Anda di halaman 1dari 42

Hand Out

DRAINASE PERKOTAAN

BAB I
STANDAR YANG DIGUNAKAN DAN PENGERTIAN
1.1. Pengertian
Drainase (drainage) yang berasal dari kata kerja “to drain” yang berarti mengeringkan atau
mengalirkan air, adalah terminologi yang digunakan untuk menyatakan sistem-sistem yang
berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan air baik di atas maupun di bawah
permukaan tanah. Sedangkan drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan
pengaliran air yang mengkhususkan pengkajian pada pada kawasan perkotaan yang
meliputi : pemukiman, kawasan industri dan perdagangan, sekolah, rumah sakit, fasilitas
umum lainnya.

Pengertian drainase perkotaan tidak terbatas pada teknik pembuangan air yang berlebihan
namum lebih luas lagi menyangkut keterkaitannya dengan lingkungan fisik dan
lingkungan sosial budaya yang ada di kawasan tersebut.
Pertumbuhan kota dan perkembangan industri menimbulkan dampak yang cukup besar
pada siklus hidrologi sehingga berpengaruh besar terhadap sisitem drainase perkotaan.
Setiap perkembangan kota harus diikuti dengan perbaikan sistem drainase, dan tidak cukup
jika hanya pada lokasi yang dikembangkan, melainkan harus meliputi daerah sekitarnya
juga. Hal ini disebabkan adanya perkembangan beberapa kawasan hunian yang disinyalir
sebagai penyebab utama terjadinya banjir dan genangan di lingkungan sekitarnya. Oleh
karena perkembangan urbaninsasi, menyebabkan perubahan tata guna lahan sedangkan
siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh tata guna lahan.

Jaringan drainase perkotaan meliputi seluruh alur air, baik alur alam maupun alur buatan
yang hulunya terletak di kota dan bermuara di sungai yang melewati kota tersebut atau
bermuara ke laut di tepi kota tersebut.

Drainase perkotaan melayani kelebihan air pada suatu kota dengan mengalirkannya
melalui permukaan tanah atau di bawah permukaan tanah, untuk dibuang ke sungai, laut
dan danau. Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestik maupun air
limbah industri. Oleh karena itu, drainase perkotaan harus terpadu dengan sanitasi,
sampah, pengendalian banjir kota dan lain-lain.

Universitas Tadulako | Hal - 1


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

1.2. Tujuan Drainase

Drainase perkotaan bertujuan untuk mengalirkan air lebih dari suatu kawasan yang berasal dari
air hujan maupun air buangan, agar tidak terjadi genangan yang berlebihan pada suatu kawasan
tertentu. Karena suatu kota terbagi-bagi menjadi beberapa kawasan, maka drainase di masing-
masing kawasan merupakan komponen yang saling terkait dalam suatu jaringan drainase
perkotaan dan membentuk satu sistem drainase perkotaan.

1.3. Manfaat Drainase

Dengan adanya suatu sistem drainase di perkotaan maka akan diperoleh banyak manfaat pada
kawasan perkotaan yang bersangkutan, yaitu :
 Semakin meningkatnya kesehatan, kenyamanan dan keasrian daerah pemukiman
khususnya dan daerah perkotaan pada umumnya.
 Dengan tidak adanya genangan air, banjir dan pembuangan limbah yang tidak teratur,
maka kualitas hidup penduduk di wilayah bersangkutan akan menjadi lebih baik
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan ketentraman seluruh masyarakat.

1.4. Jenis Drainase


1.4.1 Menurut Proses Terbentuknya
a. Drainase Alamiah

Terbentuk melalui proses alamiah yang berlangsung lama. Terbentuk akibat gerusan air yang
bergerak karena kontur tanah yang miring kemudian membentuk jalan air permanen seperti
sungai. Tidak terdapat bangunan-bangunan penunjang.

Gambar 1. Drainase Alamiah

Universitas Tadulako | Hal - 2


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

b. Drainase Buatan
Merupakan suatu sistem yang dibuat dengan maksud tertentu sehingga memerlukan bangunan-
bangunan khusus seperti saluran pasangan, gorong-gorong, dan sebagainya.

Gambar 2. Drainase Buatan

1.4.2 Menurut Letak Bangunan


a. Drainase Permukaan Tanah (surface drainage)
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan limpasan
permukaan. Analisa alirannya
b. Drainase Bawah Permukaan (subsurface drainage)
Saluran drainase yang mengalirkan air permukaan melalui media-media di bawah permukaan
tanah (pipa-pipa) dikarenakan alasan tertentu.

1.4.3 Menurut Fungsi


a. Single Purpose,
yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis buangan, misalnya air hujan saja atau air
buangan lain seperti limbah domestik, limbah industri dll
b. Multi purpose,
yaitu saluran yang mengalirkan beberapa jenis air buangan secara bergantian.
1.4.4 Menurut Konstruksi
a. Saluran Terbuka
biasa dibangun untuk membuang kelebihan air hujan maupun non hujan yang dianggap tidak
membahayakan kesehatan ligkungan
b. Multi purpose,
biasa dibangun untuk membuang kelebihan air hujan maupun non hujan yang dianggap tidak
membahayakan kesehatan ligkungan .

Universitas Tadulako | Hal - 3


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

1.5 Tata letak saluran drainase


Beberapa contoh medel tata letak saluran yang dapat diterapkan dalam perencanaan
jaringan drainase antara lain :

a. Pola alamiah
Letak conveyor drain (b) ada di bagian rendah (lembah) dari suatu daerah yang secara
efektif berfungsi sebagai pengumpul dari anak cabang saluran yang ada (collector
drain). Di mana collector maupun conveyor drain merupakan saluran alami. Pola ini
umumnya dibuat pada daerah yang mempunyai topografi yang sedikit lebih tinggi dari
pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuangan akhir berada di tengah kota.

a a b a a b

a a a
a

a = collektor drain
b = conveyor drain

b. Pola siku
Conveyor drain terletak di lembah dan merupakan saluran alami, sedangkan collector
drain dibuat tegak lurus dari conveyor drain.

a a a a a
b
b
a a a a a

c. Pola paralel
Collector drain yang menampung debit dari sungai-sungai yang lebih kecil dibuat
sejajar satu sama lain dan kemudian masuk conveyor drain.

a
a
Universitas Tadulako | Hal - 4
a a a
a
b
a a
Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

d. Pola jaring-jaring
Untuk mencegah terjadinya pembebanan aliran dari suatu daerah terhadap daerah
lainnya, maka dapat dibuat beberapa interceptor drain (a) yang kemudian ditampung ke
dalam saluran collector (b) dan selanjutnya dialirkan menuju saluran conveyor.

a a
a
a a
a a = Interceptor
a
a a
b = Collector Drain
a
b b
c = Conveyor Drain
c

e. Pola grid iron


Beberapa interceptor drain dibuat satu sama lain sejajar, kemudian ditampung di
collector drain untuk selanjutnya masuk kedalam conveyor drain.

a
a a
a
b

f. Pola radial
Suatu daerah genangan dikeringkan melaui beberapa collector drain dari suatu titik
menyebar ke segala arah (sesuai dengan kondisi topografi daerah).

