Anda di halaman 1dari 22

Hubungan Status Gizi dan Pengetahuan Ibu Tentang Tablet Tambah Darah

dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kota Depok

Disusun Oleh:

Indy Surya Putri (1610714002)


Fatimah Anggraini (1610714017)
Rif’atul Awwaliyah (1610714029)
Bella Maharani P.S. (1610714032)
Muhammad Alfian (1610714045)
Ahmad Setiawan (1610714048)

Dosen Pengampu :
Taufik Maryusman S.Gz, M.Gizi, M.Pd
Dian Luthfi …..

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
S-1 ILMU GIZI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anemia merupakan suatu kondisi ketika kadar Haemoglobin (Hb)
dalam darah tergolong rendah. Anemia dapat diakibatkan oleh berbagai
penyebab seperti kekurangan asam folat, vitamin B12, vitamin A, dan zat besi
(Parasdia, 2017). Banyak wanita di Indonesia yang mengalami kekurangan
zat besi, sehingga kadar Hemoglobinnya rendah. Kekurangan zat besi pada
ibu hamil dapat mengganggu metabolisme energy sehingga dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan kerja organ – organ tubuh. Hal ini
tentu dapat berpengaruh pada kualitas kesehatan ibu dan janin.(Siti Misaroh,
2010 dalam Fitria, 2018).
Biasanya wanita tidak hamil mempunyai Haemoglobin normal sebesar
12 – 15 gr% dan wanita hamil juga biasanya memiliki Haemoglobin sebesar
12 – 15 gr%. Namun ibu hamil memiliki resiko lebih besar untuk menderita
Anemia. Biasanya kondisi ibu hamil yang Anemia adalah mempunyai kadar
HB < 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar HB < 10,5 gr% pada
trimester II (Pujiningsih, 2010 dalam Fitria, 2018).
Badan kesehatan dunia WHO (World Health Organization) melaporkan
prevalensi ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% semakin
meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan dan diperkirakan 30-
40% penyebab anemia karena kekurangan zat besi. Berdasarkan hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), prevalensi anemia pada ibu hamil di
Indonesia pada tahun 2007 turun menjadi 24,5%. Menurut WHO, 40%
kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan
dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi. Dari
hasil penelitian sebelumnya, persalinan pada wanita hamil yang menderita
anemia defisiensi besi didapatkan 12-28% kematian janin, 30% kematian
perinatal dan 7-10% angka kematian neonatal (Paendong, 2016). Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi anemia pada
ibu hamil di Indonesia naik menjadi 48,9%. Dengan demikian keadaan ini
mengindikasi bahwa anemia gizi besi masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat.
Defisiensi zat besi juga berpengaruh dengan status gizi. Status gizi
dipengaruhi oleh zat gizi yang di konsumsi sehingga dapat memperlihatkan
keadaan gizi seseorang. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang
rentan akan masalah gizi sehingganya penggunaan zat gizi seperti
mikroelemen esensial zat besi yang tidak optimal selama masa kehamilan
dapat mengakibatkan anemia. Dalam penilaian status gizi dengan pengukuran
antropometrik pada ibu hamil ada beberapa pilihan salah satunya yaitu
pengukuran lingkar lengan atas (LLA). Status gizi normal dapat diketahui
dengan melakukan pengukuran LLA. Jika LLA lebih atau sama dengan 23,5
cm berarti status gizi ibu hamil normal (Dewi, 2013 dalam Marlapan, 2013).
Apabila ukuran LLA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita, artinya
wanita tersebut mempunyai resiko KEK (Supriasa, 2001 dalam Marlapan,
2013).
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
terbentuknya perilaku kesehatan. Apabila ibu hamiil mengetahui dan
memahami akibat anemia dan cara mencegah anemia maka akan mempunyai
perilaku kesehatan yang baik sehingga diharapkan dapat terhindar dari
berbagai akibat atau risiko terjadinya anemia kehamilan. Perilaku kesehatan
yang demikian dapat berpengaruh terhadap penurunan anemia pada ibu hamil
(Soraya, 2013)
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah karena
perdarahan, infeksi dan eklampsi, sedangkan penyebab tidak langsung
diantaranya adalah karena anemia. Angka anemia pada ibu hamil meningkat
sejak tahun 2013 sampai tahun 2018 menurut hasil Riskesdas. Pada penelitian
ini, peneliti ingin mengetahui hubungan status gizi dan pengetahuan ibu
tentang tablet tambah darah dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
wilayah Kota Depok.
1.2. Rumusan Masalah
1. Berapakah prevalensi anemia yang terjadi di wilayah kota Depok?
2. Bagaimana pengetahuan ibu tentang Tablet Tambah Darah (TTD) di
wilayah kota Depok?
3. Berapakah prevalensi status gizi ibu hamil di wilayah kota Depok?
4. Bagaimana hubungan status gizi dan pengetahuan tentang tablet tambah
darah dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kota depok.
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan umum :
Hubungan Status Gizi dan Pengetahuan Ibu Tentang Tablet Tambah
Darah dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil.
1.3.2. Tujuan khusus :
1. Mengetahui karakteristik ibu
2. Mengetahui pengetahuan TTD ibu
3. Mengetahui status gizi ibu
4. Mengetahui kejadian anemia
5. Mengetahui hubungan pengetahuan TTD dengan kejadian anemia
6. Mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia
7. Menganalisis hubungan pengetahuan ttd dengan kejadian anemia
8. Menganalisis hubungan status gizi dengan kejadian anemia
1.4. Manfaat Penulisan
1. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai kejadian anemia.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukkan dalam rangka
mengurangi kejadian anemia pada ibu hamil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ibu Hamil
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet
al., 2012 dalam Ratih, 2018). Selama proses kehamilan terjadi beberapa
perubahan adaptasi dalam tubuh ibu. Salah satu perubahan yang terjadi adalah
perubahan hematologis, berupa peningkatan volume darah ibu, penurunan
hemoglobin dan hematokrit, peningkatan kebutuhan zat besi, perubahan
pada sistem imunologis dan leukosit, serta koagulasi dan fibrinolysis
(Cunningham et al., 2013 dalam Ratih, 2018). Kehamilan dibagi menjadi tiga
periode tiga bulanan atau trimester. Trimester pertama apabila kehamilan
berumur 0-12 minggu. Trimester kedua apabila umur kehamilan 13-28
minggu, sedangkan trimester ketiga apabila umur kehamilan 29-40 minggu
(Hersianna, 2012 dalam Andriani, 2015).
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi,
karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu
dan janin yang dikandung. Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa
dampak terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan
berat badan yang kurang pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan janin
(Ojofeitimi,et al., 2008 dalam Ratih, 2018). Wanita hamil sangat sulit untuk
mendapatkan cukup zat besi walaupun telah mengkonsumsi makanan yang
tinggi zat besi setiap hari ( Klein dan Thomson, 2008). Penyebab hal tersebut
di sebabkan karena zat besi besi adalah salah satu nutrient yang tidak dapat di
peroleh dalam jumlah yang adekuat dari makanan yang dikonsumsi selama
masa hamil (Bobak, dkk,2005 dalam Yuliani, 2018). Wanita yang menderita
malnutrisi sebelum hamil atau selama minggu pertama kehamilan cenderung
melahirkan bayi yang menderita kerusakan otak dan sumsum tulang karena
sistem saraf pusat sangat peka pada 2–5 minggu pertama. Apabila hal tersebut
diderita ibu hingga sepanjang minggu terakhir kehamilan, maka ibu akan
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (< 2500 gram) (Arisman,
2009 dalam Azizah, 2017).
2.1.1. Kadar Hemoglobin Selama Kehamilan
Wanita mengalami berbagai perubahan fisiologis selama
kehamilan, salah satunya terjadi perubahan sistem peredaran darah
untuk mendukung pertumbuhan janin normal. Konsentrasi hemoglobin
akan menurun karena terjadi pengenceran darah atau hemodilusi.
Hemodilusi ini terjadi karena volume darah yang beredar meningkat,
bahkan peningkatannya dapat mencapai dua kali lipat. Volume darah
ibu hamil akan meningkat selama trimester kedua dan melambat selama
trimester ketiga. Peningkatan volume darah saat hamil mmiliki fungsi
untuk :
1. Memenuhi kebutuhan metabolik uterus yang membesar dengan
sistem vaskular yang mengalami hipertrofi hebat.
2. Menyediakan nutrien dan elemen secara berlimpah untuk menunjang
pertumbuhan pesat plasenta dan janin.
3. Melindungi ibu dan janin terhadap efek buruk gangguan aliran balik
vena pada posisi telentang dan berdiri.
4. Melindungi ibu terhadap efek buruk kehilangan darah selama proses
selama persalinan.
Peningkatan volume darah pada kehamilan ini terjadi karena
peningkatan plasma dan eritrosit, namun peningkatan volume plasma
relatif lebih besar dari pada peningkatan volume eritrosit. Keadaan ini
dapat menjadi salah satu faktor anemia pada kehamilan (Zamzam,
2017).
2.2. Anemia
Anemia merupakan suatu kondisi ketika kadar Haemoglobin (Hb)
dalam darah tergolong rendah. Rendahnya kadar hemoglobin tidak selalu
diikuti dengan berkurangnya massa eritrosit (Andriani, 2015). Anemia dapat
diakibatkan oleh berbagai penyebab seperti kekurangan asam folat, vitamin
B12, vitamin A, dan zat besi (Parasdia, 2017). Prevalensi anemia di Indonesia
masih cukup tinggi (Fakhidah & Putri, 2016 dalam Priyanto, 2018).
Kemenkes RI (2013) menunjukkan angka prevalensi anemia secara nasional
pada semua kelompok umur adalah 21,70%. Prevalensi anemia pada
perempuan relatif lebih tinggi (23,90%) dibanding laki-laki (18,40%).
Prevalensi anemia berdasarkan lokasi tempat tinggal menunjukkan tinggal di
pedesaan memiliki persentase lebih tinggi (22,80%) dibandingkan tinggal di
perkotaan (20,60%).
Di Indonesia umumnya kadar Hb ibu hamil yang kurang disebabkan
oleh kekurangan zat besi. Banyak wanita di Indonesia yang mengalami
kekurangan zat besi, sehingga kadar Hemoglobinnya rendah (Siti Misaroh,
2010 dalam Fitria, 2018). Biasanya wanita tidak hamil mempunyai
Haemoglobin normal sebesar 12 – 15 gr%. Dan wanita hamil juga biasanya
memiliki Haemoglobin sebesar 12 – 15 gr%. Namun ibu hamil memiliki
resiko lebih besar untuk menderita Anemia (Pujiningsih, 2010 dalam Fitria,
2018).
2.2.1. Anemia Pada Kehamilan
Pada masa kehamilan, kebutuhan energi dan asupan gizi pada diet
perlu ditingkatkan. Hal ini dilakukan guna mendukung peningkatan
metabolisme ibu, volume darah, ekspansi sel darah merah, dan
pemberian nutrisi janin. Beberapa mikronutrien yang perlu diperhatikan
