sediaan Zat Aktif
Bentuk sediaan yang akan dibuat ialah bentuk larutan infus dengan
volume sediaan 500 ml dan menggunakan pembawa air karena semua zat
aktif yang digunakan dalam sediaan infus Ringer Lactat ini memiliki
kelarutan yang baik dalam air. Alasan nya ialah ringer laktat digunakan
untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang sehingga diperlukan dalam
jumlah yang besar maka dibuat dalam bentuk sediaan parenteral volume
besar (LVP) yaitu infus. Pemberian larutan diberikan secara intravena sebab,
dibutuhkan efek terapi yang cepat untuk menggantikan elektrolit tubuh yang
hilang jadi diberikan secara intravena agar obat langsung masuk kedalam
peredaran darah (sistemik) dan efek terapi cepat ditimbulkan. Selain itu
sediaan dengan pembawa air cocok diberikan dengan rute pemberian
intravena.

2.2 Mekanisme Kerja


Ringer Laktat merupakan larutan infus yang berfungsi untuk
memelihara keseimbangan atau mengganti elektrolit dan cairan tubuh.
Kalsium merupakan zat yang penting bagi integritas fungsional sistem saraf,
otot dan tulang. Kalsium berperan dalam mengatur fungsi jantung, fungsi
ginjal, respirasi, koagulasi darah, permeabilitas kapiler dan membran sel.
Kalsium juga membantu dalam pelepasan dan penyimpanan
neurotransmitter dan hormon, peningkatan asam amino, absorpsi vitamin
B12 dan sekresi lambung.
Kalium berfungsi untuk memelihara fungsi ginjal dan keseimbangan
asam-basa. Konsentrasi kalium intrasel yang tinggi dibutuhkan untuk proses
metabolisme sel. Natrium berfungsi membantu memelihara keseimbangan
cairan tubuh. Klorida merupakan anion terpenting dalam memelihara
keseimbangan elektrolit.
Ringer laktat merupakan larutan infus untuk memelihara
keseimbangan atau mengganti elektrolit dan cairan tubuh. Kalsium
merupakan zat yang penting bagi integritas fungsional sistem saraf, otot dan
tulang. Kalsium berperan dalam mengatur fungsi jantung, fungsi ginjal,
respirasi, koagulasi darah, permeabilitas kapiler dan membran sel. Kalsium
juga membantu dalam pelepasan dan penyimpanan neurotransmitter dan
hormon, peningkatan asam amino, absorpsi vitamin B12 dan sekresi
lambung. Kalium berfungsi untuk memelihara fungsi ginjal dan
keseimbangan asam-basa. Konsentrasi kalium intrasel yang tinggi
dibutuhkan untuk proses metabolisme sel. Natrium berfungsi membantu
memelihara keseimbangan cairan tubuh. Klorida merupakan anion
terpenting dalam memelihara keseimbangan elektrolit.
2.3 Famakokinetik (ADME)
Garam kalium umumnya mudah diserap dari saluran gastro-intestinal.
Kalium dieksresikan terutama oleh ginjal, kalium disekresi di tubulus distal
yang juga tempat pertukaran natrium-kalium. Kapasitas ginjal untuk
menghemat kalium kurang dan eksresi kalium terus berlanjut bahkan ketika
ada deplesi berat. Beberapa kalium dieksresikan dalam feses dan jumlah
kecil dapat muncul dalam air liur, keringat dan empedu.
Natrium mudah diserap dari saluran pencernaan, terutama di usus
kecil. Natrium dieksresikan terutama di urin dan eksresi urin biasanya
mencerminkan asupan natrium. Saat tubuh kekurangan natrium, ginjal
menghemat natrium secara baik dengan memproduksi urin dengan
konsentrasi natrium yang rendah. Natrium juga dapat ditemukan dalam
sekresi tubuh lainnya seperti keringat.
Klorida mudah diserap dari saluran pencernaa. Eksresi melalui tubuh
