Bab Ii Makp
Bab Ii Makp
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kondisi global saat ini menuntut setiap perkembangan dan perubahan secara
profesionoal, termasuk bagi profesi keperawatan di Indonesia. Inovasi dalam pendidikan,
praktik, ilmu, dan kehidupan keprofesian merupakan focus utama keperawatan Indonesia
dalam proses profesionalisasi. Sebagai akibatnya, manajemen keperawatan harus dapat di
aplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata, yaitu di rumah sakit dan di lingkungan
masyarakat ( Nursalam, 2011). Rumah Sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat, yaitu pelayanan
kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik,
dan pelayanan keperawatan ( Wandy,2007 ).
Pelayanan keperawatan adalah pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan, yang mencakup, bio, psiko, sosio, dan spiritual yang komperehensif,
ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit,
meliputi peningkatan derajat kesehatan,pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan
kesehatan,denganmenggunakan pendekatan proses keperawatan. Oleh karena itu, perawat
harus mampu melakukan upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, serta
pemeliharaan kesehatan ( PPNI, 2006 ).
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar dengan
proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan di maksudkan untuk
mempermudah proses keperawatan ( Arwani, 2005 ) sehingga dapat mengarahkan
keperawatan menuju profesionalisme. Model praktik keperawatan professional merupakan
suatu system ( struktur, proses, dan nilai-nilai professional ) yang memungkinkan perawat
professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan keperawatan (Russel, 2000). Salah satu bentuk dari
penerapan manajemen professional adalah manajemen asuhan keperawatan yang saat ini
sudah menjadi banyak diterapkan di Rumah Sakit, yaitu Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP) yang tujuannya memungkinkan perawat profesional dalam mengatur
pemberian asuhan keperawatan,termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian
asuhan tersebut. Pengembangan MPKP merupakan upaya dalam memberdayakan
keperawatan dalam pemberian peleyanan kesehatan, yang disesuaikan dengan visi dan misi
yang diemban oleh masing-masing Rumah Sakit.
Pemberian asuhan keperawatan Profesional ada 5 metode yang sudah ada dan akan
terus dikembangkan dimasa depan dalam menghadapi trend pelayanan keperawatan yaitu
Metode Fungsional ( bukan model MAKP), MAKP Tim, MAKP Primer, MAKP Kasus,
MAKP Modifikasi Tim – Primer. Dalam melaksanakan praktek profesi departemen
manajemen ruangan kami akan melakukan penerapan Model Asuhan Keperawatan
Profesional dengan metode pemberian asuhan keperawatan fungsional.
BAB III
PENGUMPULAN DATA
Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan proses manajemen keperawatan yang
meliputi pengumpulan data, analisa SWOT dan identifikasi masalah.
A. MOTTO,VISI, MISI RSU ANWAR MEDIKA
MOTTO
“Kepuasan Pelanggan adalah Kebahagian Kami”
1. Visi
“Terwujudnya pusat rujukan kesehatan bagi masyarakat Sidoarjo dan sekitarnya ”
2. Misi
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap dan terjangkau
b. Memberikan pelayanan yang cepat aman dan ramah
c. Meningkatkan kompetensi sumber daya insani (SDI) secara optimal
d. Meningkatkan kemitraan yang harmonis
3. Tujuan strategis
a. Terciptanya RS sebagai pilihan utama
b. Terciptanya kepuasan pelanggan
c. Tersedianya Sumber Daya Insani yang kompeten
d. Tercapainya pelayanan paripuna
B. PENGUMPULAN DATA
KEPALA RUANG
KETUA SIFT
( PENANGGUNG JAWAB )
PERAWAT
PELAKSANA
NON PERAWAT
KETERANGAN :
= KOMANDO
= KOORDINASI
b. Susunan Organisasi Ruang Anggrek RSU Anwar Medika
Kepala Ruang
Aliyatun Ni’mah Amd,Kep
STAFF
NON MEDIS
1. Khusnul
2. Endang
KELAS PERAWATAN
R.ANGGREK
c. Tenaga Perawat
Jumlah tenaga keperawatan tingkat pendidikan di R.Anggrek RSU
Anwar Medika adalah sebagai berikut.
