Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA An “R” DENGAN

GANGGUAN HEMATOLOGI PADA KASUS DENGUE


HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)

DIRUANG ANAK RSUD PRAYA

DISUSUN OLEH :
LAILA NADIA

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
D III KEPERAWATAN
TINGKAT II B

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)

A. Definisi

DHF adalah penyakit yang di sebabkan oleh virus dengue, sejenis


virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti betina. Penyakit ini lebih di kenal dengan sebutan
Demam Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006 : 123).

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue


haemorrhagic fever/ DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/ nyeri sendi yang di
sertai leukopenia, ruam, limpadenopati,trombositopenia dan ditesis hemoragic.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue yang di tandai oleh renjatan/syok. (Sudoyo Aru,dkk 2009)

B. Etiologi

Penyakit demam berdarah(DBD) atau DHF ini disebabkan oleh virus


Dengue. Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4,
keempatnya ditemukan di indonesia dengan den-3 terbanyak. Infeksi salah
satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang
bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat
kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai
terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat
serotipe virus dengue dapat di temukan di berbagai daerah di
Indonesia.(Sudoyo Aru, dkk 2009)
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang tergolong arbovirus
yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus. (IKA-FKUI,2005:607)

C. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh, terjadi viremia yang
ditandai dengan demam, sakit kepala, muak nyeri otot, pegal disekitar tubuh,
hiperemia di tenggorokan, suam atau bintik-bintik merah pada kulit, selain itu
kelainan dapat terjadi pada sistem retikula endotetial, seperti pembatasan
kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Peningkatan permeabilitas
dinding kapiler ehingga cairan keluar dari intraseluler ke ekstraseluler.
Akibatnya terjadi pengurangan volume plasma, penurunan tekanan
darah, hemokosentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Plasma meembes
sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien
dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau
kurang. Bila renjatan hipopolemik yang terjadi akibatkehilangan plasma tidak
segera diatasi, maka akan terjadi anorekma jaringan, asidosis metabolik, dan
kematian. ( Pice, Sylvia A dan Lortainne M Wilson.. 1995 )
D. Pathwey
E. Manifestasi klinis
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
 Nyeri kepala
 Nyeri retro-orbital
 Mialgia /artralgia
 Ruam kulit
 Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif)
 Leukopenia
 Pemeriksaan serologi dengue positif
2. Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan kreteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua
hal di bawah ini di penuhi :
a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifasik
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa
 Uji tourniquet positif
 Petekie, ekimosis, atau purpura
 Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,
tempat bekas suntikan
 Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang di tandai dengan
 Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin
 Penurunan nilai hematokrit >20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites,efusi pleura
3. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi
yaitu :
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Nadi cepat, lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan darah turun < 20mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin-lembab

Menurut Aziz Alimul (2006:123) manifestasi Klinik DHF sangat


bervariasi yaitu:
1. Demam, penyakit ini didahului oleh demam yang tinggi atau panas
mendadak berlangsung 3-8 hari kemudian turun secara cepat.
2. Ruam biasannya 5-12 jam sebelum naiknya suhu pertama kali, dan
berlangsung selama 3-4 hari.
3. Pembesaran hati yang terjadi pada permulaan demam (sudah dapat
diraba sejak permulaan sakit).
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80mmHg atau kurang) disertai kulit
yang terasa dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki.

F. Pemeriksaan penunjang
1. Trombositopeni (100.000/mm3)
2. Hb dan PCV meningkat (20%)
3. Leukopeni (mungkin normal atau lekositosis)
4. Iolasi virus
5. Serologi (Uji H) : respon antibody sekunder
6. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali (setiap jam atau
4-6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan), Faal hemostasis,
FDP, EKG,foto dada, BUN, creatinin serum
G. Penatalaksanaan
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok
Anak dirawat di rumah sakit

 Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air
sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma,
demam, muntah/diare.
 Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
 Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
o Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
o Kebutuhan cairan parenteral
 Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
 Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
 Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa
laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap
6 jam
o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,
turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil.
Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24–48 jam
sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian
cairan.
 Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata
laksana syok terkompensasi (compensated shock).

Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok

 Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit
secarra nasal.
 Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat
secepatnya.
 Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
 Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi
darah/komponen.
 Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
 Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu
banyak daripada pemberian yang terlalu sedikit.

H. Konflikasi
1. Perdarahan luas.
2. Shock atau renjatan.
3. Effuse pleura
4. Penurunan kesadaran.
I. Konsep askep
1. Pengkajian
1) Biodata /identitas
Identitas klien, orang tua/wali, dan saudara kandung
2) Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama, riwayat keluhan utama, dan keluhan saat
pengkajian.
2) Riwayat kesehatan lalu (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
Prenatal care, natal, dan post natal
3) Riwayat kesehatan keluarga
3) Riwayat immunisasi
4) Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan fisik dan perkembangan tiap tahap
5) Riwayat nutrisi
Pemberian ASI dan pemberian susu formula
6) Riwayat psikososial
7) Riwayat spiritual
8) Aktifitas sehari-hari
Nutrisi, cairan, eliminasi, istirahat tidur, olahraga, personal higyen,
aktifitas, rekreasi
9) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, berat badan, tinggi
badan, kepala, muka, mata, hidung, telinga, mulut, tenggorokan,
leher, thorax, jantung, abdomen, genetalia, ekstremitas, status
neurologi
10) Pemeriksaan tingkat perkembangan (0-6 tahun)
11) Test diagnostik
12) Terapi
2. Diagnosa keperawatan
1) Hipertermi
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
3) Resiko kekurangan volume cairan
4) Resiko syok hipovelemia
5) Resiko perdarahan

3. Rencana keperawatan

Har No Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


i/T . Hasil
gl Dx
1 Setelah dilakukan 1. Kaji suhu dan tanda- 1. Memantau perubahan
tindakan tanda vital setiap jam suhu tubuh
keperawatan 2. Berikan kompres 2. Menurunkan suhu yang
selama 3 x 24 jam hangat meningkat
diharapkan suhu 3. Meingkatkan hidrasi
tubuh pasien 3. Anjurkan pasien untuk
kembali normal, banyak minum 4. pakaian tipis membantu
dengan kiteria 4. Anjurkan untuk tidak mengurangi penguapan
hasil : memakai selimut dan tubuh
 Suhu tubuh pakaian yang tebal 5. pemberian cairan sangat
pasien kembali 5. Berikan terapi cairan penting bagi pasien
normal intravena dan obat- dengan suhu tinggi
 Pasien merasa obatan sesuai program
nyaman dan dokter
tidak gelisah.
2 Setelah dilakukan 1. Beri penjelasan pada 1. Diharapkan pasien mau
tindakan pasien tentang makan
keperawatan pentingnya makan bagi
selama 3 x 24 jam tubuh 2. Diharapkan kebutuhan
diharapkan 2. Beri porsi makan nutrisi pasien terpenuhi
kebutuhan nutrisi sedikit tapi sering 3. Nafsu makan pasien
pasien terpenuhi, 3. Anjurkan pada meningkat dan dapat
dengan kiteria keluarga untuk mengurangi rasa mual
hasil : member makan pasien
 Nafsu makan kesukaan klien dalam
meningkat keadaan hangat dan 4. Untuk mengetahui
 Menghabiskan bervariasi perkembangan nutrisi
porsi makanan 4. Timbang BB setiap pasien
yang hari atau sesuai 5. Memenuhi kebutuhan
dihidangkan indikasi nutrisi melalui infuse
 Berat badan 6. Diharapkan pasien
stabil 5. Observasi tetesan mendapatkan diit yang
 Keadaan umum infuse sesuai dengan keadaan
baik 6. Kolaborasi dengan tim penyakit pasien
gizi dalam pemberian
diet yang sesuai untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien

3 Setelah dilakukan 1. Pantau tanda dan gejala 1. Penurunan sisrkulasi


tindakan kekurangan cairan dan volume cairan
keperawatan elektrolit menyebabkan kekeringan
selama 3 x 24 jam mukosa
diharapkan 2. Pantau intake dan 2. Dehidrasi dapat
keseimbangan output meningkatkan laju filtrasi
cairan dan glomerulus membuat
elektrolit keluaran tak adekuat
dipertahankan untuk membersihkan sisa
secara maksimal, metabolisme.
dengan kriteria 3. Mendeteksi kehilangan
hasil : 3. Timbang BB setiap cairan , penurunan 1 kg
 TTV Stabil hari atau sesuai BB sama dengan
dalam batas indikasi kehilangan cairan 1 Liter
normal 4. Mengganti cairan dan
 Rasa haus elektrolit yang hilang
berkurang 4. Anjurkan keluarga secara oral
 Turgor kulit untuk memberi pasien 5. Memenuhi kebutuhan
baik banyak minum cairan dan elektrolit
 Membrane 5. Observasi tetesan melalui infuse
mukosa mulut infuse
tidak kering
4 Setelah dilakukan 1. Observasi keadaan 1. Memantau kondisi pasien
tindakan umum dan TTV selama masa perawatan
keperawatan terutama saat terjadi
selama 3 x 24 jam perdarahan untuk
diharapkan resiko memastikan tidak
terjadinya syok terjadinya pre syok / syok
hipovolmia pada pasien.
berkurang, 2. Ciptakan Lingkungan 2. Lingkungan yang aman
dengan kriteria yang aman dan nyaman dan nyaman dapat
hasil : menghilangkan stress
 TTV stabil sehingga mempercepat
dalam batas proses penyembuhan
normal 3. Ganti spray tempat 3. Diharapkan pasien merasa
 Pasien terlihat tidur pasien nyaman
tidak gelisah 4. Puasa makan dan 4. Puasa membantu
minum pada mengistirahatkan saluran
perdarahan saluran pencernaan untuk
cerna sementara selama
perdarahan berasal dari
saluran cerna.
5 Setelah dilakukan 1. Monitor tanda 1. Penurunan trombosit
tindakan penurunan trombosit merupakan tanda
keperawatan yang disertai gejala kebocoran pembuluh
selama 3 x 24 jam klinis darah.
diharapkan tidak 2. Anjurkan pasien untuk 2. Aktivitas pasien yang
terjadi banyak istirahat tidak terkontrol dapat
perdarahan, menyebabkan perdarahan
dengan kriteria 3. Beri penjelasan untuk 3. Membantu pasien
hasil : segera melapor bila ada mendapatkan penanganan
 TTV stabil tanda perdarahan lebih sedini mungkin
dalam batas lanjut 4. Untuk mengetahui
normal 4. Anjurkan pasien untuk penurunan/kenaikan
 Trombosit cek lab 2 hari sekali jumlah trombosit dalam
150.000- darah
400.000

4. Pelaksanaan (Implementasi)

Pelaksanaan adalah proses untuk melakukan kegiatan yang telah


direncanakan untuk mencapai tujuan dan untuk menanggulangi masalah
yang dihadapi oleh klien

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, dimana proses
evaluasi ini dilakukan terus menerus, diperlukan untuk menentukan
seberapa baik rencana keperawatan bekerja
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2001.APLIKASI ASUHAN


KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS & NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Apriyani,PD.2007.”1 BAB I KONSEP DASAR Pengertian


DHF”,https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.u
ms.ac.id/16724/2/BAB_I.pdf&ved=2ahUKEwjpz7iQyZfiAhVQf30KHZihA9sQF
jABegQIDRAG&usg=AovVaw1—7U6zeU1Rf7iAO-
P7yNa&cshid=1557718547351, diakses pada 13 Mei 2019 pukul 11.42.

Hospital care for children.2016.”Penatalaksanaan DHF”,


http://www.ichrc.org/622-demam-berdarah-dengue-diagnosis-dan-tatalaksana,
diakses pada 13 Mei 2019 pukul 15.27.

Anda mungkin juga menyukai