selama masa kehamilan ialah folat, zat besi, zinc, kalsium, vitamin D,
dan asam lemak esensial. Mikronutrien tersebut berfungsi sebagai
stimulus pembentukan sel darah merah, perkembangan tulang, dan
perkembangan otak. Defisiensi salah satu mikronutrien tersebut dapat
menjadi faktor resiko terjadinya anemia (Wiraprasidi, 2017).
Menurut World Health Organization( WHO ) anemia pada ibu
hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 11,0 gr% sebagai akibat ketidakmampuan
jaringan pembentuk sel darah merah (Erythropoetic) dalam produksinya
untuk mempertahankan konsentrasi Hb pada tingkat normal (Takdir,
2017). Hemoglobin adalah protein yang membawa oksigen didalam sel darah
merah dan memberi warna merah pada sel darah merah. Orang dengan anemia
tidak memiliki cukup hemoglobin. Anemia dapat disebabkan oleh banyak hal
diantara nya yaitu penghancuran sel darah merah yang berlebihan, kehilangan
darah, penurunan produksi sel darah merah (Proverawati.,2011 dalam Ratih,
2017).
Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu
hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipat untuk
memenuhi kebutuhan ibu (mencegah kehilangan darah pada saat
melahirkan) dan pertumbuhan janin (Patimah, 2011). Biasanya kondisi
ibu hamil yang Anemia adalah mempunyai kadar HB < 11 gr% pada
trimester I dan III atau kadar HB < 10,5 gr% pada trimester II
(Pujiningsih, 2010 dalam Fitria, 2018). Kekurangan zat besi pada ibu
hamil dapat mengganggu metabolisme energy sehingga dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan kerja organ – organ tubuh. Hal
ini tentu dapat berpengaruh pada kualitas kesehatan ibu dan janin (Siti
Misaroh, 2010 dalam Fitria, 2018).
Badan kesehatan dunia WHO (World Health Organization)
melaporkan prevalensi ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar
35-75% semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia
kehamilan dan diperkirakan 30-40% penyebab anemia karena
kekurangan zat besi. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT), prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia pada
tahun 2007 turun menjadi 24,5%. Menurut WHO, 40% kematian ibu di
negara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan
kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi.
Dari hasil penelitian sebelumnya, persalinan pada wanita hamil yang
menderita anemia defisiensi besi didapatkan 12-28% kematian janin,
30% kematian perinatal dan 7-10% angka kematian neonatal
(Paendong, 2016). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia
naik menjadi 48,9%.
2.2.2. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan klsifikasi WHO tahun 1972 kadar hemoglobin pada
ibu hamil dapat di bagi menjadi 3 kategori sebagai berikut :
 Anemia berat : < 8 gr%
 Anemia ringan : 8 – 10 gr%
 Normal : ≥ 11 gr% (Manuaba, 2010 dalam takdir, 2017).
Klasifikasi anemia pada ibu hamil menurut Prawirohardjo (2002)
dan (Tarwoto,dkk, 2007 dalam Takdir, 2017) adalah sebagai berikut :
1. Anemia defisiensi besi
Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah
anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur
besi dalam makanan, gangguan penyerapan, peningkatan
kebutuhan zat besi atau karena terlampau banyaknya zat besi yang
keluar dari tubuh, misalnya perdarahan. Anemia ini mempunyai ciri
yaitu ukuran sel darah merah lebih dari ukuran normal dan warna
coklat, yang disebabkan kekurangan ion Fe komponen hemoglobin
dan disertai dengan penurunan kuantatif pada sintesa hemoglobin.
Jika simpanan zat besi habis maka kadar serum akan menurun, dan
dapat menimbulkan gejala klinis karena jumlah hemoglobin tidak
adekuat untuk mengangkat oksigen ke jaringan tubuh. Manifestasi
kliniknya yaitu pucat, fertigo, keletihan, sakit kepala, depresi,
takhikardi dan amenorhe.
2. Anemia haemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel
darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama
adalah anemia dengan, kelelahan, kelemahan, serta gejala
komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Wanita
dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka
anemianya biasanya menjadi berat.
3. Anemia megaloblastik
Anemia yang ditandai oleh adanya eritroblas yang besar yang
terjadi akibat gangguan maturasi inti sel yang dinamakan
megaloblas. Anemia megaloblas disebabkan oleh defisiensi B12,
asam folat, gangguan metabolisme vitamin B12 dan asam folat,
gangguan sintesis DNA akibat dari defisiensi enzim kongenital dan
didapat setelah pemberian obat sitostatik tertentu. Patofisiloginya
defiseinsi asam folat dan vitamin B12 jelas akan menggangu
sintesis DNA hingga terjadi gangguan maturasi inti sel dengan
akibat timbulnya sel – sel megaloblas.
4. Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik dalam kehamilan terjadi karena sumsum
tulang tidak mampu membuat sel-sel darah baru. Penyebab anemia
hipoplastik hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang
disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan.
2.2.3 Penyebab Anemia Dalam Kehamilan
Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kurangnya
kadar Fe yang diperlukan untuk pembentukan Hb sehingga disebut
anemia defisiensi Fe. Penyebab terjadinya anemia defisiensi Fe pada