e. Medis
Data Dokter yang bertugas di ruang Anggrek RSU Anwar Medika. Dokter
yang bertugas di ruang Anggrek adalah dokter spesialis RSU Anwar Medika yang
meliputi ;
Tabel 2.3 Tabel Nama Dokter Spesialis
NO Nama Dokter NO Nama dokter
1 Dr. Hadiq Firdaus Sp.PD 19 Dr. Kusdiantoro Sp.P
2 Dr. Iwan Sulianto Sp.PD 20 Dr. Titin Sholikah Sp. P
3 Dr. Budi Arif Sp.JP 21 Dr. Indra Gunawan Sp.B
4 Dr. Ariadi Sp.JP 22Dd Dr. Fahmi M Sp.B
5 Dr. Isti Suharjanti Sp.S 23 Dr. Iwan Sidarta Sp.B
6 Dr. Abdullah Machin Sp.S 24 Dr. Agustin Linda Sp.OG
7 Dr. Judy Prasmana Sp.OT 25 Dr. Wisnu Sp.OG
8 Dr. Gunawan S Sp.OT 26 Dr. Bagus Setiabudi Sp.A
9 Dr. Oscar Sp.M 27 Dr. Akhmad Magfur Sp.A
10 Dr. Nindyo Sp.THT 28 Dr. Woro Sp.A
11 Dr. Tanto Sp.THT 29 Dr. Ika Narayana candra Sp.KK
12 Dr. Wimba Sp.BS 30 Dr. Candra,Sp.U
13 Dr. Dian Samudra,Sp.PD 31 Dr. Ferdyan Rachmat E,Sp.U
14 Dr. Tri yudianto,sp.rad 32 Drg. rizal
15 Dr. Yudith,sp.kfr 33 Dr. Veranita,sp.kfr
16 Dr.Lena wijayaningrum, sp.kfr 34 Dr. Imam subandi,sp.kfr
17 Dr. Suci wulansari, sp.kfr 35 Drg. Mirella v.p.,sp.kg
18 Dr. Sadya wendra, sp.kj 36 Dr. I. Ketut tirka nandaka, sp.kj
IGD/IRD POLI
MRS PULANG
RUANGAN/
BANGSAL LAIN ICU/ ICCU
Kontrol
R. Anggrek
Dari hasil diatas ditemukan bahwa sarana dan prasarana tidak mencukupi
kebutuhan pasien di ruang Anggrek dan fasilitas yang didapatkan untuk masing –
masing pasien ada yang tidak sama. Alat sterilisasi juga tidak terdapat pada ruang
tersebut.
3. METODE ASUHAN KEPERAWATAN (M3-METHOD)
a. Kelebihan
Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat
dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
Mudah memperoleh kepiuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja
Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana
Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
b. Kelemahan
Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan
dalam penerapan proses keperawatan
Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan
Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja
Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya
Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
Hubungan perawat dan klien sulit terbentuk
Kepala Ruang IRNA
Anggrek
Perawat senior
Non Medis
c. TIMBANG TERIMA
Alur Timbang terima diruang Anggrek selama ini sudah dilakukan pada
setiap pergantian shift, prinsip tentang teknik dari timbang terima ketika didepan
pasien sudah dijalankan secara baik yaitu meliputi, validasi ke pasien, pengunaan
volume yang cukup sehingga tidak menganggu pasien disebelahnya, sesuatu yang
dianggap rahasia disampaikan dengan bahasa medis dan lain - lain.
Timbang terima yang dilakukan diruang Anggrek sudah menjabarkan
tentang, data (keluhan obyektif dan subyektif pasien), masalah keperawatan yang
masih dialami pasien, meskipun masalah keperawatan masih terfokus pada
diagnose medis pasien, intervensi keperawatan yang sudah dilakukan dan belum
dilakukan dalam mengatasi masalah pasien dan advis dokter yang akan dilakukan
. Dokumentasi masih terbatas sehingga rencana tindakan belum spesifik.
Kedatangan perawat yang tidak tepat, waktu tentunya menjadi kendala dalam
timbang terima.
