Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Parotitis epidemika ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang

kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu

pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotitis. Pada saluran kelenjar ludah

terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran.

Menyerang pada anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).

Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban.Virus

menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang bercampur dengan saliva,

dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya imunisasi, bukan pada

menyusutnya imunitas.(2) Parotitis merupakan penyakit endemik pada komunitas

besar, dan menjadi endemik setiap kurang lebih 7 tahun. Relatif jarang terjadi

epidemi, terbatas pada kelompok yang berhubungan erat , yang hidup dalam rumah,

perkemahan, barak-barak tentara, atau sekolah. Ada penurunan insiden sejak

pengenalan vaksin parotitis epidemika pada tahun 1968. Dalam setahun, parotitis

banyak terjadi pada musim dingin. Golongan umur yang terkena 5 – 15 tahun.

Juga ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Parotitis kadang juga terjadi pada

usia dibawah 4 tahun dan diatas 40tahun. Namun meskipun demikian, pada daerah

yang terisolasi atau daerahyang tidak ada sejarah pernah endemik parotitis ditemukan

kejadian parotitis pada usia dibawah 1 tahun sebesar 17% dan umur 3 – 4 tahun

sebesar 70% -80%. Gender juga berpengaruh terhadap angka kejadian parotitis. Laki-

laki lebih sering terkena parotitis dibandingkan perempuan.

1
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari group paramyxovirus,

yang juga termasuk di dalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle

disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ.

Virus ini mempunyai dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu :

antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen

V yang berasal darihemaglutinin permukaan (2)Virus ini aktif dalam lingkungan yang

kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan.

Paramyxovirus dapat hancur pada suhu < 4 ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan

cahaya ultraviolet selama 30 detik.

2
BAB II

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An. Alda / Perempuan / 14 tahun

b. Pendidikan/Pekerjaan : SMP

c. Alamat : RT 8 Tambak Sari

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga

a. Status Perkawinan : Belum menikah

b. Jumlah saudara : 1 saudara

c. Kondisi Rumah :

- Lantai rumah dari semen, ventilasi udara dan sirkulasi udar a

baik, pencahayaan baik.

- WC dalam rumah

- Listrik ada

- Rumah dihuni oleh 4 orang yang terdiri dari pasien, ibu, ayah

dan 1 saudaranya.

d. Kondisi Lingkungan Keluarga :

- Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk.

- Lingkungan sekitar cukup bersih.

3
III. Aspek Psikologis di Keluarga : baik

IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :

 Riwayat imunisasi MMR (-).

 Keluarga tidak ada sakit seperti ini.

V. Keluhan Utama :

Nyeri telinga kiri sejak + 2 hari sebelum datang ke Puskesmas Pakuan Baru.

VI. Keluhan Tambahan :

Adanya benjolan di dekat telinga kanan sejak + 2 hari sebelum datang ke

Puskesmas.

VII. Riwayat Perjalanan Penyakit : (autoanamnesa)

Pasien dibawa ibunya ke Puskesmas Pakuan Baru dengan keluhan nyeri pada

telinga kanan sejak + 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan setelah timbulnya benjolan di

dekat telinga kanan sejak + 2 hari yang lalu. Benjolan terasa nyeri, terutama saat

membuka mulut. Sebelumnya, pasien mengeluh demam tinggi, demam turun setelah

pasien mengkonsumsi obat penurun panas yang dibeli di apotik. 1 hari ini benjolan

juga dirasakan di telinga sebelah kiri, terasa panas, nyeri (-). Keluhan pegal-pegal otot

juga dirasakan pasien. Tidak ada keluhan telinga berdenging, keluar cairan dari

telinga, pendengaran berkurang ataupun pusing berputar. Tidak ada keluhan nyeri

tenggorokan saat menelan. ± 2 minggu yang lalu temannya ada yang mengalami

keluhan yang yang sama seperti pasien

4
VIII. Riwayat Imunisasi
BCG :+ Campak :+
Polio :+ Hepatitis :+
DPT :+ Kesan : imunisasi lengkap

IX. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : kompos mentis

Tanda-tanda Vital
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Respirasi : 28 x/menit
 Nadi : 88 x/menit
 Suhu : 38 ◦ C
 BB : 30 kg
Kepala : Mata : CA (-/-), SI (-/-), RC (+/+)

Telinga : Daun telinga dan liang telinga tidak tampak

kelainan.

