1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berkaitan dengan Pengertian dan Kriteria Investasi Syariah .
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah yang berkaitan dengan Pengertian
dan Kriteria Investasi Syariah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
2.1 Definisi Investasi Syariah.............................................................................................2
2.2 Perbedaan Investasi, Menabung, dan Berbisnis...........................................................2
2.3 Prinsip-prinsip Ekonomi Islam dalam Berinvestasi.....................................................3
2.4 Proses Manajemen Investasi Syariah..........................................................................6
2.5 Kriteria Investasi Syariah.............................................................................................8
BAB III PENUTUP........................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Abdul Aziz. “Manajemen Investasi Syari’ah”. Bandung: Alfabeta, 2010. Hal 29
2
“Definisi Menurut Para Ahli”http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-investasi-syariah/ . Diakses
pada 21 Maret 2019, pkl 19.21
3
Fetria Eka Yudiana. “Pengertian Investasi dan Kriteria Investasi Syariah”
https://www.slideshare.net/maskarebet2/pengertian-investasi-amp-kriteria-investasi-syariah . Diakses pada 21
Maret 2019, pkl 19.00
2
2.3 Prinsip-prinsip Ekonomi Islam dalam Berinvestasi
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berusaha mendapatkan kehidupan yang
lebih baik di dunia sekaligus memperoleh kehidupan yang lebih baik di akhirat. Memperoleh
kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat inilah yang dapat menjamin dicapainya
kesejahteraan lahir dan batin (falah).
Kesejahteraan lahir dan batin yang ingin diperoleh melalui gerakan amal sholeh
seharusnya dilakukan melalui kegiatan ibadah dan muamalah yang bersumber dari kegiatan
ketentuan syariah yang dijiwai oleh iman, Islam (akidah Islamiyah) dan ihsan (akhlak yang
luhur). Kegiatan ekonomi adalah salah satu kegiatan muamalah yang telah diatur secara
lengkap dalam syariah Islam. Ketentuan – ketentuan yang mengatur pola simpanan
mengharuskan umat Islam untuk melakukan investasi.
Dalam melakukan investasi dalam kegiatan ekonomi harus pula sesuai dengan koridor
Islam. Islam sangat menganjurkan investasi bukan berarti semua bidang usaha diperbolehkan
diinvestasikan tetapi ada aturan-aturan dalam Islam yang menerapkan batasan mana aktivitas
yang halal dan haram untuk dilakukan. Tujuanya adalah untuk mengendalikan manusia dari
kegiatan yang membahayakan masyarakat.
Jadi prinsip-prinsip Islam dalam kegiatan investasi harus diperhatikan setidaknya
mencakup lima aspek yaitu :
1. Tidak mencari rizki pada hal yang haram baik dari segi zatnya maupun cara
mendapatkanya, serta tidak menggunakanya untuk hal-hal yang haram.
2. Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.
3. Keadilan pendistribusian pendapatan
4. Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha/an-taradin
5. Tidak ada unsur riba, masyir (perjudian/spekulasi), dan gharar
(ketidakjelasan/samar-samar).
Berdasarkan keterangan diatas, maka kegiatan di investasi mengacu pada hukum
syariat yang berlaku. Perputaran modal pada kegiatan investasi tidak boleh disalurkan kepada
jenis usaha yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diharamkan.
Semua transaksi dalam investasi harus atas dasar suka sama suka (an-taradin), tidak
ada unsur pemaksaan, tidak ada pihak yang didzalimi dan terdzalimi, tidak ada unsur riba,
tidak bersifat spekulatif atau judi (masyir) dan semua transaksi harus transparan , diharamkan
adanya insideer trading.