Timbang terima untuk pergantian shift dari sore ke shift malam dan dari
shift malam ke pagi sudah dilakukan namun proses timbang terima yang dilakukan
sangat sederhana hanya menggunakan media buku untuk dokumentasi.
Dilaksanakannya proses timbang terima yang baik memungkinkan
distribusi informasi mengenai perawatan pasien secara komprehensif yang akan
berpengaruh terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan dapat mengakomodasi
adanya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang lebih
profesional. Dan sebagai perwujudan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien.
d. RONDE KEPERAWATAN.
Alur ronde keperawatan di ruang Anggrek RSU Anwar medika sudah
diagendakan dengan baik namun pelaksanaannya belum bisa maksimal sesuai
harapan dan frekuensinya masih sangat jarang.
Perawat sudah mengerti tentang definisi ronde keperawatan.KARU, bidang
keperawatan dan ruangan mendukung adanya kegiatan ronde dengan melibatkan
mahasiswa.Ruangan menyadari bahwa pelaksanaan ronde ini sangatlah penting
karena adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang professional serta adanya persaingan antar ruangan dalam
pemberian pelayanan. Ronde keperawatan selama ini yang dilakukan adalah
diskusi langsung antara perawat, dokter dan tim kesehatan yang terkait. Kegiatan
yang dilakukan dalam ronde meliputi penentuan pasien oleh Karu yang sesuai
dengan kriteria ronde, persiapan pasien meliputi hasil pengkajian data - data pasien
dan tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien.
e. SENTRALISASI OBAT
Alur sentralisasi obat sudah dilakukan di Ruang Anggrek RSU Anwar
Medika, hal tersebut ditunjukkan dengan tersedianya sarana dan prasarana untuk
pengelolaan sentralisasi obat (rak obat, etalase obat) di samping nurse station.
Pembelian obat untuk pasien umum melibatkan keluarga pasien karena
berhubungan dengan pembiayaan. Resep dari dokter diserahkan ke keluarga pasien
untuk di bayarkan di kasir, selanjutnya kwitansi yang bertanda lunas diserahkan ke
perawat ruangan untuk diserahkan oleh petugas secara kolektif ke depo farmasi
rumah sakit, ukup dengan tanda tangan keluarga atau pasien pada kwitansi obat
. selanjutnya obat dan alkes akan diantar ke ruangan untuk disentralkan.
Obat injeksi, cairan dan obat oral tablet dikelola oleh ruangan sedangkan obat oral
syrup disimpan oleh keluarga pasien. SOP untuk sentralisasi obat sudah ada.
f. SUPERVISI
RSU Anwar Medika merupakan rumah sakit pendidikan yang terakreditasi
C, Ruangan Anggrek merupakan kelas VIP, Berdasarkan hasil wawancara
supervisi keperawatan di ruang Anggrek sudah dilakukan dari KARU kepada
Perawat pelaksana, pelaksanaan supervisi dilakukan secara visual, yang dilakukan
ditengah – tengah pelaksanaan tugas serta apabila terjadi kesalahan pada proses
asuhan keperawatan langsung dilakukan pembenahan secara langsung, dan tidak
terjadwal. Adanya kemauan ruangan serta perawat untuk berubah, Karu
mendukung kegiatan supervisi demi peningkatan mutu pelayanan keperawatan,
Sedangkan supervise yang dilakukan oleh seupervisor rumah sakit dilakukan setiap
hari. Petunjuk pelaksanaan supervisi dan format supervisi sudah ada. Supervisi
dilaksanakan sesuai kebijakan dan kebutuhan supervisor,
g. DISCHARG PLANNING
Alur di ruang Anggrek Discharge planning sudah dilakukan dan terdapat
format yang memuat resume pasien pulang yang berisi sama dengan format
discharge planning yang sesuai, adanya kemauan perawat untuk memberikan
pendidikan kesehatan (PENKES) kepada pasien dan keluarga mulai dari pasien
datang hingga pulang. Saat melakukan discharge planing perawat menggunakan
bahasa yang sangat mudah dimengerti oleh pasien dan keluarga.
