DI SUSUN OLEH :
MULHADI YAKIM
SN162109
A. Latar Belakang
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan
maupun berat. Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Setiap individu pasti pernah
mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang paling
umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari
gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu
yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita
dan mencari upaya untuk menghilangkannya.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri
tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan
merasakan nyeri yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Nyeri
dapat diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku. Nyeri
yang bersifat subjektif membuat perawat harus mampu dalam memberikan
asuhan keperawatan secara holistic dan menanganinya.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari laporan pendahuluan ini untuk mengetahui masalah kebutuhan
dasar manusia khususnya masalah gangguan rasa nyaman (nyeri)
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui defenisi nyeri
b. Mengetahui etiologi nyeri
c. Mengetahui patofisiologi dari nyeri
d. Mengetahui manifestasi klinik nyeri
e. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien
f. Mengathui penatalaksanaan nyeri
g. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien nyeri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Etiologi
a. Faktor Resiko
1) Nyeri Akut
Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
Menunjukkan kerusakan
Posisi untuk mengurangi nyeri
Muka dengan ekspresi nyeri
Gangguan tidur
Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang,
mengeluh)
2) Nyeri Kronis
Perubahan berat badan
Melaporkan secara verbal dan non verbal
Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri
sendiri
Kelelahan
Perubahan pola tidur
Takut cidera
Interaksi dengan orang lain menurun
b. Faktor Predisposisi
1) Trauma
2) Peradangan
3) Trauma psikologis
c. Faktor Presipitasi
1) Lingkungan
2) Suhu ekstrim
3) Kegiatan
4) Emosi
C. Patofiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-
zat kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan
di korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain
dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap
reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan
atau mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).
D. Manifēstasi klinik
1. Tanda dan Gejala
Gangguan tidur
Posisi menghindari nyeri
Gerakan menghindari nyeri
Raut wajah kesakitan (menangis, merintih)
Perubahan nafsu makan
Tekanan darah meningkat
Depresi
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal,
di antaranya adalah:
Arti Nyeri. Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan
hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi
lingkungan dan pengalaman.
Persepsi Nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat
subjektif dari seseorang yang merasakan nyeri. Dikarenakan perawat
tidak mampu merasakan nyeri yang dialami oleh pasien.
Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas
nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri.
Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara
lain alcohol, obat-obatan, hipnotis, gerakan atau garakan, pengalihan
perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor
yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan,
cemas, nyeri yang kunjung tidak hilang, sakit, dan lain-lain.
Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk
respon seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas,
menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang
dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperi arti nyeri, tingkat
perspepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial,
kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan
abdomen.
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal.
c. Pemeriksaan lab sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya.
d. CT-Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pemnuluh darah
yang pecah di otak.
F. Penatalaksanaan
a. Medis
Pemberian analgesik
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan
nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
Plasebo
Plasebo merupakan obat yang mengandung komponen obat analgesik
seperti gula, larutan garam/normal saline, atau air. Terapi ini dapat
menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan
pasien.
b. Keperawatan
Monitor TTV
Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri
ringan sampai sedang)
Kompres hangat
Mengajarkan teknik relaksasi
G. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Perilaku non Verbal
Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain
ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dll
Kalitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri.
Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
Faktor Persepsi
Beberapa factor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara lain
lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba
Intensitas
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau
dapat menggunakan skala dari 0-10
Waktu dan Lama
Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa lama,
bagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir
timbul
Hal yang perlu dikaji lainnya adalah karakteristik nyeri (PQRST)
P (Provokatif) : Faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya
nteri.
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, tersayat)
R (region) : daerah perjalanan penyakit
S (skala nyeri) : keperahan/intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeri
NIC :
Pemberian analgesik : menggunakan agens-agens farmakologi
untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.
Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat atau resep
atau obat bebas secara aman dan efektif.
Manajemen nyeri : meringankan atau mengurangi rasa nyeri
sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh
pasien.
Nyeri kronis
NOC :
Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap
kemudahan fisik dan psikologis
Tingkat depresi : keparahan alam perasaan melankolis dan
kehilangan minat dengan peristiwa hidup
Pengendalian diri terhadap depresi : tindakan individu untuk
meminimalkan melankolia dan mempertahankan minat dengan
peristiwa hidup
Nyeri : respon seimbang psikologis, keparahan respon seimbang
kognitif dan emosi yang dapat diamati atau dilaporkan terhadap
nyeri fisik
Pengendalian nyeri : tindakan pribadi untuk mengendalikan nyeri
Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang tampak atau dilaporkan
NIC :
Pemberian analgesic : penggunan agen farmakologis untuk
meredakan atau menghilangkan nyeri
Mobilitas perilaku : meningkatkan perubahan perilaku
Restrukturisasi kognitif : mendorong pasien untuk mengubah
distrorsi pola pikir dan memandang diri sendiri serta dunia secara
lebih realistis
Peningkatan koping : membantu pasien untuk beradaptasi
dengan presepsi stressor, perubahan, atau ancaman yang
menghambat pemenuhan tuntutan peran hidup.
Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat resep atau
obat bebas secara aman dan efektif
Manajemen alam perasaan : memberikan keamanan, stabilisasi,
pemulihan, dan pemeliharaan pada pasien yang mengalami
disfungsi alam perasaan baik depresi maupun peningkatan alam
perasaan
Manajemen nyeri : menghilangkan nyeri atau menurunkan nyeri
ketingkat yang lebih nyaman yang dapat ditoleransi oleh pasien.
Kontrak pasien : menegoisasi persetujuan dengan individu yang
menekankan perubahan perilaku bersama
Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien : memfasilitasi
pengendalian pemberian dan pengaturan analgesic oleh pasien
Fasilitasi tanggung jawab diri : mendorong pasien untuk lebih
bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri
DAFTAR PUSTAKA