ibu hamil disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor langsung dan tidak
langsung. Secara langsung anemia disebabkan oleh seringnya
mengkomsumsi zat penghambat absorsi Fe, kurangnya mengkomsumsi
promotor absorbsi non hem Fe serta ada infeksi parasit. Sedangkan
faktor yang tidak langsung yaitu faktor-faktor yang secara tidak
langsung mempengaruhi kadar Hb seseorang dengan mempengaruhi
ketersediaan Fe dalam makanan seperti ekonomi yang masih rendah,
atau rendahnya pendidikan danpengetahuan (Tarwoto,dkk,2007) dan
(Purnawan, 1998) dalam Takdir, 2017). Secara umum anemia pada
kehamilan disebabkan oleh (Prawirohardjo, 2002) :
 Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin
 Kurangnya asupan zat besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil
 Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
 Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada
wanita
 akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.
Menurut Julien Parise yang di kutip oleh Syarif (1998)
menyebutkan status gizi dalam hal ini adalah anemia gizi dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal berupa factor
internal dan factor eksternal. Faktor internal meliputi antara lain umur,
jarak kehamilan, berat badan, jumlah anak, status kesehatan dan lain-
lain. Faktor eksternal meliputi antara lain besarnya keluarga,
pendapatan pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, produksi dan faktor
lingkungan lain.
2.2.4 Tanda dan gejala anemia pada ibu hamil
Menurut Takdir (2017), tanda dan gejala anemia pada ibu hamil
adalah :
1. lemah, letih, lesu, mudah lelah dan lalai
2. Wajah tampak pucat
3. Sering pusing
4. Sulit konsentrasi dan mudah lupa
5. Mata berkunang-kunang
6. Sering sakit
7. Napsu makan berkurang
8. Napas pendek ( pada anemia berat )
9. Keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda
2.2.5 Pengaruh anemia terhadap janin menurut
Pengaruh anemia terhadap janin menurut Takdir (2017) adalah :
1. Abortus
2. Terjadinya kematian intrauterine
3. Persalinan prematuritas tinggi
4. Bayi berat lahir rendah
5. Kelahiran dengan anemia
6. Dapat terjadi cacat bawaan
7. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
8. Intelegensi rendah
2.2.6 Pencegahan Anemia Dalam Kehamilan
Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada dasarnya
adalah mengatasi penyebabnya. Pada anemia berat ( kadar Hb <8 gr/dl )
biasanya ada penyakit yang melatar belakangi yaitu antara lain infeksi
cacing atau malaria, sehingga selain penanggulangan pada anemia,
harus dilakukan pengobatan terhadap penyakit - penyakit tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi
anemia gizi akibat kekurangan komsumsi besi adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan
Mengkonsumsi pangan hewani seperti daging, hati, ikan,
telur dan gizi yang cukup dapat mencegah anemia gizi besi.Sayur
hijau dan buah-buahan ditambah kacang-kacangan dan padi-padian
yang cukup mengandung zat besi. Vitamin C diperlukan untuk
meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh, peningkatan
konsumsi vitamin C sebanyak 20 mg, 50 mg, 100 mg, dan 250 mg
dapat memperbesar penyerapan zat besi sebesar 2 kali, 3 kali, 4 kali
dan 5 kali (Murtini, 2004 dalam Takdir, 2017). Konsumsi bahan
pangan zat-zat penghambat absorbsi besi harus dikurangi Zat
inhibitor seperti filtrat, kostat, tannin dan beberapa jenis serat
makanan harus dihindari karena zat ini bersama zat besi
membentuk senyawa yang tidak dapat larut di dalam air sehingga
tidak dapat di absorbsi. Bahan makanan lain yang mengandung
penghambat absorbsi besi diantaranya kopi, fosvitin dalam kuning
telur, protein, fitat dan fosfat yang banyak terdapat pada serealia,
kalsium dan serat dalam bahan makanan (Almatsier, 2001 dalam
Takdir, 2017).
Kebutuhan zat besi tubuh tergantung pada jumlah zat besi
yang hilang dari tubuh dan jumlah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan termasuk kehamilan dan masa menyusui
(husaini,1998 dalam Takdir, 2017). Selama trimester I kehamilan,
kebutuhan zat besi ibu hamil lebih rendah karena tidak menstruasi
dan zat besi yang digunakan janin minimal. Mulai dari trimester II
terdapat pertambahan sel - sel darah merah yang dapat mencapai 30
%. Kebutuhan zat besi untuk memenuhi pertambahan sel darah
merah tersebut kira-kira sama dengan penambahan sebesar 450 mg
besi (Proverawati, Atikah, 2011 dalam Takdir, 2017).
2. Suplementasi zat besi
Tablet besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat
besi adalah ferrous sulfat. Biasanya ibu hamil yang rawan anemia
di beri dosis yang lebih tinggi di banding dengan wanita biasa
(Emma, 2001 dalam Takdir, 2017). Pada wanita hamil biasanya
tablet besi diberikan mulai pada trimester II, berlangsung setiap
hari sampai melahirkan.
3. Fortifikasi zat besi
Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis gizi kedalam
bahan pangan untuk meningkatkan kualitas pangan suatu kelompok
masyarakat. Keuntungan fortifikasi diantaranya, dapat ditempatkan
pada populasi yang besar dan biasanya relatif murah (Emma, 2001
dalam Takdir, 2017).
2.2.7 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Dalam
Kehamilan
1. Umur Ibu