terutama melalui urinm tapi klorida juga dapat dieksresikan melalui keringat
dan sekresi gastrointestinal.
Tempat utama penyerapan kalsium adalah usus kecil. Sekitar 80%
kalsium yang dikonsumsi secara oral terdapat dalam tinja. Bagian yang
tersisa diserap dan sebagian besar dieksresikan dalam urin. Jumlah kalsium
diekresikan dalam urin kurang dari yang diserap dari saluran pencernaan
karena beberapa kalsium diserap resekresi ke dalam lumen usus kecil.
Laktat ion secara perlahan diubah menjadi bikarbonat dan memainkan
peran dalam regulasi asam-basa. Setelah dikonversi, ion bikarbonat diatur
oleh ginjal.
2.4 Indikasi dan Dosis
Ringer laktat umunya digunakan sebagai cairan hidrasi dan elektrolit
serta sebagai agen alkalisator. Obat ini juga diberikan untuk meringankan
beberapa kondisi, seperti ketidakseimbangan elektrolit, diare, luka bakar,
gagal ginjal akut, kadar natrium rendah, kekurangan kalsium maupun
kalium, kehilangan banyaknnya darah dan cairan, hipertensi, aritmia
(gangguan irama jantung). Ringer laktat diberikan secara infus intravena,
yang diberikan sesuai dengan kondisi penderita. Kecepatan pemberian dan
jumlah aliran intravena yang diperlukan bervariasi tergantung beratnya
syok. Umumnya paling sedikit 1 – 2 liter larutan ringer laktat harus
diberikan dalam 45 – 60 menit pertama atau bisa lebih lagi apabila
dibuthkan.
Pada pasien hipovolemia (kondisi penurunan volume darah akibat
kehilangan darah maupun cairan tubuh) tingakt moderat sampai berat,
pemberian ringer laktat 1 – 2 liter (untuk dewasa), 20 ml/kg (untuk
pediatric). Pada anak yang mengalami dehidrasi tingkat berat saat infeksi
gastrointestinal ringer laktat dapat diberikan sebagai pengganti cairan yang
hilang dengan dosis 40 ml/kg dalam 15 – 30 menit, kemudian 20 – 40 ml,kg
jika elastisitas dan denyut nadi tidak kembali normal. (Chisholm-Burns et
al., 2008)
2.5 Kontraindikasi
Kontra indikasi ringer laktat antara lain hipernaremia, kelainan ginjal,
kerusakan sel hati, laktat asidosis, alergo terhadap sodium laktat, tidak boleh
diberikan bersamaan dengan obat ceftriaxone pada bayi yang baru lahir (<
28 hari), meskipun diberikan dengan jalur infus yang terpisah. Pemberian
bersamaan dapat meningkatkan risiko fatal pengendapan garam kalsium
ceftiaxone pada bayi. Demikian juga pada anak – anak >28 hari dan orang
dewasa pemberian ringer laktat dengan ceftriaxone bersamaan dari satu
selang infus yang sama tidak dianjurkan, jika selang infus digunakan
bergantian, selang sebelumnya harus dibersihkan dengan cairan lain. Kontra
indikasi pada penyakit hati karena pasien tidak dapat memetabolisme laktat
sehingga menyebabkan akumulasi laktat. Kontra indikasi pada penyakit
ginjal harus berhati – hati karena pasien tidak dapat mengekskresikan
jumlah cairan kristaloid yang berlebih. Ringer laktat juga kontra indikasi
pada pasien yang menerima transfusi darah karena kalsium mengikat
antikoagulan yang ditambahkan ke dalam produk darah dan dapat
menyebabkan darah yang ditransfusikan menggumpal. (Galvagno, 2003)
2.6 Aturan Pakai
Ringer laktat tersedia dalam bentuk sediaan dan kekuatan sediaan
dengan dosis 250 ml, 500 ml dan 1000 ml dalam botol infus. Obat ini
umumnya digunakan sebagai cairan infus sehingga dosis penggunaan nya
sangat tergantung pada kondisi pasien, mulai dari umur, berat badan,
pengobatan yang sedang dijalani dan kondisi klinis lainnya.