Berdasarkan hasil observasikegiatan discharge planning yang telah
dilakukan antara lain: penjelasan tentang waktu kontrol, obat, aktivitas dan
perawatan setelah di rumah, leaflet dari instalasi gizi tentang diet makanan.
Mengenai akan penyakit yang di derita dan belum ada juga leaflet yang membahas
tentang penyakit dan perawatan dirumah hanya secara lisan. Discharge planning
juga sudah dilakukan pada saat pasien sebelum pulang dan pasien akan pulang,
meskipun waktu sangat terbatas untuk perawat. Format sudah tersedia dalam status
pasien namun pendokumentasian masih belum dilaksanakan. Penyiapan dalam
discharge planning belum terlaksana dengan optimal, dibuktikan keperluan untuk
semua itu dilakukan secara mendadak. Dalam pengunaan bahasa sudah
menggunakan bahasa yang sesuai dan mudah dimengerti oleh pasien dan keluarga.
h. DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Alur pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang Anggrek yang
diterapkan sudah memiliki sistem yang baik. Sistem pendokumentasian asuhan
keperawatan yang digunakan adalah sistem POR (Problem Oriented Record) yaitu
sistem dokumentasi keperawatan yang memusatkan data menurut masalah klien.
Selain itu juga tersedianya sarana dan prasarana untuk tenaga kesehatan seperti
tenaga adminitratif dan lembar dokumentasi. Dalam dokumentasi keperawatan,
pengkajian menggunakan sistem ROS dan diagnosa keperawatan sampai evaluasi
menggunakan SOAP. Ruang Anggrek sistem pendokumentasian masih
menggunakan sistem manual akan tetapi rekapitulasi dengan menggunakan
komputer dan SOP juga sudah tersedia. Dokumentasi asuhan keperawatan
dilaksanakan segera setelah tindakan atau saat terjadi masalah keperawatan.
4. M4 ( MONEY )
Sistem yang digunakan dalam keuangan adalah sentrilisasi rumah sakit.
Pengadaan dana bagi ruang dan operasional ruangan melalui kebijakan dan ketentuan
rumah sakit.
Sebagian besar sumber pembiayaan ruangan berasal dari rumah sakit yang
diperoleh dari anggaran RAB .
Tabel biaya perawatan dan tarif ruang di ruang anggrek
NO JENIS TINDAKAN TARIF
1 Pasang infus 21.000
2 Lepas pasang infus 27.000
3 Pasang kateter 53.000
4 Lepas kateter 21.000
5 Rawat luka kecil 27.000
6 Rawat luka sedang 44.000
7 Rawat luka besar 53.000
8 Pasang ngt 130.000
9 Lepas ngt 21.000
10 Rawat luka gangrene 96.000
11 Rawat luka bakar 303.000
12 Pasang mayo 44.000
13 Aff drain 18.000
14 Lepas infus 12.000
15 Injeksi per hari 21.000
16 Nebulizer 96.000
17 Vital sign 27.000
18 Diet sonde per kali 87.000
19 Aff tampon 27.000
5. MARKETING (M5)
Pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RSU Anwar Medika
sebagian besar berasal dari wilayah sekitar sidoarjo, gresik jawa timur, tetapi ada
sebagian yang berasal dari luar Jawa Timur bahkan ada yang berasal dari luar Jawa.
1) Flebitis
2) ILO ( Tidak Terjadi )
3) isk
4) reaksi tranfusi
5) operasi bersih
6) operasi elektif
c. Indikator Mutu
Kepuasan Klien
20
puas
46.67
cukup puas
tidak puas
33.33
2) BOR Pasien
Rumus BOR =
∑ bed terpakai = ∑ kapasitas bed - ∑ bed kosong
∑ bed terpakai
𝐵𝑂𝑅 = 𝑥 100%
∑ kapasitas bed
3) ALOS pasien
∑ hari rawat inap
A𝐿𝑂𝑆 = 𝑥 100%
∑ jumlah pasien
6. ANALISA SWOT
No. Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
1 MI (Ketenagaan)
Faktor internal (IFAS)
Kekuatan
a. Perawat menyatakan 0,2 4 0,8 S–W=
bahwa struktur 3,3 – 2,5 = 0,8
organisasi yang ada
sesuai dengan
kemampuan perawat.