Menilai bahwa masa reproduksi yang sehat, kurang resiko
dengan komplikasi kehamilan adalah umur 20 – 35 tahun,
sedangkan kehamilan beresiko adalah < 20 dan > 35 tahun. Hal ini
terkait dengan keadaan biologis dan psikologis dari ibu hamil (
Manuaba, 2007 dalam Takdir, 2017). Hubungan dengan anemia
bahwa pada umur < 20 tahun dapat menyebabkan anemia karena
pada umur tersebut perkembangan biologis dalam hal ini alat
reproduksi belum optimal. Pada usia belia tersebut, psikis yang
belum matang juga menyebabkan wanita hamil mudah mengalami
guncangan mental yang mengakibatkan kurangnya perhatian
terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya.
Selain kehamilan di bawah usia 20 tahun, kehamilan dengan usia di
atas 35 tahun juga merupakan kehamilan beresiko tinggi. Wanita
yang hamil dalam usia yang terlalu tua yaitu > 35 tahun pun akan
rentan terhadap anemia. Hal ini terkait dengan penurunan daya
tahan tubuh sehingga mudah terkena berbagai infeksi selama
kehamilan (Amiruddin dan Wahyuddin, 2004 dalam Takdir, 2017).
2. Paritas
Anemia bisa terjadi pada ibu dengan paritas tinggi terkait
dengan keadaan biologis ibu dan asupan zat besi. Paritas lebih
beresiko bila terkait dengan jarak kehamilan yang pendek. Anemia
dalam hal ini akan terkait dengan kehamilan sebelumnya dimana
apabila cadangan besi di dalam tubuh berkurang maka kehamilan
akan menguras persediaan besi di dalam tubuh dan akan
menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya (Takdir, 2017).
Edmundson (1997), menyatakan bila wanita membatasi jumlah
anak, maka bukan saja dapat meningkatkan gizi keluarganya
melainkan juga dapat mengurangi resiko terjadinya anemia pada
ibu.
3. Jarak kehamilan
Makin pendek jarak kehamilan makin besar kematian
maternal bagi ibu dan anak, terutama jika jarak tersebut < 2 tahun
dapat terjadi komplikasikehamilan dan persalinan seperti anemia
berat dan perdarahan. Oleh karena itu seorang wanita memerlukan
waktu 2 – 3 tahun untuk jarak kehamilannya agar pulih secara
fisiologis akibat hamil atau persalinan sehingga dapat
mempersiapkan diri untuk kehamilan dan persalinan berikutnya
(Manuaba, 2007 dalam Takdir, 2017).
2.3 Pengetahuan Tablet Tambah Darah
Di Indonesia, anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan Zat Besi,
sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi (Kristiyanasari, 2010
dalam Siti, A. R. 2016). Anemia gizi besi dapat diatasi dengan meminum
tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD). Kepala ibu hamil umumnya
diberikan sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama
masa hamil. (Proverawati, Atikah : 2011 dalam Fitria. 2018).
Ibu hamil dengan pengetahuan zat besi yang rendah akan berperilaku
kurang patuh dalam mengonsumsi tablet zat besi serta dalam pemilihan
makanan sumber zat besi juga rendah. Sebaliknya ibu hamil yang memiliki
pengetahuan tentang zat besi yang baik, maka cenderung lebih banyak
menggunakan pertimbangan rasional dan semakin patuh dalam mengonsumsi
tablet zat besi (Sasfrisa, 2012 dalam Siti, A. R. 2016).
Rendahnya ibu hamil mengkonsumsi tablet dapat disebabkan karena
masih banyak ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang mengenai zat
besi (Erwin, R. R., Machmud, R. & Utama, B. I, 2017 dalam Fauziah, I. S.
2018). Akibatnya, kesadaran ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet tambah
darah juga masih rendah. Pengetahuan mengenai kebutuhan zat besi, manfaat
pada zat besi, sumber makanan mengandung zat besi, akibat yang
ditimbulkan apabila kekurangan zat besi, dan informasi lainnya dapat
diperoleh ibu melalui penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan dalam
kunjungan ANC (Kamidah, 2015 dalam Fauziah, I. S. 2018).
Zat besi adalah sebuah nutrient esensial yang diperlukan oleh setiap sel
manusia. Besi dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembawa oksigen dan
electron, serta sebagai katalisator untuk oksigenasi, hidroksilasi, dan proses
metabolic lain melalui kemampuannya berubah bentuk antara fero (Fe++ )dan
fase oksidasi (Fe++) (Ani, 2015 dalam Rizki, Fadina. Lipoeto, Nur Indrawati.
Ali, Hirowati. 2017). Meminum tablet tambah darah setiap hari meningkatkan
kemampuan tubuh untuk menyerap zat besi, sehingga lebih menguntungkan
ibu hamil (Diana,2012 dalam Rizki, Fadina. 2017 ).
Kebutuhan Fe selama kehamilan kurang lebih 1000 mg, diantaranya
500 mg dibutuhkan untuk meningkatkan massa sel darah merah, 300 mg
untuk transportasi ke fetus dalam kehamilan 12 minggu dan 200 mg lagi
untuk menggantikan cairan yang keluar dari tubuh. Kebutuhan akan Fe
selama trimester I relatif sedikit sekitar 0,8 mg sehari yang kemudian
meningkat tajam selama trimester II dan III, yaitu 6,3 mg sehari. Hal ini
disebabkan karena saat kehamilan terjadi peningkatan volume darah secara
progresif mulai minggu ke-6 sampai ke-8 kehamilan dan mencapai
puncaknya pada minggu ke-32 sampai ke-34 dengan perubahan kecil setelah
minggu tersebut.
Pengetahuan akan manfaat tablet tambah darah bagi ibu hamil dan janin
sangat penting untuk disampaikan, agar ibu hamil mengerti mengapa tablet
tambah darah harus diminum setiap hari secara teratur selama masa
kehamilan dan setelah melahirkan.