Universitas Tadulako | Hal - 5


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

BAB II
DRAINASE BERKELANJUTAN

1. Paradigma Lama Drainase


Konsep drainase yang dulu dipakai di Indonesia (paradigma lama) adalah drainase pengatusan
yaitu mengatuskan air kelebihan (utamanya air hujan) ke badan air terdekat. Air kelebihan
secepatnya dialirkan ke saluran drainase, kemudian ke sungai dan akhirnya ke laut, sehinggga
tidak menimbulkan genangan atau banjir. Konsep pengatusan ini masih dipraktekkan masyarakat
sampai sekarang. Pada setiap proyek drainase, dilakukan upaya untuk membuat alur-alur saluran
pembuang dari titik genangan ke arah sungai dengan kemiringan yang cukup untuk membuang
sesegera mungkin air genangan tersebut. Drainase pengatusan semacam ini adalah drainase yang
lahir sebelum pola pikir komprehensif berkembang, dimana masalah genangan, banjir,
kekeringan dan kerusakan lingkungan masih dipandang sebagai masalah lokal dan sektoral yang
bisa diselesaikan secara lokal dan sektoral pula tanpa melihat kondisi sumber daya air dan
lingkungan di hulu, tengah dan hilir secara komprehensif.

2. Drainase Berwawasan Lingkungan (Ekodrainase)


Dengan perkembangan berfikir komprehensif serta didorong oleh semangat antisipasi perubahan
iklim yang dewasa ini terjadi, maka diperlukan perubahan konsep drainase menuju ke drainase
ramah lingkungan atau ekodrainase (paradigma baru). Drainase ramah lingkungan didefinisikan
sebagai upaya untuk mengelola air kelebihan (air hujan) dengan berbagai metode diantaranya
dengan menampung melalui bak tandon air untuk langsung bisa digunakan, menampung dalam
tampungan buatan atau badan air alamiah, meresapkan dan mengalirkan ke sungai terdekat tanpa
menambah beban pada sungai yang bersangkutan serta senantiasa memelihara sistem tersebut
sehingga berdaya guna secara berkelanjutan.
Dengan konsep drainase ramah lingkungan tersebut, maka kelebihan air hujan tidak secepatnya
dibuang ke sungai terdekat. Namun air hujan tersebut dapat disimpan di berbagai lokasi di
wilayah yang bersangkutan dengan berbagai macam cara, sehingga dapat langsung dimanfaatkan
atau dimanfaatkan pada musim berikutnya, dapat digunakan untuk mengisi/konservasi air tanah,
dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas ekosistem dan lingkungan, dan dapat digunakan
sebagai sarana untuk mengurangi genangan dan banjir yang ada. Dengan drainase ramah
Universitas Tadulako | Hal - 6
Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

lingkungan, maka kemungkinan banjir/genangan di lokasi yang bersangkutan, banjir di hilir


serta kekeringan di hulu dapat dikurangi. Hal ini karena sebagian besar kelebihan air hujan
ditahan atau diresapkan baik bagian hulu, tengah maupun hilir. Demikian juga Longsor di bagian
hulu akan berkurang karena fluktuasi lengas tanah tidak ekstrim dan perubahan iklim yang ada
di daerah tengah dan hulu dan beberapa daerah hilir tidak terjadi dengan tersedianya air yang
cukup, lengas tanah yang cukup maka flora dan fauna di daerah tersebut akan tumbuh lebih baik.
Hal ini dapat mengurangi terjadinya perubahan iklim mikro maupun makro di wilayah yang
bersangkutan.
konsep dasar pengembangan drainase berkelanjutan adalah :

1. Meningkatkan daya guna air


2. Meminimalkan kegugian
3. Memperbaiki dan konservasi lingkungan
Diperlukan usaha-usaha yang komprehensif dan intergratif yang meliputi seluruh proses, baik
yang bersifat structural maupun yang non structural, untuk mencapai tujuan tersebut. Prioritas
utama kegiatan harus ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara
mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan.

Universitas Tadulako | Hal - 7


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

BAB III
ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA
3.1. Kriteria Hidrologi
Kriteria perencanaan hidrologi adalah sebagai berikut:
a. Hujan Rencana
1) Perkiraan hujan rencana dilakukan dengan analisis frekuensi terhadap data curah
hujan harian rata-rata maksimum tahunan, dengan lama pengamatan sekurang-
kurangnya 10 tahun terakhir dari minimal 1(satu) stasiun pengamatan.
2) Apabila dalam suatu wilayah administrasi kota terdapat lebih dari 1(satu) stasiun
pengamatan, maka perhitungan rata-rata tinggi curah hujan harian maksimum
tahunan dapat ditentukan dengan tiga metode yang umum digunakan, yaitu:
(i) Metode Aritmatik (rata-rata Aljabar)
Tinggi rata-rata curah hujan yang didapatkan dengan mengambil nilai rata-rata
hitung (arithmetic mean) pengukuran hujan di pos penakar-penakar hujan
didalam areal tersebut. Jadi cara ini akan memberikan hasil yang dapat
dipercaya jika pos-pos penakarnya ditempatkan secara merata di areal tersebut,
dan hasil penakaran masing-masing pos penakar tidak menyimpang jauh dari
nilai rata-rata seluruh pos di seluruh areal (CD Soemarto, 1999).
d1  d2  ...  dn n
di
d
n
= n
i 1

di mana :

d = tinggi curah hujan rata-rata
d1, d2, dn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1, 2, ….n
n = banyaknya pos penakar

(ii) Metode Polygon Thiessen


Menurut Kiyotaka Mori dkk. (1977), metode ini sering digunakan pada analisis
hidrologi karena metode ini lebih teliti dan obyektif dibanding metode lainnya
dan metode ini dapat digunakan pada daerah yang memiliki titik pengamatan
yang tidak merata. Cara ini adalah dengan memasukkan faktor pengaruh

Universitas Tadulako | Hal - 8


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

daerah yang mewakili oleh stasiun hujan yang disebut faktor pembobotan atau
koefisien Thiessen. Untuk pemilihan stasiun hujan yang dipilih harus meliputi
daerah aliran sungai yang akan dibangun. Besarnya koefisien Thiessen
tergantung dari luas daerah pengaruh stasiun hujan yang dibatasi oleh poligon-
poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung
stasiun (Gambar 3.1). Setelah luas pengaruh tiap-tiap stasiun didapat, maka
koefisien Thiessen dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (CD
Soemarto, 1999) :
Ai
C
A total

A 1R 1  A 2R 2  ...  A nR n
R
A 1  A 2  ...  A n
di mana :
C = Koefisien Thiessen
Ai = Luas pengaruh dari stasiun pengamatan i
A = Luas total dari DAS

R = Curah hujan rata-rata
R1, R2,..,Rn = Curah hujan pada setiap titik pengukuran (stasiun)

Sta 2
Batas DAS

A2 Poligon Thiessen

Sta 1 A3
Sta 3
A1 A4

Sta 4
A5
A6 A7

Sta 5 Sta 6 Sta 7

Gambar 3.1. Metode Poligon Thiessen

(iii) Metode Ihsohyet


Dengan cara ini, dapat digambar terlebih dahulu kontur tinggi hujan yang sama
(isohyet), seperti terlihat pada Gambar 3.2, kemudian luas bagian di antara

Universitas Tadulako | Hal - 9


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

isohyet-isohyet yang berdekatan diukur, dan nilai rata-rata dihitung sebagai


nilai rata-rata timbang nilai kontur sebagai berikut (CD Soemarto, 1999) :
d0  d1
A 1 d1 2d2 A 2  ...  dn12dn A n
d 2

A 1  A 2  ...  A n
n n

 d i 1  d i
2
Ai 
i 1
d i 1  d i
2
Ai
i 1
= =
n
A
A
i 1
i

di mana :
A = A1+A2+…+An (luas total area)

d = tinggi curah hujan rata-rata area
d0, d1, dn = curah hujan pada isohyet 0, 1, 2,…, n

Batas DAS
Stasiun hujan
Kontur tinggi hujan

A1 A3 A4 A5 A6
A2

50 mm 60 mm 70 mm
10 mm 40 mm
20 mm 30 mm

Gambar 3.2. Metode Isohyet

Pemilihan dari ketiga metode tersebut tergantung pada jumlah dan sebaran stasiun
hujan yang ada, serta karateristik DAS.