b. Perawat menyatakan
pembagian tugas 0,2 4 0,8
sesuai dengan struktur
organisasi yang ada 0,3 3 0,9
c. Jenis ketenagaan di
ruangan :
S1 = 2 orang
D-III = 7 orang
0,2 3 0,6
d. Adanya perawat yang
mengikuti seminar
dan work-shop
e. Beban kerja perawat 0,1 2 0,2
di ruangan tidak
terlalu tinggi. 1 3,3
Total
Kelemahan
a. Sebagian perawat 0,2 3 0,6
belum memahami
peran dan fungsinya
0,3 3 0,9
b. Kurang disiplinnya
pegawai.
c. Pembagian tugas 0,1 2 0,2
masih belum jelas
d. Masih adanya tenaga 0,2 2 0,4
kerja yang bekerja
tidak sesuai
kompetensinya
e. perawat masih 0,2 2 0,4
berlatar pendidikan
DIII 1 2,5
Total
Faktor eksternal (EFAS)
Peluang 0,5 2 1,0
a. perawat mempunyai
kemauan untuk
melanjutkan
pendidikan ke jenjang
O –T=
yang lebih tinggi.
0,3 4 1,2 2,6 – 2,5 = 0,1
b. Rumah sakit
memberikan
kebijakan untuk
memberi kesempatan
pelatihan dan seminar
bagi perawat ruangan.
0,2 2 0,4
c. Mayoritas pasien di
ruang Anggrek
mempunyai tingkat
ketergantungan
partial. 1 2,6
Total
Ancaman
a. Ada tuntutan tinggi 0,5 2 1,0
dari masyarakat untuk
pelayanan yang lebih
profesional
0,3 3 0,9
b. Makin tingginya
kesadaran masyarakat
akan pentingnya
kesehatan
c. Adanya 0,2 3 0,6
pertanggungjawaban
legalitas bagi pasien.
Total
1 2,5
2. M2 (Sarana da
Prasarana)
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan
a. Mempunyai sarana 0,3 3 0,9 S–W=
dan prasarana untuk
3,0 – 2,0 =
pasien dan tenaga
1,0
kesehatan
b. Mempunyai peralatan
yang memadai dan 0,3 2 0,6
semua perawat
ruangan mampu \
menggunakannya.
0,1 3 0,3
c. Terdapat administrasi
penunjang.
d. Tersedianya nurse 0,3 4 1,2
station
Total 1 3,0
Kelemahan
a. Masih belum adanya 0,2 2 0,4
alat sterilisasi di
ruangan
b. Fasilitas yang ada di
ruangan pasien sudah 0,8 2 1,6
lama dan sudah tidak
memadai
Total 1 2,0
M3-METHOD (MAKP)
3. Penerapan Model
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan
a. Sudah ada model 0,3 4 1,2
asuhan keperawatan S–W=
yang digunakan yaitu
3,6 – 2,6 = 1
metode fungsional.
b. Kebanyakan/hampir
semua perawat 0,2 3 0,6
mengerti/memahami
model yang
digunakan.
c. Memiliki standar
0.2 3 0,6
asuhan keperawatan.
d. Terlaksananya
komunikasi yang 0.3 4 1,2
cukup baik antar
profesi.
Total 1 3,6
Kelemahan
a. Kurangnya 0,2 3 0,6
kemampuan perawat
dalam pelaksanaan
model yang telah ada.
b. Hanya sedikit perawat
yang mengetahui 0,4 2 0,8
kebutuhan perawatan
pasien secara
komprehensif.
c. Job yang kadang-
0,4 3 1,2
kadang tidak sesuai
dengan lulusan
akademik yang
berbeda
tingkatannya(kurang
jelas).
1 2,6
Total
Ancaman
a. Persaingan dengan RS 0,5 3 1,5
lain.
b. Tuntutan masyarakat
0,5 4 2,0
akan pelayanan yang
maksimal.