Gambar 1. (ini gambar apa)


Tingkat pengetahuan ibu hamil berhubungan dengan tingkat
pendidikannya. Pendidikan yang rendah baik secara informal maupun formal
menyebabkan ibu kurang memahami kaitan anemia dengan faktornya, kurang
mempunyai akses mengenai informasi dan penanggulangannya, kurang dapat
memilih bahan makanan yang bergizi, khususnya yang mengandung zat gizi
relative tinggi dan kurang dapat menggunakan pelayanan kesehatan yang
tersedia demikian sebaliknya (Depkes, 2009 dalam Siti, A. R. 2016).
2.4 Status Gizi dengan Anemia
Kebutuhan gizi yang kurang pada ibu hamil dapat mengakibatkan
terjadinya anemi pada ibu hamil, abortus, partus prematurus, inersia uteri,
perdarahan pasca persalinan, sepsis puerperalis dan sebagainya. Sedangkan
kebutuhan gizi yang berlebihan juga dapat mengakibatkan komplikasi seperti
kegemukan, pre-eklamsi, janin besar dan sebagainya (Rustam, 1998:59 dalam
Utami, Eka devi. 2010).
Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang sebagai penggunaan
makanan zat maka akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan meminimalisir
angka kejadian anemia pada ibu hamil. (Sufiati, 2008 dalam Ervina, Anis.
2017). Status gizi dipengaruhi oleh zat gizi yang di konsumsi sehingga dapat
memperlihatkan keadaan gizi seseorang. Ibu hamil merupakan salah satu
kelompok yang rentan akan masalah gizi sehingganya penggunaan zat gizi
seperti mikroelemen esensial zat besi yang tidak optimal selama masa
kehamilan dapat mengakibatkan anemia.
Status gizi normal dapat diketahui dengan melakukan pengukuran LLA.
Jika LLA lebih atau sama dengan 23,5 cm berarti status gizi ibu hamil
normal. (Dewi. 2013 dalam Marlapan. 2013). Apabila ukuran LLA kurang
dari 23,5 cm atau dibagian merah pita, artinya wanita tersebut mempunyai
resiko KEK. (Supriasa.2001 dalam Marlapan. 2013). Anemia pada kehamilan
bisa menyebabkan perdarahan yang nantinya bisa mengakibatkan kematian
baik pada ibu maupun pada janin/ bayi yang dilahirkan (Kemenkes RI, 2015
dalam Sukmaningtyas, Diana. 2015).
Anemia merupakan indikator untuk gizi buruk dan kesehatan yang
buruk. Anemia pada ibu hamil sangat terkait dengan mortalitas dan
morbiditas pada ibu dan bayi, termasuk risiko keguguran, lahir mati,
prematuritas dan berat bayi lahir rendah (WHO, 2014 dalam Sukmaningtyas,
Diana. 2015).
Pada penelitian hubungan status gizi dengan anemia pada ibu hamil
yang dilakukan oleh Sabarudin dan Anwar (2011 dalam Ervina, Anis. 2017),
didapatkan hasil yang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara status
gizi dengan anemia pada ibu hamil. Oleh karena itu, ibu hamil harus
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang agar zat gizi yang
dibutukan untuk perkembangan janin, plasenta, ekspansi sel darah merah, dan
untuk kebutuhan basal tubuh selama kehamilan dapat terpenuhi.
2.5 Hipotesis
1. ada hubungan antara pengetahuan tablet tambah darah dengan kejadian
anemia
2. ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia
2.6. Kerangka Konsep
BUAT CUY
2.7. Kerangka Teori