2.7 Efek Samping


Ringer laktat umumnya ditoleransi dengan baik. Namun demikian,
ada efek samping yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut:
a. Nyeri dada.
b. Detak jantung tidak normal.
c. Turunnya tekanan darah.
d. Kesulitan bernapas.
e. Batuk.
f. Bersin-bersin.
g. Ruam kulit.
h. Gatal pada kulit.
i. Sakit kepala.
2.8 Toksisitas
Jika terjadi kelebihan cairan atau zat terlarut selama terapi parenteral,
evaluasi kembali kondisi pasien dan lakukan pengobatan korektif yang
tepat. Jika terjadi overdosis larutan yang mengandung potassium, hentikan
infus dengan segera dan lakukan terapi korektif untuk mengurangi kadar
serum potassium.
2.9 Interaksi Obat
Beberapa jenis obat dapat berinteraksi dengan ringer laktat,
diantaranya:
a. Ceftriaxone seperti dijelaskan dalam kontraindikasi.
b. Harus lebih hati-hati memberikan ringer laktat untuk seseorang
yang sedang mengonsumsi obat-obatan yang dapat
meningkatkan retensi sodium dan cairan seperti kortikosteroid.
c. Karena kandungan kaliumnya, pemberian cairan infus ini
untuk pasien yang sedang diobati dengan produk yang dapat
menyebabkan hiperkalemia harus diawasi karena dapat
memperbesar risiko terjadinya hiperkalsemia. Beberapa jenis
obat ini diantaranya, diuretik rendah kalium, obat penghambat
ACE, antagonis reseptor angiotensi II dan obat imunosupresan
takrolimus dan siklosporin.
d. Harus hati-hati memberikan obat ini pada penderita yang
diobati dengan obat diuretik thiazid dan vitamin D, karena
dapat meningkatkan risiko hiperkalsemia.
e. Harus berhati-hati memberikan cairan ini bersamaan dengan
obat ginjal yang dapat mempengaruhi tingkat keasaman.
Karena ringer laktat dapat memengaruhi tingkat keasamannya
Obat jenis ini diantaranya:
1. Obat pembersih ginjal yang bersifat asam seperti salisilat
dan barbiturat.
2. Obat pembersih ginjal yang bersifat basa seperti
simptomimetik (ephedrin, pseudophedrin),
dekstroamphetamin sulfat (dekstramphetamin).
3. Pembersih ginjal berupa lhitium juga dapat meningkat
fungsinya saat digunakan bersamaan dengan ringer
laktat. Pemberiannya harus dengan pengawasan dari
dokter.

III. FORMULA
3.1 Formula acuan :
R/ Sodium Lactate 3,1 gram
Potassium Chlorid 0,3 gram
Calcium Chloride 0,33 gram
Sodium Chloride 8,6
API ad 1 L
(USP, Hal 1647)
Formula usulan
R/ Sodium Lactate 1,55 gram
Potassium Chlorid 0,15 gram
Calcium Chloride 0,165 gram
Sodium Chloride qs
Karbo adsorben 0,1%
API ad 500 mL
3.2 Alasan Pemilihan Formula
Formula : Digunakan sebagai larutan yang bermanfaat bagi
pasien yang menggalami hilang nya cairan elektrolit
tubuh. Ringer laktat merupakan garam isotonik
dimana osmolaritas (tingkat kepekatan) cairanya
mendekati serum (bagian cair dari komponen darah),
sehingga berada terus di dalam pembuluh darah,
dimana konsentrasi elektrolit ringer laktat mirip
dengan cairan tubuh dan dapat digunakan dalam
sindrom asidosis metabolik.
Natrium laktat : Digunakan sebagai sumber bikarbonat bila produksi
dan penggunaan asam laktat terganggu akibat
gangguan metabolisme laktat. Secara nyata, konversi
laktat menjadi bikarbonat tertunda dengan adanya
kekurangan oksigen pada jaringan dan bila kapasitas
hati untuk memetabolisme laktat menurun. Hal ini
terjadi pada pasien asidosis dengan insufisiensi
sirkulasi, ekstrakorporeal sirkulasi, hipotermia,
disfungsi hati, alkalosis respiratori, gangguan
penyimpanan glikogen, shock, dekomposisi jantung
dan gangguan lain yang mengakibatkan penurunan
perfusi atau jaringan tubuh. Produksi dan
penggunaan asam laktat terganggu akibat gangguan
metabolisme laktat. Secara nyata, konversi laktat
menjadi bikarbonat tertunda dengan adanya
kekurangan oksigen pada jaringan dan bila kapasitas
hati untuk memetabolisme laktat menurun. Hal ini
terjadi pada pasien asidosis dengan insufisiensi
sirkulasi, ekstrakorporeal sirkulasi, hipotermia,
disfungsi hati, alkalosis respiratori, gangguan
penyimpanan glikogen, shock, dekomposisi jantung
dan gangguan lain yang mengakibatkan penurunan
perfusi atau jaringan tubuh.
Kalium klorida : Digunakan untuk mengobati atau mencegah jumlah
kalium yang rendah dalam darah. Tingkat normal
kalium dalam darah sangat penting. Kalium atau juga
dikenal sebagai potassium yang membantu sel,
ginjal, jantung, otot, dan saraf agar berfungsi dengan
baik, dan kalium klorida juga merupakan kation
(positif) yang terpenting dalam cairan intraseluler
dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan
asam-basa serta isotonis sel.
Kalsium klorida : Merupakan garam anorganik yang digunakan untuk
mengobati luka bakar,
mengobati keracunan magnesium, membantu untuk
melindungi miokardium dari bahaya akibat tingginya
kalium serum pada kondisi hiperkalemia, dan
mengobati keracunan obat-obatan
golongan calcium channel blocker,
misalnya diltiazem. Kalsium juga membantu dalam
pelepasan, penyimpanan neurotransmitter, hormon,
peningkatan asam amino, absorpsi vitamin B12 dan
sekresi lambung.
Natrium klorida : Digunakan sebagai agen pengisotonis agar sediaan
yang dihasilkan menjadi isotonis atau setara dengan
0,9% larutan NaCl, dimana larutan tersebut
mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan
cairan tubuh sehingga meningkatkan kenyamanan
penggunaan nya