3
Dalam melakukan kegiatan Investasi Syariah terdapat prinsip-prinsip yang harus
dijalankan oleh para pihaknya antara lain :
1. Prinsip Tauhidi (Unity)
Prinsip tauhidi adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan yang ada dalam
syariat Islam. Artinya dalam setiap gerak langkah serta bangunan hukum harus
mencerminkan nilai-nilai keTuhanan.4
2. Prinsip Halal
Dalam berinvestasi harus dilakukan dengan cara halal dan meninggalkan segala yang
haram, Dr. M, Nadratuzzaman Husen mengemukakan bahwa alasan mencari rezeki
(berinvestasi) dengan cara halal yaitu :
4
M.A Chudary. “Contribution to Islamic Economic Theory”. (New York,st.Martin’sPress. 1996). hlm 7
5
Kadir. “Hukum Bisnis Syariah Dalam Al-Quran”. (Jakarta: Hamzah. 2010). hlm 2.
4
muamalah tersebut harus diperhatikan dan dilaksanakan. Kaidah-kaidah umum yang
ditetapkan syara’ dimaksud diantaranya:
1. Muamalah yang dilakukan oleh seorang muslim harus dalam rangka mengabdi kepada
Allah SWT dan senantiasa berprinsip bahwa Allah SWT selalu mengontrol dan
mengawasi tindakanya.
2. Seluruh tindakan muamalah tidak terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan dan dilakukan
dengan mengetengahkan akhlak terpuji sesuai dengan kedudukan manusia sebagai
khalifah Allah di bumi.
3. Melakukan pertimbangan atas kemaskahatan pribadi dan kemaslahatan masyarakat.6
5. Prinsip Kebebasan Bertransaksi
Prinsip muamalah selanjutnya yaitu prinsip kebebasan bertransaksi, namun harus
didasari prinsip suka sama suka dan tidak ada pihak yang didzalimi dengan didasari oleh akad
yang sah. Selain itu, transaksi tidak boleh dilakukan pada produk-produk yang haram.
6. Prinsip Kerjasama (Coorporation)
Prinsip transaksi didasarkan pada kerjasama yang saling menguntungkan dan solidaritas
(persaudaraan dan saling membantu).
7. Prinsip Membayar Zakat
Mengimplementasikan zakat merupakan kewajiban seorang muslim secara ekonomi, sebagai
wujud kepedulian sosial. 7
8. Prinsip Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dalam bermuamalah adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan (justice) antara
para pihak yang melakukan akad. Keadilan dalam hal ini dapat dipahami sebahgai upaya
dalam menempatkan hak dan kewajiban antara para pihak yang melakukan muamalah,
misalnya keadilan dalam pembagian bagi hasil (nisbah) antara pemilik modal dan pengelola
modal.
9. Prinsip Amanah (Trustworthy)
Prinsip amanah yaitu prinsip kepercayaan, kejujuran ,tanggung jawab, misalnya dalam hal
membuat laporan keuangan dan lain-lain. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa masing masing
pihak haruslah beritikad baik dalam bertransaksi dengan pihak lainya dan tidak dibenarkan
salah satu pihak mengeksploitasi ketidaktahuan mitranya.
5
Seorang pebisnis harus memiliki komitmen kuat untuk mengamalkan akhlak mulia, seperti
tekun bekerja sambil menunudukan diri (berdzikir kepada Allah), jujur, dan dapat dipercaya,
cakap dan komunikatif, sederhana dalam berbagai keadaan, memberi kelonggaran orang yang
kesulitan membayar hutangnya, menghindari penipuan, kolusi dan manipulasi, atau
sejenisnya.8
11. Prinsip Terhindar dari Jual beli dan Investasi yang Dilarang
Terhindar dari Ikhtikar
Ikhtikar adalah upaya dari seseorang untuk menimbun barang atau harta (kebutuhan sehari-
hari) pada saat barang itu langka atau diperkirakan harga akan naik. Investasi yang dilakukan
secara Ikhtikar dilarang oleh syariat Islam sebab cara bertransaksi seperti ini akan
mendatangkan mudarat kepada kedua belah pihak.
Terhindar Iktinaz
Iktinaz adalah upaya dari seseorang untuk menimbun barang atau harta (emas dan perak)
pada saat barang itu langka atau diperkirakan harga akan naik.