Membran timpani Kanan Kiri


Hiperemis - -
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - -
Bula - -
Sekret - -

5
Hidung : tidak ada kelainan

Tenggorokan :

Bibir : Mukosa bibir basah


Mulut : Mukosa mulut basah, bau mulut (-)
Gigi : Tidak ada karies

Lidah : Tidak ada ulcus, warna merah muda


Uvula : Bentuk normal, hiperemis (-), edema (-)

Palatum mole : Ulkus (-), hiperemis (-)


Palatum durum : Ulkus (-), hiperemis (-)

Faring : hiperemis (-)

Leher : Teraba massa di regio anteroinferior auricula dektra

dan sinistra, nyeri tekan (+), perabaan hangat,

warna lebih eritem dibandingkan kulit sekitarnya,

mobilitas (-).

Thorax : Vesikuler (+) N, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen : BU (+) N, NT (-), NL (-), H/L tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat

X. Diagnosis Kerja

Parotitis

XI. Manajemen

a. Preventif :

1. Imunisasi MMR

6
2. Hindari kontak dengan pasien parotitis

b. Promotif :

Menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya, cara penularannya

serta komplikasinya.

c. Kuratif :

Nonmedikamentosa

1. Meningkatkan daya tahan tubuh pasien dengan mengatur pola makan

yang bergizi dan istirahat teratur.

Medikamentosa

1. Parasetamol tablet 500 mg 3 x 1 sehari

2. Vitamin B complex 3 x 1 sehari

3. Vitamin C 3 x 1 sehari

d. Rehabilitatif

 Mengkonsumsi makanan bergizi dan vitamin untuk mempercepat

pemulihan daya tahan tubuh.

7
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Pakuan Baru
dr. Nia Ananda SIP. G1A213047 STR 012/03/2015
Jl. Jend Sudirman No.75 Jambi Selatan

Jambi, 20 Maret 2015

R/ Parasetamol tab mg 500 no. X

S 3 dd tab I

R/ Vitamin Bcomp tab no. X

S 3 dd tab I

R/ Vitamin C tab mg 50 no. X

S 3 dd tab I

Pro : An. Alda

Umur : 14 tahun

Alamat : RT. 8 Tambak Sari

8
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Parotitis epidemika ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang

kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu

pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotitis. Pada saluran kelenjar ludah

terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran.

Menyerang pada anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).1-5

3.2 Epidemiologi

Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban.Virus

menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang bercampur dengan saliva,

dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya imunisasi, bukan pada

menyusutnya imunitas.(2) Parotitis merupakan penyakit endemik pada komunitas

besar, dan menjadi endemik setiap kurang lebih 7 tahun. Relatif jarang terjadi

epidemi, terbatas pada kelompok yang berhubungan erat , yang hidup dalam rumah,

perkemahan, barak-barak tentara, atau sekolah. Ada penurunan insiden sejak

pengenalan vaksin parotitis epidemika pada tahun 1968. Dalam setahun, parotitis

banyak terjadi pada musim dingin. Golongan umur yang terkena 5 – 15 tahun.

Juga ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Parotitis kadang juga terjadi pada

usia dibawah 4 tahun dan diatas 40tahun. Namun meskipun demikian, pada daerah

9
yang terisolasi atau daerahyang tidak ada sejarah pernah endemik parotitis ditemukan

kejadian parotitis pada usia dibawah 1 tahun sebesar 17% dan umur 3 – 4 tahun

sebesar 70% -80%. Gender juga berpengaruh terhadap angka kejadian parotitis. Laki-

laki lebih sering terkena parotitis dibandingkan perempuan.1-6

3.3 Etiologi

Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari group paramyxovirus,

yang juga termasuk di dalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle

disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ.4-8

Virus ini mempunyai dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu :

antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen

V yang berasal darihemaglutinin permukaan (2)Virus ini aktif dalam lingkungan yang

kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan.