Ekonomi

Asupan Fe

Asupan
Umur
ANEMIA IBU Inhibitor Fe
Penyakit HAMIL Pendidikan
Asupan
Infeksi Enhancer Fe

BB Jarak Kehamilan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif katagorik tidak
berpasangan dengan rancangan penelitian menggunakan desain studi potong
lintang (cross sectional), yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Status
Gizi dan Pengetahuan Ibu Tentang Tablet Tambah Darah dengan Kejadian
Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kota Depok.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Kota Depok yang dilaksanakan
selama Bulan Februari – Juli 2019.
3.2.2. Waktu Penelitian
Kegiatan Waktu
Pengusulan judul Desember 2018
Penyusunan proposal Januari 2019
Pengurusan izin penelitian Januari - Februari 2019
Pelaksanaan penelitian Februari – Juli 2019
Pengolahan data Juni - Agustus 2019
Penyusunan BAB IV-V Durasi waktu-durasi waktu
Penyusunan skripsi Durasi waktu-durasi waktu
Ujian skripsi Durasi waktu-durasi waktu
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
- Populasi target adalah ibu hamil trimester I.
- Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah ibu hamil trimester I
di wilayah Kota Depok.
3.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah Trimester Idi wilayah kerja Kota
Depok pada Bulan Februari – Juli 2018.
3.3.3. Jumlah Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel yang diperlukan dalam
penelitian ini, berdasarkan jenis penelitian dapat digunakan rumus
berikut :
2
𝑍𝛼√2𝑃𝑄+𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2
n1 = n2 = ( )
𝑃1 −𝑃2
Keterangan :
Zα = 1,64
Zβ = 0,84
P2 = 0,2 (kepustakaan)
P1 – P2 = selisish minimal proporsi kepatuhan yang dianggap
bermakna, ditetapkan 20% = 0,2
Dengan demikian:
Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,2 = 0,8
P1 = P2 + 0,2 = 0,2 + 0,2 = 0,4
Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,4 = 0,6
(𝑃1+𝑃2) (0,4+0,2)
P = = = 0,3
2 2
Q = 1 – P = 1 – 0.3 = 0,7
Dengan memasukkan nilai-nilai di atas pada rumus, diperoleh:
2
1,64√2𝑥0,3𝑥0,7+0,84√0,4𝑥0,6 + 0,2𝑥0,8
n1 = n2 = ( ) = 62
0,2
Maka perolehan jumlah sampel yang diperlukan adalah 62 orang.
Untuk menjaga kemungkinan adanya drop out (DO), maka jumlah
subjek ditambah sebanyak 10%. Jadi total jumlah sampel yang
diperlukan adalah 62 + 6,2 = 68 orang.
3.3.4. Cara Pengambilan Sampel
Sampling frame diperoleh dari data Kota Depok jumlah populasi
ibu hamil yang berada di wilayah kerja Kota Depok tersebut adalah 74
orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total
sampling. Dari total 74 orang tersebut, ternyata 5 orang di antaranya
masuk kriteria eksklusi, yaitu 4 orang yang tidak mendapatkan tablet
tambah darah. Dan terdapat 1 orang tidak bersedia menjadi responden.
Dengan demikian keseluruhan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini berjumlah 69 orang.
3.3.5. Kriteria Sampel
3.3.5.1. Kriteria Inklusi
Ibu hamil Trimester I yang memperoleh tablet besi dari
petugas kesehatan, serta bersedia menjadi responden di
wilayah kerja Kota Depok.
3.3.5.2. Kriteria Ekslusi
- Ibu hamil Trimester I yang tidak memperoleh tablet besi dari
petugas kesehatan.
- Ibu hamil Trimester I yang tidak bersedia menjadi responden.
3.4. Cara Kerja Penelitian

Persiapan Penelitian

Identifikasi Subjek yang berpotensi masuk ke


dalam penelitian (ibu hamil trimester I)

Informed Consert

Tidak Tersedia Bersedia

Penelitian lebih lanjut (menggunakan media


kuesioner)