3.3 Alasan Pemilihan Zat Tambahan


Karbon aktif : Kedalam infus ringer lactat ini ditambahkan karbon
aktif karena karbon aktif adalah salah satu senyawa
yang dapat menghilangkan pirogen. Karbon aktif
ini akan menyerap pirogen yang dapat
membahayakan tubuh jika sampai masuk ke dalam
aliran darah. Karbon aktif yang digunakan
sebanyak 0,1% dari volume total kemudian
dipanaskan selama 10-15 menit dengan suhu lebih
dari 200oC sambil diaduk.
Aqua pro injeksi : Pembawa yang digunakan ialah aqua pro injeksi
yang bebas pirogen. Hal ini karena semua zat aktif
yang digunakan memiliki sifat kelarutan yang baik
dalam air. Pengunaan aqua pro injection ditujukan
untuk memenuhi syarat dari sediaan steril yaitu
sediaan yang bebas mikroorganisme agar tidak
mempengaruhi kestabilan infus yang dibuat.

3.4 Perhitungan
3.4.1 Tonisitas
Tabel 3.1 Perhitungan tonisitas
Zat C (1%) ʌ Tb C x ʌ Tb
Natrium Laktat 0,31 0,31 0,0961
Kalium Klorid 0,03 0,439 0,01317
Kalsium Klorid 0,033 0,3 0,0099
£ 0,11917

W = 0,696 g/100 ml
Tonisitas sebenarnya = 0,9 – 0,696 = 0,204 (hipotonis)
Penambahan NaCl = 0,9 – 0,204 = 0,696 g/100 mL

3.4.2 Osmolaritas

Natrium Laktat

= 55,33 mOsmol/L

Kalium Klorid
= 8,05 mOsmol/L

Kalsium Klorid

= 6,73 mOsmol/L

Natrium Klorid

= 238,19 mOsmol/L
Total Osmolaritas = 55,33 + 8,05 + 6,73 + 238,19
= 308,3 mOsmol/L(isotonis)

Osmolaritas (mOsmol/L) Tonisitas


>350 Hipertonis
329-350 Sedikit Hipertonis
270-328 Isotonis
250-269 Sedikit Hipotonis
0-249 Hipotonis

3.4.3 Kekuatan Ion

Na+ = 0,318

= 13,826 meq/L

HCO3- = 1,232

= 13,83 meq/L

K+ = 0,079

= 2,026 meq/L

Cl- = 0,071
= 2 meq/L

Ca+ = 0,045

= 1,125 meq/L

Cl2- = 0,120

= 1,121 meq/L

Na+ = 1,369

= 59,52 meq/L

Cl- = 2,114

= 59,55 meq/L

3.4.3 Bahan
Volume infus yang akan dibuat : 500 mL
Jumlah sediaan yang akan dibuat: 10.000 botol

Perhitungan Volume Sediaan yang Telah Dilebihkan


Volume infus = 500 ml + 2 %
= 510 ml

Perhitungan Bahan dalam satu sediaan :

