DHF Fixxxxxxx
DHF Fixxxxxxx
DISUSUN OLEH :
LAILA NADIA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh, terjadi viremia yang
ditandai dengan demam, sakit kepala, muak nyeri otot, pegal disekitar tubuh,
hiperemia di tenggorokan, suam atau bintik-bintik merah pada kulit, selain itu
kelainan dapat terjadi pada sistem retikula endotetial, seperti pembatasan
kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Peningkatan permeabilitas
dinding kapiler ehingga cairan keluar dari intraseluler ke ekstraseluler.
Akibatnya terjadi pengurangan volume plasma, penurunan tekanan
darah, hemokosentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Plasma meembes
sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien
dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau
kurang. Bila renjatan hipopolemik yang terjadi akibatkehilangan plasma tidak
segera diatasi, maka akan terjadi anorekma jaringan, asidosis metabolik, dan
kematian. ( Pice, Sylvia A dan Lortainne M Wilson.. 1995 )
D. Pathwey
E. Manifestasi klinis
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
Nyeri kepala
Nyeri retro-orbital
Mialgia /artralgia
Ruam kulit
Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif)
Leukopenia
Pemeriksaan serologi dengue positif
2. Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan kreteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua
hal di bawah ini di penuhi :
a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifasik
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa
Uji tourniquet positif
Petekie, ekimosis, atau purpura
Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,
tempat bekas suntikan
Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang di tandai dengan
Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin
Penurunan nilai hematokrit >20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites,efusi pleura
3. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi
yaitu :
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Nadi cepat, lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan darah turun < 20mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin-lembab
F. Pemeriksaan penunjang
1. Trombositopeni (100.000/mm3)
2. Hb dan PCV meningkat (20%)
3. Leukopeni (mungkin normal atau lekositosis)
4. Iolasi virus
5. Serologi (Uji H) : respon antibody sekunder
6. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali (setiap jam atau
4-6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan), Faal hemostasis,
FDP, EKG,foto dada, BUN, creatinin serum
G. Penatalaksanaan
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok
Anak dirawat di rumah sakit
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air
sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma,
demam, muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
o Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
o Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa
laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap
6 jam
o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,
turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil.
Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24–48 jam
sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian
cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata
laksana syok terkompensasi (compensated shock).
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit
secarra nasal.
Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat
secepatnya.
Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi
darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu
banyak daripada pemberian yang terlalu sedikit.
H. Konflikasi
1. Perdarahan luas.
2. Shock atau renjatan.
3. Effuse pleura
4. Penurunan kesadaran.
I. Konsep askep
1. Pengkajian
1) Biodata /identitas
Identitas klien, orang tua/wali, dan saudara kandung
2) Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama, riwayat keluhan utama, dan keluhan saat
pengkajian.
2) Riwayat kesehatan lalu (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
Prenatal care, natal, dan post natal
3) Riwayat kesehatan keluarga
3) Riwayat immunisasi
4) Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan fisik dan perkembangan tiap tahap
5) Riwayat nutrisi
Pemberian ASI dan pemberian susu formula
6) Riwayat psikososial
7) Riwayat spiritual
8) Aktifitas sehari-hari
Nutrisi, cairan, eliminasi, istirahat tidur, olahraga, personal higyen,
aktifitas, rekreasi
9) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, berat badan, tinggi
badan, kepala, muka, mata, hidung, telinga, mulut, tenggorokan,
leher, thorax, jantung, abdomen, genetalia, ekstremitas, status
neurologi
10) Pemeriksaan tingkat perkembangan (0-6 tahun)
11) Test diagnostik
12) Terapi
2. Diagnosa keperawatan
1) Hipertermi
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
3) Resiko kekurangan volume cairan
4) Resiko syok hipovelemia
5) Resiko perdarahan
3. Rencana keperawatan
4. Pelaksanaan (Implementasi)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, dimana proses
evaluasi ini dilakukan terus menerus, diperlukan untuk menentukan
seberapa baik rencana keperawatan bekerja
DAFTAR PUSTAKA