1 3,5
Total
Dokumentasi
Keperawatan
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan
a. Tersedianya sarana 0,2 2 0,4
dan prasarana
(administrasi S–W=
penunjang). 0,3 4 1,2 3,2 – 2,4 = -
b. Dokumentasi 0,8
keperawatan yang
dilakukan meliputi
pengkajian
menggunakan sistem
head to Toe dan
ROS,serta diagnosis
keperawatan sampai
dengan evaluasi
dengan menggunakan
SOAP.
0,2 4 0,8
c. Format pengkajian
sudah ada dan dapat
memudahkan perawat
dalam pengkajian dan
pengisiannya. 0,2 3 0,6
d. perawat mengerti cara
pengisian format
dokumentasi yang
digunakan dengan \
benar dan tepat.
e. perawat melakukan 0,1 2 0,2
dokumentasi segera
setelah melakukan
tindakan.
Total 1 3,2
Kelemahan
a. Dokumentasi tidak 0,4 3 1,2
segera dilakukan
setelah melakukan
tindakan tetapi
kadang-kadang
dilengkapi saat pasien
mau pulang atau
apabila keadaan ruang
memungkinkan.
b. Catatan keperawatan 0,4 2 0,8
kurang
berkesinambungan
dan kurang lengkap.
c. Catatan
perkembangan pasien 0,2 2 0,4
kurang
berkesinambungan
dan kurang lengkap.
1 2,4
Total
1 3,6 O–T=
Total
3,6 – 3 =-0,6
Ancaman
a. Adanya kesadaran 0,5 3 1,5
pasien dan keluarga
akan tanggung jawab
dan tanggung gugat.
0,5 3 1,5
b. Akreditasi rumah
sakit tentang sistem
dokumentasi.
Total 1 3
Ronde Keperawatan
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan
a. Ruangan mendukung 0,4 2 0,8
adanya ronde
keperawatan.
b. Adanya kemauan
perawat untuk 0,2 2 0,4
berubah.
c. Adanya kasus yang 0,4 3 1,2
memerlukan perhatian
khusus oleh perawat
ruanngan dan kepala
ruangan misalnya
pasien dengan tirah
baring lama
Total 1 2,4
Kelemahan
a. Ronde keperawatan 0,5 3 1,5
adalah kegiatan yang S–W=
belum dapat
2,4 – 2,8 = -
dilaksanakan secara
0,4
optimal di ruang
anggrek.
b. Karakteristik tenaga 0,2 2 0,4
yang memenuhi
kualifikasi belum
merata.
c. Belum dilaksanakan
MAKP secara 0,3 3 0,9
optimal.
Total 1 2,8
Sentralisasi Obat
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan
a. Semua perawat 0.2 4 0,8
mengemukakan
jawaban mengerti
tentang sentralisasi
obat.
0,4 4 1,6
b. Diruangan tersebut
ada sentralisasi obat
ini bisa dilihat adanya
ruangan khusus obat.
c. Sebagian besar 0.4 3 1,2
perawat pernah
berwenang mengurusi
sentralisasi obat.
1 3,6
Total
Kelemahan
0,4 3 1,2
a. Pelaksanaan
sentralisasi obat
belum optimal. S–W=
b. Selama ini format 0,3 4 1,2 3,6 – 3,3 = 0,3
yang ada masih belum
bisa terisi dengan
lengkap.
c. Selama ini belum ada 0.3 3 0,9
format persetujuan
sentralisasi obat untuk
pasien. 1 3,3
Total
Timbang Terima
Internal Faktor (IFAS)
Kekuatan
a. Timbang terima 0,3 3 0,9
merupakan kegiatan
rutin yaitu
dilaksanakan 3 kali S-W=
dalam sehari. 2,7 -3= -0.3
b. Di ikuti oleh semua 0,2 3 0,6
perawat yang telah
dan akan dinas.
c. Timbang terima 0,2 3 0,6
dipimpin oleh kepala
ruangan.
d. Ada klarifikasi tanya 0,1 2 0,2
jawab dan validasi
terhadap semua yang
di operkan
e. Ada buku khusus 0,1 2 0,2
untuk pelaporan
timbang terima 0,1 2 0,2
f. Kepala ruangan
mengevaluasi
kesiapan perawat
yang akan dinas.
