Nilai
Asisten
SELF FORMULATION
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL
III. FORMULA
3.1 Formula acuan :
R/ Sodium Lactate 3,1 gram
Potassium Chlorid 0,3 gram
Calcium Chloride 0,33 gram
Sodium Chloride 8,6
API ad 1 L
(USP, Hal 1647)
Formula usulan
R/ Sodium Lactate 1,55 gram
Potassium Chlorid 0,15 gram
Calcium Chloride 0,165 gram
Sodium Chloride qs
Karbo adsorben 0,1%
API ad 500 mL
3.2 Alasan Pemilihan Formula
Formula : Digunakan sebagai larutan yang bermanfaat bagi
pasien yang menggalami hilang nya cairan elektrolit
tubuh. Ringer laktat merupakan garam isotonik
dimana osmolaritas (tingkat kepekatan) cairanya
mendekati serum (bagian cair dari komponen darah),
sehingga berada terus di dalam pembuluh darah,
dimana konsentrasi elektrolit ringer laktat mirip
dengan cairan tubuh dan dapat digunakan dalam
sindrom asidosis metabolik.
Natrium laktat : Digunakan sebagai sumber bikarbonat bila produksi
dan penggunaan asam laktat terganggu akibat
gangguan metabolisme laktat. Secara nyata, konversi
laktat menjadi bikarbonat tertunda dengan adanya
kekurangan oksigen pada jaringan dan bila kapasitas
hati untuk memetabolisme laktat menurun. Hal ini
terjadi pada pasien asidosis dengan insufisiensi
sirkulasi, ekstrakorporeal sirkulasi, hipotermia,
disfungsi hati, alkalosis respiratori, gangguan
penyimpanan glikogen, shock, dekomposisi jantung
dan gangguan lain yang mengakibatkan penurunan
perfusi atau jaringan tubuh. Produksi dan
penggunaan asam laktat terganggu akibat gangguan
metabolisme laktat. Secara nyata, konversi laktat
menjadi bikarbonat tertunda dengan adanya
kekurangan oksigen pada jaringan dan bila kapasitas
hati untuk memetabolisme laktat menurun. Hal ini
terjadi pada pasien asidosis dengan insufisiensi
sirkulasi, ekstrakorporeal sirkulasi, hipotermia,
disfungsi hati, alkalosis respiratori, gangguan
penyimpanan glikogen, shock, dekomposisi jantung
dan gangguan lain yang mengakibatkan penurunan
perfusi atau jaringan tubuh.
Kalium klorida : Digunakan untuk mengobati atau mencegah jumlah
kalium yang rendah dalam darah. Tingkat normal
kalium dalam darah sangat penting. Kalium atau juga
dikenal sebagai potassium yang membantu sel,
ginjal, jantung, otot, dan saraf agar berfungsi dengan
baik, dan kalium klorida juga merupakan kation
(positif) yang terpenting dalam cairan intraseluler
dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan
asam-basa serta isotonis sel.
Kalsium klorida : Merupakan garam anorganik yang digunakan untuk
mengobati luka bakar,
mengobati keracunan magnesium, membantu untuk
melindungi miokardium dari bahaya akibat tingginya
kalium serum pada kondisi hiperkalemia, dan
mengobati keracunan obat-obatan
golongan calcium channel blocker,
misalnya diltiazem. Kalsium juga membantu dalam
pelepasan, penyimpanan neurotransmitter, hormon,
peningkatan asam amino, absorpsi vitamin B12 dan
sekresi lambung.