Natrium Laktat

= 1,581 gram

Kalium Klorid

= 0,153 gram

Kalsium Klorid

= 0,1683 gram

Natrium Klorid
= 3,55 gram

Karbon aktif

= 0,51
API = ad 510 ml

Perhitungan bahan dalam satu batch :


Natrium Laktat = 1,581 gram x 10.000
= 15.810 gram
= 15,81 kg
Kalium Klorid = 0,153 gram x 10.000
= 1.530 gram
= 1,530 kg
Kalsium Klorid = 0,1683 gram x 10.000
= 1.683 gram
= 1,683 kg
Natrium Klorid = 3,55 gram x 10.000
= 35.500 gram
= 35,5 kg
Karbon aktif = 0,51 x 10.000
= 5.100 gram
= 5,1 kg
API = ad 5.100.000 ml
= ad 5.100 liter

3.5 Penimbangan
Tabel 3.2 Penimbangan bahan
Jumlah 1 Batch
Nama Zat
(10,000 botol infus)
Natrium Laktat 15,81 kg
Kalium Klorid 1,530 kg
Kalsium Klorid 1,683 kg
Natrium Klorida 35,5 kg
Karbo adsorben 5,1 kg
Aqua Pro Injeksi Ad 5.100 liter

3.6 Pembuatan
Disterilisasi dan disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditimbang
semua bahan yang akan digunakan sesuai dengan data penimbangan. Digerus
karbon aktif terlebih dahulu kemudian dimasukkan kedalam beaker glass,
ditambahkan aqua pro injection (API) yang dibutuhkan. Dipanaskan diatas hot
plate dengan suhu diatas 200oC dengan sesekali diaduk. Disaring larutan selagi
hangat–hangat dengan kertas saring berlapis yang sudah dibasahi dengan air bebas
pirogen hingga didapat larutan yang bening, sisihkan (massa 1). Dilarutkan
natrium laktat dengan aqua pro injeksi secukupnya, sisihkan (massa 2). Dilarutkan
kalium klorida dengan aqua pro injeksi secukupnya, sisihkan (massa 3).
Dilarutkan kalsium klorida dengan aqua pro injeksi secukupnya, sisihkan (massa
4). Dilarutkan NaCl dengan aqua pro injeksi secukupnya, sisihkan (massa 5).
Dicampurkan massa 1, 2, 3, 4 dan 5, aduk ad homogen. Tambahkan aqua pro
injeksi ad 5,1 liter. Kemudian cek pH dengan menggunakan pH universal.
Dimasukkan larutan ke dalam botol melalui membran filter sampai volume 500
mL. Botol yang sudah terisi kemudian di tutup. Sediaan dalam botol disterilisasi
dalam autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit. Dilakukan evaluasi sediaan.
Kemas beri etiket dan label.

3.7 Evaluasi Sediaan


3.7.1 Evaluasi Fisika
a. Pengujian pH
Tujuan : Mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan
Prosedur : pH meter dikalibrasi dengan mengunakan buffer (pH
4, pH 7 dan pH 9) agar pH meter dalam keadaan
netral. Dimasukkan elektroda kedalam larutan
sediaan sampai tanda bunyi dari pH meter menyala.
Dicatat hasil.
Syarat : Syarat pH sediaan ialah 6 – 7,3

b. Penampilan fisik
Tujuan : Memastikan bahwa sediaan yang dihasilkan
memiliki penampilan fisik yang baik dan layak
diedarkan.
Prosedur : Dilakukan pengamatan secara visual, dimana dilihat
penampilan fisik dari wadah sediaan seperti bentuk,
tinggi, kebersihan dan penampilan fisik lainnya.
Dicatat hasil.
Syarat : Penampilan fisik sediaan harus baik bagian atas
botol harus tertutup rapat