3) Perhitungan Dispersi
Dalam analisis frekuensi curah hujan data hidrologi dikumpulkan, dihitung, disajikan
dan ditafsirkan dengan menggunakan prosedur tertentu, yaitu metode statistik. Pada
kenyataannya bahwa tidak semua varian dari suatu variabel hidrologi terletak atau
sama dengan nilai rata-ratanya. Variasi atau dispersi adalah besarnya derajat atau

Universitas Tadulako | Hal - 10


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

besaran varian di sekitar nilai rata-ratanya. Cara mengukur besarnya dispersi disebut
pengukuran dispersi (Soewarno, 1995).
Adapun cara pengukuran dispersi antara lain :
(i) Deviasi Standar (S)
Umumnya ukuran dispersi yang paling banyak digunakan adalah deviasi
standar (standard deviation) dan varian (variance). Varian dihitung sebagai
nilai kuadrat dari deviasi standar. Apabila penyebaran data sangat besar
terhadap nilai rata-rata maka nilai standar deviasi akan besar, akan tetapi
apabila penyebaran data sangat kecil terhadap nilai rata-rata maka standar
deviasi akan kecil.
Rumus :
n

 (X
i 1
i  X)
S
(n  1)
Dimana :
S = deviasi standar
Xi = nilai variat
X = nilai rata-rata
n = jumlah data

(ii) Koefisien Skewness (Cs)


Kemencengan (skewness) adalah suatu nilai yang menunjukkan derajat
ketidaksimetrisan (assymetry) dari suatu bentuk distribusi. Umumnya ukuran
kemiringan dinyatakan dengan besarnya koefisien kemencengan (coefficient of
skewness).
Rumus :
n
n (X i  X) 3
i 1
Cs 
(n  1)(n  2)S 3
Dimana :
CS = koefisien kemiringan
Xi = nilai variat
X = nilai rata-rata

Universitas Tadulako | Hal - 11


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

n = jumlah data
S = standar deviasi
(iii) Pengukuran Kurtosis (Ck)
Pengukuran kurtosis dimaksudkan untuk mengukur keruncingan dari bentuk
kurva distribusi, yang umumnya dibandingkan dengan distribusi normal.
Rumus :
n
1
n
 (X i  X) 4
Ck  i 1

S4
Dimana :
Ck = koefisien kurtosis
Xi = nilai variat
X = nilai rata-rata
n = jumlah data
S = standar deviasi

(iv) Koefisien Variasi (Cv)


Koefisien variasi (variation coefficient) adalah nilai perbandingan antara
deviasi standar dengan nilai rata-rata hitung dari suatu distribusi.
Rumus :
S
Cv 
X
Keterangan :
Cv = koefisien variasi
S = standar deviasi
X = nilai rata-rata
Dari nilai-nilai di atas, kemudian dilakukan pemilihan jenis sebaran yaitu
dengan membandingkan koefisien distribusi dari metode yang akan digunakan.

Universitas Tadulako | Hal - 12


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

4) Analisis frekuensi terhadap curah hujan, untuk menghitung hujan rencana dengan
berbagai kala ulang (1, 2, 5, 10, 25, dan 50 tahun), dapat dilakukan dengan
menggunakan metode :
(i) Normal
Dalam analisis hidrologi distribusi normal banyak digunakan untuk
menganalisis frekuensi curah hujan, analisis statistik dari distribusi curah hujan
tahunan, debit rata-rata tahunan. Distribusi normal atau kurva normal disebut
pula distribusi Gauss.
Rumus :
X t  X rt  k  S
Dimana :
Xt = curah hujan rencana
Xrt = curah hujan rata-rata
k = koefisien untuk distribusi Normal
S = standar deviasi
(ii) Metode log normal
Distribusi Log Normal, merupakan hasil transformasi dari distribusi Normal,
yaitu dengan mengubah varian X menjadi nilai logaritmik varian X.
Rumus :
LogX t  LogX rt  k  S

X t  10LogX t
Dimana :
Xt = curah hujan rencana
Xrt = curah hujan rata-rata
k = koefisien untuk distribusi Normal
S = standar deviasi
(iii) Gumbel I
Distribusi Tipe I Gumbel atau Distribusi Extrim Tipe I (extreme type I
distribution) digunakan untuk analisis data maksimum, misalnya untuk analisis
frekuensi banjir.
Rumus :

Universitas Tadulako | Hal - 13


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

 Y  Yn 
X t  X rt     S
 Sn 
Dimana :
Xt = curah hujan rencana
Xrt = curah hujan rata-rata
S = standar deviasi
Sn = standar deviasi ke n
Y = koefisien untuk distribusi Gumbel
Yn = koefisien untuk distribusi Gumbel ke n

(iv) Metode log Pearson tipe III


Distribusi log-Pearson Tipe III banyak digunakan dalam analisis hidrologi,
terutama dalam analisis data maksimum (banjir) dan minimum (debit
minimum) dengan nilai extrim. Bentuk distribusi log-Pearson tipe III
merupakan hasil transformasi dari distribusi Pearson tipe III dengan
menggantikan variat menjadi nilai logaritmik.
Rumus :
LogX t  LogX rt  k  S

X t  10 LogXt

Dimana :
Xt = curah hujan rencana
Xrt = curah hujan rata-rata
k = koefisien untuk distribusi Log Pearson
S = standar deviasi

5) Ploting Data
Perkiraan kasar periode ulang atau curah hujan yang mungkin, lebih mudah
dilakukan dengan menggunakan kertas kemungkinan. Kertas kemungkinan normal
(normal probability paper) digunakan untuk curah hujan tahunan yang mempunyai
distribusi yang hampir sama dengan distribusi normal dan kertas kemungkinan
logaritmis normal (logarithmic-normal probability paper) digunakan untuk curah

Universitas Tadulako | Hal - 14


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

hujan harian maksimum dalam setahun yang mempunyai distribusi normal


logaritmis (Sosrodarsono dan Takeda, 1977).

Plotting data distribusi frekuensi dalam kertas probabilitas bertujuan untuk


mencocokkan rangkaian data dengan jenis sebaran yang dipilih, dimana kecocokan
dapat dilihat dengan persamaan garis yang membentuk garis lurus. Hasil plotting
juga dapat digunakan untuk menaksir nilai tertentu dari data baru yang kita peroleh
(Soewarno, 1995).

Dalam hal ini harus dipilih kertas kemungkinan yang sesuai dengan distribusi data
secara teoritis maupun empiris dan bentuk distribusi ditentukan dengan
menggambarkannya (Sosrodarsono dan Tominaga, 1985).

Ada dua cara untuk mengetahui ketepatan distribusi probabilitas data hidrologi, yaitu
data yang ada diplot pada kertas probabilitas yang sudah didesain khusus atau
menggunakan skala plot yang melinierkan fungsi distribusi. Posisi pengeplotan data
merupakan nilai probabilitas yang dimiliki oleh masing-masing data yang diplot.
Banyak metode yang telah dikembangkan untuk menentukan posisi pengeplotan
yang sebagian besar dibuat secara empiris. Untuk keperluan penentuan posisi ini,
data hidrologi (hujan atau banjir) yang telah ditabelkan diurutkan dari besar ke kecil
(berdasarkan peringkat m), dimulai dengan m = 1 untuk data dengan nilai teringgi
dan m = n (n adalah jumlah data) untuk data dengan nilai terkecil. Periode ulang Tr
dapat dihitung dengan beberapa persamaan yang telah terkenal, yaitu Weinbull,
California, Hazen, Gringorten, Cunnane, Blom dan Turkey. Data yang telah
diurutkan dan periode ulangnya telah dihitung dengan salah satu persamaan diatas
diplot di atas kertas probabilitas sehingga diperoleh garis Tr vs P (hujan) atau Q
(debit banjir) yang berupa garis lurus (Suripin, 2003).