Natrium klorida : Digunakan sebagai agen pengisotonis agar sediaan
yang dihasilkan menjadi isotonis atau setara dengan
0,9% larutan NaCl, dimana larutan tersebut
mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan
cairan tubuh sehingga meningkatkan kenyamanan
penggunaan nya
3.4 Perhitungan
3.4.1 Tonisitas
Tabel 3.1 Perhitungan tonisitas
Zat C (1%) ʌ Tb C x ʌ Tb
Natrium Laktat 0,31 0,31 0,0961
Kalium Klorid 0,03 0,439 0,01317
Kalsium Klorid 0,033 0,3 0,0099
£ 0,11917
W = 0,696 g/100 ml
Tonisitas sebenarnya = 0,9 – 0,696 = 0,204 (hipotonis)
Penambahan NaCl = 0,9 – 0,204 = 0,696 g/100 mL
3.4.2 Osmolaritas
Natrium Laktat
= 55,33 mOsmol/L
Kalium Klorid
= 8,05 mOsmol/L
Kalsium Klorid
= 6,73 mOsmol/L
Natrium Klorid
= 238,19 mOsmol/L
Total Osmolaritas = 55,33 + 8,05 + 6,73 + 238,19
= 308,3 mOsmol/L(isotonis)
Na+ = 0,318
= 13,826 meq/L
HCO3- = 1,232
= 13,83 meq/L
K+ = 0,079
= 2,026 meq/L
Cl- = 0,071
= 2 meq/L
Ca+ = 0,045
= 1,125 meq/L
Cl2- = 0,120
= 1,121 meq/L
Na+ = 1,369
= 59,52 meq/L
Cl- = 2,114
= 59,55 meq/L
3.4.3 Bahan
Volume infus yang akan dibuat : 500 mL
Jumlah sediaan yang akan dibuat: 10.000 botol
Natrium Laktat
= 1,581 gram
Kalium Klorid
= 0,153 gram
Kalsium Klorid
= 0,1683 gram
Natrium Klorid
= 3,55 gram
Karbon aktif
= 0,51
API = ad 510 ml
3.5 Penimbangan
Tabel 3.2 Penimbangan bahan
Jumlah 1 Batch
Nama Zat
(10,000 botol infus)
Natrium Laktat 15,81 kg
Kalium Klorid 1,530 kg
Kalsium Klorid 1,683 kg
Natrium Klorida 35,5 kg
Karbo adsorben 5,1 kg
Aqua Pro Injeksi Ad 5.100 liter
3.6 Pembuatan
Disterilisasi dan disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditimbang
semua bahan yang akan digunakan sesuai dengan data penimbangan. Digerus
karbon aktif terlebih dahulu kemudian dimasukkan kedalam beaker glass,
ditambahkan aqua pro injection (API) yang dibutuhkan. Dipanaskan diatas hot
plate dengan suhu diatas 200oC dengan sesekali diaduk. Disaring larutan selagi
hangat–hangat dengan kertas saring berlapis yang sudah dibasahi dengan air bebas
pirogen hingga didapat larutan yang bening, sisihkan (massa 1). Dilarutkan
natrium laktat dengan aqua pro injeksi secukupnya, sisihkan (massa 2). Dilarutkan
kalium klorida dengan aqua pro injeksi secukupnya, sisihkan (massa 3).
Dilarutkan kalsium klorida dengan aqua pro injeksi secukupnya, sisihkan (massa
4). Dilarutkan NaCl dengan aqua pro injeksi secukupnya, sisihkan (massa 5).
Dicampurkan massa 1, 2, 3, 4 dan 5, aduk ad homogen. Tambahkan aqua pro
injeksi ad 5,1 liter. Kemudian cek pH dengan menggunakan pH universal.
Dimasukkan larutan ke dalam botol melalui membran filter sampai volume 500
mL. Botol yang sudah terisi kemudian di tutup. Sediaan dalam botol disterilisasi
dalam autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit. Dilakukan evaluasi sediaan.
Kemas beri etiket dan label.
b. Penampilan fisik
Tujuan : Memastikan bahwa sediaan yang dihasilkan
memiliki penampilan fisik yang baik dan layak
diedarkan.
Prosedur : Dilakukan pengamatan secara visual, dimana dilihat
penampilan fisik dari wadah sediaan seperti bentuk,
tinggi, kebersihan dan penampilan fisik lainnya.
Dicatat hasil.
Syarat : Penampilan fisik sediaan harus baik bagian atas
botol harus tertutup rapat
d. Uji kejernihan
Tujuan : Memastikan sediaan terbebas dari pengotor
Prosedur : Dilakukkan pengamatan secara visual, dimana dilhat
kejernihan dari sediaan yang telah dibuat. Apakah
ada partikel yang tidak tersaring atau sediaan terlihat
kotor. Dicatat hasil.
Syarat : Sediaan jernih, yang artinya tidak terdapat partikel
besar yang mengambang dalam sediaan. (FI IV, 998)
e. Uji kebocoran
Tujuan : Memastikan bahwa sediaan tidak bocor.
Prosedur : Wadah diletakkan dengan posisi terbalik, kemudian
diamati apakah isi sediaan tetap berada dalam jumlah
yang tetap atau berkurang.
Syarat : Tidak bocor
f. Jumlah Sediaan
Tujuan : Mengetahui jumlah sediaan yang dihasilkan.
Prosedur : Diamati jumlah sediaan yang tersisa dalam keadaan
baik setelah dilakukan sterilisasi.
Syarat : 10.000 botol infus
c. Uji pirogen
Tujuan : Mengetahui keberadaan pirogen pada sediaan
Prosedur : Disuntikkan sediaan ke dalam vena telinga,
kemudian suhu badan kelinci tersebut dipantau.
Adanya peningkatan suhu tubuh yang
mengindikasikan bahwa dalam sediaan tersebut
masih terdapat pirogen.
Syarat : Bebas pirogen
3.7.3 Evaluasi Kimia
a. Uji identifikasi
Natrium Laktat : Spektrofotometri UV-Vis
(British Pharmacopoeia)
Kalium Klorida : Senyawa kalium memberikan warna ungu
dalam nyala api tidak berwarna, yang akan
tertutup dengan adanya sedikit natrium.