Paramyxovirus dapat hancur pada suhu < 4 ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan

cahaya ultraviolet selama 30 detik.4-8

3.4 Patogenesis

Masa inkubasi 15 sampai 21 hari kemudian virus berreplikasi di dalam traktus

respiratorius atas dan nodus limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui

aliran darah ke organ-organ lain, termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara,

thyroidea, jantung, hati, ginjal, dan saraf otak. Setelah masuk melalui saluran

respirasi, virus mulai melakukan multiplikasi atau memperbanyak diri dalam sel

10
epithel saluran nafas. Virus kemudian menuju ke banyak jaringan serta menuju ke

kelenjar ludah dan parotis. Bila testis terkena maka terdapat perdarahan kecil dan

nekrosis sel epitel tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat

degenerasi dan nekrosis jaringan. Adenitis kelenjar liur merupakan manifestasi dari

viremia awal. Viruria biasanya terjadi, dan disertai oleh gangguan ginjal.5-8

3.5 Gejala Klinis

Masa inkubasi berkisar antara 14 - 21 hari, dengan puncak pada 17 -18 hari

dan rata-rata selama 18 hari. Batasan paling lama untuk masa inkubasi yaitu 8 sampi

30 hari. Pada anak, manifestasi prodormal jarang tetapi mungkin bersama dengan

demam, nyeri otot (terutama pada leher), nyeri kepala, anorexia, dan malaise. Suhu

tubuh biasanya naik sampai 38,5 – 39,50C, kemudian timbul pembengkakan kelenjar

parotitis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian bilateral. Pembengkakan

tersebut terasa nyeri baik spontan maupun pada perabaan, terlebih-lebih jika

penderita makan atau minum sesuatu yang asam, ini merupakan gejala khas

untuk penyakit parotitis epidemika. Ciri khas lain adalah kelenjar parotitis

membengkak sampai kebelakang. Pembengkakan dapat terjadi dengan cepat biasanya

puncaknya pada 1-3 hari dan pembengkakan menghilang dalam satu minggu

setelah pembengkakan maksimal. Pembengkakan jaringan mendorong lobus telinga

keatas dan keluar dari sudut mandibula tidak lagi dapat dilihat. Kulit diataskelenjar

yang membengakak tidak hangat atau eritem, ber lawanan dengantanda yang

ditemukan pada parotitis bakteri. Pembengkakan perlahan-lahan menghilang dalam

11
8-10 hari. Satu kelenjar parotis biasanya membengkak sehari atau dua hari sebelum

yang lain, tetapi lazimnya pembengkakan terbatas pada satu kelenjar.6-8

3.6 Diagnosis

1. Anamnesis

Pada anamnesis didapatkan keluhan yaitu demam, nafsu makan turun,sakit

kepala, muntah, sakit waktu menelan dan nyeri otot. Kadang dengan keluhan

pembengkakan pada bagian pipi yang terasa nyeri baik spontan maupun dengan

perabaan , terlebih bila penderita makan atauminum sesuatu yang asam.7-8

2. Klinis

a. Panas ringan sampai tinggi (38,5 – 39,5)°C

b. Keluhan nyeri didaerah parotis satu atau dikedua belah pihak

disertai pembesaran

c. Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksia dan rasa

malas.

d. Kontak dengan penderita kurang lebih 2-3 minggu sebelumnya (masa

inkubasi 14-24 hari).

e. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum anak bervariasi dari tampak aktif

sampai sakit berat.

f. Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan

mastoid).5-8

12
3.7 Differensial Diagnosis

a. Parotitis yang disebabkan oleh infeksi HIV, influenza, parainfluenza 1 dan 3

dan sitomegalovirus.

b.Pembesaran kelenjar parotis asimptomatik. Disebabkan oleh kelainan metabolik

dan nutrisi seperti diabetes mellitus, kwasiorkor, malnutrisi, obesitas dan

sirosis.

c. Pembesaran kelenjar parotis simptomatik Pembesaran kelenjar parotis akibat

operasi.

d.Parotitis supuratif. Disebabkan oleh bakteri dan ditemukan pus yang keluar dari

duktus kelenjar. Penyebabnya dari otitis media atau mastoiditis.

