NIM : I1A013308
1. Teknik Pembedahan SC
a. Corporal : Insisi pada uterus memiliki arah vertikal pada corpus uteri hingga mencapai
bagian fundus uteri
Kelebihan :
Mengeluarkan janin dengan cepat
Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis
yang baik
Untuk persalinan berikutnya lebih
b. SCTP : Insisi uterus memiliki arah tranversal pada bagian bawah lahir
Kelebihan :
Penjahitan luka lebih mudah
Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran
isi uterus ke rongga peritoneum
Perdarahan tidak begitu banyak
Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil
Kekurangan :
Luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan
uteri pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
2. Vakum Ekstraksi
Indikasi :
1) Ibu :
- Untuk memperpendek kala II misalnya penyakit jantung kompensata dan penyakit
paru fibrotic
- Pemanjangan kala II
2) Janin : Gawat janin
Kontraindikasi :
1) Ibu :
- Ruptur uteri
- Pada penyakit dimana ibu secara mutlak tidak boleh mengejan, misalnya payah
jantung, PEB
2) Janin :
- Letak muka
- After coming head
- Janin preterm
Syarat :
- Presentasi belakang kepala, jenis aterm, TBJ >2500 gr
- Kepala sudah masuk PAP
- Panggul ibu adekuat
- Pembukaan serviks lengkap dan ketuban pecah
- Kandung kemih kosong
- Janin hidup
Komplikasi
Ibu :
- Perdarahan
- Trauma jalan lahir
- Infeksi
Janin :
- Eksoriasi kulit kepala
- Sefalhematom
- Subgaleal hematom
- Nekrosis kulit kepala
3. Kehamilan Ektopik
Definisi Kehamilan ektopik ialah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi
dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri (termasuk disini kehamilan servikal dan
kehamilan kornual)
Etiologi
1. Gangguan transportasi dari hasil konsepsi yaitu sebagai akibat dari adanya :
• Radang panggul
• Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
• Penyempitan lumen tuba akibat tumor
• Paska tindakan bedah mikro pada tuba
• Abortus
2. Kelainan hormonal
• Induksi ovulasi
• Fertilisasi
• Ovulasi yang terlambat
• Transmigrasi ovum
3. Penyebab yang masih diperdebatkan
• Endometriosis
• Cacat bawaan
• Kelainan kromosom
• Kualitas sperma, dan lain-lain
Patofisiologi
Terjadinya kehamilan ektopik terutama akibat gangguan transportasi ovum yang telah
dibuahi dari tuba ke rongga rahim, disamping itu juga sebagai akibat kelainan dari ovum
itu sendiri merupakan predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik, sehingga saat
nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah. Nasib kehamilan dalam tuba
terdapat beberapa kemungkinan karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan konsepsi,
sebagian besar terganggu pada umur kehamilan 6 – 10 minggu dan dapat terjadi ;
- Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
- Abortus ke dalam lumen tuba
- Ruptur dinding tuba
- Terjadinya kehamilan abdominal sekunder
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
- Kadar hemoglobin dan leukosit (Vonstlany test), kadar hemoglobin turun dan leukosit
naik
- Tes kehamilan bila baru terganggu, juga penentuan kadar beta hCG
- Dilatasi-kuretase untuk pemeriksan
2. Pemeriksaan kuldosentesis
Untuk mengetahui adanya darah kehitaman dengan bekuan-bekuan kecil dalam cavum
Douglasi
3. Pemeriksaan laparoskopi
Pada pemeriksaan laparoskopi adanya KE, KET, infeksi pelvik, kista ovarium segera
dapat dibedakan dengan jelas
4. Pemeriksaan USG
Terlihat adanya kantong gestasi di luar kavum uteri dan atau deteksi genangan cairan di
bawah kavum Douglasi pada KET
4. Perdarahan Antepartum
Definisi
Perdarahan pervaginam pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih
Klasifikasi
Terbagi atas :
- Plasenta previa
- Solusio plasenta
a. Plasenta Previa
Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Etiologi/Faktor Predisposisi
Sebab-sebab terjadinya plasenta previa tidak diketahui, tetapi faktor-faktor predisposisinya,
antara lain :
1. Umur dan paritas merupakan
2. Besarnya plasenta
3. Plasenta tumbuh pada chorion leave, zigot mengadakan implantasi di bawah dekat ostium
uteri internum.
Gejala Klinis
- Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri dan biasanya
berulang (paintees, recurrent bleeding), darahnya berwarna merah segar.
- Bagian bawah janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
- Perdarahan pertama (first bleeding), biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila
dilakukan pemeriksaan dalam sebelumnya, tetapi perdarahan berikutnya biasanya lebih
banyak.
- Janin biasanya masih baik.
Diagnosis
- Gejala klinis
- Inspekulo di kamar bersalin, darah keluar dari OUE
- Ultrasonografi
- Periksa dalam di atas meja operasi (PDMO), infus atau transfusi darah telah
dipasang :
- Meraba forniks, apakah ada bantalan (pada presentasi kepala)
- Meraba plasenta pada ostium uteri internum
Penatalaksanaan
Ekspektatif
Kriteria :
- Perdarahan sedikit, kadar Hb > 8 g%, keadaan umum baik
- Usia kehamilan > 37 minggu
- Janin hidup
- Belum inpartu
Tindakan :
- Tirah baring, mobilisasi bertahap
- Steroid pada kehamilan < 32 minggu :
12 mg/24 jam iv/im 2X, atau 6 mg/12 jam iv/im 4X
- USG sekuensial
- Profil biofisik
- Amniosentesis
Aktif
Kriteria :
- Perdarahan banyak, KU jelek dan syok (Hb < 8 g%)
- Inpartu
- Usia kehamilan > 37 minggu atau taksiran berat janin > 2500 g
- Gawat janin
Tindakan :
- Perbaikan KU ; infus, atasi syok, dan tranfusi darah
- Bilak KU jelek setelah syok teratasi segera lakukan seksio sesarea, sedangkan
bila KU baik lakukan dulu PDMO
- Pada pemeriksaan PDMO, bila ditemukan plasenta previa total/lateral, dilakukan
seksio sesarea
- Bila ditemukan plasenta marginal/letak rendah, dilakukan amniotomi dan induksi.
- Bila dalam proses induksi ini terjadi perdarahan banyak, dilakukan seksio
sesarea, bila tidak maka bayi dapat dilahirkan pervaginam.
B. Solusio Plasenta
Definisi
Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal lepas sebelum janin lahir
pada kehamilan trisemester 3 (> 28 minggu).
Etiologi/Faktor Predisposisi
1. Hipertensi dalam kehamilan
2. Multiparitas, usia ibu tua
3. Tali pusat pendek
4. Uterus tiba-tiba mengecil (hidramnion, gemeli anak kedua)
5. Tekanan pada vena kava inferior
6. Defisiensi gizi, defisiensi asam folat
7. Trauma
Diagnosis
Pemeriksaan
- Tanda vital dengan kardiotokografi dan USG
- Darah lengkap : Hb, Ht, Trombosit, Clotting time, Bleeding time
- Urine lengkap
- Kelainan pembekuan darah : COT (clot observation test),. jumlah trombosit,
waktu perdarahan, waktu pembekuan, kadar fibrinogen
- Fungsi ginjal : jumlah urine, ureum dan kreatinin
Gambaran Klinis
- Perdarahan pervaginam antepartum disertai dengan rasa nyeri yang terusmenerus,
warna darah merah kehitaman
- Uterus tegang seperti papan (uterus en bois, wooden womb)
- Anemia/syok yang tidak sesuai dengan darah yang keluar
- Bagian janin sukar diraba
- Denyut jantung janin (-)
- Setelah plasenta lahir terdapat cekungan
Penatalaksanaan
Ekspektatif
Kriteria :
- Keadaan umum baik
- Solusio plasenta ringan
- Usia gestasi > 37 minggu / TBJ < 2500 g
Aktif (pembedahan)
Kriteria :
- Keadaan umum jelek
- Usia gestasi > 37 minggu / TBJ > 2500 g
- Solusio plasenta ringan/sedang/berat
Tindakan :
- Perbaikan keadaan umum (sebaiknya kalau berat dipasang CVP)
- Resusitasi cairan/perbaiki hipovolemik/atasi syok dan anemia :
- Darah (kalau ada darah segar)
- Cairan
- Kortikosteroid
- Cortisone acetate : vial 100 mg/6 jam im
- Dexametason/Oradexon 20 mg/ampul : 3 – 5 mg/kgbb iv, perlahan 3 – 5 menit ulangi tiap
2-6 jam
- Mengatasi kelainan pembekuan darah
Periksa COT tiap jam sampai 4 jam paska persalinan
Berikan :
- Darah segar
- Fibrinogen 4 g (6-10 g) dilarutkan dalam D5%
- Trasylot 500.000 U selanjutnya 200.000 U
- Transamin 10 – 50 ml (1 ml = 25 mg) iv/infus
5. Perdarahan Postpartum
Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan > 500 ml dalam 24 jam setelah anak lahir.
Bentuk Klinis/Klasifikasi klinik
- Perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage), yaitu perdarahan yang terjadi
dalam 24 jam pertama sesudah bayi lahir.
- Perdarahan masa nifas (late postpartum hemorrhage), yaitu perdarahan yang terjadi pada
masa nifas (pueperium) tidak termasuk 24 jam pertama sesudah bayi lahir.
Etiologi
1. Atonia uteri 50 – 60%
2. Sisa plasenta 23 – 24%
3. Retensio plasenta 16 – 17%
4. Laserasi jalan lahir 4 – 5%
5. Kelainan darah 0,5 – 0,8%
Diagnosis
o Tanda-tanda syok dengan perdarahan pervaginam masih terus berlangsung
o Pemeriksaan obstetrik :
- Uterus lembek/membesar ; atonia uteri
- Uterus kontraksi baik, perdarahan berasal dari luka jalan lahir atau sisa plasenta
o Adanya riwayat :
- Anestesi umum
- Partus presipitatus
- Solusio plasenta
- Anemia
- Persalinan traumatik
- Uterus terlalu meregang (gemeli, hidramnion)
- Cacat/parut uterus, tumor, anomali uterus
- Partus lama
- Grande multipara
- Plasenta previa
- Infus pitosin
- Riwayat HPP
Laboratorium
Pemeriksaan Hb, Ht, dan fibrinogen (cloating time)
Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan :
- Hentikan perdarahan
- Cegah/atasi syok
- Ganti darah yang hilang/transfusi atau diberikan cairan NaCl/RL, plasma ekspander,
Dekstran-L
Atonia Uteri
- Masase uterus + pemberian uterotonika (infus oksitosin 10 U sampai 100 U iv dalam 500
ml D5%, 1 ampul ergometrin iv), yang dapat diulangi 4 jam kemudian, suntikan
prostaglandin
- Kompresi bimanual: Tampon uterovaginal secara lege artis, tampon diangkat 24 jam
kemudian
- Tindakan operatif :
1. Ligasi arteri uterina
2. Ligasi arteri hipogastrika
3. Histerektomi
Retensio plasenta
Retensio plasenta tanpa perdarahan masih dapat menunggu. Sementara itu kandung kemih
dikosongkan, masase uterus dan suntikan oksitosin (iv, im atau infus), dan boleh dicoba
perasat Crede secara lege artis. Jika tidak berhasil dilakukan manual plasenta.
Setelah plasenta manual, diberikan suntikan ergometrin, jika ada keraguan masih ada
jaringan plasenta yang tertinggal, dilakukan kuretase dengan kuret tumpul ukuran besar
bersamaan dengan suntikan oksitosin.
Manual plasenta segera dilakukan bila :
- perdarahan kala III > 200 cc
- penderita dalam narkose
- riwayat perdarahan postpartum habitualis
- tali pusat putus
Sisa plasenta
Tertinggalnya satu atau lebih lobus plasenta, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara
efektif. Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta dengan eksplorasi manual.
Keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum atau kuret besar. Adanya jaringan yang
melekat kuat, mungkin merupakan plasenta akreta, tindakan untuk melepaskan plasenta
yang melekat kuat tersebut dapat mengakibatkan perdarahan hebat atau perforasi uterus, dan
memerlukan tindakan histerektomi.
6. Tubektomi
Tubektomi adalah salah satu cara kontrasepsi dengan tindakan pembedahan dengan
memotong tuba fallopi yang meyebabkan tidak dapat memperoleh keturunan dan bersifat
permanen.
a. Madlener
Bagian tengah dari tuba diangkat dengan cunam Pean, sehingga terbentuk suatu
lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat,
dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak dapat diserap. Pada cara ini
tidak dilakukan pemotongan tuba. Sekarang cara Madlener tidak dilakukan lagi oleh
karena angka kegagalannya relatif tinggi, yaitu 1% sampai 3%.
b. Pomeroy
Cara pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian
tengah dari tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya, diikat
dengan benang yang dapat diserap, tuba di atas dasar itu dipotong. Setelah benang
pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba akhirnya terpisah satu sama lain. Angka
kegagalan berkisar antara 0-0,4%.
c. Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap, ujung
proksimal dari tuba ditanamkan ke dalam, miometrium, sedangkan ujung distal
ditanamkan ke dalam ligamentum latum.
d. Aldridge
Peritoneum dari ligamentum Tatum dibuka dan kemudian tuba bagian distal
bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.
e. Uchida
Pada cara ini tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil
(minilaparotomi) di atas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampulla tuba dilakukan
suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam di bawah serosa tuba. Akibat suntikan
ini, mesosalping di daerah tersebut mengembung. Lalu dibuat sayatan kecil di daerah
yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dan tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba
dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal
akan tertanam dengan sendirinya di bawah serosa, sedangkan Ujung tuba yang distal
dibiarkan berada di luar serosa. Luka sayatan dijahit secara kantong tembakau. Angka
kegagalan cara ini adalah 0.
f. Kromer
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan
benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping di bawah fimbria. jahitan ini diikat dua
kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah proksimal dari
jahitan sebelumnya. Seluruh finbria dipotong. Setelah pasti tidak ada perdarahan, maka
tuba dikembalikan ke dalam rongga perut. Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan
cara ini antara lain ialah sangat kecilnya kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum
rotundum. Angka kegagalan 0,19%.
7. Persalinan Fisiologis
Secara klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut
mengeluarkan lendir yang disertai darah (bloody show). Lendir yang disertai darah ini
berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar.
Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar
kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.
a. Kala I (Pembukaan Jalan Lahir)
Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri dengan
dilatasi serviks lengkap. Dilatasi lengkap dapat berlangsung kurang dari satu jam pada
sebagian kehamilan multipara. Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks jarang terjadi
dalam waktu kurang dari 24 jam. Rata-rata durasi total kala I persalinan pada primigravida
berkisar dari 3,3 jam sampai 19,7 jam. Pada multigravida ialah 0,1 sampai 14,3 jam .
Proses membukanya serviks sebaga akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu:
1. Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase laten diawali dengan mulai timbulnya kontraksi
uterus yang teratur yang menghasilkan perubahan serviks.
2. Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi yakni :
- Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
- Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari
4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase deselerasi: Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam, pembukaan
dari 9 cm menjadi lengkap.
b. Kala II (Pengeluaran)
Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan. Pada kala II, his menjadi lebih
kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Saat kepala janin sudah masuk di
ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasakan tekanan pada rektum dan
hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan
anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak
dalam vulva pada waktu his. Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin
dilahirkan dengan presentasi suboksiput di bawah simfisis, dahi, muka dan dagu. Setelah
istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota badan bayi
c. Kala III (Kala Uri)
Kala III persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir. Setelah bayi lahir,
uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian,
uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta
lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan
pada fundus uteri.
Pada tahap ini dilakukan tekanan ringan di atas puncak rahim dengan cara Crede untuk
membantu pengeluaran plasenta. Plasenta diperhatikan kelengkapannya secara cermat,
sehingga tidak menyebabkan gangguan kontraksi rahim atau terjadi perdarahan sekunder
Definisi:
Versi adalah tindakan untuk memutar janin dalam uterus dengan tujuan mengubah presentasi
Ekstraksi adalah tindakan untuk melahirkan bayi dengan segera dan memakai kekuatan
Indikasi:
1. Letak lintang, khususnya gemeli anak ke 2
2. Presentasi kepala dengan prolaps tali pusat (paling lambat 8 menit bayi harus lahir)
3. Presentasi dahi
4. Presentasi muka dengan dagu di belakang
Kontra indikasi:
1. Syarat tak terpenuhi
2. Cacat Rahim
3. Oligohidramnion
4. Ruptura uteri imminens
Syarat:
1. Janin dapat lahir per vaginam
2. Bagian terbawah janin masih bisa didorong
3. Pembukaan harus lengkap
4. Kulit ketuban pecah baru saja
5. Dinding rahim dan perut cukup rileks
Komplikasi:
1. Ibu
Perdarahan post partum
Trauma jalan lahir
Infeksi
2. Janin
Asfiksia
Perdarahan intracranial
Luksasi/fraktur anggota gerak