Terhindar Tas’ir
Tas’ir adalah penetapan harga standar pasar yang ditetapkan oleh pemerintah atau yang
berwenang untuk disosialisasikan secara paksa kepada masyarakat dalam jual beli dalam
kondisi normal.
Terhindar dari Upaya Melambungkan Harga
Islam tidak menoleransi semua tindakan melambungkan harga-harga secara zalim karena
mempunyai dampak yang mudarat.9
8
A Kadir. “Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam”. (Jakarta, Raja Grafindo
Persada. 2003) hlm.150
9
Abdullah bin Muhammad, “Ensiklopedi Muamalah”. (Yogyakarta: Maktabah al-
Hanif. 2009), hlm.72
6
Pada investasi syari’ah terdapat resiko bahwa intrumen investasi yang di pilih
tidak sesuai dengan syaria’ah, yaitu transaksi masih pada derajat tertentu masih
mengandung unsur transaksi gharar, maysir dan riba.
2. Menetukan tujuan investasi.
Pada tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi penilaian
terhadap sekuritas atau surat hutang yang mudah dicairkan ke dalam kas secara
individual atau beberapa kelompok sekuritas. Salah satu tujuan penilaian tersebut
adalah untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga.
4. Pembentukan portofolio.
Pada tahapan ini, berkenan dengan pengulangan secara periodik dari tiga
langkah sebelumnya. Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan
investasinya yaitu membentuk portofolio baru dengan yang lebih optimal. Motivasi
lainnya disesuaikan dengan preferensi investor tentang risiko dan return itu sendiri.
6. Evaluasi kinerja portofolio.
Pada tahap ini investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio secara
periodik dalam arti tidak hanya return yang di perhatikan tetapi juga resiko yang di
7
hadapi. Jadi, di perlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko juga standar
yang relevan.
Pada hasil-hasil investasi yang di hasilkan dalam beberapa periode terakhir volatilitas
instrumen-instumen investasi yang serupa intrumen investasi syari’ah dan non-syari’ah
menunjukkan bahwa intrumen investasi syari’ah relatif lebih stabil. Intrumen investasi
syari’ah tersebut merupakan saham yang memenuhi kriteria saham syari’ah, reksa dana
syari’ah dan sukuk.10
Dengan kriteria yang terpenuhi ini maka seorang muslim dapat ber-investasi ke dalam
bentuk usaha sebagai berikut:
Pertama, Industri
Seorang muslim dapat menginvestasikan dananya pada proyek pembangunan di sektor riil
atau perdagangan yang diperbolehkan oleh syari’ah kecuali industri yang bergerak atau yang
memproduksi barang haram.
10
Abdul Aziz. “Manajemen Investasi Syari’ah”. Bandung: Alfabeta, 2010. Hal 53
8
Kedua, perusahaan yang mendapatkan dana pembiayaan atau sumber dana dari hutang tidak
lebih dari 30 % dari rasio modalnya. Di sini Islam melindungi umatnya dari kesengsaraan
hutang.
Ketiga, pendapatan bunga yang diperoleh perusahaan tidak lebih dari 15 %.
Diperbolehkannya investasi pada perusahaan yang pendapatannya mengandung riba, karena
semua bidang ekonomi yang saat ini menjadi partner lembaga keuangan syariah adalah
lembaga konvensional yang memberikan imbalan jasa bunga.
Keempat, perusahaan yang memiliki aktiva kas atau piutang yang jumlah piutang dagangnya
atau total piutangnya tidak lebih dari 50 %.
Fatwa ini dimaksudkan bahwa setiap keragu-raguan (syubhat) dalam Islam hukum-nya
makruh. Dalam piutang bisa saja terjadi piutang ragu-ragu atau pitang yang tidak tertagih.