c. Uji keseragaman volume


Tujuan : Sebagai jaminan bahwa sediaan memiliki volume
sesuai dengan yang tertera pada etiket
Prosedur : Sediaan diletakkan pada permukaan yang rata secara
sejajar kemudian diamati keseragaman volume
secara visual.
Syarat : Seragam

d. Uji kejernihan
Tujuan : Memastikan sediaan terbebas dari pengotor
Prosedur : Dilakukkan pengamatan secara visual, dimana dilhat
kejernihan dari sediaan yang telah dibuat. Apakah
ada partikel yang tidak tersaring atau sediaan terlihat
kotor. Dicatat hasil.
Syarat : Sediaan jernih, yang artinya tidak terdapat partikel
besar yang mengambang dalam sediaan. (FI IV, 998)

e. Uji kebocoran
Tujuan : Memastikan bahwa sediaan tidak bocor.
Prosedur : Wadah diletakkan dengan posisi terbalik, kemudian
diamati apakah isi sediaan tetap berada dalam jumlah
yang tetap atau berkurang.
Syarat : Tidak bocor

f. Jumlah Sediaan
Tujuan : Mengetahui jumlah sediaan yang dihasilkan.
Prosedur : Diamati jumlah sediaan yang tersisa dalam keadaan
baik setelah dilakukan sterilisasi.
Syarat : 10.000 botol infus

g. Bahan Partikulat dalam Injeksi


Tujuan : Menghitung partikel asing subvisibel.
Prosedur : Dilakukan dengan prosedur penghamburan cahaya
dan mikroskopik dengan cara diamati larutan didekat
sumber cahaya yang baik atau mikroskop.
Syarat : Larutan yang dihasilkan tidak boleh mengandung
bahan partikulat seperti zat asing yang bergerak dan
asalnya tak tentu.

3.7.2 Evaluasi Biologi


a. Uji sterilitas
Tujuan : Untuk memastikan bahwa sediaan sudah dalam
keadaan steril
Prosedur : Disiapkan media perbenihan yang akan digunakan,
masukkan sejumlah larutan uji kemudian inkubasi
pada 20°C-25°C. Munculnya kekeruhan
menunjukkan bahwa sediaan masih belum steril.
Syarat : Steril.

b. Uji endotoksin bakteri


Tujuan : Untuk mendeteksi atau mengkuantitasi endotoksin
bakteri yang mungkin terdapat dalam sampel yang
diuji.
Prosedur : Diambil 0,1 ml sediaan dan ditambahkan 0,1 ml LAL
reagent, kemudian diinkubasi pada suhu 37°C
selama 60 menit. Sediaan ditakan positif
mengandung endotoksin (>0,25 EU/mL) bila tidak
terbentuk gel setelah tabung dibalik 180° secara
perlahan.
Syarat : Bebas endotoksin

c. Uji pirogen
Tujuan : Mengetahui keberadaan pirogen pada sediaan
Prosedur : Disuntikkan sediaan ke dalam vena telinga,
kemudian suhu badan kelinci tersebut dipantau.
Adanya peningkatan suhu tubuh yang
mengindikasikan bahwa dalam sediaan tersebut
masih terdapat pirogen.
Syarat : Bebas pirogen
3.7.3 Evaluasi Kimia
a. Uji identifikasi
Natrium Laktat : Spektrofotometri UV-Vis
(British Pharmacopoeia)
Kalium Klorida : Senyawa kalium memberikan warna ungu
dalam nyala api tidak berwarna, yang akan
tertutup dengan adanya sedikit natrium.
Pengaruh warna kuning yang dihasilkan oleh
natrium dapat dihilangkan dengan mengamati
lewat kaca kobalt.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, halaman 477)
Kalsium Klorida : Disiapkan 5 ml sediaan ditambahkan 5 ml
asam asetat 5 N, ditambahkan 0,5 ml larutan
kalium lioksasianoferat(ll) P 5%, larutan tetap
jernih. Ditambahkan lebih kurang 50 mg
amonium klorida P: terbentuk endapan hablur
putih.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, halaman 160)
Natrium klorida : Disiapkan 140 ml sediaan, tambahkan 1 ml
diklorofluoresein LP, campur. Titrasi dengan
perak nilrat 0,1 N LV sanpai perak klorida
menggumpal dan campuran berwarna merah
muda lemah.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, halaman 584)

