Fix DR Aus
Fix DR Aus
Disusun oleh
Agnes Daniella
Dosen Pembimbing
198210092008012004
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia
terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur
keseimbangan cairan dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah dan
keseimbangan asam-basa darah, serta sekresi bahan buangan dan kelebihan
garam. Penyakit pada ginjal seperti : sindroma nefrotik, gagal ginjal akut, gagal
ginjal kronis,dan nefrolitiasis yang terus meningkat sehingga perlu perhatian dan
pengetahuan informasi tentang pentingnya asupan gizi untuk diet yang tepat bagi
pasien penyakit pada ginjal.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi. Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status
keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan
(requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik,
perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya).
Faktor penyebab gizi kurang antara lain adalah asupan makanan yang kurang
sebagai akibat dari tidak nafsu makan, mual dan muntah. Untuk mencegah
penurunan dan mempertahankan status gizi, perlu perhatian melalui monitoring
dan evaluasi status kesehatan serta asupan makanan oleh tim kesehatan. Pada
dasaranya pelayanan dari suatu tim terpadu yang terdiri dari dokter, perawat, ahli
gizi serta petugas kesehatan lain diperlukan agar terapi yang diperlukan kepada
pasien optimal. Asuhan gizi (Nutrition Care) betujuan untuk memenuhi kebutuhan
zat gizi agar mencapai status gizi optimal, pasien dapat beraktivitas normal,
menjaga keseimbangn cairan dan elektrolit, yang pada akhirnya mempunyai
kualitas hidup yang cukup baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan
energi.
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara
jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh
untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas,
pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam
bentuk variabel tertentu.
Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur
proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan
tubuh. Beberapa zat gizi yang disediakan oleh pangan tersebut disebut zat gizi
essential, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk
dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
kesihatan yang normal. Jadi zat gizi esensial yang disediakan untuk tubuh yang
dihasilkan dalam pangan, umumnya adalah zat gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh
dan harus disediakan dari unsur-unsur pangan di antaranya adalah asam amino
essensial. Semua zat gizi essential diperlukan untuk memperoleh dan memelihara
pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang baik. Oleh karena itu, pengetahuan
terapan tentang kandungan zat gizi dalam pangan yang umum dapat diperoleh
penduduk di suatu tempat adalah penting guna merencanakan, menyiapkan dan
mengkonsumsi makanan seimbang.
Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam
jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan dijumpai
penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekwensi fungsional yang lebih
ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut karena faktor gizi.
4
Nefrotik Sindrom adalah merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh
adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria,
hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema.
Sindroma nefrotik adalah suatu sindroma yang ditandai dengan proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Sindrom ini dapat terjadi karena
adanya faktor yang menyebabkan premeabilitas glomerulus.
Sindroma Nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia, kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi, dan
penurunan fungsi ginjal.
Berdasarkan pengertian diatas maka, dapat diambil kesimpulan bahwa
sindroma nefrotik adalah merupakan suatu kumpulan gejala yang ditandai dengan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema.
5
setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari)
atau parasit lainnya.
b. Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid.
c. Glumerulonefritis akut atau kronik,
d. Trombosis vena renalis.
e. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air
raksa.
f. Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis
membranoproliferatif hipokomplementemik.
6
Proliferasi sel mesangial dan penempatan fibrin yang menyerupai membran
basalis di mesangium. Titer globulin beta-IC atau beta-IA rendah. Prognosis
buruk.
5. Lain-lain perubahan proliferasi yang tidak khas.
4. Glomerulosklerosis fokal segmental
Pada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering disertai atrofi
tubulus. Prognosis buruk.
1. Pemeriksaan Urin
Urinalisis adalah tes pertama kali digunakan dalam diagnosis sindrom
nefrotik. Proteinuria nefrotik akan terlihat oleh 3 + atau 4 + pada dipstick bacaan,
atau dengan pengujian semi kuantitatif oleh asam sulfosalicylic. Sebuah 3 +
merupakan 300 mg / dL dari protein urin atau lebih, yaitu 3 g / L atau lebih dan
dengan demikian dalam kisaran nefrotik. Pemeriksaan dipsticks kimia albumin
adalah protein utama yang diuji.
a. Protein urin : > 3,5 gram/1,73 m2 luas permukaan tubuh/hari
b. Urinalisa : cast hialin dan granular, hematuria
c. Dipstick urin : positif untuk protein dan darah
d. Berat jenis urin : meningkat (normal : 285 mOsmol)
2. Darah
Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai:
a. Protein total menurun (N : 6,2-8,1 mg/100 ml)
b. Albumin menurun (N : 4-5,8 mg/100 ml). Hal ini disebut sebagai
hipoalbuminemia (nilai kadar albumin dalam darah < 2,5 gram/100 ml).
Pada SN ternyata katabolisme protein meningkat akibat katabolisme protein
yang terjadi di tubuh ginjal. Peningkatan katabolisme in merupakan factor
tambahan terjadinya hipoalbuminemia selain dari proteinuria (albuminuria).
Pada SN sering pula dijumpai anoreksia akibat edema mukosa usus
sehingga intake berkurang yang pada gilirannya dapat menimbulkan
hipoproteinemia. Pada umumnya edema anasarka terjadi bila kadar albumin
darah < 2 gram/100 ml, dan syok hipovolemia terjadi biasanya pada kadar <
1 gram/100 ml.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen dada bisa menunjukkan adanya cairan yang berlebihan.
7
b. USG ginjal dan CT Scan ginjal atau IVP menunjukkan pengkisutan ginjal.
c. Biopsi ginjal bisa menunjukkan salah satu bentuk glomerulonefritis kronis
atau pembentukkan jaringan parut yang tidak spesifik pada glomeruli.
8
3) Tapering-off: prednison berangsur-angsur diturunkan, tiap minggu: 30 mg, 20
mg, 10 mg sampai akhirnya dihentikan.
g. Lain-lain
Pungsi asites, pungsi hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital. Bila ada
gagal jantung, diberikan digitalis.
Tujuan Diet:
a. Mengganti kehilangang protein terutama albumin
b. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh
c. Memonitor hiperkolesterolimia dan penumpukan trigliserida
d. Mengontrol hipertensi
e. Mengatasi anoreksia
Syarat Diet:
b. Protein sedang, yaitu 1,0 g/kg BBA, atau 0,8 g/kg BBA ditambah
dengan jumlah protein yang dikeluarkan melalui urine. Utamakan penggunaan
protein yang bernilai biologi tinggi
f. Kolesterol dibatasi < 300mg, begitu pula gula murni, bila ada
peningkatan trigliserida darah.
9
g. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui
urine ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan
pernafasan.
Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam
hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat
kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urin.
Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk
dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya. Dalam
dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan gagal
ginjal kronis.
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu keadaan menurunnya fungsi ginjal
yang bersifat kronik, progresif dan menetap berlangsung. Beberapa tahun pada
10
keadaan ini ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan
cairan tubuh dalam keadaan asupan diet normal. Penderita yang berada pada stadium
akhir untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya diperlukan terapi penganti yaitu
hemodialisis (HD), peritoneal dialysis mandiri berkesinambungan Continuos
Ambulatory Peritoneal dialysis (CAPD) atau transplantasi ginjal.
Penyakit ginjal tahap akhir biasanya ditandai dengan test klirens kreatinin
rendah. Penderita dengan test klirens kreatinin 15 ml/menit dianjurkan untuk
menjalani terapi pengganti, salah satunya adalah dengan dialisis. Tindakan dialisis
merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kelangsungan hidup pasien
bertujuan menurunkan kadar ureum, kreatinin dan zat toksik lainnya dalam darah.
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit
serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri.
Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai mereka yang berusia dewasa, terlebih pada
kaum lanjut usia.
Gagal ginjal dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif yang
akhirnya akan mencapai gagal ginjal terminal.
2. Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah suatu sindrom akibat kerusakan metabolik atau
patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
mendadak dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dengan atau tanpa
oliguria sehingga mengakibatkan hilangnya kemampuan ginjal untuk
mempertahankan homeotasis tubuh.
11
2). Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
3). Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur)
4). Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik menderita
penyakit kanker (cancer)
5). Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ
ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)
6). Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi
atau dampak dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai
glomerulonephritis.
Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan
fungsi ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah ;
Kehilangan carian banyak yang mendadak ( muntaber, perdarahan, luka
bakar), serta penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis,
Malaria, Hepatitis, Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis.
Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin
buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana
funngsinya.
2.3.2 Pemeriksaan
Tes darah
1. Serum kreatinin
12
Tes ini merupakan ukuran dari seberapa baik ginjal membuang
limbah dan kelebihan cairan dari darah. Tes ini dapat dihitung dari tingkat
serum kreatinin menggunakan usia, berat badan, jenis kelamin dan ukuran
tubuh Anda. GFR normal dapat bervariasi menurut umur (seiring Anda
lebih tua nilainya dapat menurun). Nilai normal untuk GFR adalah 90 atau
lebih. GFR di bawah 60 adalah tanda bahwa ginjal tidak bekerja dengan
benar. GFR di bawah 15 menunjukkan bahwa pengobatan untuk gagal
ginjal, seperti dialisis atau transplantasi ginjal akan dibutuhkan.
Tes pencitraan
1. USG
2. CT scan
3. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal dilakukan dengan menggunakan jarum tipis dengan ujung yang
tajam untuk mengiris potongan-potongan kecil jaringan ginjal untuk diperiksa
di bawah mikroskop.
Tes urine
Urinalisis
Protein urin
Tes ini dapat dilakukan sebagai bagian dari tes urine atau dengan tes
dipstick terpisah. Jumlah kelebihan protein dalam urin, yang disebut
proteinuria. Sebuah tes dipstick positif (1+ atau lebih besar) harus
dikonfirmasi dengan tes dipstick yang lebih spesifik (sebuah tes dipstick
14
spesifik albumin) atau dengan pengukuran kuantitatif, seperti rasio kreatinin
albumin.
Mikroalbuminuria
Ini adalah tes dipstick lebih sensitif, yang dapat mendeteksi sejumlah
kecil protein yang disebut albumin dalam urin. Orang yang memiliki
peningkatan risiko mengalami penyakit ginjal, seperti yang dengan diabetes
atau tekanan darah tinggi, harus menjalani tes ini jika tes dipstick standar
mereka untuk proteinuria negatif.
Perbandingan kreatinin
Tujuan Diet:
1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal
2. Menurunkan kadar ureum darah
3. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan mempercepat
penyembuhan
Syarat Diet:
16
6. Cairan (Urin tampung +500 ml)
Jenis dan Indikasi Pemberian:
17
Selain vitamin, makanan yang mengandung protein dan mineral juga tidak
dianjurkan untuk dikonsumsi secara berlebihan. Misalnya daging, ikan,
kacang-kacangan, garam, telur. dan susu. Konsumsi teh yang berlebihan juga
tidak baik karena selain mengandung kafein, di dalam teh terdapat unsur non-
gizi yang mengganggu penyerapan mineral.
Tujuan Diet:
1. Mempertahankan keadaan gizi yang optimal
2. Mengurangi atau mencegah gejala-gejala uremia /menurunkan kadar
ureum darah
3. Mengurangi progresivitas gagal ginjal dengan memperlambat turunnya laju
filtrasi glomerulus
Syarat Diet:
1. Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien.
2. Energi 35 kkal/kg BB Ideal (BBI).
3. Protein 0,6-0,75 g/kg BBI, 50% protein hewani dan 50 % protein nabati.
4. Lemak 25-30 % dari energi total, diutamakan lemaktidak jenuh.
5. Karbohidrat 60-65 % dari energi total.
6. Kebutuhan cairan sesuai dengan jumlah urine 24
7. jam + 500 ml (cairan yang keluar melalui keringat dan pernapasan).
8. Kalium dibatasi jika terjadi Hiperkalemia.
9. Garam dapur/Natrium dibatasi apabila pasien mengalami edema/bengkak
karena penumpukan cairan serta hipertensi.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, R.E. MD, dkk. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Volume 3 Edisi 15.
Jakarta: EGC
2. Betz, Cecily Lynn. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta: EGC
3. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika
6. Rauf, Syarifuddin. 2002. Catatan Kuliah Nefrologi Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
FK UH : Makassar
21
7. Suriadi .2006. Asuhan Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta: CV Sagung
22