6) Pengujian Kecocokan Sebaran


Untuk menentukan kecocokan (the goodness of fit test) distribusi frekuensi dari
sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dapat
menggambarkan/mewakili distribusi frekuensi tersebut diperlukan pengujian
parameter. Pengujian parameter dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Chi-Kuadrat
ataupun dengan Smirnov-Kolmogorov. Umumnya pengujian dilaksanakan dengan
cara menggambarkan data pada kertas peluang dan menentukan apakah data tersebut

Universitas Tadulako | Hal - 15


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

merupakan garis lurus, atau dengan membandingkan kurva frekuensi dari data
pengamatan terhadap kurva frekuensi teoritisnya (Soewarno, 1995).
(i) Uji Chi-Kuadrat
Uji chi-kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi
peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data
yang dianalisis. Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter x2, oleh
karena itu disebut dengan uji Chi-Kuadrat.
Adapun kriteria penilaian hasilnya adalah sebagai berikut :
1) Apabila peluang lebih dari 5 % maka persamaan distribusi teoritis yang
digunakan dapat diterima.
2) Apabila peluang lebih kecil dari 1 % maka persamaan distribusi teoritis yang
digunakan dapat diterima.
3) Apabila peluang berada di antara 1 % - 5 %, maka tidak mungkin mengambil
keputusan, perlu penambahan data.

(ii) Uji Smirnov-Kolmogorov


Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov, sering juga disebut uji kecocokan non
parametrik (non parametric test), karena pengujiannya tidak menggunakan
fungsi distribusi tertentu.
Pengujian kecocokan sebaran dengan cara ini dinilai lebih sederhana dibanding
dengan pengujian dengan cara Chi-Kuadrat. Dengan membandingkan
kemungkinan (probability) untuk setiap variat, dari distribusi empiris dan
teoritisnya, akan terdapat perbedaan (Δ ) tertentu.
Apabila harga Δ max yang terbaca pada kertas probabilitas lebih kecil dari Δ
kritis maka distribusi teoritis yang digunakan untuk menentukan persamaan
distribusi dapat diterima, apabila Δ max lebih besar dari Δ kritis maka distribusi
teoritis yang digunakan untuk menentukan persamaan distribusi tidak dapat
diterima.

7) Perhitungan intensitas hujan ditinjau dengan menggunakan metode Mononobe atau


yang sesuai.
Rumus Intensitas curah hujan digunakan Persamaan Mononobe, yaitu:
R24 24 2 / 3
I x
24 tc
Universitas Tadulako | Hal - 16
Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

Bila:
I = intensitas curah hujan dalam mm/jam.
R24 = curah hujan harian maksimum tahunan untuk kala ulang t tahun.
tc = waktu konsentrasi dalam jam.

b. Debit Banjir Rencana:


1) Debit banjir rencana drainase perkotaan dihitung dengan metode rasional, metode
rasional yang telah dimodifikasi, dan/atau typical hydrograf for urban areas, atau
cara lain yang sesuai dengan karakteristik DPSal dan data yang tersedia.
Metode Rasional adalah sebagai berikut:
Qp = 0,00278.C.I.A

Bila :
Qp = debit puncak banjir (m3/dt).
I = intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
A1 xC1 + A2 xC2 + A3 xC3 +. . . An xCn
𝐶𝑒𝑞 =
∑ni=1 Ai
Bila :
Ceq = koefisien limpasan ekivalen.
C1, C2,C3,…Cn = koefisien limpasan masing-masing sub-DPSal.
A1, A2, A3,..An = luas sub-DPSal dalam ha.

Modified Rational Methodatau rational method yang dimodifikasi persamaannya


sebagai berikut:
Qp = 0,00278.Cs.C.I.A

Qp = debit puncak banjir (m3/dt).


Cs = koefisien tampungan (storage coefficient).
Atau
2tc
Cs=
2tc +td

tc = waktu konsentrasi dalam menit.


td = waktu pengaliran air yang mengalir di dalam saluran sampai titik
yang ditinjau dalam menit.
C = koefisien limpasan.
I = intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam).

Universitas Tadulako | Hal - 17


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

A = luas daerah pengaliran saluran/DPSal (ha).


tc = to+ td
to = waktu pengaliran air yang mengalir di atas permukaan tanah menuju
saluran (inlet time) dalam menit.
td = waktu pengaliran air yang mengalir di dalam saluran sampai titik
yang ditinjau (conduit time) dalam menit, atau
V = kecepatan air di dalam saluran dalam meter per-menit.
L
𝑡𝑑 =
V

2) Koefisien limpasan (run off) ditentukan berdasarkan tata guna lahan daerah
tangkapan.

Tabel 3.1. Besar Koefisien Pengaliran


Sifat Permukaan Koefisien
Kondisi Daerah Koefisien Pengaliran
Tanah Pengaliran
Perdagangan Jalan
- Daerah Kota 0,70 – 0,95 - Aspalt 0,70 – 0,95
- Daerah Dekat Kota 0,50 – 0,70 - Beton 0,80 – 0,95
Pemukiman - Batu bata 0,70 – 0,85
- Rumah Tinggal 0,30 – 0,50 - Batu Kerikil 0,15 – 0,35
Terpencar
- Kompleks 0,40 – 0,60 - Jalan Raya dan 0,70 – 0,85
Perumahan Trotoar
- Pemukiman 0,25 – 0,40 - Atap 0,75 – 0,95
(suburban)
- Apartemen 0,50 – 0,70 Lapangan Rumput,
Tanah Berpasir
Industri - Kemiringan 2 % 0,05 – 0,10
- Industri Ringan 0,50 – 0,80 - Rata-Rata 2- 7 % 0,10 – 0,15
- Industri Berat 0,60 – 0,90 - Curam (7%) 0,15 – 0,20
- Taman-Kuburan 0,10 – 0,25 Lapangan Rumput,
Tanah Keras
- Lapangan Bermain 0,10 – 0,25 - Kemiringan 2 % 0,13 – 0,17
- Daerah Hal. KA 0,20 – 0,40 0,18 – 0,22
- Rata-Rata 2- 7 %
- Daerah Tidak 0,10 – 0,30 - Curam (7%) 0,25 – 0,35
Terawat
Sumber : “Urban Drainage Guidelines and Technical Design Standards “, Dep.PU, Jakarta,
November, 1994

Universitas Tadulako | Hal - 18


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

3) Waktu konsentrasi adalah jumlah waktu pengaliran di permukaan yang diperlukan


air untuk mencapai debit maksimum dari titik saluran yang terjauh sampai titik yang
ditinjau. Waktu konsentrasi dihitung dengan rumus Kirpich atau lainnya.
𝑡𝑐 = 0,0195𝐿0,77 . 𝑆 −0,385

atau
tc = to + td
Bila :
tc = waktu konsentrasi dalam menit
L = panjang saluran dari titik yang terjauh sampai dengan titik
yang ditinjau dalam meter
S = kemiringan dasar saluran
to = waktu pengaliran air yang mengalir di atas permukaan tanah
menuju saluran (inlet time) dalam menit
td = waktu pengaliran air yang mengalir di dalam saluran sampai
titik yang ditinjau (conduit time) dalam menit
V = kecepatan air di dalam saluran dalam meter per-menit
L
𝑡𝑑 =
V

4) Saluran primer dalam kota yang mempunyai kemiringan dasar saluran yang berbeda-
beda, maka perhitungan kemiringan ekuivalennya, equivalent slope, S3 digunakan
rumus equivalent slope S3, seperti dalam Gambar 3.3.
5) Kemiringan dasar saluran (S) dikelompokkan menjadi tiga kelompok:
(a) Kelompok pertama adalah kemiringan saluran yang diperoleh dari elevasi dasar
saluran yang paling tinggi (maximum elevation) dan dasar saluran yang paling
rendah (minimum elevation) disebut kemiringan dasar saluran (channel
gradient) S1.
(b) Kelompok kedua adalah kemiringan saluran di bagian atas (A1) sama dengan
daerah di bagian bawah (A2), kemiringan tersebut disebut kemiringan konstan
(constant slope) S2.

