Anda di halaman 1dari 13

Laporan Pendahuluan

Hiperglikemia

A. Definisi
Hiperglikemia berasal dari bahasa yunani diantaranya, hyper yang artinya
lebih, glyc artinya manis dan emia yang berarti darah, jadi hiperglikemia merupakan
keadaan dimana jumlah glukosa dalam darah melebihi batas normal (> 200 mg/dl atau
11,1 mmol/L) (Reference ranges for blood tests). Peningkatan glukosa dalam darah
terjadi ketika pankreas memiliki sedikit insulin atau ketika sel tidak dapat menerima
respon insulin untuk menangkap glukosa dalam darah (American Assisiation
Diabetes, 2014). Hiperglikemia berbeda dengan diabetes militus, hiperglikemia
merupakan tanda dari diabetes militus. Seseorang yang memiliki hiperglikemia belum
tentu memiliki penyakit diabetes militus. Namun ketika hiperglikemia semakin
kronis, hal ini bisa memicu timbulnya diabetes dan ketoasidosis (AIDS Info, 2015).
B. Etiologi
1. Predisposisi
- Disfungsi kelenjar thyroid, adrenal dan pituitary glands
- Kerusakan sel Beta
- Pengangkatan pankreas
- Penyakit intrakranial, ensefalitis, perdarahan otak, meningitis dan tumor otak
(khususnya yang berlokasi didekat pituitary glands)
- Pankreas memproduksi insulin dalam jumlah yang sedikit (tidak cukup)
- Pankreas memproduksi insulin dalam batas normal, namun sel tubuh tidak
dapat merespon rangsangan dari insulin untuk mengambil glukosa dalam
darah
2. Presipitasi
- Usia
- Overweight
- Hereditas yaitu anggota keluarga yang memiliki riwayat hiperglikemia
- Faktor imunologi yaitu respon autoimun, dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggap sebagai jaringan asing. (John, Ratery et al,. 2013).
C. Klasifikasi
1. Hiperglikemia sedang
Peningkatan kadar gula dalam darah pada fase awal dimana gula darah dalam
level >126 mg/dl untuk gula darah puasa.
2. Hiperglikemia berat
Peningkatan kadar gula dalam darah pada level 200mg/dl untuk gula darah puasa
setelah terjadi selama beberapa periodik tanpa adanya hypoglikemic medication.
Pada hiperglikemia kronis sudah harus dilakukan tindakan dengan segera, karena
dapat meningkatkan resiko komplikasi pada kerusakan ginjal, kerusakan
neurologi, jantung, retina, ekstremitas dan diabetic neuropathy merupakan hasi
dari hiperglikemi jangka panjang (Frier, BM et al,. 2014).
D. Patofisiologi
Defisiensi insulin terjadi sebagai akibat dari kerusakan sel beta langerhans, defisiensi
insulin tersebut akan menyebabkan peningkatan pembentukan glikogen sehingga
glikogen akan mengalami suatu penurunan yang mengakibatkan hiperglikemi,
peningkaan kadar glukosa hepar dan peningkatan lipolisis. Hiperglikemi akan
mengakibatkan seseorang mengalami glukosuria, yang menyebabkan osmotik
diuresis. Osmotik diuresis akan menimbulkan sesuatu keadaan dimana ginjal tidak
dapat meningkatkan glukosa yang difiltrasi. Ginjal tidak mengikaT glukosa yang
difiltrasi akan mengakibatkan cairan diikat oleh glukosa, sehingga cairan dalam tubuh
akan berlebihan yang akan dimanifestasikan dengan banyak mengeluarkan urin
(poliuri).
E. Pathway