b. Penetapan kadar
Kalium Klorida : Disiapkan 150 ml sediaan. Tambahkan 1 ml
asam nitrat P, dan segera titrasi dengan perak
nitrat 0,1 N LV: tetapkan titik akhir secara
potensio-metrik menggunakan elektrode
perak-kalomel dengan jembatan garam yang
mengandung 4% agar P dalam larutan
Kallium nitrat P jenuh. Lakukan penetapan
blangko.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, halaman 477)
Kalsium Klorida : Dicampurkan 100 ml sediaan dan 5 ml asam
klorida 3 N. Pindahkan larutan ke dalam labu
tentukur 250-ml, encerkan dengan air sampai
tanda. Pipet 50 ml larutan ke dalam labu
Erlenmeyer, tambahkan 100 ml air, 15 ml
natrium hidroksida 1 N dan 300 mg indikator
biru hidroksi naftol LP. Titrasi dengan
dinatrium edetat 0,05 M LV sampai titik akhir
berwarna biru tua.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, halaman 160)
Natrium klorida : Larutan (1 dalam 20) menunjukkan reaksi
Natrium cara A dan B, dan Klorida cara A, B
dan C seperti yang tertera pada Uji
ldentifikasi Umum.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, halaman 584)

3.8 Penyimpanan
Simpan dibawah suhu 300C

IV. KEMASAN, BROSUR, DAN LABEL


Gambar 4.1 Kemasan Sekunder

Gambar 4.2 Kemasan Primer


Gambar 4.3 Brosur

Keterangan :
A. Penomoran Batch
916007
916 : Ketentuan Pabrik
007 : Nomor urut produk

B. Penomoran Registrasi
GKL1911010749A1
G : Menunjukan obat generik
K : Golongan obat keras
L : Obat jadi produksi dalam negeri (Lokal)
19 : Tahun pendaftaran obat jadi
110 : Menunjukan nomer urut pabrik yang disetujui oleh BPOM
107 : No.urut obat jadi yang disetujui oleh masing-masing
pabrik
49 : Menunjukkan bentuk sediaan injeksi
A : Kekuatan sediaan pertama
1 : Kemasan pertama

C. Logo

Logo yang digunakan adalah tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan
dasar merah yang di dalamnya terdapat huruf “K” yang menyentuh garis tepi
yang melambangkan bahwa Folavita Injeksi termasuk obat keras. Obat keras
adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter, di mana pada
bungkus luarnya diberi logo seperti di atas

Logo pabrik yang digunakan sebagai identitas pabrik yang mengeluarkan


produk yaitu PT. MASANI PHARMACEUTICAL.

V. DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Michael dan Angela Baron, 1998. Performance Management.
London: Institute Of Personnel Development.
Ansel, Howard. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Ke IV.
British Pharmacopoiea Commision. 2009. British Pharmacopoiea. London.
The Pharmaceutical Press.
Buchanan, E. C., dan Schneider, P.J. 2009. Peracikan Sediaan Steril Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Chisholm-Burns, Marie A et Al., 2008. Pharmacotherapy Principles &
Practice, New York.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departement
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departement
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia, Edisi V. Jakarta: Departement
Kesehatan Republik Indonesia.
Lachman, L. Dan H. A. Lieberman. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri Jilid II. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Martindale. 1982. The Extra Pharmacopoeia 28th ed. London:
Pharmaceutical Press.
Marino, P.L., Sutin, K.M, 2007. Analgesia and station. The ICU book 3rd ed.
Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins
Nikel, P.I., M,J. Pettinari, M.A. Galvagno, and B. S. Mendez. 2006. Poly(3-
hydroxybutyrate) Synthesis by recombinant Escherichia coli arcA
mutants in microaerobiologist. Applied Environment Microbiology.
Paul J. Sheskey.,Raymond C. Rowe.,Sian C.,Owen. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipient. Edisi 6. Washington DC and
London:American Pharmacist Assiciation and Pharmaceutical Press.
Raymond and friends. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exipients 6th
edition. PhP : Amerika.
Rowe R. C., et Al. 2009, Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Sixth
Edition. London, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Assosiation.
Universitas Indonesia. 2008. Farmakologi dan Terapi. Universitas
Indonesia: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai