Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Kehamilan

a. Konsep Dasar

Kehamilan merupakan penyatuan spermatozoa dan ovum yang

dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Penghitungannya dari saat

penyatuan hingga bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu (Prawirohardjo, 2014).

Hari perkiraan lahir dihitung dari hari pertama haid terakhir dengan

menambahkan 9 bulan dan 7 hari ke tanggal HPHT (Symond dan

Arulkumaran, 2013).

b. Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan

Menurut Sofian (2015), setiap wanita hamil mengalami perubahan

yang terjadi pada bagian-bagian:

1) Sistem Reproduksi

a) Uterus

Perubahan uterus terjadi pada segi ukuran, berat, bentuk dan

konsistensi, posisi hingga vaskulerisasi. Berat uterus mengalami

kenaikan dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan

(40minggu) (Sofian, 2015).

4
5

b) Ovarium

Selama kehamilan, proses ovulasi akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga ditunda. Folikel ini berfungsi kembali

maksimal 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan

menghasilkan progesteron (Prawirohardjo, 2014).

c) Vulva dan Vagina

Estrogen mempengaruhi terjadi perubahan vulva dan vagina

akibat hipervaskularisasi, sehingga terlihat lebih merah atau

kebiruan biasa disebut tanda Chadwick (Sofian, 2015).

d) Dinding Perut

Pembesaran rahim mengakibatkan peregangan dan

menyebabkan robeknya serabut di bawah kulit sehingga

menimbulkan striae gravidarum. Kulit perut pada linea alba

bertambah pigementasinya disebut linea nigra (Sofian, 2015).

2) Sistem Respirasi

Selama hamil paru-paru mengalami peningkatan kebutuhan O2

dan pembesaran uterus. (Manuaba, 2012).

3) Saluran Pencernaan

Peningkatan estrogen mengakibatkan terjadi pengeluaran

asam lambung sehingga daerah lambung terasa panas, mual dan

pusing terutama di pagi hari (morning sickness), muntah (emesis

gravidarum) dan hiperemesis gravidarum (Manuaba, 2012).


6

4) Tulang dan gigi

Persendian panggul terasa melonggar karena pelunakan

ligamen dan pelebaran pada ruang persendian. Apabila pemberian

makan tidak cukup memenuhi kebutuhan kalsium janin, kalsium pada

tulang ibu akan diambil untuk pemenuhan kebutuhan (Sofian, 2015).

5) Sistem Sirkulasi darah

Volume darah total dan volume plasma darah naik kira-kira

25% sejak akhir trimester pertama hingga 32 minggu, yang diikuti

pertambahan curah jantung sebanyak ± 30% (Sofian, 2015).

6) Sistem Perkemihan

Pada awal pertama kehamilan, kandung kemih tertekan oleh

uterus yang mulai membesar sehingga terasa sering berkemih.

Kondisi ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan. Pada akhir

kehamilan, apabila kepala janin sudah sudah masuk ke atas panggul,

keluhan akan muncul kembali (Saifuddin, 2012).

c. Asuhan Kehamilan (Antenatal Care / ANC )

1) Pengertian

Antenatal Care/Pelayanan antenatal terpadu adalah

pelayanan komprehensif dan berkualitas yang diberikan pada semua

ibu hamil (Kementrian Kesehatan, 2013).


7

2) Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Kunjungan Antenatal Care (ANC) minimal 4 kali selama

hamil (WHO, 2013):

a) Satu kali pada trimister I (sebelum usia kehamilan 16 minggu).

b) Satu kali pada trimester II (antara usia kehamilan 24-28 mingu).

c) Dua kali pada trimester III (antara usia kehamilan 30-32 minggu

dan antara usia kehamilan 36-38 minggu). Ibu disarankan untuk

melakukan kunjungan 1 minggu sekali apabila usia kehamilan 36

minggu sampai proses persalinan dimulai (Manuaba, 2012 ).

3) Standar 10 T ANC

Menurut Nurjasmi (2016), tenaga kesehatan harus

memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar (10 T):

a) Ukur Berat Badan dan Tinggi Badan (T1)

Kenaikan berat badan ibu diperoleh sesuai dengan Indeks

Massa Tubuh (IMT) yaitu hubungan antara tinggi badan dan berat

badan (Saifuddin, 2014). Cara menghitung IMT yakni : IMT =

Berat Badan (kg)/Tinggi Badan (m)2.

Tabel 2.1
Rekomendasi Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan
Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kategori IMT Rekomendasi (kg)


Rendah < 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas > 29 ≥7
Gemeli - 16 – 20,5
Sumber : Prawirohadjo (2014)
8

b) Ukur Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan tiap kunjungan

antenatal untuk mendeteksi adanya hipertensi pada kehamilan

dan pre-eklamsi (Nurjasmi, 2016).

c) Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas)

Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dilakukan pada

kontak pertama di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko

KEK (Kurang Energi Kronis), KEK terjadi pada LILA kurang

dari 23,5 cm (Kementrian Kesehatan, 2013).

d) Ukur Tinggi Fundus Uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kunjungan antenatal

untuk mendeteksi pertumbuhan janin. Standar pengukuran

menggunakan pita pengukur atau medline setelah kehamilan 24

minggu (Nurjasmi, 2016).

e) Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan setiap

kunjungan antenatal. Kondisi normal frekuensi detak jantung

janin berkisar antara 120-160 detik per menit (Prawirohardjo,

2014).
9

f) Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan Imunisasi Tetaus

Toksoid (TT) apabila diperlukan

Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar

mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus (Nurjasmi,

2016).

g) Beri Tablet Tambah Darah (Tablet Besi)

Setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah darah

(tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet selama

kehamilan sejak kontak pertama untuk mencegah terjadinya

anemia (Nurjasmi dkk, 2016). Pemberian 60 mg zat besi dan

400mcg asam folat 1x/hari selama kehamilan (WHO, 2013).

h) Periksa Laboratorium (Rutin dan Khusus)

Selama kehamilan dilakukan pemeriksaan kadar

hemoglobin darah ibu minimal sekali pada trimester pertama dan

ketiga untuk mengetahui kondisi ibu hamil menderita anemia atau

tidak (Nurjasmi dkk, 2016). Berdasarkan teori Prawirohardjo

(2014), nilai batas normal hemoglobin untuk anemia pada

perempuan hamil trimester 3 yaitu 11 g/dl.

i) Tatatlaksana/Penanganan Khusus

Setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus

ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga

kesehatan (Nurjasmi, 2016).


10

j) Temu Wicara (Konseling)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap

kunjungan antenatal yang meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup

sehat dan bersih, peran suami/keluarga dalam kehamilan dan

perencanaan persalinan, tanda bahaya pada kehamilan, persalinan

dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi dan asupan gizi

seimbang (Nurjasmi dkk, 2016).

d. Skrining/Deteksi Dini Ibu Berisiko Tinggi dengan Kartu Skor Poedji

Rochjati

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2016),

skrining/deteksi dini pada ibu hamil dilakukan untuk menemukan faktor

risiko dan menentukan untuk diberikan penyuluhan kehamilan dan

persalinan yang aman serta rujukan terencana. Skrining menggunakan

KSPR (Kartu Skor Poedji Rochjati) dengan sistem skoring dapat dilihat

pada lampiran.

2. Persalinan

a. Pengertian

Persalinan normal merupakan proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam,

tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2012).
11

b. Tanda Gejala Persalinan

Menurut Varney (2008), tanda dan gejala menjelang persalinan

adalah lightening, perubahan serviks, adanya kontraksi, ketuban pecah,

bloody show, lonjakan energi, dan gangguan saluran cerna.

c. Faktor –faktor yang berperan dalam persalinan menurut Moechtar

(2012) meliputi 5P:

1) Passage (jalan lahir)

Jalan lahir dibagi atas:

a) Bagian keras tulang panggul (rangka panggul)

b) Bagian lunak: otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen

(Moechtar, 2012).

2) Passenger (janin)

Bentuk uterus yang lonjong dan bagian atas yang lebih luas

akan mempengaruhi kedudukan janin untuk mengakomodasikan diri

dengan bentuk uterus. Kedudukan janin intrauterin dibedakan dalam

sikap, letak, presentasi, bagian terbawah dan posisi janin

(Prawiroharjo, 2014).

3) Power (Tenaga Ibu/ His/ Kontraksi)

Menurut Prawirohadjo (2014), kontraksi dan His

menyebabkan perubahan berupa pembukaan dan penipisan serviks;

rasa nyeri karena iskemia dan kontraksi pada ibu; berkurangnya

pertukaran oksigen pada ibu; berkurangnya pertukaran oksigen pada

sirkulasi utero-placenta.
12

4) Psikis ibu

5) Penolong

d. Tahapan-Tahapan Persalinan

Menurut Sofian (2015) proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:

1) Kala I (Kala Pembukaan)

Menurut Oxorn (2010) tentang tanda-tanda persalinan yaitu

kontraksi uterus menjadi tambah kuat dan tambah lama, kontraksi

terasa nyeri, uterus yang mengeras dapat diraba, seringkali keluar

lendir darah, dan penurunan bagian terbawah janin.

2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Menurut Oxorn (2010) petunjuk klinis dimulainya kala II

yaitu lendir darah keluar lebih banyak, pasien terasa ingin mengejan

setiap ada kontraksi, terasa tekanan pada anus disertai rasa seperti

akan BAB. Lama persalinan pada kala II primigravida yaitu 50

menit, sedangkan pada multigravida yaitu 30 menit (Sulistyowati,

2010).

Persalinan kala II didapatkan inspeksi perineum menonjol,

vulva membuka, terlihat adanya tekanan anus, dan ibu terlihat ingin

meneran (Prawirohardjo, 2014).

3) Kala III (Kala Pengeluaran Uri)

Mulainya persalinan kala III dari bayi lahir dan berakhir

dengan kelahiran plasenta (Chestnut dkk, 2014). Menurut Sofian


13

(2015), jumlah pengeluaran perdarahan normal yaitu berkisar 100-

300 cc.

4) Kala IV

Adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir dan

uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya

perdarahan postpartum (Sofian, 2015).

e. Asuhan Persalinan Normal

Menurut Nurjasmi (2016) Asuhan persalinan normal dilakukan

melalui 60 langkah :

1) Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua yaitu ibu terasa dorongan

kuat dan meneran, tekanan yang semakin meningkat pada rektum

dan vagina, perineum tampak menonjol, vulva dan sfringter ani

membuka.

2) Menyiapkan Pertolongan Persalinan

a) Pada asuhan bayi baru lahir atau resusitasi, menyiiapkan: tempat

datar, rata, bersih, dan kering dan hangat, 3 handuk/kain bersih

dan kering (termasuk ganjal bahu bayi), alat penghisap lendir

dan lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.

b) Untuk ibu: menggelar kain di perut bawah ibu, menyiapkan

oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam

partus set.

3) Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.
14

4) Lepaskan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun

dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue

atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan untuk melakukan

pemeriksaan dalam.

6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik

7) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan Janin

Bersihkan vulva dan perineum, seka dengan hati-hati dari depan ke

belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air

DTT.

a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,

bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang

b) Buang kapas atau pembersih (terkontaminasi) dalam wadah

yang tersedia

c) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,

lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% – Langkah 9.

8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila

selaput ketuban dalam belum pecah dan pembukaan sudah lengkap

maka lakukan amniotomi.

9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%

kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam


15

larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung

tangan dilepaskan.

10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi

uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160

x/ menit).

a) Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

b) Dokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua

hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

11) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan

sesuai dengan keinginannya.

a) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan

pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti

pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan

sesuai temuan yang ada.

b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran

mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu

untuk meneran secara benar.

12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada

rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke

posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan

ibu merasa nyaman.


16

13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada

dorongan kuat untuk meneran:

14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran

dalam 60 menit.

15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.

17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan.

18) Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala

bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.

Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat dan

dangkal.

20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses

kelahiran bayi.

21) Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung

secara spontan.
17

22) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang secara biparental.

Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut

gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan

muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas

dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum

ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan

siku sebelah atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut

ke punggung, bokong dan kaki. Pegang kedua mata kaki

(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang kedua kaki dengan

melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari laninnya pada sisi

yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk).

25) Lakukan penilaian selintas :

a) Apakah bayi cukup bulan?

b) Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernapas tanpa

kesulitan?

c) Apakah bayi bergerak dengan aktif?. Bila salah satu jawaban

adalah "TIDAK", lanjut ke langkah resusitasi pada bayi baru

lahir dengan asfiksia. Bila semua jawaban "YA", lanjut

langkah 26.
18

26) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya

(kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk/kain kering. Pastikan bayi dalam

posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu.

27) Periksa kembali uterus untuk hanya satu bayi yang lahir (hamil

tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemelli).