Islam melindungi harta pemiliknya jangan sampai piutang ragu-ragu dan piutang tidak
tertagih akan mengurangi harta yang seharusnya menjadi haknya. Selain itu ulama menilai
bahwa rasio piutang seperti juga rasio hutang terhadap pendapatan dapat menimbulkan
kondisi gharar dan maysir yang mengakibatkan meningkatnya rasio ketidakpastian
pendapatan.11
BAB III
11
Yuke Rahmawati. “Resosialisasi Investasi Keuangan
Syariah”https://media.neliti.com/media/publications/194935-ID-resosialisasi-investasi-keuangan-syariah.pdf.
diakses pada 24 Maret 2019, pkl 13.30
9
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Investasi Syariah mempunyai arti lain yaitu cara berinvestasi yang sesuai dengan
syariat Islam yang berupa kegiatan penempatan dana pada satu atau lebih jenis asset dengan
menghindari sifat Maysir, Gharar, dan Riba serta mengikuti peraturan yang telah ditetapkan
oleh Fiqh Islam terkait hal tentang Muamalah yang diawasi langsung oleh Dewan Pengawas
Syariah. Perbeedaan antara Investasi, Menabung, dan Berbisnis yaitu dalam Investasi
terkandung hubungan antara keuntungan yang diharapkan dan risiko yang dihadapi
Menabung adalah kegiatan mengamankan dana agar dana tidak mengalami pengurangan
jumlah pokok. Dalam menabung, pemilik dana tidak akan mengalami kerugian karena tidak
beresiko, sedangkan Berbisnis adalah aktivitas ekonomi dimana pemilik modal akan
mengelola dananya sendiri.
Dalam melakukan investasi dalam kegiatan ekonomi harus pula sesuai dengan koridor
Islam. Islam sangat menganjurkan investasi bukan berarti semua bidang usaha diperbolehkan
diinvestasikan tetapi ada aturan-aturan dalam Islam yang menerapkan batasan mana aktivitas
yang halal dan haram untuk dilakukan.
Pada dasarnya ada beberapa tahapan terhadap dalam pengambilan keputusan investasi
syari’ah yaitu melakukan screening obyek investasi, menetukan tujuan investasi, analisis
sekuritas, pembentukan portofolio, melakukan revisi portofolio, dan evaluasi kinerja
portofolio.
Kriteria yang dikemukakan oleh fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) untuk
pedoman pelaksanaan investasi syariah terdapat 4 kriteria seperti Industri, Perusahaan yang
mendapatkan dana pembiayaan atau sumber dana dari hutang tidak lebih dari 30 % dari rasio
modalnya, Pendapatan bunga yang diperoleh perusahaan tidak lebih dari 15 %, dan
Perusahaan yang memiliki aktiva kas atau piutang yang jumlah piutang dagangnya atau total
piutangnya tidak lebih dari 50 %.
DAFTAR PUSTAKA
10
Aziz Abdul. 2010. “Manajemen Investasi Syari’ah”. Bandung: Alfabeta
M.A Chudary. 1996. “Contribution to Islamic Economic Theory” New York,st.Martin’sPress
Kadir. 2010. “Hukum Bisnis Syariah Dalam Al-Quran”. Jakarta: Hamzah
Nasroen, Harun. 2006 “Fiqh Muamalah”. Jakarta: Kencana. 2006
Soemitra, Andri. 2010. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta, Kencana
A Kadir. 2003. “Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam”. Jakarta, Raja Grafindo
Persada
Abdullah bin Muhammad. 2009. “Ensiklopedi Muamalah”. Yogyakarta: Maktabah al-
Hanif
Eka Yudiana, Fetria. “Pengertian Investasi dan Kriteria Investasi Syariah”
https://www.slideshare.net/maskarebet2/pengertian-investasi-amp-kriteria-investasi-syariah.
Diakses pada 21 Maret 2019, pkl 19.00
Rahmawati, Yuke. “Resosialisasi Investasi Keuangan
Syariah”https://media.neliti.com/media/publications/194935-ID-resosialisasi-investasi-
keuangan-syariah.pdf. diakses pada 24 Maret 2019, pkl 13.30
“Definisi Menurut Para Ahli”http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-investasi-
syariah/. Diakses pada 21 Maret 2019, pkl 19.21
11