e. Parotitis berulang. Suatu keadaan yang sebabnya belum diketahui, tapi

mungkin bersifat alergi yang sering berulang dan mempunyai sialogram

khas.

f. Kalkulus salivarus. Menyumbat saluran parotis atau lebih sering saluran

sub mandibularis,menyebabkan pembengkakan intermitten.

g.Limfo sarkoma atau tumor parotis.

h.Adenitis servikal, disebabkan oleh streptokokus, difteria bullneck,

mononukleosisinfeksiosa, cat-scrach disease, angina ludwig dan selulitis

kanalis auditorius eksterna.

i. Reaksi obat. Obat sulfonamid atau yodium organik bisa menimbulkan

pembengkakan parotid dan kelenjar salivaria lain disertai nyeri tekan.

Parotitisiodium, biasanya terjadi setelah prosedur seperti urografi intravena.

13
Obat antihipertensi seperti guanetidin dapat menyebabkan pembengkakan

parotis.

j. Sindroma Sjorgen. Merupakan inflamasi kronik parotis dan kelenjar liur lainnya

yang seringkali disertai dengan atrofi kelenjar lakrimalis dan paling

seringterjadi pada wanita pascamenopause5-8.

3.8 Pemeriksaan Laboratorium

1. Darah rutin.

Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia

ringan dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan

leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang. 3-8

2. Amilase serum

Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung

dengan pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang

lebih 2 minggu.3-8

3. Pemeriksaan serologis

Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan

adanya infeksi virus, yaitu: Hemaglutination inhibition (HI) test, Neutralization

(NT) test3-8

4. Pemeriksaan Virologi

14
3.9 Pengobatan3-8

Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited

(sembuh/hilangsendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu.

Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus “Mumps” oleh karena itu

pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.

1. Penderita rawat jalan.

Penderita baru dapat dirawat jalan bila : tidak ada

komplikasi, keadaan umum cukup baik.

a. Istirahat yang cukup

b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup

c. Medikamentosa

Analgetik-antipiretik bila perlu : metampiron : anak > 6 bulan 250 –

500 mg/hari maksimum 2 g/hari, parasetamol : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi

dalam 3 dosis.

2. Penderita rawat inap.

Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala

hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasia. Diit lunak, cair dan

TKTP , Analgetik-antipiretik, Penanganan komplikasi tergantung jenis

komplikasinya.

3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi.

Encephalitis- simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi

berguna untuk mengurangi sakit kepala. b. Orkhitis- istrahat yang cukup

15
pemberian analgetik - sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24

jam, peroral,selama 2-4 hari.(1,4,6,8)c. Pankreatitis dan ooporitis-

Simptomatik saja.

3.10Komplikasi 1-6

1. Meningoensepalitis.

Dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan

kelenjar parotis. Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri

kepala ringan,yang kemudian disusul oleh muntah -muntah, gelisah

dan suhu tubuhyang tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan

komplikasi yang sering pada anak-anak. Meningoencepalitis parotitis secara

klinis tidak dapat dibedakan dengan meningitis sebab lain, ada kekakuan

leher sedang, tetapi pemeriksaan lain biasanya normal. Pemeriksaan

pungsi lumbal menunjukan tekanan yang meninggi, pemeriksaan Nonne dan

Pandy positif, jumlah selterutama limfosit meningkat, kadar protein meninggi,

glukosa dan Cairan cerebrospinal baisanya berisi sel kurang dari 500 sel/mm

walaupun kadang-kadang jumlah sel dapat melebihi 2.000. Selnyahampir

selalu limfosit, berbeda dengan meningitis aseptik enterovirus dimana leukosit

polimorfonuklear sering mendominasi pada awal penyakit.

16
2. Ketulian

Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya

rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan

pendengaran mungkin sementara atau permanen.

3. Orkitis

Komplikasi dari parotitis dapat berupa orkitis yang dapat terjadi padamasa

setelah puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut

bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering terinfeksi

dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan

kecil. Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan

ini dapat berlangsung dalam 3 – 14 hari. Testis yang terkena menjadi nyeri

dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4

hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi. Gangguan fertilitas

diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.

4. Ooforitis

Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita

wanita pasca pubertas.

5. Pankreatitis

Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.

Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam

tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat mumps.

Manifestasi klinisnya sering menyerupai gejala-gejala gastroenteritis sehingga kadang

17
diagnosis dikelirukan dengangastroenteritis. Pankreatitis ringan dan asimptomatik

mungkin terdapat lebih sering (sampai 40% kasus), terjadi pada akhir minggu

pertama.

6. Nefritis

Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita danviruria

terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum diketahui.

Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat

terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan kelainan

pada ginjal.

7. Tiroiditis

Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi

pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan

selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.

8. Miokarditis

Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan

miokardium mungkin lebih sering dari pada yang diketahui. Miokarditis ringan

dapat terjadi dan muncul 5 – 10 hari pada parotitis..Gambaran

elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi

gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising

sistolik.(3,7)

18
9. Artritis

Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai

dengan pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna.

Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang

sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1sampai 2 minggu setelah

berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkenaadalah sendi besar khususnya

paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1 sampai 12 minggu dan sembuh

sempurna.

10. Kelainan pada mata

Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya

bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala

bervariasi dari kehilangan pengelihatan sampai kekaburan ringan dengan

penyembuhan dalam 10 – 20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia,

keluar air mata,kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari;

skleritis,tenonitis, dengan akibat eksoftalmus ; trombosis vena sentral.

11. Embriopati parotitis

Tidak terdapat bukti yang kuat bahwa infeksi ibu menciderai janin,

kemungkinan hubungan endokardial fibroelastosis belum ditegakkan. Parotitis pada

awal kehamilan kemungkinan dapat terjadi abortus

19
3.11 Prognosis5-8

Parotitis merupakan penyakit self-limited, dapat sembuh sendiri.

Prognosis parotitis adalah baik, dapat sembuh spontan dan komplit serta

jarang berlanjut menjadi kronis. Sterilitas karena orkhitis jarang terjadi.

3.12Pencegahan 4-7

Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi

pasif dan imunisasi aktif.

1. Pasif.

Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau

mengurangi komplikasi.

2. Aktif.

Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis

epidemika yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck,sharp and

dohme) diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan.Vaksin ini tidak

menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan

tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama

vaksin campak danrubella. Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat

efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps”

padaindividu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi

15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun

dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan

20
poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak. Kontraindikasi:

Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu dengan

riwayat hipersensitivitas terhadap komponenvaksin; demam akut; selama

kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma;sedang diberi obat-obat

imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedangmendapat radiasi. Belum

diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikansetelah pemaparan,

tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin“Mumps” dalam situasi

ini.

21
BAB IV

ANALISA KASUS

Pengamatan Rumah :

Rumah terbuat permanen dengan ukuran 8x10 m2. Didalam rumah tersebut
terdapat ruang tamu dengan 2 buah jendela dengan masing-masing berukuran 60x80
cm2, 2 buah ventilasi dengan satu buah ventilasi diatas pintu masuk menuju
rumah,masing-masing berukuran 60x30m2. Terdapat 1 buah kamar tidur dengan
kamarnya berukuran antara 2x3m2, kamar tersebut tidak memiliki ventilasi udara.

Lantai rumah os terbuat dari semen, penataan alat atau perabot rumah tangga
tidak tertata dengan rapi. Dapur tempat ibu os memasak tidak begitu luas, keluarga
pasien memasak dengan menggunakan minyak tanah. Di belakang dapur terdapat
kamar mandi, tempat penampungan air dan tempat mencuci piring. Sumber air dari
sumur untuk memasak namun untuk air minum, pasien menggunakan fasilitas air
minum isi ulang.

Pengamatan Lingkungan:
Keluarga os hidup dilingkungan tempat tinggal di rumah kurang bersih dan
tidak tertata dengan rapi. Keadaan disekitar rumah kurang bersih. Pembuangan
sampah dan limbah di nilai kurang baik.

Berdasarkan Hasil wawancara /pengamatan Keluarga /hubungan keluarga:


Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya dan 1 adik pasien.

Hasil wawancara /pengamatan perilaku kesehatan:

22
Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien menderita sakit seperti ini setelah ±

2 minggu yang lalu kontak dengan penderita parotitis.

Analisis pasien secara holistik


Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah

Pada anamnesis didapatkan keluhan utama nyeri telinga sejak 2 hari sebelum
datang ke Puskesmas

Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit

Parotitis epidemika ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang

kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu

pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotitis. Pada saluran kelenjar ludah

terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran.

Menyerang pada anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).

Virus menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang

bercampur dengan saliva, dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya

imunisasi, bukan pada menyusutnya imunitas.

Pada pasien ini dari anamnesa didapatkan bahwa sebelumnya pasien ada kontak

dengan penderita parotitis dan pasien belum pernah mendapatkan imunisasi MMR.

Golongan umur yang terkena 5 – 15 tahun. Pada kasus ini pasien berusia 14

tahun.

23
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari group paramyxovirus,

yang juga termasuk di dalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle

disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ.

Pada pasien ini didiagnosa parotitis karena berdasarkan anamnesa didapatkan

keluhan nyeri telinga kiri dan tidak disertai keluhan telinga yang lainnya seperti

pendengaran berkurang, telinga berdenging ataupun keluar cairan dari telinga.

Keluhan disertai adanya benjolan di dekat telinga kiri yang terasa nyeri, terutama saat

membuka mulut. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya massa di regio

anteroinferior auris sinistra yang nyeri tekan, hangat pada perabaan, mobilisasi (-),

warna lebih eritem dibandingkan kulit sekitarnya.

Terapi yang diberikan bersifat simptomatik untuk mengurangi gejala, dengan

pemberian analgetik antipiretik. Diberikan juga vitamin Bcomplex dan vitamin C

untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh. Parotitis disebabkan oleh virus

paromyxovirus, bersifat self limited. Tidak ada antivirus yang spesifik untuk

mengobati penyakit ini.

Rencana Promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan kepada


keluarga:
1. Menjelaskan pada pasien dan keluarganya bahwa penyakit yang diderita
merupakan penyakit peradangan pada kelenjar ludah dan penyakit ini
disebabkan oleh virus.
2. Virus menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang

bercampur dengan saliva, dan urin.

Rencana Edukasi penyakit kepada pasien dan kepada keluarga:

24
3. Imunisasi MMR

4. Meningkatkan daya tahan tubuh pasien dengan mengatur pola makan

yang bergizi dan istirahat teratur.

5. Mengkonsumsi makanan bergizi dan vitamin untuk mempercepat

pemulihan daya tahan tubuh.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Isselbacher, dkk. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:

EGC; 1992:2

2. Maldonado Y. Mumps. Dalam Behrman RE, Kliegman RM. Jenson HB.

Penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Philadelphia: WB Saunders

Company; 200. H.954-5

3. Gershon AA. Mumps. Dalam: Gershon AA, Hotez PJ, Katz SL, Penyunting.

Krugmans infectious disease of children. Philadelphia. Mosby; 2004.h 391-9

4. Niizuma T, Terada K, Kosaka Y, Daimon Y, Inoue M, Ogita S, dkk. Elevated

Serum C- reactive protein in mumps orchitis. Infect Dis J 2004; 23;296-6

5. Erwanto. 2011. Penatalaksanaan Mumps. Diunduh dari :

http://www.jacinetwork.org/index.php?option=com_content&view=article&id

=73:gondongan-mumps&catid=45:immunization-vaccination&Itemid=70 (30

Maret 2012)

6. Jones. Parotitis rekuren pada Anak. Diunduh dari :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1988676/pdf/archdisch01408-

0024.pdf (15 Januari 2014)

7. Adam A. Rosenberg, David W. Kaplan, Gerald B. Merenstein, Mumps

(Epidemic Parotitis) dalam hand book of pediatric, Edisi XVI, Colorado,

1991, hal 442-4

26
8. Suprohaita, Arif M, Wardani. Parotitis epidemika dalam kapita selekta

kedokteran, Edisi III jilid II, media Aesculapius FKUI, Jakarta 2000. Hal 418-

19

27

Anda mungkin juga menyukai