28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10

unit (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan

aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

30) Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat

dengan satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian

jari telunjuk dan jari tengah tangan lain menjepit tali pusat dan

geser hingga 3 cm proksimal dari pusar bayi. Klem tali pusat pada

titik tersebut kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari

telunjuk dan tengah tangan lain untuk mendorongn isi tali pusat ke

arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal

dari klem pertama.

31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit

kemudian lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut

bayi) di antara 2 klem tersebut.


19

b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu sisi

kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan

lakukan ikatan kedua menggunakan benang dengan simpul

pada sisi lainnya.

c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah

disediakan.

32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu - bayi.

Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibunya.

Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi

lebih rendah dari puting payudara ibu.

33) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari

vulva.

34) Letakkan satu tnagn di atas kain pada perut bawah ibu, (di atas

simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem

untuk menegangkan tali pusat.

35) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas

(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).

Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan

tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi

prosedur di atas. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu,

suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting

susu.
20

36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke araah

dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran talli pusat ke arah distal

maka lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga plasenta dapat

dilahirakn.

a) Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan

ditarik kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan

sumbu jalan lahir (ke arah bawah - sejajar lantai - atas).

b) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

c) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali

pusat:

(1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM

(2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung

kemih penuh

(3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

(4) Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat 15

menit berikutnya

(5) Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau

terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta

manual.

37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah


21

yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung

tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput

kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk

mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase

dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan yang

diperlukan (Kompresi Bimanual Internal, Kompresi Aorta

Abdominalis, Tampon Kondom Kateter) jika uterus tidak

berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/masase.

39) Periksa kedua sisi plasenta (maternal - fetal) pastikan plasenta

telah dilahirkan lengkap. Masukkah plasenta ke dalam kantung

plastik atau tempat khusus.

40) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan

menimbulkan perdarahan. Pemberian anestesi lokal (lidokain 1%

tanpa epinefrin) sebelum dilakukan penjahitan perineum.

41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

42) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit


22

43) Pastikan kandung kemih kosong.

44) Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan massase uterus dan

menilai kontraksi.

45) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.

47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernafas dengan baik (40-

60 kali/menit).

48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan

setelah didekontaminsasi.

49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai.

50) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan

menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan

darah di ranjang atau disekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai

pakaian yang bersih dan kering.

51) Pastikan iu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan

yang diinginkannya.

52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

53) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh,


23

lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam klorin

0,5% selama 10 menit.

54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi

yang bersih dan kering.

55) Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan

fisik bayi.

56) Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis infeksi,

vitamin K1 1 mg IM dipaha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik

bayi baru lahir, pernafasan bayi (normal 40-60 kali/menit) dan

temperatur tubuh (normal 36,5-37,50C) setiap 15 menit.

57) Setelah 1 jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam

jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.

58) Lepaskan sarung dalam keadaan terbalik dan rendam didalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang kering dan

bersih.

60) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV persalinan.


24

3. Nifas

a. Pengertian

Masa nifas (Puerperium) adalah masa pemulihan kembali sejak

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil.

Lamanya masa nifas yaitu 6-8 minggu (Sofian, 2015).

b. Tahapan masa nifas

Menurut Sofian (2015), masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu:

1) Puerperium Dini

Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri,

berjalan-jalan dan dianggap bersih setelah 40 hari.

2) Puerperium Intermediat

Puerperium Intermediat yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia

yang lamanya 6 – 8 minggu.

3) Puerperium Lanjut

Puerperium lanjut yaitu waktu untuk pulih dan kembali sehat

sempurna, terutama bila mengalami komplikasi.

c. Perubahan Fisiologis

Menurut Sofian (2015), terdapat beberapa perubahan alat-alat kandungan,

yaitu:

1) Luka-luka pada jalan lahir jika tidak disertai infeksi akan sembuh dalam

6-7 hari.
25

2) Uterus berangsur-angsur mengecil (berinvolusi) hingga seperti sebelum

hamil

Tabel 2.2

Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram

2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 gram

Sumber: Sofian (2015)

3) Rasa nyeri yang disebut after pain atau mulas biasanya berlangsung 2-

4 hari pasca persalinan.

4) Lokea adalah cairan sekret yang berasal vagina dalam masa nifas.

a) Lokea rubra (cruenta):berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium,

selama 2 hari pasca persalinan.

b) Lokea Sanguinolenta: berwarna merah kuning, berisi darah dan

lendir; hari ke 3-7 pasca persalinan.

c) Lokea Serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari

ke 7-14 pasca persalinan.

d) Lokea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.


26

e) Lokea Purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau

busuk.

f) Lakiostasis: lokea tidak lancar keluarnya.

5) Serviks

Bentuk serviks setelah bersalin agak menganga seperti corong,

berwarna merah kehitaman. Saat setelah bayi lahir, tangan masih bisa

dimasukkan ke rongga rahim; setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari, dan

setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

6) Ligamen-ligamen

Ligamen, fascia, dan diafragma pelvis yang meregang pada

waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi

ciut dan pulih kembali.

d. Bendungan Payudara

Bendungan payudara merupakan meningkatnya aliran vena dan

limfe pada payudara untuk persiapan laktasi (Prawirohardjo, 2014).

Penanganan bendungan payudara menurut Prawirohardjo (2014):

1) Menyusui bayinya sesegera mungkin

2) pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan

hangat salam 5 menit

3) Perawatan payudara berupa memijat payudara dan mengurut

payudara dari pangkal menuju puting

4) mengeluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga

puting susu menjadi lunak


27

5) Mengevaluasi 3 hari

4. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu

(28 hari) sesudah kelahiran. Nenonatus adalah bayi yang berumur 0 (baru

lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir (Muslihatun, 2012).

Bayi cukup bulan (term infant) adalah bayi dengan usia gestasi

37-42 minggu dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram

(Muslihatun, 2012).

b. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Asuhan pada bayi baru lahir yang harus dilakukan antara lain sebagai

berikut :

1) Perawatan Tali Pusat

Menurut IDAI (2016), perawatan tali pusat tidak perlu

dibersihkan menggunakan sabun ataupun cairan lainnya dan biarkan

terbuka tanpa ditutup dengan kasa kering

2) Melakukan Pencegahan Kehilangan Panas

Segera setelah bayi lahir, pastikan bayi tetap hangat dan terjadi

kontak antara kulit bayi dengan kulit Ibu. Mengganti handuk/kain yang

basah, dan bungkus bayi dengan selimut dan memastikan kepala telah

terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.

Apabila telapak bayi dingin, periksa suhu aksila bayi; apabila suhu

bayi kurang dari 36,5ᵒC, segera hangatkan bayi (Saifuddin, 2012).


28

3) Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) menurut Roesli (2008) merupakan

proses menyusu sendiri yang dilakukan minimal 1 jam pertama pada

bayi baru lahir (Nurjasmi dkk, 2016).

4) Profilaksis Mata

Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi pada bayi

dengan ibu yang menderita penyakit menular seksual. Pemberian

antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat mencegah terjadinya

konjungtivitis (Prawirohardjo, 2014).

5) Pemeriksaan Fisik Bayi

Memeriksa bayi dari kepala hingga kaki untuk mencari

setiap kelainan (PP IBI, 2016). Pada bayi laki-laki, periksa apakah ada

fimosis dan apakah desensus testis telah lengkap (Sofian, 2015).

6) Pemberian Vitamin K dan HB0

Menurut WHO (2010), pemberian vitamin K1 dilakukan

segera setelah proses IMD, sedangkan HB0 dilakukan 1-2 jam setelah

pemberian vitamin K1.

5. Keluarga Berencana

a. Pengertian

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014

tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,

Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga menyatakan bahwa

program keluarga berencana (KB) merupakan upaya pengaturan


29

kehamilan, kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan melalui

promosi, perlindungan, dan bantuan untuk mewujudkan keluarga yang

berkualitas.

b. Macam Metode Kontrasepsi

1) Kontrasepsi Non Hormonal

a) Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Menurut Affandi (2013), Metode Amenorea Laktasi (MAL)

merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu

(ASI) secara eksklusif. Efektivitas MAL mencapai 98% pada usia

bayi 0-6 bulan. MAL dapat digunakan sebagai kontrasepsi apabila:

(1) Ibu menyusui secara penuh (full breast feeding)

(2) Menyusui dengan pemberian ≥ 8 x sehari (lebih efektif)

(3) Ibu belum mendapat haid

(4) Umur bayi kurang dari 6 bulan

b) Metode KB Alami

Merupakan salah satu cara dalam upaya pencegahan

kehamilan, melalui pengamatan tanda-tanda dan gejala alamiah

dari siklus menstruasi, dengan menghindari senggama selama fase

fertil atau subur. Macam-macam metode KB alamiah terdiri dari

metode lendir serviks, metode simtotermal, sistem kalender dan

metode suhu basal (Affandi, 2013).


30

c) Senggama Terputus

Senggama terputus merupakan metode tradisional, dimana

pria mengeluarkan alat kelaminnya sebelum pria mencapai

ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan tidak

terjadi pertemuan antara sperma dan ovum (Affandi, 2013).

2) Kondom

Kondom merupakan selubung/ sarung karet yang dapat

terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil),

atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat

hubungan seksual (Affandi, 2013).

Menurut Prawirohardjo (2011) cara kerja kondom yaitu

melindungi penis dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina

saat melakukan koitus. Keuntungan dari kondom yaitu memberi

perlindungan terhadap penyakit kelamin menular dan sebagai alat

kontrasepsi. Sedangkan kekurangannya menghalangi kenikmatan

sewaktu koitus, terjadi kebocoran pada kondom, dan tingkat

efektivitas kondom tergantung ketelitian penggunaan.

3) Kontrasepsi Hormonal

a) Kontrasepsi Pil Kombinasi

Merupakan pil yang mengandung hormon estrogen dan

progesteron. Mekanisme utama pil kombinasi untuk mencegah

terjadinya kehamilan adalah dengan menghambat keluarnya sel

telur (ovum) dari indung telur (ovarium) (Nurjasmi, 2016).


31

b) Kontrasepsi Pil Progestrin (Mini Pil)

Yaitu pil yang mengandung progestrin dalam dosis yang

rendah. Pil ini harus diminum setiap hari pada waktu yang sama.

Cara kerjanya yaitu menciptakan lingkungan lendir serviks yang

lembab dan tidak dapat dimasuki oleh sperma (Varney, 2008).

c) Kontrasepsi Suntik Kombinasi

Kontrasepsi suntik Kombinasi terdiri dari dua hormon

yaitu progestrin dan progesteron seperti hormone alami pada

tubuh seorang perempuan (Nurjasmi dkk, 2016).

d) Kontasepsi Suntik Progestrin

Menurut Nurjasmi (2016) Kontrasepsi progestrin, tidak

mengandung estrogen sehingga dapat digunakan pada masa

laktasi dan perempuan yang tidak dapat menggunakan

kontrasepsi yang mengandung estrogen.

e) Kontrasepsi Implan

Implan mengandung hormon progestrin, ditempatkan

di dalam kapsul implan satu atau dua batang yang dipasang pada

lapisan bawah kulit (subdermal) dibagian medial lengan atas

dengan jangka 3 tahun (Nurjasmi, 2016).

4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

AKDR merupakan salah satu metode jangka panjang yang

dipasang di dalam rahim ibu. Mengandung tembaga dan dapat


32

dipasang segera setelah melahirkan, saat menstruasi dan pasca

keguguran (Nurjasmi dkk, 2016).

5) Kontrasepsi Mantap

a) Tubektomi

Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan

yang tidak ingin anak lagi. Mekanisme kerjanya adalah dengan

mengoklusi (mengikat dan memotong atau memasang cincin),

sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum (Affandi,

2013).

b) Vasektomi

Vasektomi merupakan metode kontrasepsi untuk lelaki

yang tidak ingin anak lagi. Metode ini membuat sperma (yang

disalurkan melalui vas deferens) tidak dapat mencapai vasikula

seminalis yang pada saat ejalukasi dikerluarkan bersamaan

dengan cairan semen (Affandi, 2013).

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1. Asuhan dan Konseling Selama Kehamilan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 369/MENKES/SKIII/2007 tentang Standar Profesi Bidan,

Asuhan dan Konseling selama Kehamilan merupakan kompetensi bidan

ke-3: bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini,

pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.


33

a. Keterampilan Dasar

1) Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta

menganalisanya pada setiap kunjungan atau pemeriksaan ibu hamil.

2) Melaksanakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan

lengkap

3) Melaksanakan pemeriksaan abdomen secara lengkap termasuk

pengukuran tinggi fundus uteri, posisi, presentasi dan pengukuran

janin.

4) Melakukan penilain pelvic, termasuk ukuran dan struktur tulang

panggul.

5) Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk detak jantung

janin dengan menggunakan fetoscope (Pinard) dan gerakan janin

dengan palpasi uterus.

6) Menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraan

persalinan.

7) Mengkaji status nutrisi ibu hamil dan hubungannya dengan

pertumbuhan janin.

8) Mengkaji kenaikan berat bada ibu dan hubungannya dengan

komplikasi kehamilan.

9) Memberikan penyuluhan pada klien atau keluarga mengenai

tanda-tanda berbahaya serta bagaimana menghubungi bidan.


34

10) Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan,

hiperemesis gravidarum tingkat I, abortus imminen, dan pre-

eklamsia ringan.

11) Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengurangi

ketidaknyamanan yang lazim terjadi dalam kehamilan.

12) Memberikan imunisasi pada ibu hamil

13) Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan

melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas

pelayanan tepat dari :

a) Kekurangan gizi

b) Pertumbuhan janin yang tidak adekuat: SGA dan LGA

c) Pre eklamsia berat dan hipertensi

d) Perdarahan per vaginam

e) Kehamilan ganda pada janin kehamilan aterm

f) Kelainan letak pada janin kehamilan aterm

b. Keterampilan tambahan

1) Menggunakan Doppler untuk memantau Denyut Jantung Janin

(DJJ).

2) Memberikan pengobatan dan atau kolaborasi terhadap

penyimpangan dari keadaan normal dengan menggunakan standar

lokal dan sumber data yang tersedia.

3) Melaksanakan kemampuan Asuhan Pasca Keguguran.


35

2. Asuhan Selama Persalinan dan Kelahiran

Kompetensi ke empat : bidan memberikan asuhan yang bermutu

tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan,

memimpin selama persalinna yang bersih dan aman, menangani situasi

kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan

bayinya yang baru lahir.

a. Keterampilan Dasar

1) Mengumpulkan data yang terfokus pada riwayat kebidanan dan

tanda-tanda vital ibu pada persalinan sekarang.

2) Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus.

3) Melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap untuk posisi dan

penurunan janin.

4) Mencatat waktu dan mengkaji kontraksi uterus (lama, kekuatan,

dan frekuensi).

5) Melakukan pemeriksaan panggul (pemeriksaan panggul) secara

lengkap dan akurat meliputi pembukaan, penurunan, bagian

terendah, presentasi, posisi keadaan ketuban, dan proporsi panggul

dengan bayi.

6) Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan

menggunakan partograf.

7) Memberikan cairan, nutrisi, dan kenyamanan yang kuat selama

persalinan.

8) Memberikan dukungan psikologis bagi ibu dan keluarga.


36

9) Mengidentifikasi secara dini kemungkinan pola persalinan

abnormal dan kegawatdaruratan dengan intervensi yang sesuai dan

atau melakukan rujukan dengan tepat waktu.

10) Melakukan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm

sesuai indikasi.

11) Menolong kelahiran bayi dengan lilitan tali pusat.

12) Melakukan episiotomi dan penjahitan, apabila diperlukan

13) Melaksanakan manajemen fisiologi kala II.

14) Melaksanakan Manajemen Aktif Kala (MAK) III.

15) Memberikana suntikan intra muskuler meliputi uteretonika,

antibiotika, dan sedative.

16) Memasang infus, mengambil darah untuk pemeriksaan

hemoglobin (Hb) dan hematocrit (HT).

17) Menahan uterun untuk mencegah terjadinya inversi uteri dalam

kala III.

18) Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya.

19) Memperkirakan jumlah darah yang keluar pada persalinan dengan

benar.

20) Memeriksa robekan vagina, serviks, dan perineum.

21) Menjahit robekan vagina dan perineum tingkat II.

22) Memberikan pertolongan persalinan abnormal: letak sungsang,

partus macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini tanpa

infeksi, post term dan pre term.


37

23) Melakukan pengeluaran plasenta secara manual.

24) Mengelola perdarahan post partum.

25) Memindahkan ibu untuk tindakan tambahan atau

kegawatdaruratan dengan tepat waktu sesuai indikasi.

26) Memberikan lingkungan yang aman dengan meningkatkan

hubungan dan ikatan tali kasih ibu dan bayi baru lahir.

27) Memfasilitasi ibu untuk menyusi sesegera mungkin dan

mendukung ASI eksklusif.

28) Mendokumentasikan temuan-temuan yang penting dan intervensi

yang dilakukan.

b. Keterampilan Tambahan

1) Menolong kelahiran presentasi muka dengan penempatan dan

gerakan tangan yang tepat.

2) Memberikan suntikan anestesi lokal jika diperlukan.

3) Melakukan ekstraksi forcep rendah dan vacuum jika diperlukan

sesuai kewenangan.

4) Mengidentifikasi dan mengelola malpresentasi, distosia bahu, gawat

janin dan kematian janin dalam kandungan (IUFD) dengan tepat.

3. Asuhan pada Ibu Nifas dan Menyusui

Kompetensi ke lima : bidan memberikan asuhan yang bermutu

tinggi pada ibu nifas dan menyusui dan tanggap terhadap budaya

setempat.
38

a. Keterampilan Dasar

1) Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus,

termasuk keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan dan

kelahiran.

2) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu.

3) Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan luka jahitan.

4) Merumuskan diagnosa masa nifas.

5) Menyusun perencanaan.

6) Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif.

7) Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatan

diri sendiri, istirhat, nutrisi, dan asuhan bayi baru lahir.

8) Mengidentifikasi hematoma vulva dan melaksanakan rujukan bila

perlu.

9) Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan

atau merujuk untuk tindakan yang sesuai.

10) Penatalaksanaan ibu post partum abnormal:sisa plasenta, renjatan

dan infeksi ringan.

11) Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca

persalinan.

b. Keterampilan tambahan

1) Melakukan insisi pada hematoma vulva

Hematoma vulva adalah pembengkakan jaringan yang berisi

darah di bagian vulva. Hematoma ukuran kecil-sedang mungkin


39

dapat diabsorpsi. Jika hematoma terus menjadi besar, bidan harus

memberiktahukan dokter konsultan untuk evaluasi dan perawatan

lanjut meliputi pemantauan perdarahan, pemeriksaan

laboratorium heamtokrit, insisi hematoma, penggantian darah,

atau pemberikan antibiotik (Varney, 2008).

4. Asuhan pada Bayi Baru Lahir

Kompetensi ke enam : bidan memberikan asuhan yang bermutu

tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan umur 1

tahun.

a. Keterampilan Dasar

1) Membersihkan jalan napas, memelihara kelancaran pernapasan,

dan merawat tali pusat.

2) Menjaga kehangatan dan menghindari panas yang berlebihan.

3) Menilai segera bayi baru lahir seperti nilai APGAR.

4) Membersihkan badan bayi dan memberikan identitas.

5) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada bayi baru lahir

dan skrining untuk menemukan adanya tanda-tanda kelainan pada

bayi baru lahir yang tidak memungkinkan untuk hidup.

6) Mengatur posisi bayi pada waktu menyusu.

7) Memberikan imunisasi pada bayi

b. Keterampilan Tambahan

1) Melakukan penilaian masa gestasi.


40

2) Mengajarkan pada orang tua tentang pertumbuhan dan

perkembangan bayi yang normal dan asuhannya.

3) Membantu orang tua dan keluarga untuk memperoleh sumber data

yang tersedia di masyarakat.

4) Memberikan dukungan kepada orang tua selama masa berduka cita

sebagai akibat bayi dengan cacat bawaan, keguguran, atau kematian

bayi.

5. Asuhan Pra Konsepsi, KB, dan Ginekologi

Kompetensi ke dua: bidan memberikan asuhan yang bermutu

tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan

pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk

meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan

kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.

a. Ketrampilan Dasar

1) Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang lengkap.

2) Melakukan pemeriksaan fisik yang berfokus sesuai dengan

kondisi wanita.

3) Menerapkan dan atau melaksanakan dan menyimpulkan hasil

pemeriksaan laboratorium seperti hematokrit dan analisa

urine.

4) Melaksanakan pendidikan kesehatan dan keterampilan

konseling dasar dengan tepat.


41

5) Memberikan pelayanan KB yang tersedia sesuai kewenangan

dan budaya masyarakat.

6) Melakukan pemeriksaan berkala akseptor KB dan melakukan

intervensi sesuai kebutuhan.

b. Keterampilan Tambahan

1) Melakukan pemasangan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit

(AKBK).

2) Melakukan pencabutan AKBK dengan letak normal

Bidan yang menjalankan program pemerintah

berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi

pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam

rahim (AKDR), dan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) di

Puskesmas atau RS. Bidan Praktik Mandiri yang menjadi

jejaring Puskesmas harus terdaftar di Dinas Kesehatan dan di

BKKBN melalui SKPD KB/ KBD agar mendapat distribusi

alat dan obat kontrasepsi (Permenkes 1464, 2014; Kemenkes

RI, 2014).
42

Anda mungkin juga menyukai