Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan tahap dasar untuk
perkembangan selanjutnya yang disebut dengan masa kritis (critical period)
atau masa keemasan (golden age), sehingga pada masa ini membutuhkan
kecukupan nutrisi yang adekuat bagi tumbuh kembang anak.
Kecukupan nutrisi yang adekuat bagi anak banyak disalah artikan
sebagian masyarakat awam yang tidak mengerti kesehatan dengan memberi
makanan yang berlebihan pada anak dan membiarkan anak mengkonsumsi
jenis makanan yang dapat memicu terjadi gizi kurang dan gizi lebih (Martin,
2017).
Pada anak dengan gizi kurang dan gizi lebih juga dapat menyebabkan
berbagai masalah kesehatan yang mengganggu kualitas hidup seperti
gangguan tumbuh kembang. Tingginya angka kekurangan gizi dan kelebihan
gizi di Indonesia perlu mendapatkan perawatan yang mudah dan terjangkau
dengan layanan kesehatan yang berkualitas, salah satunya adalah melalui
pemberdayaan keluarga. Keluarga adalah orang pertama dan terdekat yang
mempengaruhi gaya hidup anak. Gaya hidup sehat yang tidak ditentukan
oleh pengasuhan dari keluarga atau keluarga lainnya yaitu termasuk diet,
perilaku makan dan aktivitas anak.
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi
yang cukup, malnutrisidapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan di antarapengambilan makanan dengan kebutuhan gizi
untuk mempertahankan kesehatan. Ini bias terjadi karena asupan makan
terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidakseimbang. Selain itu,
kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsimakanan
atau kegagalan metabolik (Oxford medical dictionary 2007: 524 ).
Masalah gizi anak usia sekolah disebabkan adanya ketidakseimbangan
antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh
interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007
menyebutkan bahwa masalah gizi pada anak usia sekolah yang utama
hingga saat ini adalah Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan Anemia Defisiensi Besi
(Depkes,2008).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Keluarga?
2. Definisi Anak Usia Sekolah ?
3. Bagaimana Nutrisi pada Keluarga dan Anak?
4. Bagaiamana Pola Makan pada Keluarga dan Anak?
5. Apa pengaruh modifikasi keluarga terhadap pemberdayaan keluarga ?

C. Tujuan dan Manfaat


Tujuan yang ingin dicapai adalah :
1) Mampu mengetahui definisi dari anak usia sekolah, nutrisi, pola makan
dan bagaimana pengaruh pemberdayaan keluarga modifikasi terhadap
pemberdayaan keluarga.
2) Sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang pemberdayaan keluarga.

Manfaat yang ingin dicapai adalah :


1) Membuat mahasiswa lebih mendalami ilmu tentang pentingnya
pemberdayaan keluarga
2) Membuat mahasiswa lebih mengerti tentang masalah pemberdayaan
keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kelurga
Menurut Departemen Kesehatan dalam Effendy (1998), mendefinisikan
keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat , terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Friedman dalam Suprajitno (2004), mendefinisikan bahwa
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing -
masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Definisi pemberdayaan keluarga atau family empowerment merupakaan
upaya untuk menjalankan peran sesuai dengan fungsinya dalam keluarga,
dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki anggota keluarga secara
maksimal, sehingga terbentuk ketahanan keluarga.
Fungsi keluarga menurut Effendi ( 1998), yaitu:
1. Fungsi biologis
a. Meneruskan keturunan.
b. Memelihara dan membesarkan anak.
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2. Fungsi psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
d. Memberikan identitas keluarga.
3. Fungsi sosialisasi
a. Membina sosialisi pada anak.
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c. Meneruskan nilai-nilai budaya.
4. Fungsi ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan keluarga
dimasa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan
hari tua dan sebagainya.
5. Fungsi pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan, dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat -tingkat perkembangannya.

B. Anak Usia Sekolah


Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun,
yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-
anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam
hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia
sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk
keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh
keterampilan tertentu.
Ciri-ciri Anak Usia Sekolah Menurut Hurlock (2002), orang tua, pendidik,
dan ahli psikologis memberikan berbagai label kepada periode ini dan label-
label itu mencerminkan ciri-ciri penting dari periode anak usia sekolah, yaitu
sebagai berikut:
1. Label yang digunakan oleh orang tua
a. Usia yang menyulitkan
Suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan
dimana ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya
daripada oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.
b. Usia tidak rapi
Suatu masa dimana anak cenderung tidak memperdulikan dan
ceroboh dalam penampilan, dan kamarnya sangat berantakan.
Sekalipun ada peraturan keluarga yang ketat mengenai kerapihan
dan perawatan barang-barangnya, hanya beberapa saja yang taat,
kecuali kalau orang tua mengharuskan melakukannya dan
mengancam dengan hukuman.
2 Label yang digunakan oleh para pendidik
a. Usia sekolah dasar
Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar
pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian
diri pada kehidupan dewasa, dan mempelajari berbagai keterampilan
penting tertentu, baik keterampilan kurikuler maupun ekstra kurikuler.
b. Periode kritis
Suatu masa di mana anak membentuk kebiasaan untuk
mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Sekali
terbentuk, kebiasaan untuk bekerja dibawah, diatas atau sesuai
dengan kemampuan cenderung menetap sampai dewasa.telah
dilaporkan bahwa tingkat perilaku berprestasi pada masa kanak-
kanak mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku berprestasi
pada masa dewasa.
3 Label yang digunakan ahli psikologi
a. Usia berkelompok
Suatu masa di mana perhatian utama anak tertuju pada
keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai angota
kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan
teman-temannya. Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan dengan
standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara, dan
perilaku.
b. Usia penyesuaian diri
Suatu masa dimana perhatian pokok anak adalah dukungan dari
teman-teman sebaya dan keanggotaan dalam kelompok.
c. Usia kreatif
Suatu masa dalam rentang kehidupan dimana akan ditentukan
apakah anak-anak menjadi konformis atau pencipta karya yang baru
yang orisinil. Meskipun dasar-dasar untuk ungkapan kreatif diletakkan
pada awal masa kanak-kanak, namun kemampuan untuk
menggunakan dasar-dasar ini dalam kegiatan-kegiatan orisinal pada
umumnya belum berkembang sempurna sebelum anak-anak belum
mencapai tahun-tahun akhir masa kanak-kanak.
d. Usia bermain
Bukan karena terdapat lebih banyak waktu untuk bermain
daripada dalam periode-periode lain hal mana tidak dimungkinkan
lagi apabila anak-anak sudah sekolah melainkan karena terdapat
tumpang tindih antara ciri-ciri kegiatan bermain anak-anak yang lebih
muda dengan ciri-ciri bermain anak-anak remaja. Jadi alasan periode
ini disebut sebagai usia bermain adalah karena luasnya minat dan
kegiatan bermain dan bukan karena banyaknya waktu untuk bermain.

4. Tugas Perkembangan Usia Sekolah


Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Havighurst dalam
Hurlock (2002) adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-
permainan yang umum.
2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk
yang sedang tumbuh.
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya d.Mulai
mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
4. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,
menulis dan berhitung.
5. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari.
6. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan
nilai.
7. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan
lembaga-lembaga.
8. Mencapai kebebasan pribadi
C. Nutrisi
Nutrisi merupakan proses pengambilan dan penggunaan zat gizi oleh
tubuh dan memerlukan nutrisi untuk kegiatan kelangsungan hidup. Nutrisi
yang diperlukan tubuh adalah nutrien yang terdapat dalam makanan karena
mengandung nutrien esensial bagi kelangsungan metabolisme sel tubuh.
Nutrien esensial yang diperlukan antara lain karbohidrat, protein, lemak, dan
vitamin. Proses pencernaan dan penyerapan nutrien esensial tersebut
sangat dipengaruhi oleh kemampuan kerja organ system pencernaan (Astuti,
2010).
1. Faktor faktor yang mempengaruhi nutrisi
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi
dapat mempengaruhi pola konsumsi makanan. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi
kesalahan dalam memahami kebutuhan nutrisi.
Kebiasaan Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan
terhadap makanan dapat mengakibatkan kurangnya nutrisi.
Misalnya, dibeberapa daerah terdapat larangan makan pisang dan
pepaya bagi para gadis remaja. Padahal, makanan tersebut sumber
vitamin yang sangat baik. Adapula larangan makan ikan bagi anak-
anak karena ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan.
b. Kesukaan
Kesukaan yang berlebih terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Misalnya,
mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food). Makanan ini tentu
saja dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka jika dikonsumsi
terlalu sering dan berlebihan karena tidak memiliki asupan gizi yang
baik.
c. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status nutrisi
karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang
tidak sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi
perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan
gizi keluarganya dibandingkan dengan masyarakat dengan kondisi
perekonomian rendah.
2. Jenis jenis nutrisi
a. Karbohidrat
Karbohidrat tersusun atas karbon, hidrogen, dan oksigen.
Karbohidrat dikelompokkan menjadi karbohidrat sederhana dan
kompleks. Karbohidrat sederhana tersususun atas gula sederhana,
dan karbohidrat tersusun lebih dari dua unit gula sederhana di dalam
satu molekul. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi utama
tubuh, karbohidrat juga memberikan rasa manis pada makanan
terutama monosakarida dan disakarida. Karbohidrat juga berperan
dalam menghemat penggunaan protein, mencegah terjadinya
oksidasi lemak yang tidak sempurna, membantu mengeluarkan
feses dengan mengatur peristaltik usus dan memberikan bentuk
pada feses.
b. Protein
Protein bagian penyusun tubuh yang paling besar setelah air.
Seperlima bagian dari tubuh terdiri dari protein. Separuh jumlah
protein terdapat dalam otot, seperlima di dalam tulang, dan tulang
rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya dalam jaringan
lain dan cairan tubuh. Unsur utama protein yakni nitrogen sebanyak
16% berat protein, yang tidak ada pada ikatan karbohidrat dan
lemak. Protein juga dapat mengandung unsur fosfor, besi, iodium,
dan kobalt. Protein juga memiliki fungsi membangun dan
memelihara sel-sel dan jaringan tubuh, membentuk ikatan-ikatan
esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas
tubuh yang bertibdak sebagai buffer, pembentukan antibody,
mengangkut zat-zat gizi, dan sebagai sumber energi.
c. Lemak
Lemak berfungsi sebagai sumber energy, sumber asam lemak
esensial, alat pengangkut vitamin yang larut dalam lemak,
menghemat penggunaan protein, dapat memberikan rasa kenyang
dan kelezatan, sebagai pelumas, menjaga suhu tubuh, dan
melindungi organ tubuh. Kebutuhan lemak yang dianjurkan WHO
(1990) menganjurkan konsumsi lemak sebanya 15-30% kebutuhan
energi total yang dianggap baik untuk kesehatan.
Di antara lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak
10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, dan 3-7%
dari lemak tidak jenuh ganda. Sumber utama lemak yaitu minyak
tumbuh-tumbuhan seperti minyak kelapa, kelapa sawit, kacang
tanah, kacang kedelai, jagung, mentega, margarine, dan lemak
hewan. Sumber lemak lainnya yaitu kacang-kacangan, biji-bijian,
daging, krim, susu, dan kuning telur serta makanan yang dimasak
dengan lemak atau minyak.
d. Vitamin
Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang dibutukan
dalam jumlah sangat kecil dan tidak dibentuk oleh tubuh. Vitamin
berfungsi ikut berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme
energy, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, umumnya sebagai
koenzim atau bagian dari enzim. Sebagian besar vitamin sebagai
koenzim berbentuk apoenzim, dimana vitamin berikatan dengan
protein. Kelompok vitamin: 1. Larut dalam lemak:vitamin A, D, E dan
K 2. Larut dalam air:vitamin B, dan C.
e. Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh da memegang peranan
penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel,
jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral
digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral
makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh lebih darin 100 mg
sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg
sehari. Fungsi umum mineral adalah sebagai bahan pembentuk
bermacam-macam jaringan tubuh, memelihara keseimbangan asam
dan basa di dalam tubuh, mengatalisis reaksi yang bertalian dengan
pemecahan karbohidrat, lemak, protein dan lemak.
D. Pola Makan
1. Pengertian Pola Makan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan
jumlah dan jenis makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).
Pengertian pola makan menurut Handajani adalah tingkah laku
manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi makanan yang
meliputi sikap, kepercayaan, danpilihan makanan, sedangkan
menurutSuhardjo pola makan di artikansebagai cara seseorang atau
sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsi
makanan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial
dan menurut seorang ahlimengatakan bahwa pola makan di definisikan
sebagai karateristik dari kegiatanyang berulang kali makan individu atau
setiap orang makan dalam memenuhi kebutuhan makanan
(Sulistyoningsih, 2011).
Secara umum pola makan memiliki 3 (tiga) komponen yang terdiri dari:
jenis, frekuensi, dan jumlah makanan.
a. Jenis makan
Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap
hariterdiri dari makanan pokok, Lauk hewani,Lauk nabati, Sayuran ,
dan Buah yangdikonsumsi setiap hari Makanan pokok
adalahsumber makanan utama di negara indonesia yang
dikonsumsisetiap orang atau sekelompok masyarakat yang terdiri
dari beras, jangung, sagu, umbi-umbian, dan tepung
(Sulistyoningsih, 2011).
b. Frekuensi makan
Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari meliputi
makan pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan
(Depkes, 2013).
c. Jumlah makan
Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakandalam
setiap orangatau setiap individu dalam kelompok (Willy,2011).
2. Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan
Pola makan yang terbentuk gambaran sama dengan kebiasaan
makan seseorang. Secara umum faktor yang mempengaruhi
terbentuknya pola makan adalah faktor ekonomi, sosial budaya, agama,
pendidikan, dan lingkungan (Sulistyoningsih, 2011).
a. Faktor ekonomi
Ekonomi mencukup dalam peningkatan peluang untuk daya beli
pangan dengan kuantitas dan kualitas dalam pendapatan
menurunan daya beli pangan secara kualitas maupun kuantitas
masyarakat. Pendapatan yang tinggidapat mencakup kurangnya
daya beli denganh kurangnya pola makan masysrakatsehingga
pemilihan suatu bahan makanan lebih di dasarkan dalam
pertimbangan selera dibandingkan aspek gizi. Kecenderungan
untuk mengkonsumsi makanan import (Sulistyoningsih, 2011).
b. Faktor Sosial Budaya
Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan dapat dipengaruhi
oleh faktor budaya sosial dalam kepercayaan budaya adat daerah
yang menjadi kebiasaan atau adat. Kebudayaan di suatu
masyarakat memiliki cara mengkonsumsi pola makan dengan cara
sendiri. Dalam budaya mempunyai suatu cara bentuk macam pola
makan seperti:dimakan, bagaimana pengolahanya, persiapan dan
penyajian, (Sulistyoningsih, 2011).
c. Agama
Dalam agama pola makan ialah suatu cara makan dengan diawali
berdoa sebelum makan dengan diawali makan mengunakan tangan
kanan (Depkes RI, 2008).
d. Pendidikan
Dalam pendidikan pola makan iala salah satu pengetahuan, yang
dipelajari dengan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan
dan penentuan kebutuhan gizi (Sulistyoningsih, 2011).
b. Lingkungan
Dalam lingkungan pola makan ialah berpengaruh terhadap
pembentuk perilaku makan berupa lingkungankeluarga melalui
adanya promosi, media elektroni, dan media cetak (Sulistyoningsih,
2011).
c. Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ialah suatu cara seseorang yang mempunyai
keterbiasaan makan dalam jumlah tiga kali makan dengan frekuensi
dan jenis makanan yang dimakan. (Depkes, 2009).
BAB III
TELAAH JURNAL
A. Referensi
1. Judul : Pengaruh Family Empowerment Modified Model Terhadap Tingkat
Family Empowerment,Pola Makan Dan Status Nutrisi Pada Anak Usia
Sekolah.
2. Tahun Terbit : 2018
3. Lembaga Penerbit : Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti
4. Volume : No 6 Vol 2

B. Pendahuluan

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan tahap dasar untuk


perkembangan selanjutnya yang disebut dengan masa kritis (critical period)
atau masa keemasan (golden age), sehingga pada masa ini membutuhkan
kecukupan nutrisi yang adekuat bagi tumbuh kembang anak. Kecukupan
nutrisi yang adekuat bagi anak banyak disalahartikan sebagian masyarakat
awam yang tidak mengerti kesehatan dengan memberi makanan yang
berlebihan pada anak dan membiarkan anak mengkonsumsi jenis makanan
yang dapat memicu terjadi gizi kurang dan gizi lebih (Martin, 2017).

Kelebihan berat badan dan gizi kurang dan gizi lebih dipandang sebagai
tren tanda kesuksesan seseorang atau keluarga, dengan mempunyai anak-
anak yang berbadan gemuk menandakan keluarga tersebut makmur
(Rombemba, 2016). Tren dan gaya hidup tentang kelebihan berat badan dan
gizi kurang dan gizi lebih yang tidak tepat di masyarakat menyebabkan
kecenderungan peningkatan angka gizi kurang dan gizi lebih dari tahun ke
tahun pada berbagai kelompok usia, termasuk pada anak-anak (Pangesti,
2016). Gizi kurang dan gizi lebih pada anak-anak sebagai suatu peningkatan
yang mengkhawatirkan dalam beberapa dekade terakhir (Scerri dan
Ventura, 2010).

Gizi kurang dan gizi lebih pada masa kanak-kanak merupakan krisis
kesehatan masyarakat yang besar secara nasional dan internasional (Karnik
dan Kanekar, 2012). Anak-anak dengan berat badan berlebih berisiko tinggi
menjadi remaja dan orang dewasa yang kelebihan berat badan,
menempatkan mereka pada risiko terkena penyakit kronis seperti penyakit
jantung dan diabetes di kemudian hari (Marks, 2015). Obesity dan
overweight pada anak cenderung lebih mengalami stres, sedih, dan rendah
diri (Benarich, 2016).

Gizi kurang dan gizi lebih disebabkan berbagai faktor yaitu makanan,
aktivitas, genetik, umur dan psikologis (Seharto, 2004). Faktor resiko utama
yang menyebabkan gizi kurang dan gizi lebih adalah faktor perilaku yaitu
pola makan yang tidak sehat ditambah dengan konsumsi serat (buah dan
sayur) tidak mencukupi, fisik yang tidak aktif (Dewi, 2015).

C. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah semi-eksperimen satu kelompok desain pre
dan post test dengan 172 responden diambil dengan teknik purposive
sampling. Pemberdayaan Keluarga diukur dengan menggunakan Skala
Pemberdayaan Keluarga (FES) sebelum dan sesudah model modifikasi
pemberdayaan keluarga. Model pemberdayaan keluarga dilakukan pada
satu waktu dan mengevaluasi dalam 2 bulan untuk keluarga. Analisis data
dianalisis menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei- Agustus 2018 yang
dilaksanakan di SDN Jedong 1 dan SDN Jedong 2 Kecamatan Wagir
Kabupaten Malang. Alasan pengambilan lokasi ini adalah di Wilayah
Kerja Puskesmas Wagir terdapat wilayah kelompok yang beresiko
mengalami stunting. Wilayah SDN Jedong 1 dan Jedong 2 tidak
terlampau jauh. Wilayah SDN Jedong 1 terletak di jalan Raya Jedong no
146, Kroboyokan Kecamatan Wagir. Ketenagaan yang dimiliki di SDN ini
terdapat 11 orang yang terdiri dari 9 orang (guru sekolah) dan
administrasi. Sedangkan di SDN Jedong 2 terletak di Jalan Raya
Jedong no 270 Krobyokan Kecamatan Wagir. Ketenagaan yang dimiliki
di SDN ini terdapat 9 orang yang terdiri dari 7 orang (guru sekolah) dan
administrasi.
2. Hasil
Tingkat pemberdayaan keluarga dari kelompok kontrol sebelum
intervensi sebagian besar adalah 73 orang (85%) dan sebagian kecil
yang baik adalah 13 orang (15%) dengan rata-rata ± SD 89,54 ± 5,91.
Tingkat pemberdayaan keluarga dalam kelompok perlakuan pada pra-
mayoritas adalah 73 orang (85%) dan sebagian kecil kurang dari 3
orang (3%) dengan rata-rata ± SD 89,02 ± 5,65. Setelah intervensi
menjadi cukup besar sebanyak 70 orang (81%) dan sebagian kecil
sudah cukup sebanyak 16 orang (19%) dengan rerata ± SD 90,17 ±
5,28. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Modifikasi
Pemberdayaan Keluarga dapat meningkatkan tingkat pemberdayaan
keluarga ((Z = 2.226 dan α = 0.000). Status gizi kelompok kontrol
sebelum intervensi sebagian besar adalah 54 orang (63%) dan sebagian
kecil obesitas adalah 32 orang (37%) dengan rata-rata ± SD 16,08 ±
3,69. Status gizi kelompok perlakuan pada pra-mayoritas adalah 61
orang (71%) dan proporsi kecil kurang dari 25 orang (29%) dengan rata-
rata ± SD 16,6 ± 3,2. Setelah intervensi menjadi tipis, kebanyakan dari
mereka adalah 34 orang (40%) dan sejumlah kecil kurang dari 23 orang
(26%) dengan rata-rata ± SD 17,54 ± 3,21. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa status gizi dapat meningkatkan tingkat
pemberdayaan keluarga (Z = 2,140 dan α = 0,000).

E. Kesimpulan
Menurut hasil penelitian ini dan karena peningkatan pengetahuan
dan pemahaman keluarga tentang model diet. Keluarga adalah orang
pertama dan terdekat yang mempengaruhi gaya hidup anak, itu akan
menjadi keseimbangan dalam pemenuhan gizi anak.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Peran dan Fungsi Pemberdayaan Keluarga


Pemberdayaan keluarga atau family empowerment merupakaan upaya
untuk menjalankan peran sesuai dengan fungsinya dalam keluarga, dan
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki anggota keluarga secara
maksimal, sehingga terbentuk ketahanan keluarga.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa family empowerment
merupakan salah satu cara yang sangat berguna untuk mengatasi gizi
kurang dan gizi lebih pada anak yang direkomendasikan (Davison 2013).
Peran orang tua sebagai agen of change melalui family empowerment
dapat mengubah kebiasaan anak dengan gizi kurang dan gizi lebih untuk
menjalani pola makan dan aktivitas yang sehat sehingga berpengaruh
terhadap index massa tubuh anak usia sekolah.
Masalah psikososial juga dapat menjadi akibat dari gizi kurang dan gizi
lebih pada anak dengan mengalami krisis kepercayaan diri, sedih dan stress
sehingga mengganggu prestasi belajar anak dan proses perkembangan anak
terutama sosialisasi anak dalam jangka panjang akibat yang ditimbulkan dari
gizi kurang dan gizi lebih pada anak akan berdampak pada mutu generasi
masa depan bangsa. Hal itulah yang mendorong pentingnya pemberdayaan
keluarga untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan dari gizi kurang dan gizi
lebih pada anak.
Pemberdayaan keluarga merupakan hal penting untuk membangun
keluaraga yang sehat dan menyadari sedini mungkin tentang asupan
makanan yang dikonsumsi setiap harinya guna mencegah terjadinya
malnutrisi atau gizi kurang dan lebih.
Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mendukung anggota keluarga
terutama memeberikan perhatian pada anak-anak untuk mengonsumsi
makanan dengan gizi seimbang sesuai kebutuhan guna menghindari
terjadinya gizi kurang dan gizi lebih dalam memberikan beraneka ragam
makanan dengan gizi seimbang mengingat tidak ada bahan makanan yang
sempurna kandungan gizinya. Mengonsumsi aneka makanan bisa menjamin
pemenuhan kebutuhan tubuh akan gizi seperti karbohidrat, lemak, protein,
vitamin dan mineral.
Makanan beragam dan seimbang adalah pilihan makanan keluarga yang
mengandung semua zat gizi yang diperlukan seluruh keluarga dalam jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggota keluarga.
Jika pemberdayaan keluarga sudah berjalan dengan baik untuk
mengatasi ditimbulkan gizi kurang dan gizi lebih pada anggota keluarga
terutama pada anak maka akan mengurangi potensi masalah kesehatan
dalam keluraga.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
B. Kesimpulan
Menurut hasil penelitian ini dan karena peningkatan pengetahuan dan
pemahaman keluarga tentang model diet. Keluarga adalah orang
pertama dan terdekat yang mempengaruhi gaya hidup anak, itu akan
menjadi keseimbangan dalam pemenuhan gizi anak.
C. Saran
Menurut kami peran keluarga disini sangat penting dalam memenuhi
tingkat pemberdayaan dalam keluarga salah satunya mengenai gaya
hidup anak untuk tercapainya status gizi anak.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani P. H, Hanim M. (2018). Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Jakarta:


Puspa Suara.

Dewi, M.C. (2015). Faktor-faktor yang menyebabkan gizi kurang dan gizi lebih
pada anak. Majority ECG

Kemenkes. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta Kemnkes RI

Rombemba, F.R. (2016). Pandangan orang tua mengenai intervensi aktivitas


fisik dan diet pada siswa gizi kurang dan gizi lebih di sekolah dasar.
Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik.

Santoso, S. (2014). Kesehatan dan Gizi. Cetakan kedua. Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya.

Anda mungkin juga menyukai