Pengaruh warna kuning yang dihasilkan oleh
natrium dapat dihilangkan dengan mengamati
lewat kaca kobalt.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, halaman 477)
Kalsium Klorida : Disiapkan 5 ml sediaan ditambahkan 5 ml
asam asetat 5 N, ditambahkan 0,5 ml larutan
kalium lioksasianoferat(ll) P 5%, larutan tetap
jernih. Ditambahkan lebih kurang 50 mg
amonium klorida P: terbentuk endapan hablur
putih.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, halaman 160)
Natrium klorida : Disiapkan 140 ml sediaan, tambahkan 1 ml
diklorofluoresein LP, campur. Titrasi dengan
perak nilrat 0,1 N LV sanpai perak klorida
menggumpal dan campuran berwarna merah
muda lemah.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, halaman 584)
b. Penetapan kadar
Kalium Klorida : Disiapkan 150 ml sediaan. Tambahkan 1 ml
asam nitrat P, dan segera titrasi dengan perak
nitrat 0,1 N LV: tetapkan titik akhir secara
potensio-metrik menggunakan elektrode
perak-kalomel dengan jembatan garam yang
mengandung 4% agar P dalam larutan
Kallium nitrat P jenuh. Lakukan penetapan
blangko.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, halaman 477)
Kalsium Klorida : Dicampurkan 100 ml sediaan dan 5 ml asam
klorida 3 N. Pindahkan larutan ke dalam labu
tentukur 250-ml, encerkan dengan air sampai
tanda. Pipet 50 ml larutan ke dalam labu
Erlenmeyer, tambahkan 100 ml air, 15 ml
natrium hidroksida 1 N dan 300 mg indikator
biru hidroksi naftol LP. Titrasi dengan
dinatrium edetat 0,05 M LV sampai titik akhir
berwarna biru tua.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, halaman 160)
Natrium klorida : Larutan (1 dalam 20) menunjukkan reaksi
Natrium cara A dan B, dan Klorida cara A, B
dan C seperti yang tertera pada Uji
ldentifikasi Umum.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, halaman 584)
3.8 Penyimpanan
Simpan dibawah suhu 300C
Keterangan :
A. Penomoran Batch
916007
916 : Ketentuan Pabrik
007 : Nomor urut produk
B. Penomoran Registrasi
GKL1911010749A1
G : Menunjukan obat generik
K : Golongan obat keras
L : Obat jadi produksi dalam negeri (Lokal)
19 : Tahun pendaftaran obat jadi
110 : Menunjukan nomer urut pabrik yang disetujui oleh BPOM
107 : No.urut obat jadi yang disetujui oleh masing-masing
pabrik
49 : Menunjukkan bentuk sediaan injeksi
A : Kekuatan sediaan pertama
1 : Kemasan pertama
C. Logo
Logo yang digunakan adalah tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan
dasar merah yang di dalamnya terdapat huruf “K” yang menyentuh garis tepi
yang melambangkan bahwa Folavita Injeksi termasuk obat keras. Obat keras
adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter, di mana pada
bungkus luarnya diberi logo seperti di atas
V. DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Michael dan Angela Baron, 1998. Performance Management.
London: Institute Of Personnel Development.
Ansel, Howard. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Ke IV.
British Pharmacopoiea Commision. 2009. British Pharmacopoiea. London.
The Pharmaceutical Press.
Buchanan, E. C., dan Schneider, P.J. 2009. Peracikan Sediaan Steril Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Chisholm-Burns, Marie A et Al., 2008. Pharmacotherapy Principles &
Practice, New York.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departement
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departement
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia, Edisi V. Jakarta: Departement
Kesehatan Republik Indonesia.
Lachman, L. Dan H. A. Lieberman. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri Jilid II. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Martindale. 1982. The Extra Pharmacopoeia 28th ed. London:
Pharmaceutical Press.
Marino, P.L., Sutin, K.M, 2007. Analgesia and station. The ICU book 3rd ed.
Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins
Nikel, P.I., M,J. Pettinari, M.A. Galvagno, and B. S. Mendez. 2006. Poly(3-
hydroxybutyrate) Synthesis by recombinant Escherichia coli arcA
mutants in microaerobiologist. Applied Environment Microbiology.
Paul J. Sheskey.,Raymond C. Rowe.,Sian C.,Owen. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipient. Edisi 6. Washington DC and
London:American Pharmacist Assiciation and Pharmaceutical Press.
Raymond and friends. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exipients 6th
edition. PhP : Amerika.
Rowe R. C., et Al. 2009, Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Sixth
Edition. London, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Assosiation.
Universitas Indonesia. 2008. Farmakologi dan Terapi. Universitas
Indonesia: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran