net/publication/291833025
CITATIONS READS
0 5,523
1 author:
Raymond R Tjandrawinata
Dexa Medica
197 PUBLICATIONS 1,351 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Raymond R Tjandrawinata on 26 January 2016.
Raymond R. Tjandrawinata
1. Pendahuluan
Ada dua parameter yang menentukan setiap analisa ekonomi (termasuk jasa
kesehatan) (8). Pertama, dalam hubungannya dengan pilihan sebagai konsekuensi
keterbatasan sumberdaya dan ketidakmampuan kita untuk memproduksi semua output
yang diinginkan; dan kedua, dalam hubungannya dengan input dan output, terkait
dengan biaya dan konsekuensi, dari aktivitas. Tugas dasar farmakoekonomi adalah
mirip dengan Analisa ekonomi, seperti mengidentifikasi, mengukur, menilai, dan
membandingkan biaya produk farmasi dan konsekuensi (hasil) alternatif yang dipilih.
Setiap data farmakoekonomi akan menyediakan Analisa biaya dibanding hasil yang
didapat. Gambar 1 menjelaskan sebuah model farmakoekonomi sederhana. Dalam
model ini, kita harus mengambil keputusan apakah akan memilih Obat A, atau
pembandingnya, Obat B. Dalam melakukannya, sebuah Analisa biaya terhadap
masing-masing obat dan hasilnya harus dibuat untuk memberikan keputusan yang
rasional. Riset farmakoekonomi harus terlebih dulu menentukan biaya dan hasil yang
diperkirakan, serta Analisa mengenai bagaimana studi akan dilakukan dan diukur.
PILIHAN
Pertimbangan biaya penting lainnya adalah biaya rata-rata dan biaya marjinal (1).
Biaya rata-rata adalah biaya-biaya yang telah dikalkulasi dengan membagi total biaya
dengan unit hasil. Biaya marjinal (inkremental), sebaliknya, didefinisikan sebagai biaya
memproduksi tambahan unit hasil.
PV = FVn(1+r)-n
Dimana:
Sebagai contoh, jika sebuah penanganan membutuhkan biaya Rp. 500.000 per tahun
selama hingga 3 tahun mendatang dan nilai uang berubah sebesar sekitar 12% per
tahun, maka nilai saat ini dari biaya-biaya ini adalah Rp. 1.345.027,- yang didapat dari
[500 + (500/1,12) + (500/1,122)].
Memilih tingkat diskonto haruslah berhati-hati, karena angka ini sendiri bisa
menjadi sumber kontroversi. Penggunaan tingkat diskonto yang sangat rendah atau
sangat tinggi akan menguntungkan proyek tertentu dan bisa mendorong munculnya
kesimpulan yang berbeda. Untuk meminimalkan variasi yang besar dalam biaya dan
hasilnya, bisa dilakukan Analisa sensitivitas untuk menentukan efek selang tingkat
diskonto pada sebuah studi individual (3,7). Analisa sensitivitas digunakan untuk
menguji apakah kesimpulan dari sebuah evaluasi farmakoekonomi berubah ketika
masing-masing variabel input diperiksa dalam suatu selang nilai yang dapat
diperkirakan. Jika kesimpulannya bisa didukung melalui Analisa sensitivitas, berarti
peluang kesimpulan tersebut bisa diterima menjadi lebih tinggi. Namun, jika
kesimpulannya berubah, harus dilakukan penyesuaian untuk menentukan nilai
sesungguhnya dari variabel yang dimaksud, atau untuk menyatakan secara eksplisit
bahwa kesimpulan tersebut “sensitif” terhadap nilai dari variabel tersebut (2).
Analisa manfaat-biaya
Analisa manfaat-biaya adalah Analisa perbandingan dari dua atau lebih produk
atau jasa farmasi dengan manfaat (hasil terapi) dalam nilai moneter. Tujuan Analisa
manfaat-biaya adalah untuk mencapai pengembalian investasi tertinggi. Hasil tipe
Analisa ini ditampilkan dalam istilah manfaat bersih (net benefit), yang mengurangkan
biaya dari manfaat; tingkat internal pengembalian (internal rate of return), yang
mengurangkan biaya dari manfaat dan membagi hasilnya dengan biaya, atau rasio
manfaat-biaya, seperti akan dijelaskan nanti. Analisa manfaat-biaya sangat berguna
dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan alokasi sumberdaya untuk berbagai
opsi penanganan atau program. Secara umum, rasio manfaat-biaya dikalkulasi
menggunakan formula berikut:
Manfaat (dalam nilai moneter)
Rasio manfaat-biaya = --------------------------------------------------
Biaya (dalam nilai moneter)
Jika rasio > 1, manfaat melebihi biaya dan produk atau jasa tersebut bermanfaat
Jika rasio = 1, manfaat sama dengan biaya
Jika rasio < 1, biaya lebih besar dibanding manfaat, dianggap tidak bermanfaat
Sebagai contoh:
Penanganan A berbiaya Rp. 10.000,- dan memberikan manfaat Rp. 20.000,-
Penanganan B berbiaya Rp. 5.000,- dan memberikan manfaat Rp. 7.500,-
Manfaat bersih penanganan A = Rp. 20.000 - Rp. 10.000 = Rp. 10.000,-, sementara
Manfaat bersih penanganan B = Rp. 7.500 - Rp. 5.000 = Rp. 2.500,-
Dengan demikian:
Rp. 20.000,-
Rasio manfaat-biaya penanganan A = -------------------- = 2:1
Rp. 10.000,-
Rp. 7.500,-
Rasio manfaat-biaya penanganan B = -------------------- = 1,5:1
Rp. 5.000,-
Karena kedua rasio menunjukkan hasil yang bermanfaat (>1), walaupun ada perbedaan
manfaat pada kedua penanganan, penanganan yang akan dipilih bergantung pada
metoda yang paling tepat untuk pertanyaan yang dimaksud. Secara umum, hasil dari
ketiga persamaan di atas harus ditampilkan untuk memberikan tampilan yang lebih
seimbang mengenai biaya dan manfaatnya.
Analisa kefektivitasan-biaya
Tipe analisa ini mengukur hasil dalam unit kesehatan alami dari perbaikan
kesehatan. Hasil dinyatakan dalam istilah biaya per unit perbaikan, seperti biaya per %
penurunan LDL, biaya per mmHg penurunan tekanan darah, biaya per nyawa yang
berhasil diselamatkan, dsb. Efektivitas-biaya bisa didefinisikan sebagai memiliki (10):
Obat A berbiaya Rp. 100.000,- dan memberikan 43 kasus yang berhasil ditangani secara
sukses
Obat B berbiaya Rp. 83.000,- dan memberikan 39 kasus yang berhasil ditangani secara
sukses
Rp. 100.000,-
Obat A = --------------------- = Rp. 2326,- / penanganan yang sukses
43 kasus
Rp. 83.000,-
Obat B = --------------------- = Rp. 2128,- / penanganan yang sukses
39 kasus
Analisa minimisasi-biaya
Sebagai contoh: jika biaya penanganan dengan Obat A adalah Rp. 120.000,-, dan
biaya penanganan dengan Obat B adalah Rp. 100.000,-, maka
Kerugian Analisa minimisasi-biaya. Semua hasil terapi haruslah setara, yang biasanya
sulit untuk dilakukan.
Analisa utilitas-biaya
Obat X Y Z
Penanganan dengan Obat X memberikan tambahan tiga tahun kehidupan dengan utiliti
0,6, mungkin karena efek samping yang luar biasa. Walaupun penanganan dengan Obat
Y memberikan tambahan enam tahun kehidupan per pasien, utilitas-nya 0,4, yang bisa
terjadi karena reaksi negatif yang kurang bisa ditolerasi terhadap obat ini. Obat Z berada
di tengah-tengah di antara dua obat sebelumnya. Berdasarkan QALY yang didapat,
Obat Y mungkin lebih dipilih dibanding Obat X dan Z.
6. Kesimpulan
7. Referensi