Universitas Tadulako | Hal - 19


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

Y
𝑆2 =
L
Gambar 3.3. Kemiringan Dasar Saluran Ekuivalen
(c) Kelompok ketiga adalah kemiringan saluran yang diperoleh dari resultan
kemiringan saluran dari masing-masing sub daerah pengaliran (subreach
length), kemiringan dasar saluran ini disebut kemiringan dasar saluran ekuivalen
(equivalent slope), S3, yang dinyatakan dengan persamaan matematik sebagai
berikut:

Bila :
S3 = kemiringan dasar saluran ekuivalen (equivalent slope).
Li = panjang saluran pada masing-masing sub-DPS/DPSal.
n = jumlah sub-DPS/DPSal
Si = kemiringan dasar saluran pada masing- masing sub-DPS/DPSal.
6) Menyusun IDF Curve drainase perkotaan untuk kota yang bersangkutan untuk kala
ulang 2, 5, 10, dan 20 tahun.
7) Daerah Pengaliran Saluran (DPSal) yang mempunyai sub-DPSal, dan setiap sub-
DPSal mempunyai koefisien limpasan yang berbeda-beda, maka perhitungan

Universitas Tadulako | Hal - 20


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

koefisien limpasan ekuivalen (Ceq) menggunakan rumus koefisien limpasan


ekuivalen (Ceq).
3.2. Kriteria Hidrolika
Kriteria perencanaan hidrolika ditentukan sebagai berikut :
a. Bentuk saluran drainase umumnya: trapesium, segiempat, lingkaran, dan segitiga.
Bentuk dan rumusnya adalah sebagai berikut:
1) luas profil basah berbentuk lingkaran

Gambar 3.4. Profil Basah Berbentuk Lingkaran


Bila:
a = tinggi air (dalam m).
Ф = sudut ketinggian air (dalam radial)=y
r = jari-jari lingkaran (dalam m).
ф
A = luas profil basah (dalam m2) = 1/2 r2 (180 - sin ф).
ф
P = keliling basah (dalam m) = r ф=r .180

Penjelasan:
R = A/P = jari-jari hidrolis (dalam m).
Atau
1
A = 2r2(y – sin y)
1 π
A = 2r2(180𝑜 – sin )
π
P = 𝑟 180o = r

Jikan dihitung dengan bagian radial (3600 = 2π bagian radial), atau


2 1 Φp
A 2 𝑟 (180o ) − sin Φ
R= = pΦ
P 𝑟 0
sin180

Universitas Tadulako | Hal - 21


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

Kecepatan rata-rata yang paling besar (Vmaks), jika luas profil basah, A,
mempunyai harga jari-jari hidrolis, R yang terbesar. Dengan perkataan lain,
kecepatan aliran terbesar akan ada jika:
1 1800 1 sin
R= r (1- ) sin= (1- )
2 π 2 
Setelah dihitung terdapat Ψ = 257030’, sedangkan sin 257,50= - sin 77030’ jadi:
1 sin 1 sin 257,50
Rmaks = 2 r (1- ) = 2 (1- ), atau
 257,50

1 1
Rmaks = 𝑟(1 + 0,222 𝑥 0,976) = 𝑟𝑥1,22
2 2
Untuk pipa yang terisi air penuh, jari-jari hidrolis :
Ap 𝑟 2 1
Rp= = = r
Pp 2𝑟 2
1 1
Rmaks =( rx1,22÷ r)Rp=1,22 Rp
2 2
𝑑𝑅 𝑑𝑅 1 (𝑐𝑜𝑠 − 𝑠𝑖𝑛)
=0, jadi = r =cos-sin=0,
𝑑  2 2
Kecepatan rata-rata pada pipa terisi air penuh
2 1 2 1
Vp =K.Rp 3 .S2 , dan Vmaks=K.(Rmaks )3 . S2 =

K(1,22Rp )2/3 .S1/2 =1,14KRp 2/3 .S1/2 atau Vmaks =1,14Vp


Aliran atau debit terbesar (Q) terjadi apabila dQ/d = 0, ini berarti bahwa :
Q terbesar akan terdapat, jika terdapat ф = 30809’ (hasil hitungan).
- Untuk menghitung Q maks dapat dilakukan perhitungan dengan Qmaks = A x
V. Debit Q yang terbesar bukan karena Amaks atau Vmaks, akan tetapi A x V
yang terbesar hasilnya yang menentukan:
- Pada pipa yang terisi penuh air, banyaknya aliran atau debit:
Qmaks =1,077Qp atau  1,08Qp

2) luas profil basah berbentuk trapesium

Universitas Tadulako | Hal - 22


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

Gambar 3.5. Profil Basah Berbentuk Trapesium


Luas profil basah berbentuk trapesium dapat dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut:
(B+T)
A= xh
2
Bila:
A = luas profil basah (m2)
B = lebar dasar saluran (m)
h = tinggi air di dalam saluran (m)
T = (B + 2mh) = lebar atas muka air
m = kemiringan talud

3) luas profil basah berbentuk segitiga

Gambar 3.6. Profil Basah Berbentuk Segitiga

Luas profil basah berbentuk segitiga dapat dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut:
1
A= xTxh
2
Bila:
A = luas profil basah (m2).
B = 0 (nol).
h = tinggi air di dalam saluran (m).
T = 2mh
m = kemiringan talud

4) luas profil basah berbentuk segiempat

Universitas Tadulako | Hal - 23


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

Gambar 3.7. Profil Basah Berbentuk Segiempat

Luas profil basah berbentuk segiempat dapat dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut:
A=B x h
Bila:
A = luas profil basah (m2).
B = lebar dasar saluran (m).
h = tinggi air di dalam saluran (m).
T = B.
m = 0 (nol)
b. Kecepatan saluran rata-rata dihitung dengan rumus Chezy, Manning dan Strickler. Ru-
musnya adalah sebagai berikut:
1) Rumus Chezy
V=CRI
Bila :
V = kecepatan aliran dalam m/dt
C = koefisien Chezy
R = jari-jari hidrolis dalam m
A = profil basah saluran dalam m2
P = keliling basah dalam m
I = kemiringan dasar saluran
Beberapa ahli telah mengusulkan beberapa bentuk koefisien Chezy dari rumus
umum V = C ,antara lain : Bazin, Manning dan Strickler.
2) Rumus Bazin
Bazin mengusulkan rumus berikut ini :
87
𝐶 = 𝑔𝐵
1 +
√𝑅

Universitas Tadulako | Hal - 24


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

dengan gB adalah koefisien yang tergantung pada kekasaran dinding. Nilai gB


untuk beberapa jenis dinding saluran dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Koefisien Kekasaran Bazin

Jenis Dinding gB
Dinding sangat halus (semen) 0,6
Dinding halus (papan, batu, bata) 0,16
Dindind batu pecah 0,46
Dinding tanah sangat teratur 0,85
Saluran tanah dengan kondisi biasa 1,30
Saluran tanah dengan dasar batu pecah 1,75
dan tebing rumput
Sumber : “Standar SK SNI M-18-1989-F, Metode Perhitungan Debit Banjir”

3) Rumus Manning
Seorang ahli dari Islandia, Robert Manning mengusulkan rumus berikut ini:
1
C= R2/3
n
Dengan koefisien tersebut maka rumus kecepatan aliran menjadi :
1
V= n R2/3 I1/2 , Rumus ini dikenal dengan rumus Manning

Bila :
n = koefisien Manning dapat dilihat dalam Tabel 3.3
R = jari-jari hidrolis dalam m
A = profil basah saluran dalam m2
P = keliling basah dalam m
I = kemiringan dasar saluran

Tabel 3.3. Koefisien Kekasaran Manning

Bahan Koefisien Kekasaran Manning (n)


Besi tuang dilapis 0.014
Kaca 0.010
Saluran beton 0.013
Bata dilapis mortar 0.015

Universitas Tadulako | Hal - 25


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

Pasangan batu disemen 0.025


Saluran tanah bersih 0.022
Saluran tanah 0.030
Saluran dengan dasar batu dan tebing
0.040
rumput
Saluran pada galian batu padas 0.040
Sumber : “Hidraulika”, Prof.Dr.Ir. Bambang Triatmodjo,CES,DEA

4) Rumus Strickler
Strickler mencari hubungan antara nilai koefisien n dari rumus Manning sebagai
fungsi dari dimensi material yang membentuk dinding saluran. Untuk dinding
saluran dari material yang tidak koheren, koefisien Strickler, ks diberikan oleh
rumus :
1
ks= n, sehingga rumus kecepatan menjadi :

V=ks R2/3 I1/2


c. Apabila di dalam saluran existing terdapat nilai kekasaran dinding atau koefisien
Manning yang berbeda satu dengan lainnya, maka dicari nilai kekasaran dinding
ekivalen (neq).
1) Rumus Kekasaran Dinding Ekivalen (n)
Bentuk profil saluran seperti dalam Gambar 3.8, maka untuk mencari nilai
kekasaran dinding ekivalen digunakan rumus:

Gambar 3.8. Penampang Profil Basah Majemuk

2/3
(∑ ni 3/2 Pi )
n=
P2/3
Bila:

Universitas Tadulako | Hal - 26


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

n = nilai kekasaran dinding ekuivalen.


Pt = total keliling basah dalam m.
ni = kekasaran dinding pada sub-profil basah i.
Pi = panjang keliling basah pada sub-profil basah i.

2) Rumus Aliran (Q)


Untuk menghitung debit profil majemuk existing pada saluran drainase perkotaan
digunakan rumus kontinuitas dengan mengalikan luas profil basah dengan
kecepatan rata-rata menggunakan rumus Manning dan koefisen kekasaran ekivalen
(neq). Rumus alirannya adalah sebagai berikut:
1 2/3 1/2
Qt =At R S
neq t
Qt = total dalam m3/dt
At = luas profil basah total dari masing-masing sub-profil basah dalam
m2
Rt = total jari-jari hidraulis dari masing-masing sub-profil basah dalam
m.
S = kemiringan rata-rata dasar saluran.
neq = kekasaran dinding ekuivalen yang nilainya dinyatakan dalam
persamaan:
𝐴𝑡(𝑅𝑡)2/3
neq =( 1 )
∑𝑛𝑖=𝑖 𝐴𝑖 𝑅𝑖 2/3
𝑛𝑡

d. Aliran kritis, sub-kritis dan super-kritis dinyatakan dengan bilangan Froude. Aliran
kritis apabila Froude number, Fr=1; aliran sub-kritis apabila Froude number <1 dan
aliran super-kritis apabila Froude number >1.
V
Froude number, Fr=
√gD

V = kecepatan aliran dalam m/dt


√𝑔𝐷 = cepat rambat gelombang dalam m/dt
D = A/T= kedalaman hidroulis dalam m
A = luas profil basah dalam m2
T = lebar muka air dari tampang saluran

e. Kala ulang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

Universitas Tadulako | Hal - 27


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

1) Kala ulang yang dipakai berdasarkan luas daerah pengaliran saluran dan jenis kota
yang akan direncanakan sistem drainasenya, seperti terlihat dalam Tabel 3.4.
2) Untuk bangunan pelengkap dipakai kala ulang yang sama dengan sistem saluran di
mana bangunan pelengkap ini berada ditambah 10% debit saluran.
3) Perhitungan curah hujan berdasarkan data hidrologi minimal 10 tahun terakhir
(mengacu pada tata cara analisis curah hujan drainase perkotaan).

Tabel 3.4. Kala Ulang Berdasarkan Tipologi Kota

f. Saluran drainase yang terpengaruh oleh pengempangan (back water effect) dapat
diperhitungkan dengan Standard Step atau Direct Step Method.

Gambar 3.9. Penggambaran Persamaan Energi pada Saluran Terbuka

Universitas Tadulako | Hal - 28


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

V2
Energi spesifik E=y+ 2g

1) Direct Step Method


Persamaan metode ini adalah sebagai berikut
E
=S - S
X 0 f
Bila :
X = X = panjang luas saluran antara profil 1 dan profil 2 dalam m;
Hukum Bernoulli :
V1 2 V2 2
Z1 + y1 + = Z2 + y2 + + hf
2g 2g
Z1 - Z2 = S0 x
hL =Sw x ;maka :
y2 y2
2 2 (y2 + 2 )-(y1 + 1 )
V1 V2 2g 2g
S0 x+ y1 + = y2 + + Sf x-→x= atau
2g 2g So-Sf

E2 -E1
x=x=
So-Sf
Kedalaman normal
1 1 By 2/3
 Saluran segiempat :Q=A n R2/3 S1/2 =By n (B+2y) S1/2
2/3
1 1 (B+2myn )yn
 Saluran trapesium : Q=A n R2/3 S1/2 =yn (B+ myn ) n ( 2
) S1/2
B+2yn√1+m

Kedalaman kritis

3 Q2 (B+2myc)
yc = √
g(B+myc)3
n2 V2
 Friction slope, Sf =
R4/3

2) Standard Step Method


Pada Gambar 3.9 memperlihatkan potongan ruas saluran 1 dan 2, persamaan total
head potongan 1 dan 2 adalah sebagai berikut :
V21 V22
S0 x+y1 + a1 =y2 + a2 +Sf x
2g 2g
Bila : a1, a2 = koefisien energi pada potongan 1 dan potongan 2 . Elevesi muka air di
atas datum pada potongan 1 dan potongan 2, persamaannya adalah sebagai berikut :

Universitas Tadulako | Hal - 29


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

Z1 = S0x + y1 + Z2
Z2 = y2 + Z2
1
Friction loss : hf =Sf x+ 2 (Sf1 +Sf2 )x

Bila : Sf1, Sf2 = kemiringan friksi (friction slope) pada potongan 1 dan potongan 2
𝑛 𝑉2 2
:𝑆̅𝑓 = 𝑅4/3 (metric)

Bila :
𝑆𝑓 = kemiringan friksi rata-rata pada potongan 1 dan potongan 2;
𝑉̅ = kecepatan rata-rata pada potongan 1 dan potongan 2;
𝑅̅ = jari-jari hidraulis rata-rata pada potongan 1 dan potongan 2
Persamaan total head menjadi :
V1 2 V2 2
Z1 + a1 = Z2 + a1 + hf +h0
2g 2g
Bila h0 = eddy loss (m)
Eddy loss sangat tergantung dari perubahan velocity head (velocit head change) dan
biasanya ho = dalam perhitungan.
Total head pada penampang 1 dan penampang 2 menjadi :
V1 2
H1 = Z1 + a1
2g
V2 2
H2 = Z2 + a1
2g
Maka persamaan total menjadi :
H1 = H2 + hf + h0

g. Penampang saluran terbaik atau penampang saluran ekonomis adalah penampang


saluran yang mempunyai keliling basah minimum akan memberikan daya tampung
maksimum kepada penampang saluran.

1) Bentuk trapesium

Untuk saluran ekonomis berbentuk trapesium seperti dalam Gambar, dengan lebar
dasar B, kedalaman y, dan kemiringan tebing tga=1/m, sehingga sudut a=600.
Luas Profil Basah,
A = y (B+my);
T = lebar muka air

Universitas Tadulako | Hal - 30


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

Gambar 3.10. Saluran Ekonomis Berbentuk Trapesium

2) Bentuk segiempat
Saluran dengan bentuk segiempat biasanya digunakan untuk saluran yang terbuat
dari pasangan batu atau beton seperti terlihat dalam Gambar 3.11.
Luas Tampang Basah : A = By
Keliling Basah : P = B+2y
Lebar B = 2y

Gambar 3.11. Saluran Ekonomis Berbentuk Segiempat

3) Bentuk setengah lingkaran


Dari semua bentuk tampang lintang yang ada, bentuk setengah lingkaran mempunyai
keliling basah terkecil untuk luas tampang tertentu.

Universitas Tadulako | Hal - 31


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

Gambar 3.12. Saluran Ekonomis Berbentuk Setengah Lingkaran

Dalam hal ini, r = y, A = 1/2py2, P = py dan R = y/2

4) Bentuk Segitiga

Gambar 3.13. Saluran Ekonomis Berbentuk Segitiga


Tabel 3.5.
Penampang Melintang Ekonomis Untuk Saluran Trapesium, Segiempat dan Segitiga dan
Setengah Lingkaran

Sumber : Urban Drainage Guidelines And Technical Design Standards, CIDA, Nopember 1994

Universitas Tadulako | Hal - 32


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

h. Ruang bebas saluran (freeboard) berkisar antara 0,30 sampai dengan 1,20 m tergantung
dari dalam dan lebarnya saluran, atau dengan menggunakan rumus seperti berikut ini :

𝐹𝑟 = √𝐶𝑓 . 𝑦

Bila:
Fr = ruang bebas (m)
y = kedalaman aliran rencana (m)
Cf = koefisien yang bervariasi dari 1,5 pada Q = 60 m3/dt sampai dengan 2,5
untuk Q = 85 m3/dt

i. Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan yang paling rendah yang akan
mencegah pengendapan dan tidak menyebabkan berkembangnya tanaman-tanaman air.
Kecepatan maksimum ditentukan oleh kekasaran dinding dan dasar. Untuk saluran
tanah V = 0,7 m/dt, pasangan batu kali V = 2 m/dt dan pasangan beton V = 3 m/dt.
Kecepatan maksimum dan minimum saluran juga ditentukan oleh kemiringan talud
saluran. seperti terlihat dalam tabel-tabel berikut ini:

Tabel 3.6. Jenis Saluran Terbuka

Universitas Tadulako | Hal - 33


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

Sumber : Urban Drainage Guidelines And Technical Design Standards, CIDA, Nopember 1994

Tabel 3.7.
Kecepatan Maksimum Yang Diizinkan Atas Rekomendasi Fortie dan Scoby (1926) Untuk
Straight Channels of Small Slope and After Aging

Sumber : Urban Drainage Guidelines And Technical Design Standards, CIDA, Nopember 1994

j. Saluran dengan berbagai lapisan adalah saluran yang dilapis dengan beton, batu kali dan
lapisan lainnya sedangkan dasar saluran dari tanah. Dengan menggunakan rumus
Manning dan koefisien kekasaran yang tepat untuk masing-masing dinding saluran,
debit dari tiap sub-penampang dapat dihitung sebagai berikut:

Q = Q1 + Q2 + Q3

Bila :

Universitas Tadulako | Hal - 34


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

Q1, Q2 dan Q3 = debit dari masing-masing sub penampang melintang 1,2, dan 3

Subsitusikan Q1, Q2 dan Q3kedalam persamaan Manning, maka diperoleh debit total :

1 1 1
Q= A1 R1 2/3 S0 1/2 + A2 R2 2/3 S0 1/2 + A3 R3 2/3 S0 1/2
n1 n2 n3

Gambar 3.14. Profil Melintang Saluran Ganda

k. Perhitungan Aliran Air melalui Gorong-gorong (Culvert)


Perhitungan gorong-gorong berdasarkan Federal Highway Administration’s (FHWA,
1985) adalah rumus standar untuk hidrolika gorong-gorong yang digunakan untuk
mamasukkan kontrol kehilangan saat pemasukan pada struktur.

Gambar 3.15. Tipe Gorong-Gorong yang Melintasi Jalan Raya

Universitas Tadulako | Hal - 35


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

Gambar 3.16. Layout untuk Metode Gorong-gorong

Gorong-orong merupakan saluran tertutup yang relatif pendek, yang menghubungkan


dua segmen saluran terbuka. Ada dua tipe gorong-gorong yang sering digunakan yaitu
gorong-gorong bulat (circular pipe culverts) dan gorong-gorong persegi (box culverts).
Gorong-gorong terdiri dari pemasukan (entrance) dimana air mengalir kedalam gorong-
gorong, barrel merupakan saluran gorong-gorong itu sendiri dan pengeluaran (exit)
adalah saat air keluar dari gorong-gorong.
1) Tailwater (TW) pada gorong-gorong adalah kedalaman air di titik pengeluaran atau
bagian hilir (downstream) dari gorong-gorong, yang diukur dari dasar gorong-
gorong di downstream. Kedalaman tailwater tergantung pada aliran rata-rata dan
kondisi hidrolika di downstream.
2) Headwater (HW) adalah kedalaman air dari dasar pemasukan (inlet) sampai garis
tinggi energi (energy grade line). Headwater menggambarkan banyaknya puncak
energi yang diijinkan mengalir melalui gorong-gorong.
3) Upstream Water Surface (WSu) adalah kedalaman air pada pemasukan atau bagian
hulu (upstream) dari gorong-gorong, yang diukur dari dasar gorong-gorong di
upstream.
4) Total Energy disemua titik adalah sama untuk elevasi dasar ditambah specific energy
(kedalaman air + puncak kecepatan).

Universitas Tadulako | Hal - 36


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

Gambar 3.17. Layout untuk Metode Gorong-gorong

Analisis Aliran pada Gorong-gorong


1) Kontrol Pemasukan (Inlet control)
Untuk kondisi kontrol pemasukan, kapasitas gorong-gorong dibatasi oleh luas
penampang daripada kondisi di hilir. Perhitungan kontrol pemasukan terdiri
pemasukan tidak tengggelam (unsubmerged inlet) dan pemasukan tenggelam
(submerged inlet).
 Pemasukan tidak tenggelam
M
HW i H c  Q 
  K 0.5 
 0.5S
D D  AD 

M
HW i  Q 
 K 0.5 
D  AD 

 Pemasukan tenggelam
2
HW i  Q 
 c 0.5 
 Y  0.5S
D  AD 

Dimana :
HWi = kedalaman energi air puncak di atas dasar gorong-gorong pada
pemasukan (m)

Universitas Tadulako | Hal - 37


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

D = diameter gorong-gorong (m)


Hc = puncak spesifik pada kedalaman kritis (dc + Vc2/2g) (m)
Q = debit yang melewati gorong-gorong (m3/dt)
A = luas penampang melintang gorong-gorong (m2)
S = kemiringan gorong-gorong (m/m)
K,M,c,Y = konstanta, tergantung bentuk gorong-gorong dan kondisi
Pemasukan
2) Kontrol Pengeluaran (Outlet control)
Untuk kontrol pengeluaran HEC-RAS menggunakan rumus Bernoulli’s untuk
menghitung perubahan energi melalui gorong-gorong dibawah kondisi kontrol
pengeluaran. Rumus yang digunakan adalah :
α 3 V32 α 2 V22
Z 3  Y3   Z 2  Y2  HL
2g 2g
Dimana :
Z3 = elevasi dasar upstream pada gorong-gorong
Y3 = kedalaman air diatas elevasi dasar upstream
V3 = kecepatan rata-rata upstream pada gorong-gorong

Kehilangan Energi Pada Gorong-Gorong


3) Kehilangan energi pada pemasukan (entrance):

V2
h e  0,5
2g
4) Kehilangan energi sepanjang gorong-gorong:

L V 2
hf 
D 2g
5) Kehilangan energi pada pengeluaran (exit):

V2
ho 
2g
Dimana:
V = kecepatan aliran dalam gorong-gorong
 = koefisien gesekan pada dinding gorong-gorong
L = panjang gorong-gorong
D = diameter gorong-gorong
Universitas Tadulako | Hal - 38
Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

3.3. Kriteria Stabilitas Bangunan


Untuk menjamuin keamanan konstruksi prasarana drainase yang akan dibangun, seperti
saluran, gorong-gorong, box culvert, atau bangunan pelengkap lainnya, maka perencanaan
prasarana drainase tersebut akan diperhitungkan terhadap beberapa tinjauan kemanan,
yaitu:
a. Stabilitas terhadap Guling
Keamanan terhadap guling dihitung dengan persamaan:

Sf 
M h

M v

dimana:
Sf : angka keamanan terhadap guling (diambil 2)
SMh : momentum akibat gaya horizontal (momen guling)
SMv : momentum akibat gaya vertikal (momen tahan)

b. Stabilitas terhadap Geser


Keamanan terhadap geser dihitung dengan persamaan:

Sf 
 V tan 
H
dimana:
Sf : angka keamanan terhadap geser (diambil 1,5)
F : sudut geser dalam efektif
SV : jumlah gaya geser vertikal
SH : jumlah gaya geser horizontal

c. Stabilitas terhadap Daya Dukung Tanah


Keamanan terhadap daya dukung tanah dihitung dengan cara sebagai berikut:
1) Kontrol eksentrisitas:
eksentrisitas resultante gaya di dasar pondasi dihitung dengan persamaan:

B   Mt   Mg  B

ex  
2  V  6

dimana:
ex : gaya eksentrisitas
B : lebar pondasi

Universitas Tadulako | Hal - 39


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

SMt : momen tahan


SMg : momen guling
SV : jumlah gaya vertikal

2) Kontrol daya dukung tanah:


daya dukung tanah dihitung dengan persamaan:

max 
 V  1  6e
   ij int anah
x

B  B 

min 
 V  1  6e
0x

B  B 

3.4. Kecepatan aliran

Untuk menghindari adanya genangan-genangan dan endapan disepanjang dasar saluran


serta mengurangi pengerusan pada dasar dan sisi saluran maka perlu ditentukan kecepatan
aliran minimum dan maksimum.
Dalam perencanaan sistem saluran drainase ini dipilih kecepatan minimum 0,75 m/dtk dan
kecepatan maksimum 3 m/dtk. Untuk pekerjaan ini kecepatan maksimum ditentukan
sebagai berikut :
 Saluran tanah alam = 0,7 m/dtk
 Saluran pasangan batu = 2 m/dtk
 Saluran pasangan beton = 3 m/dtk

3.5. Kemiringan dasar saluran


Kemiringan dasar saluran di sini adalah kemiringan dasar saluran arah memanjang di mana
umumnya dipengaruhi oleh kondisi topografi serta tinggi tekanan yang diperlukan untuk
adanya pengaliran sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.

Kemiringan dasar saluran maksimum yang diperbolehkan adalah 0,005 – 0,008 tergantung
dari bahan saluran yang digunakan (Joetata Hadiharjaja, 1997).

3.6. Tinggi muka air


Tinggi muka air saluran drainase di jaringan intern bergantung pada fungsi saluran
tersebut, yaitu :

Universitas Tadulako | Hal - 40


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

 Di jaringan tersier lahan membuang airnya langsung ke saluran tersier dan tinggi muka
air rencana di saluran tersier bisa mempunyai elevasi yang sama dengan tinggi
permukaan tanah.
 Di jaringan sekunder, saluran menerima air buangan dari saluran tersier, tinggi muka air
rencana di saluran sekunder ditentukan berdasarkan tinggi muka air yang diperlukan di
ujung masing-masing saluran tersier.
 Di jaringan primer, saluran menerima air buangan dari saluran sekunder, tinggi muka
air rencana di saluran primer ditentukan berdasarkan tinggi muka air yang diperlukan di
ujung masing-masing saluran sekunder.

3.7. Tinggi jagaan

Jagaan (waking) dari suatu saluran adalah jarak vertikal dari puncak tanggul sampai
permukaan air pada kondisi perencanaan. Jarak tersebut harus sedemikian rupa,
sehingga dapat mencegah peluapan air akibat gelombang serta fluktuasi permukaan air.
Jagaan tersebut direncanakan antara kurang dari 5 %sampai 30 % lebih dari dalamnya
aliran untuk saluran,jagaan pada umumnya serta lokasi dari saluran penambahan-
penambahan air akibat hujan, fluktuasi permukaan air tanah, gerakan angin.
Tinggi jagaan minimum untuk saluran dengan pasangan adalah :

Tabel 3.8. Tinggi Jagaan


Debit W (m)
3
(Q = m /dt)
Saluran pasangan
Q < 1,50 0,20
1,5 < Q< 5,00 0,25
5,00 < Q< 10,00 0,30
10,00 < Q < 15,00 0,40
Q > 15,00 0,50
Saluran pasangan
Q<5 0,50
5,00 < Q< 10,00 0,75
Q > 10,00 1,00
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi, Kp.03 Bagian Perencanaan.

3.8. Kemiringan dinding saluran


Kemiringan dinding saluran terutama tergantung dari jenis bahan yang membentuk
saluran. Faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kemiringan ialah
cara pembangunannya, kehilangan akibat rembesan, perubahan iklim, ukuran saluran, dan

Universitas Tadulako | Hal - 41


Hand Out
DRAINASE PERKOTAAN

lain-lain. Umumnya dikatakan bahwa kemiringan dinding harus dibuat securam mungkin
dan dirancang untuk memperoleh efisiensi hidrolis dan kestabilan setinggi mungkin.

Tabel 3.9. Kemiringan Dinding Saluran Yang Sesuai Untuk Berbagai


2 Jenis Bahan
Bahan Kemiringan dinding

Batu Hampir tegak lurus

Tanah gambut (peat), rawang (muck) ¼ : 1

Lempung teguh atau tanah berlapis beton ½ : 1 sampai 1 : 1

Tanah berlapis batu 1 : 1

Lempung kaku atau tanah bagi parit kecil 1½ : 1

Tanah berpasir lepas 2 : 1

Lempung berpasir atau lempung berpori 3 : 1

Sumber : Ven Te Chow, Hidrolika Saluran Terbuka, Hal. 144

Tabel 3.10. Koefisien Kekasaran Manning


Bahan dinding saluran N

Pasangan batu kosong 0,030

Pasangan batu (tak teratur) 0,023

Pasangan batu kali (plesteran) 0,020

Beton dengan spesi 0,013

Beton tanpa spesi 0,015

Sumber : Ven Te Chow, Hidrolika Saluran Terbuka, Hal 99

Universitas Tadulako | Hal - 42

Anda mungkin juga menyukai