1 2,7
Total
Kelemahan
a. Perawat kurang 0,5 3 1,5
disiplin waktu
timbang terima
0,2 3 0,6
b. Masalah keperawatan
lebih fokus pada
diagnosis medis.
c. Dokumentasi masih 0,3 3 0,9
terbatas sehingga
rencana tindakan
belum spesifik.
1 3
Total
Total
Discharge Planing
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan 0,4 3 1,2
a. Adanya kemauan
untuk memberikan
pendidikan kesehatan
kepada pasien dan
keluarga pasien. 0,2 3 0,6
b. Memberikan
pendidikan kesehatan
kepada pasien dan
S–W=
keluarga saat akan
0,2 2 0,4 2,8 –2,7 = 0,1
pulang.
c. Perawat
menggunakan bahasa
yang mudah
dimengerti pasien dan
keluarga saat
melakukan
perencanaan pulang. 0,2 3 0,6
d. Adanya pemahaman
tantang perencanan 1 2,8
pulang oleh perawat .
Total
Kelemahan 0,3 2 0,6
a. Pelaksanaan
perencanaan pulang
0,4 3 1,2
belum optimal.
b. tersedianya
brosur/leaflet untuk
pasien saat melakukan
perencanaan pulang
belum terrealisasi
0,3 3 0,9
dengan baik.
c. Pemberian pendidikan
kesehatan dilakukan
secara lisan pada
setiap
pasien/keluarga.
1 2,7
Total
Total
Penerimaan Pasien
Baru
Factor Internal ( IFAS )
Kekuatan 0,6 3 1,8 S–W=
a. Sudah dilaksanakan 3 –2 = 1
pemeriksaan dan
tindakan setelah
pasien datang ke
ruangan. 0,4 3 1,2
b. Pasien ditempatkan
sesuai dengan
diagnosa medis dan
ruang yang dipesan. 1 3
Total
Kelemahan
a. Dilakukan 0,5 2 1
pemeriksaan dan
tindakan tetapi belum
menyeluruh ( head toe
toe ).
0,5 2 1
b. Pasien belum
dijelaskan tata tertib
ruangan, sarana dan
prasarana, dan
kepatuhan cuci tangan
didalam ruangan
1 2
anggrek.
Total
0,5 2 1
Ancaman
a. Kurangnya
komunikasi antara
pasien dan perawat di 0,5 2 1
dalam ruangan.
b. Kurangnya
kepercayaan antara
keluarga pasien dan
pasien terhadap
tenaga medis. 1 2
Total
7. DIAGRAM LAYANG
O
2
1.5
1 PPB
(1;1)
0.5 SO
(0.3;0.3) M1
SV
(0.8;0.1)
(0.1;0.3)
W -2 -1.5 -1 -0.5
TT -0.5
0.5
DP
1
M2
(1;0)
1.5 2
S
DK
(-0.3;-0,4) (0.1;-0.6)
(0,8;-0.6)
RK
-1(-0.4;0,1) M3
(1;-0,8)
-1.5
-2
T
Keterangan:
M1 : Ketenagakerjaan (0,8:0,1)
M2 : Material (1:0)
M3 : Metode – penerapan model (1:0,8)
DK : Metode Dokumentasi (0,8:-0,6)
RK : Metode Ronde Keperawan (-0,4:0,1)
SO : Metode Sentralisasi obat (0,3:0,3)
SV : Metode Supervisi (0,1:0,3)
TT : Metode Timbang Terima ( -0,3:-0,4)
DP : Metode Discharge Planning (0,1:-0,6)
PPb: Metode penerimaan pasien baru (1:1)
IDENTIFIKASI MASALAH
a. Ketenagaan (M1)
1) Sebagian perawat belum memahami peran dan fungsinya
2) Adanya tenaga yang bekerja bukan pada kompetensinya
3) Beban kerja yang terlalu tinggi
Penyebab / prioritas masalah
a) Jumlah tenaga perawat yang kurang
b) Kurangnya pengetahuan perawat tentang manajemen keperawatan
c) Kurangnya kedisiplinan dalam bekerja
b. Sarana dan prasarana ( M2 )
1) Sarana dan prasarana di ruang anggrek sudah banyak yang tidak layak pakai,
sehingga sering error.