Tidak memenuhi kriteria Memenuhi kriteria

Pengumpulan dan pengolahan data

Analisis data

3.5. Manajemen Data


3.5.1. Pengumpulan Data
Data responden akan diambil ketika telah memperoleh
persetujuan setelah penjelasan (informed concert) dari responden.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan media kuisioner.
3.5.2. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Menyunting data (data editing)
Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran
data. Proses editing dilakukan setiap kali selesai memperoleh data
dari kuesioner yang telah diisi oleh responden. Bila terdapat
kesalahan atau data yang tidak lengkap, peneliti akan menemui
responden kembali untuk melakukan klarifikasi.
2. Mengkode data (data coding)
Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah
dikumpulkan, dilakukan untuk memudahkan dalam memasukkan
data.
3. Memasukkan data (data entry)
Memasukkan data yang telah diberikan kode ke dalam program
statistik pada software komputer
4. Membersihkan data (data cleaning)
Setelah data dimasukkan, dilakukan pengecekan kembali untuk
memastikan data tersebut tidak ada yang salah.
5. Memberikan nilai data (data scoring)
Penilaian data dilakukan dengan cara pemberian skor terhadap
jawaban yang menyangkut variabel dependen dan variabel
independen.
3.5.3. Analisis Data
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik
responden yang meliputi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan
pendapatan responden. Selain itu, analisis univariat juga digunakan
untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan ibu, serta gambaran
kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet besi di wilayah kerja Kota
Depok.
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel dependen dan
variabel independen dengan uji Chi-Square menggunakan SPSS 18.0
For Windows. Pada penelitian ini uji Chi-Square dilakukan untuk
menganalisis hubungan variabel dependen (Anemia) dengan variable
independent (tingkat pengetahuan) yang mana kedua variabel tersebut
bersifat kategorik. Melalui uji statistik Chi-Square akan diperoleh nilai
p (p-value) dengan tingkat kemaknaan 0,005. Jika nilai p < 0,005 maka
Ho ditolak dan Ha diterima, dengan kata lain terdapat hubungan yang
bermakna antara dua variabel yang diuji. Sedangkan jika nilai p > 0,005
maka Ho diterima dan Ha ditolak, dengan kata lain tidak terdapat
hubungan antara dua variabel yang diuji.
Jika tidak memenuhi syarat uji Chi-Square, alternatif lain yang
dapat dilakukan untuk tabel 3x2 adalah penggabungan sel. Setelah
dilakukan penggabungan sel, maka akan terbentuk tabel 2x2. Tabel 2x2
yang baru terbentuk kemudian kembali diuji dengan menggunakan uji
Chi-Square. Jika uji Chi-Square tersebut tidak memenuhi syarat lagi,
maka dapat menggunakan uji Fisher sebagai uji alternatif untuk tabel
2x229.
3.5.4. Penyajian Data
Pada analisis univariat, data disajikan dalam bentuk teks, serta
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase. Pada analisis
multivariat, data disajikan dalam bentuk teks, serta dalam bentuk tabel
3x2 sebagai berikut :
Pengetahuan Tablet
Tambah Darah Total
Karakteristik
Tinggi Rendah
n % n % n %
Pengetahuan Anemia
Baik
Cukup
Kurang
Daftar Pustaka
Ariesta, Rita. Naufalia, Annisa Muthi. 2017. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil
dengan
Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah. Jurnal Obstretika
Scientia Vol. 4 No. 1
Azizah, Anisatun dan Merryana Adriani. 2017. Tingkat Kecukupan Energi
Protein Pada Ibu Hamil Trimester Pertama Dan Kejadian Kekurangan
Energi Kronis. Surabaya : Jurnal Media Gizi Indonesia. Vol. 12(1). Hal :
21-26
Dahlan MS. Seri Evidence Based Medicine 3: Langkah-langkah Membuat
Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Edisi Ke-2.
Jakarta: Sagung Seto; 2010
Dahlan MS. Seri Evidence Based Medicine 2: Besar Sampel dan Cara
Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi
Ke-2. Jakarta: Salemba Medika; 2009
Dahlan MS. Seri Evidence Based Medicine 1: Statistik untuk Kedokteran dan
Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat. Edisi ke-4. Jakarta:
Salemba Medika; 2009.
Ervina, Anis. Julian, Dina. 2017. Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Dengan
Kejadian Anemia
Pada Ibu Hamil. Jurnal Obstretika Scientia Vol. 4 No. 1.
Fauziah, I. S. Denok, Widari. Sri, Sumarmi. 2018. Pengaruh Usia, Pendidikan,
dan Pengetahuan Terhadap Konsumsi Tablet Tambah Darah pada Ibu
Hamil di Puskesmas Maron, Kabupaten Probolinggo. Surabaya.
Firtia, Nila Eza. 2018. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tablet Fe
Dengan Kejadian Anemia. Jurnal Endurance. Vol. 3(1). Hal: 1 – 6
Marlapan, Sandrayayuk, Benny Wantouw, Jolie Sambeka. 2013. Hubungan Status
Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tumining Kec. Tumining Kota Manado. Manado: ejournal
keperawatan (e-Kp). Vol. 1(1)
Nurdina Takdir. 2017. Analisis Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil
Trisemester Ketiga. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Kedokteran.
Universitas Hasanudddin: Makassar.
Nurhayati, Halimatussakdiah, Asniah. 2015. Pengaruh Asupan Tablet Zat Besi
(Fe) Terhadap Kadar Haemoglobin (Hb) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas
Kopelma Darussalam Tahun 2014. Banda Aceh : Idea Nursing Journal
Vol 6(3)
Paendong, Florencia T., Eddy Suparman, Hermie M.M. Tendean. 2016. Profil Zat
Besi (Fe) Pada Ibu Hamil Dengan Anemia Di Puskesmas Bahu Manado.
Manado: Jurnal e-Clinic (eCl). Vol. 4(1)
Parasdia, Roos Arum, dkk. 2017. Hubungan Anemia Dengan Status Gizi Pada
Remaja Putri. Bandung: The Southeast Asian Journal of Midwifery. Vol.
3(1). Hal: 27 – 32
Priyanto, Lukman Dwi. 2018. Hubungan Umur, Tingkat Pendidikan, Dan
Aktivitas Fisik Santriwati Husada Dengan Anemia. Surabaya : Jurnal
Berkala Epidemiologi. Vol. 6(2). Hal : 139-146
Ratih, Rini Hariani. 2018. Pengaruh Pemberian Zat Besi (Fe) Terhadap
Peningkatan Kadar Hematokrit Pada Ibu Hamil Yang Mengalami
Anemia. Riau : Jurnal Ners dan kebidanan Vol. 5(1)
Ratih, Rini Hariani. 2017. Pengaruh Pemberian Zat Besi (Fe) Terhadap
Peningkatan Hemoglobin Ibu Hamil Anemia. Riau : JOMIS (Journal Of
Midwifery Science) Vo. 1(2)
Rizki, Fadina. Lipoeto, Nur Indrawati. Ali, Hirowati. 2017. Hubungan
Suplementasi Tablet Fe
dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas
Air Dingin Kota
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas; 6(3).
Siti, A. R. Nadimin. Suriani, Rauf. Zakaria. 2016. Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Anemia Dan
Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah. Media Gizi Pangan, Vol.
XXII, Edisi 2.
Sukmaningtyas, Diana. Raharjo, Bejo. Wijayanti, Anisa Catur. 2015. Hubungan
Antara Tingkat
Pengetahuan Dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Anemia Di
Puskesmas gatak
Kabupaten Sukoharjo. Program Studi Kesehatan Masyarakat. Fakultas
Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Titi Yuliani, 2018. Hubungan Pola Makan Dan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet
Fe Dengan Kejadian Anemia Dalam Kehamilan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Andoolo Utama. Skripsi. Tidak diterbitkan. Politeknik
Kesehatan Kendari : Kendari.
Utami, Eka devi. Turlina, Lilin Turlina. Sholikah, Siti. 2010. Hubungan Status
Gizi Dengan
Kejadian Anemia Pada Kehamilan di Poli Hamil Rsd Dr. Soegiri
Lamongan. Vol.01,
No.V.
Wiraprasidi, Putu A, dkk. 2017. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kadar
hemoglobin pada Ibu Hamil di puskesmas Lolak. Manado : Jurnal e-
Biomedik (eBm). Vol. 5(2)
Zilya Andriani. 2017. Gambaran Status gizi ibu hamil berdasarkan ukuran
lingkar lengan atas (LILA) dikelurahan sukamaju kota depok. Skripsi.
Tidak diterbitkan. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai