Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH GINJAL DAN CAIRAN TUBUH

Aspek Gizi Pada Penyakit Ginjal dan Gangguan Elektrolit/Asam Basa

Disusun oleh

Agnes Daniella

FAA 114 047

Dosen Pembimbing

dr. Austin Bertilova Carmelita, M.Biomed

198210092008012004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia
terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur
keseimbangan cairan dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah dan
keseimbangan asam-basa darah, serta sekresi bahan buangan dan kelebihan
garam. Penyakit pada ginjal seperti : sindroma nefrotik, gagal ginjal akut, gagal
ginjal kronis,dan nefrolitiasis yang terus meningkat sehingga perlu perhatian dan
pengetahuan informasi tentang pentingnya asupan gizi untuk diet yang tepat bagi
pasien penyakit pada ginjal.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi. Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status
keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan
(requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik,
perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya).

Faktor penyebab gizi kurang antara lain adalah asupan makanan yang kurang
sebagai akibat dari tidak nafsu makan, mual dan muntah. Untuk mencegah
penurunan dan mempertahankan status gizi, perlu perhatian melalui monitoring
dan evaluasi status kesehatan serta asupan makanan oleh tim kesehatan. Pada
dasaranya pelayanan dari suatu tim terpadu yang terdiri dari dokter, perawat, ahli
gizi serta petugas kesehatan lain diperlukan agar terapi yang diperlukan kepada
pasien optimal. Asuhan gizi (Nutrition Care) betujuan untuk memenuhi kebutuhan
zat gizi agar mencapai status gizi optimal, pasien dapat beraktivitas normal,
menjaga keseimbangn cairan dan elektrolit, yang pada akhirnya mempunyai
kualitas hidup yang cukup baik.

1.2 Rumusan Masalah


2
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, memberikan dasar bagi
peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian yaitu :
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya asupan gizi dan diet
yang tepat untuk pasien penyakit pada ginjal.
b. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya asupan gizi dan diet
untuk pasien penyakit pada ginjal.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui asupan gizi dan diet yang tepat untuk pasien penyakit
pada ginjal.
b. Untuk menjelaskan pentingnya asupan gizi dan diet untuk pasien penyakit
pada ginjal.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Ilmiah
Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi tentang asupan gizi dan
diet yang tepat untuk pasien penyakit pada ginjal.

1.4.2 Manfaat Praktis


Penelitian ini dapat menjadi sebagai bahan masukan informasi dalam
mengoptimalkan program-program pengetahuan tentang asupan gizi dan diet yang
tepat untuk pasien penyakit pada ginjal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gizi

3
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan
energi.

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara
jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh
untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas,
pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam
bentuk variabel tertentu.

Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur
proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan
tubuh. Beberapa zat gizi yang disediakan oleh pangan tersebut disebut zat gizi
essential, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk
dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
kesihatan yang normal. Jadi zat gizi esensial yang disediakan untuk tubuh yang
dihasilkan dalam pangan, umumnya adalah zat gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh
dan harus disediakan dari unsur-unsur pangan di antaranya adalah asam amino
essensial. Semua zat gizi essential diperlukan untuk memperoleh dan memelihara
pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang baik. Oleh karena itu, pengetahuan
terapan tentang kandungan zat gizi dalam pangan yang umum dapat diperoleh
penduduk di suatu tempat adalah penting guna merencanakan, menyiapkan dan
mengkonsumsi makanan seimbang.
Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam
jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan dijumpai
penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekwensi fungsional yang lebih
ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut karena faktor gizi.

2.2 Nefrotik Sindrom


2.2.1 Definisi Nefrotik Sindrom

4
Nefrotik Sindrom adalah merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh
adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria,
hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema.
Sindroma nefrotik adalah suatu sindroma yang ditandai dengan proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Sindrom ini dapat terjadi karena
adanya faktor yang menyebabkan premeabilitas glomerulus.
Sindroma Nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia, kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi, dan
penurunan fungsi ginjal.
Berdasarkan pengertian diatas maka, dapat diambil kesimpulan bahwa
sindroma nefrotik adalah merupakan suatu kumpulan gejala yang ditandai dengan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema.

2.1.1 Etiologi Nefrotik Sindrom

Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini


dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen – antibodi.
Umumnya etiologi dibagi menjadi:

1. Sindrom nefrotik bawaan


Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal.
Resisten terhadap semua pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya pasien
meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
Gejala : Edema pada masa neonatus.

2. Sindrom nefrotik sekunder


Disebabkan oleh :
a. Malaria kuartana (malaria kuartana yang disebabkan plasmodium malariae,
memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau
tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari

5
setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari)
atau parasit lainnya.
b. Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid.
c. Glumerulonefritis akut atau kronik,
d. Trombosis vena renalis.
e. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air
raksa.
f. Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis
membranoproliferatif hipokomplementemik.

3. Sindrom nefrotik idiopatik


Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma nefrotik primer.
Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan
pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churk dkk
membaginya menjadi :
a. Kelainan minimal
Pada mikroskop elektron akan tampak foot prosessus sel epitel berpadu.
Dengan cara imunofluoresensi ternyata tidak terdapat imunoglublin G (IgG)
pada dinding kapiler glomerulus.
b. Nefropati membranosa
Semua glomerulus menunjukan penebalan dinding kapiler yang tersebar
tanpa proliferasi sel. Prognosis kurang baik.
c. Glomerulonefritis proliferatif
1. Glomerulonefritis proliferatif esudatif difus
Terdapat proliferasi selmesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleus.
Pembengkanan sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler tersumbat.

2. Dengan penebalan batang lobular


Terdapat prolefirasi sel mesangial yang tersebar dan penebalan batang lobular.
3. Dengan bulan sabit ( crescent)
Didapatkan proliferasi sel mesangial dan proliferasi sel epitel sampai kapsular
dan viseral. Prognosis buruk.
4. Glomerulonefritis membranoproliferatif

6
Proliferasi sel mesangial dan penempatan fibrin yang menyerupai membran
basalis di mesangium. Titer globulin beta-IC atau beta-IA rendah. Prognosis
buruk.
5. Lain-lain perubahan proliferasi yang tidak khas.
4. Glomerulosklerosis fokal segmental
Pada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering disertai atrofi
tubulus. Prognosis buruk.

2.2.2 Pemeriksaan Nefrotik Sindrom

1. Pemeriksaan Urin
Urinalisis adalah tes pertama kali digunakan dalam diagnosis sindrom
nefrotik. Proteinuria nefrotik akan terlihat oleh 3 + atau 4 + pada dipstick bacaan,
atau dengan pengujian semi kuantitatif oleh asam sulfosalicylic. Sebuah 3 +
merupakan 300 mg / dL dari protein urin atau lebih, yaitu 3 g / L atau lebih dan
dengan demikian dalam kisaran nefrotik. Pemeriksaan dipsticks kimia albumin
adalah protein utama yang diuji.
a. Protein urin : > 3,5 gram/1,73 m2 luas permukaan tubuh/hari
b. Urinalisa : cast hialin dan granular, hematuria
c. Dipstick urin : positif untuk protein dan darah
d. Berat jenis urin : meningkat (normal : 285 mOsmol)

2. Darah
Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai:
a. Protein total menurun (N : 6,2-8,1 mg/100 ml)
b. Albumin menurun (N : 4-5,8 mg/100 ml). Hal ini disebut sebagai
hipoalbuminemia (nilai kadar albumin dalam darah < 2,5 gram/100 ml).
Pada SN ternyata katabolisme protein meningkat akibat katabolisme protein
yang terjadi di tubuh ginjal. Peningkatan katabolisme in merupakan factor
tambahan terjadinya hipoalbuminemia selain dari proteinuria (albuminuria).
Pada SN sering pula dijumpai anoreksia akibat edema mukosa usus
sehingga intake berkurang yang pada gilirannya dapat menimbulkan
hipoproteinemia. Pada umumnya edema anasarka terjadi bila kadar albumin
darah < 2 gram/100 ml, dan syok hipovolemia terjadi biasanya pada kadar <
1 gram/100 ml.

3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen dada bisa menunjukkan adanya cairan yang berlebihan.

7
b. USG ginjal dan CT Scan ginjal atau IVP menunjukkan pengkisutan ginjal.
c. Biopsi ginjal bisa menunjukkan salah satu bentuk glomerulonefritis kronis
atau pembentukkan jaringan parut yang tidak spesifik pada glomeruli.

2.2.3 Penatalaksanaan Nefrotik Sindrom


1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan sindroma nefrotik hanya bersifat simptomatik, untuk mengurangi atau
menghilangkan proteinuria dan memperbaiki keadaan hipoalbuminemia,
mencegah dan mengatasi komplikasinya, yaitu:
a. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai
kurang lebih 1 gram/hari secara praktis dengan menggunakan garam
secukupnya dan menghindari makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3
gram/kgBB/hari.
b. Makanan yang mengandung protein tinggi sebanyak 3 – 4 gram/kgBB/hari,
dengan garam minimal bila edema masih berat. Bila edema berkurang dapat
diberi garam sedikit.
c. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan
diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya
edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan
hididroklortiazid (25-50 mg/hari) selama pengobatan diuretik perlu
dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan
cairan intravaskuler berat.
d. Dengan antibiotik bila ada infeksi.
e. Diuretikum
f. Kortikosteroid
International Cooperative Study of Kidney Disease in Children (ISKDC)
mengajukan cara pengobatan sebagai berikut :
1) Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari/luas
permukaan badan (lpb) dengan maksimum 80 mg/hari.
2) Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis
40 mg/hari/lpb, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60
mg/hari. Bila terdapat respons, maka pengobatan ini dilanjutkan secara
intermitten selama 4 minggu.

8
3) Tapering-off: prednison berangsur-angsur diturunkan, tiap minggu: 30 mg, 20
mg, 10 mg sampai akhirnya dihentikan.
g. Lain-lain
Pungsi asites, pungsi hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital. Bila ada
gagal jantung, diberikan digitalis.

2. Penatalaksanaan Diet Pada Pasien dengan Nefrotik Sindrom

 Tujuan Diet:
a. Mengganti kehilangang protein terutama albumin
b. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh
c. Memonitor hiperkolesterolimia dan penumpukan trigliserida
d. Mengontrol hipertensi
e. Mengatasi anoreksia
 Syarat Diet:

a. Energi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif,


yaitu 35 kkal/kg BBI/hari

b. Protein sedang, yaitu 1,0 g/kg BBA, atau 0,8 g/kg BBA ditambah
dengan jumlah protein yang dikeluarkan melalui urine. Utamakan penggunaan
protein yang bernilai biologi tinggi

c. Lemak sedang, yaitu 15 – 29 % dari kebutuhan energy total.


Perbandingan lemak jenuh, lemak jenuh tunggal dan lemak jenuh ganda
adalah : 1: 1:1.

d. Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energy. Utamakan penggunaan


karbohidrat kompleks

e. Natrium dibatasi, yaitu 1- 4 g sehari, tergantung berat ringannya


edema.

f. Kolesterol dibatasi < 300mg, begitu pula gula murni, bila ada
peningkatan trigliserida darah.

9
g. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui
urine ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan
pernafasan.

 Jenis dan Indikasi Pemberian:

Karena gejala penyakit bersifat sangat individual, diet disusun secara


individual, dengan menyatakan banyak protein dan natrium yang dibutuhkan
didalam diet. Misalnya: Diet Sindroma Nefrotik, Energi: 1750 kkal, Protein:
50 g, Na: 2 g.

 Monitoring & Evaluasi:


Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk melihat perkembangan pasien
terhadap:
a. Asupan
b. Status Gizi
c. Hasil Laboratorium
d. Keadaan fisik dan Klinis

2.3 Gagal Ginjal

Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam
hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat
kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urin.
Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk
dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya. Dalam
dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan gagal
ginjal kronis.
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu keadaan menurunnya fungsi ginjal
yang bersifat kronik, progresif dan menetap berlangsung. Beberapa tahun pada
10
keadaan ini ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan
cairan tubuh dalam keadaan asupan diet normal. Penderita yang berada pada stadium
akhir untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya diperlukan terapi penganti yaitu
hemodialisis (HD), peritoneal dialysis mandiri berkesinambungan Continuos
Ambulatory Peritoneal dialysis (CAPD) atau transplantasi ginjal.
Penyakit ginjal tahap akhir biasanya ditandai dengan test klirens kreatinin
rendah. Penderita dengan test klirens kreatinin 15 ml/menit dianjurkan untuk
menjalani terapi pengganti, salah satunya adalah dengan dialisis. Tindakan dialisis
merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kelangsungan hidup pasien
bertujuan menurunkan kadar ureum, kreatinin dan zat toksik lainnya dalam darah.
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit
serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri.
Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai mereka yang berusia dewasa, terlebih pada
kaum lanjut usia.
Gagal ginjal dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif yang
akhirnya akan mencapai gagal ginjal terminal.
2. Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah suatu sindrom akibat kerusakan metabolik atau
patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
mendadak dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dengan atau tanpa
oliguria sehingga mengakibatkan hilangnya kemampuan ginjal untuk
mempertahankan homeotasis tubuh.

2.3.1 Etiologi Gagal Ginjal


Pada gagal ginjal akut, fungsi ginjal hilang dengan sangat cepat dan dapat
terjadi dari suatu luka tubuh yang bervariasi. Daftar dari penyebab-penyebab ini
seringkali dikatagorikan berdasarkan dimana luka terjadi.
Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang diderita
oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal.
Adapun beberapa penyakit yang sering kali
berdampak kerusakan ginjal diantaranya :
1). Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)

11
2). Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
3). Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur)
4). Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik menderita
penyakit kanker (cancer)
5). Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ
ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)
6). Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi
atau dampak dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai
glomerulonephritis.
Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan
fungsi ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah ;
 Kehilangan carian banyak yang mendadak ( muntaber, perdarahan, luka
bakar), serta penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis,
Malaria, Hepatitis, Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis.
 Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin
buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana
funngsinya.

2.3.2 Pemeriksaan
 Tes darah

1. Serum kreatinin

Kreatinin adalah produk limbah yang berasal dari dan keausan


normal pada otot-otot tubuh. Kadar kreatinin dalam darah dapat bervariasi
tergantung pada usia, ras dan ukuran tubuh. Tingkat kreatinin lebih besar
dari 1,2 untuk perempuan dan lebih besar dari 1,4 untuk laki-laki mungkin
menjadi tanda awal bahwa ginjal tidak bekerja dengan benar. Tingkat
kreatinin dalam darah meningkat, jika penyakit ginjal sedang berlangsung.

2. Glomerular Filtration Rate (GFR)

12
Tes ini merupakan ukuran dari seberapa baik ginjal membuang
limbah dan kelebihan cairan dari darah. Tes ini dapat dihitung dari tingkat
serum kreatinin menggunakan usia, berat badan, jenis kelamin dan ukuran
tubuh Anda. GFR normal dapat bervariasi menurut umur (seiring Anda
lebih tua nilainya dapat menurun). Nilai normal untuk GFR adalah 90 atau
lebih. GFR di bawah 60 adalah tanda bahwa ginjal tidak bekerja dengan
benar. GFR di bawah 15 menunjukkan bahwa pengobatan untuk gagal
ginjal, seperti dialisis atau transplantasi ginjal akan dibutuhkan.

3. Nitrogen Urea Darah (NUD)

Nitrogen urea berasal dari pemecahan protein dalam makanan yang


Anda makan. Tingkat NUD normal adalah antara 7 dan 20. Seiring fungsi
ginjal menurun, tingkat NUD juga meningkat.

 Tes pencitraan

1. USG

Tes ini menggunakan gelombang suara untuk mendapatkan gambaran


dari ginjal. Tes ini dapat digunakan untuk mencari kelainan pada ukuran atau
posisi ginjal atau hambatan seperti batu atau tumor.

2. CT scan

Teknik pencitraan ini menggunakan pewarna kontras untuk


menghasilkan gambar ginjal. Tes ini juga dapat digunakan untuk mencari
kelainan struktural dan kehadiran suatu penghalang.

3. Biopsi ginjal

Biopsi dapat dilakukan sesekali untuk salah satu alasan berikut:


13
 Untuk mengidentifikasi proses penyakit tertentu dan menentukan
apakah akan menanggapi pengobatan.
 Untuk mengevaluasi jumlah kerusakan yang telah terjadi di ginjal

 Untuk mencari tahu mengapa transplantasi ginjal tidak dapat bekerja


dengan baik

Biopsi ginjal dilakukan dengan menggunakan jarum tipis dengan ujung yang
tajam untuk mengiris potongan-potongan kecil jaringan ginjal untuk diperiksa
di bawah mikroskop.

 Tes urine

Beberapa tes urine hanya membutuhkan beberapa sendok makan air


seni. Tapi beberapa tes memerlukan koleksi semua urin yang diproduksi
selama 24 jam penuh. Tes urine 24 jam menunjukkan berapa banyak urin yang
ginjal Anda hasilkan dalam satu hari. Tes ini juga dapat memberikan
pengukuran yang akurat tentang berapa banyak kebocoran protein dari ginjal
ke dalam urin dalam satu hari.

 Urinalisis

Termasuk pemeriksaan mikroskopis dari sampel urin serta uji dipstick.


Dipstick adalah strip diolah secara kimia, yang dicelupkan ke dalam sampel
urin. Strip berubah warna dengan adanya kelainan seperti jumlah kelebihan
protein, darah, nanah, bakteri dan gula. Sebuah urinalisis dapat membantu
untuk mendeteksi berbagai gangguan ginjal dan gangguan saluran kemih,
termasuk penyakit ginjal kronis, diabetes, infeksi kandung kemih dan batu
ginjal.

 Protein urin

Tes ini dapat dilakukan sebagai bagian dari tes urine atau dengan tes
dipstick terpisah. Jumlah kelebihan protein dalam urin, yang disebut
proteinuria. Sebuah tes dipstick positif (1+ atau lebih besar) harus
dikonfirmasi dengan tes dipstick yang lebih spesifik (sebuah tes dipstick

14
spesifik albumin) atau dengan pengukuran kuantitatif, seperti rasio kreatinin
albumin.

 Mikroalbuminuria

Ini adalah tes dipstick lebih sensitif, yang dapat mendeteksi sejumlah
kecil protein yang disebut albumin dalam urin. Orang yang memiliki
peningkatan risiko mengalami penyakit ginjal, seperti yang dengan diabetes
atau tekanan darah tinggi, harus menjalani tes ini jika tes dipstick standar
mereka untuk proteinuria negatif.

 Perbandingan kreatinin

Sebuah tes kreatinin membandingkan kreatinin dalam sampel urin 24


jam dengan tingkat kreatinin dalam darah Anda untuk menunjukkan berapa
banyak darah yang ginjal saring setiap menit.

2.3.3 Tatalaksana Gagal Ginjal


1. Penatalaksanaan Medis
Terapi nutrisi pada penderita gagal ginjal dapat digunakan sebagai
terapi pendamping (komplementer ) utamadengan tujuan mengatasi racun
tubuh, mencegah terjadinya infeksi dan peradangan, dan memperbaiki jaringan
ginjal yang rusak. Caranya adalah diet ketat rendah protein dengan kalori yang
cukup untuk mencegah infeksi atau berkelanjutannya kerusakan ginjal. Kalori
yang cukup agar tercapai asupan energi yang cukup untuk mendukung
kegiatan sehari&ndash; hari, dan berat badan normal tetap terjaga.
Keberhasilan penatalaksanaan pengaturan pola konsumsi pangan pada
penderita gagal ginjal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang
dimaksud antara lain motivasi atau keyakinan sembuh terhadap program
pengobatan yang diberikan. faktor penting dalam mencapai kepatuhan pasien
yaitu melalui dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota
keluarga yang lain, teman, dan uang.
15
Pengaturan diet pada penyakit gagal ginjal yang menjalani
hemodialisis sedemikian kompleks, pengaturan diet tersebut sangat sukar
untuk di patuhi oleh pasien sehingga memberikan dampak terhadap status gizi
dan kualitas hidup penderita.
Penanganan serta pengobatan gagal ginjal tergantung dari penyebab
terjadinya kegagalan fungsi ginjal itu sendiri. Pada intinya, tujuan pengobatan
adalah untuk mengendalikan gejala, meminimalkan komplikasi dan
memperlambat perkembangan penyakit. Sebagai contoh, pasien mungkin perlu
melakukan diet penurunan intake sodium, kalium, protein dan cairan. Bila
diketahui penyebabnya adalah dampak penyakit lain, maka dokter akan
memberikan obat-obatan atau therapy misalnya pemberian obat untuk
pengobatan hipertensi, anemia atau mungkin kolesterol yang tinggi.
Seseorang yang mengalami kegagalan fungsi ginjal sangat perlu
dimonitor pemasukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan, sehingga
tindakan dan pengobatan yang diberikan dapat dilakukan secara baik. Dalam
beberapa kasus serius, Pasien akan disarankan atau diberikan tindakan
pencucian darah {Haemodialisa (dialysis)}. Kemungkinan lainnya adalah
dengan tindakan pencangkokan ginjal atau transplantasi ginjal.

2. Penatalaksanaan Diet Pada Pasien dengan Gagal Ginjal Akut:

 Tujuan Diet:
1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal
2. Menurunkan kadar ureum darah
3. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan mempercepat
penyembuhan
 Syarat Diet:

1. Energi cukup yaitu 25-35 kkal/kg BB


2. Protein sebesar 0,6-1,5 g/kg BB.
3. Lemak sedang yaitu 20-30% atau 0,5-1,5 g/kgBB
4. KH sisa dari protein dan lemak
5. Na dan K dibatasi bila anuria

16
6. Cairan (Urin tampung +500 ml)
 Jenis dan Indikasi Pemberian:

Jenis dan indikasi pemberian disesuaikan dengan keadaan pasien dan


berat ringannya katabolisme protein. Pada katabolik ringan (keracunan obat)
dapat diberikan makan peroral dalam bentuk lunak. Pada katabolik sedang
(infeksi, peritonitis) serta katabolik berat (luka bakar, sepsis) diberikan
makanan formula enteral dantu parenteral.

Jenis diet yang diberikan adalah :


1. Diet gagal ginjal akut lunak
2. Diet gagal ginjal akut cair

 Makanan yang dianjurkan


Apabila pasien makan peroral, semua bahan makan boleh diberikan,
batasi penambahan garam apabila ada hipertensi, edema dan asites, serta batasi
makan sayur dan buah tinggi kalium bila ada hiperkalemia.

Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan


Bahan Makanan Dianjurkan Tidak
Dianjurkan/Dibat
asi
Sumber Karbohidrat Nasi, bihun, jagung, -
kentang, makaroni,
tepung-tepungan,
singkong, ubi, madu.
Sumber protein Telur, daging, ikan, ayam, Kacang-kacangan
susu dan hasil
olahannya, seperti
tempe dan tahu,
Sumber lemak Minyak jagung, minyak Kelapa, santan,
kacang tanah, minyak minyak kelapa,
kelapa sawit, minyak margarin, mentega
kedelai, margarine, dan biasa dan lemak
mentega rendah garam. hewan.
Sumber vitamin dan Semua sayuran dan buah, Sayuran dan buah
mineral kecuali pasien dengan tinggi kalium pada
hiperklamia dianjurkan pasien dengan
yang mengandung kalium hiperklamia
rendah/sedang.

17
Selain vitamin, makanan yang mengandung protein dan mineral juga tidak
dianjurkan untuk dikonsumsi secara berlebihan. Misalnya daging, ikan,
kacang-kacangan, garam, telur. dan susu. Konsumsi teh yang berlebihan juga
tidak baik karena selain mengandung kafein, di dalam teh terdapat unsur non-
gizi yang mengganggu penyerapan mineral.