F. Manifestasi Klinik
1. Hiperglikemia sedang
Pada hiperglikemia akut belum terlihat tanda dan gejala yang bermakna, namun
seseorang yang memiliki hiperglikemia akut biasanya mengalami osmotik
dieresis. Keadaan ini biasanya terjadi karena kontrol gula darah yang rendah.
2. Hiperglikemia berat
Pada hiperglikemia kronis, biasanya seseorang sudah memiliki tanda gejala yang
bermakna diantaranya:
- Polyphagia (Peningkatan frekuensi makan karena sering lapar)
- Polydipsia (Peningkatan frekuensi minum karena sering haus)
- Polyuria (Peigkatan urinary)
- Blurred vision (penglihatan kabur)
- Fatigue (sleepiness) (Kelelahan)
- Weight loss (Kehilangan berat badan tanpa alasan)
- Poor wound healing (Proses penyembuhan luka lama)
- Dry mouth (Mulut kering)
- Dry or itchy skin (Kulit kering atau gatal)
- Tingling in feet or heels (Kesemutan pada ekstremitas)
- Erectile dysfunction (Disfungsi ereksi)
- Recurrent infections, external ear infections (swimmer's ear) (Rentan terhadap
infeksi)
- Cardiac arrhythmia (Peningkatan irama jantung)
- Stupor (Kejang)
- Coma (Koma)
- Seizures (Pingsan) (Jauch Chara K, et al,. 2007).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. KGD
2. Bikarbonat serum
3. Ph
4. BUN
5. Hb/ Ht
H. Komplikasi
Hiperglikemia akan menjadi masalah yang serius jika tidak ditangani dengan tepat.
Ketoasidosis merupakan salah satu komplikasi dari hiperglikemia jangka panjang
dimana tanda gejalanya antara lain: nafas pendek, nafas bau buah, mual muntah dan
mulut kering. Selain ketoasidosis, hiperglikemia juga dapat meningkatkan komplikasi
pada gagal jantung dan ginjal. Jika hiperglikemia terjadi lama hal ini dapat
menyebabkan penurunan aliran darah terutama pada kaki dan terjadi kerusakan saraf,
sehingga kaki mudah mendapat luka dan sulit sembuh (Gangren).
I. Penatalaksanaan Medis
1. Olahraga (namun jika gula darah diatas 240 mg/dl dan ketika diperiksa terdapat
keton dalam urin maka olahraga harus dihentikan)
2. Diet rendah gula
3. Terapi insulin
4. Hypoglicemic medication
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajiaan
a. Data dasar pengkajian :
AKTIVITAS / ISTIRAHAT
- Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan. Kram otot, tonus otot
menurun. Gangguan tidur/ istirahat.
- Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas.
Letargi/ disorientasi, koma. Penurunan kekuatan otot.
SIRKULASI
- Gejala : Adanya riwayat hipertensi ; IM akut. Klaudikasi, kebas, dan
kesemutan pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
- Tanda : Takikardia. Perubahan tekanan darah postural ; hipertensi. Nadi yang
menurun / tak ada. Distritmia. Krekels ; DVJ (GJK). Kulit panas, kering, dan
kemerahan ; bola mata cekung.
INTEGRITAS EGO
- Gejala : Stres; tergantung pada orang lain. Masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
- Tanda : Ansietas, peka rangsang.
ELIMINASI
- Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri / terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru / berulang. Nyeri tekan abdomen.
Diare.
- Tanda : Urine encer, pucat, kuning ; poliuri (dapat berkembang menjadi
oliguria / anuria jika terjadi hipovolemia berat). Urine berkabut, bau busuk
(infeksi). Abdomen keras, adanya asites. Bising usus lemah dan menurun ;
hiperaktif (diare).
MAKANAN / CAIRAN
- Gejala : Hilang nafsu makan. Mual / muntah. Tidak mengikuti diet ;
peningkatan masukan glukosa / karbohidrat. Penurunan berat badan lebih
dari periode beberapa hari / minggu. Haus. Penggunaan diuretik (tiazid).
- Tanda : Kulit kering / bersisik, tugor jelek. Kekakuan / distensi abdomen,
muntah. Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah). Bau halotosis / manis, bau buah (napas aseton).
NEUROSENSORI
- Gejala : Pusing / pening. Sakit kepala. Kesemutan, kebas kelemhan pada
otot. Parestesia. Gangguan penglihatan.
- Tanda : Disoreantasi; mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental. Refleks tendon dalam
(RTD) menurun (koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
NYERI / KENYAMANAN
- Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang / berat).
- Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi ; tampak sangat berhati-hati
PERNAPASAN
- Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi / tidak).
- Tanda : Lapar udara. Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi).
Frekuensi pernapasan.
KEAMANAN
- Gejala : Kulit kering, gatal ; ulkus kulit.
- Tanda : Demam, diaforesis. Kulit rusak, lesi / ulserasi. Menurunnya kekuatan
umum / rentang gerak. Parestesia /paralisis otot termasuk otot-otot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
SEKSUALITAS
- Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi). Masalah impoten pada pria ;
kesulitan orgasme pada wanita.
2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul :
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic (dari
hiperglikemia), kehilangan gastric berlebihan : diare, muntah, masukan
dibatasi : mual, kacau mental.
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral; anoreksia, mual, lambung
penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran.
- Risiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi pernafasan
yang ada sebelumnya, atau ISK.
- Risiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori
- Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolic,
insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi : status hipermetabolik/
infeksi.
- Ketidak berdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/ progresif
yang tidak dapat diobati.
- Kurang pengetahuan (belajar) mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/ mengingat, kesalahan
interpretasi, informasi, tidak mengenal sumber informasi.\
- Resiko terhadap cedera berhubungan dengan penurunan sensasi taktil,
pengurangan ketajaman pandangan dan hipoglikemia.
3. Perencanaan
a. Diagnosa 1
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan cairan terpenuhi. KH :
- Vital sign dalam batas normal
- Intake output seimbang
- Turgor kulit baik
- Mukosa bibir lembab
- Kapilari refill < 2 detik
Intervensi
- Ukur vital sign tiap 8 jam.
R/ Hipovolemi dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
- Ukur berat badan tiap pagi
R/ Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
- Observasi turgor kulit tiap pagi, observasi mukosa bibir.
R/ Merupakan indicator dari dehidrasi.
- Observasi adanya muntah.
R/ kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang
seringkali akan menimbulkan muntah.
- Pantau intake-output tiap 24 jam
R/ membantu dalam memperkirakan kekurangan volume cairan tubuh.
- Kolaborasi pemberian cairan sesuai indikasi.
R/ Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan
respon pasien secara individual.
b. Diagnosa 2
Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi. Kriteria Hasil :
- Berat badan ideal
- Mual tidak ada
- Muntah tidak ada
- LLA dalam batas normal
- TSF dalam batas normal
- Bising usus 4-12 x/ menit
- Hb dalam batas normal
- Vital sign dalam batas normal
Intervensi
- Ukur vital sign tiap 8 jam.
R/ Mengetahui keadaan umum klien.
- Timbang berat badan tiap pagi.
R/ Mengetahui pemasukan makanan yang adekuat.
- Ukur bising usus tiap pagi
R/ Hiperglikemi dapat meningkatkan motilitas dan fungsi lambung.
- Observasi tanda-tanda hipoglikemia (tingkat kesadaran, kulit lembab/ dingin,
nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan)
R/ Saat proses metabolisme terjadi dan insulin tetap diberikan maka
hipoglikemi dapat terjadi.
- Observasi adanya mual dan muntah.
R/ Mengetahui pemasukan yang adekuat.
- Ukur LLA dan TSF tiap pagi.
R/ Mengetahui status nutris klien.
- Pantau hasil laboratorium gula darah dan Hb.
R/ Hb yang rendah dapat mengindikasikan asupan nutrisi yang tidak adekuat.
Peningkatan gula daran mengindikasikan asupan nutrisi sel tidak terpenuhi.
- Kolaborasi pemberian actravid insulin atau obat oral sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan pemasukan nutrisi yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA

AIDS Info. 2015. Side effect of anti-HIV Medications – Hiperglikemia.


http://www.aidsinfo.nih.gov/ContentFiles/Hyperglycemia_FS_en.pdf.
American Diabetes Association. 2014. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus.
Arifin, augusta et all,. 2000. Krisis Hiperglikemia Pada Diabetes militus.
http://pustaka.unpad.ac.id.krisis_hiperglikemia_pada_diabetes_melitus.pdf.
FKP Unair. 2012.Manual Prosedur Tatalaksana Hipoglikemia dan Hiperglikemia.
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/MP-HPOHIPERGLIKEMIA.pdf.
Hussain A, Vincent M. 2010. Diabetes Mellitus, type 1.
http://emedicine.medscape.com/article/117739-overview.
Irfan. 2011. Hipoglikemia dan Hiperglikemia/Kenali gejala Hipoglikemia dan Hiperglikemia.
http://obatuntukdiabetes.com/hipoglikemia-dan-hiperglikemia-kenali-gejala
hipoglikemia-dan-hiperglikemia.html.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. W
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERGLIKEMIA DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RSPAU DR. S. HARDJOLUKITO
YOGYAKARTA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis

Disusun oleh:
Desy Indah Safitri
24. 18. 1176

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2019
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN
XXII

HALAMAN PENGESAHAN
Telah disahkan “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. W Dengan
Diagnosa Medis Hiperglikemia Di Instalasi Gawat Darurat RSPAU dr. S. Hardjolukito
Yogyakarta” guna memenuhi tugas Stase Keperawatan Komunitas Program Pendidikan
Profesi Ners STIKes Surya Global Yogyakarta tahun 2019.

Yogyakarta, Mei 2019

Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik IGD

(Muskhab Eko R, S.Kep., Ns, M.Kep) ( )


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN
XXII

HALAMAN PENGESAHAN
Telah disahkan “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Diagnosa Medis Pneumonia
Di Instalasi Gawat Darurat RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta” guna memenuhi
tugas Stase Keperawatan Komunitas Program Pendidikan Profesi Ners STIKes Surya Global
Yogyakarta tahun 2019.

Yogyakarta, Mei 2019

Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik IGD

(Muskhab Eko R, S.Kep., Ns, M.Kep) ( )


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN
XXII

HALAMAN PENGESAHAN
Telah disahkan “Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Diagnosa Medis Steven
Johnson Syndrom Di Instalasi Gawat Darurat RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta”
guna memenuhi tugas Stase Keperawatan Komunitas Program Pendidikan Profesi Ners
STIKes Surya Global Yogyakarta tahun 2019.

Yogyakarta, Mei 2019

Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik IGD

(Muskhab Eko R, S.Kep., Ns, M.Kep) ( )

Anda mungkin juga menyukai