3. Penatalaksanaan Diet Pada Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik:

 Tujuan Diet:
1. Mempertahankan keadaan gizi yang optimal
2. Mengurangi atau mencegah gejala-gejala uremia /menurunkan kadar
ureum darah
3. Mengurangi progresivitas gagal ginjal dengan memperlambat turunnya laju
filtrasi glomerulus

 Syarat Diet:
1. Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien.
2. Energi 35 kkal/kg BB Ideal (BBI).
3. Protein 0,6-0,75 g/kg BBI, 50% protein hewani dan 50 % protein nabati.
4. Lemak 25-30 % dari energi total, diutamakan lemaktidak jenuh.
5. Karbohidrat 60-65 % dari energi total.
6. Kebutuhan cairan sesuai dengan jumlah urine 24
7. jam + 500 ml (cairan yang keluar melalui keringat dan pernapasan).
8. Kalium dibatasi jika terjadi Hiperkalemia.
9. Garam dapur/Natrium dibatasi apabila pasien mengalami edema/bengkak
karena penumpukan cairan serta hipertensi.

 Cara Pengaturan Diet :


1. Hidangkan makanan yang sebaik-baiknya dan menarik sehingga
menimbulkan selera makan
2. Porsi makan kecil padat kalori diberikan sering-sering, misalnya 6 kali
sehari
18
3. Pilihlah makanan sumber protein hewani, sesuai dengan jumlah yang
ditentukan
4. Makanan tinggi kalori rendah protein, misalnya : sirup atau madu, baik
untuk diberikan sebagai penambah kalori, tetapi jangan diberikan berdekatan
dengan waktu makan karena dapat mengurangi nafsu makan.
5. Apabila menderita oedema atau hipertensi maka perlu mengurangi garam
dan makanan yang diawetkan dengan garam, misalnya kecap, telur asin,
vetsin, tauco, maggi dsb
6. Hindari bahan makanan yang mengandung kadar kalium tinggi
7. Sumber karbohidrat yang dihindari : havermout,kentang, krakers graham,
beras ketan, roti, susu, singkong, tepung kedelai, tepung tapioka, ubi kuning,
ubi putih.
8. Sumber protein nabati sebaiknya dihindari, misalnya: kacang hijau,kacang
kedelai, kacang kuning, kacang hitam, kacang mete, kacang merah, kacang
tanah, kecap, keju kacang tanah.
9. Sayur-sayuran yang tinggi kaliumnya sebaiknya dihindari, misalnya :
bayam, daun bawang, bit, daun pepaya, kacang buncis, kacang kapri, kembang
kol, peterseli, kool, pet say, seledri batang, seledri daun, tomat, wortel
10. Buah-buahan, misalnya : alpokat, apel merah, pisang, duku, pepaya,
pisang.
11. Lemak, misalnya : kelapa, lemak babi,santan
12. Minuman , misalnya : air kelapa, minuman tambah tenaga, jamu, kopi, teh
kental, minuman bersoda.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jika dalam kondisi normal (sehat) diharapkan dapat melakukan pemeriksaan


kedokter/kontrol/laboratorium untuk memeriksakan darah secara rutin. Sedangkan
bagi mereka yang dinyatakan mengalami ginjal, baik ringan atau sedang diharapkan
berhati-hati dalam mengkonsumsi oabat-obatan seperti obat rematik, antibiotika
tertentu dan apabila terinfeksi segera diobati, hindari kekurangan cairan (muntaber),
dan melakukan kontrol secara periodik.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman, R.E. MD, dkk. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Volume 3 Edisi 15.
Jakarta: EGC

2. Betz, Cecily Lynn. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta: EGC

3. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika

4. Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:


Salemba Medika

5. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC

6. Rauf, Syarifuddin. 2002. Catatan Kuliah Nefrologi Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
FK UH : Makassar

21
7. Suriadi .2006. Asuhan Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta: CV Sagung

22

Anda mungkin juga menyukai