2) Upaya penggantian sarana dan prasarana yang sudah tidak layak pakai sangat
sulit.
Penyebab/ prioritas masalah:
a) Biaya penggantian yang terlalu tinggi
b) Rencana penggantian sarana dan prasarana yang tidak masuk dalam RAPB
c) Pemakaian sarana dan prasarana yang terlalu tinggi
c. Metode (M3)
Penerapan model:
1) Pembagian tugas dalam pelaksanaan asuhan terprogram dengan baik
2) Kurangnya kemampuan perawat dalam pelaksanaan model yang telah ada
3) Hanya sedikit perawat yang mengetahui kebutuhan perawatan secara
komprehensif
Penyebab / prioritas masalah:
a) Kurangnya kemampuan perawat dalam pelaksanaan model yang telah ada
b) Hanya sedikit perawat yang mengetahui kebutuhan perawatan secara
komprehensif
c) Job yang kadang-kadang tidak sesuai dengan lulusan akademik
d. Dokumentasi Keperawatan:
1) Kurangnya kedisiplina dalam pendokumentasian
2) Belum semua tindakan keperawatan didokumentasikan
3) Pendokemuntasian tidak dilakukan segera setelah tindakan tetapi kadang-
kadang dilengkapi saat pasien mau pulang atau apabila keadaan ruangan
memungkinakan
4) Respon pasien kurang terpantau dalam lembar evaluasi
Penyebab/ prioritas masalah:
a) Pemahaman dan pengaplikasian perawat tentangformat pendokumentasian
kurang benar dan kurang tepat
b) Kurangnya disiplinnya perawat dalam melakukan pendokumentasian
c) Banyaknya buku dokumentasi ruang anggrek yang harus diisi perawat
e. Ronde Keperawatan:
1) Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum pernah dilakukan diruang
anggrek
2) Belum pernah dibentuk tim ronde keperawatan
3) Beban kerja perawat yang tinggi
Penyebab/ prioritas masalah:
a) Belum pernah dilakukan ronde keperawatabn diruang anggrek
b) Belum pernah dibentuk tim ronde keperawatan\
f. Sentralisasi Obat
1) Selama ini sudah ada format persetujuan sentralisasi obat untuk pasien
2) Format yang ada tidak digunakan sebagaimana mestinya
Penyebab/ prioritas masalah:
a) Pelaksanaan sentralisasi obat belum maksimal
b) Kurangnya kedisiplinan dalam pendokumtasian pengobatan
c) Format yang ada masih belum terisi dengan lengkap
g. Supervisi
1) Supervisi hanya dilakukan pada tindakan tertentu tidak keseluruhan
2) Belum ada uraian yang jelas tentang supervisi
3) Belum ada format yang baku dalam palaksanaan supervisi
Penyebab/ prioritas masalah:
a) Belum adanya program kerja dari Kepala ruang
b) Belum ada format yang baku dalam palaksanaan supervisi
h. Timbang Terima
1) Perawat kurang disiplin waktu operan
2) Masalah keperawatan lebih fokus pada diagnosa medis
3) Dokumentasi operan pasien hanya ditulis dibuku tidak list pasien
Penyebab/prioritas masalah:
a) Beberapa perawat datang tidak tepat waktu
b) Perawat kurang mampu mengali masalah pada pasien
c) Pengkajian perawat tidak komprehensif
i. Perencanaan pulang (Dischart planning)
1) Pelaksanaan perencanaan pulang belum maksimal
2) Tersedianya brosur/leaflet untuk pasien saat melaksanakan perencanaan
pulang
3) Pemberian pendidikan kesehatan hanya dilakukan secara lisan pada setiap
pasien atau keluarga
Penyebab/prioritas masalah:
a) Kepastian pasien pulang menunggu dokter spesialis visite waktunya terlalu
mepet
b) Ruangan lebih mengutamakan terselesainya segi administrasi
c) Perawat yang kurang memperhatikan pasien kelolaannya.
8. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan analisa di atas di dapatkan daftar prioritas masalah sbb:p
1. Timbang terima
2. Metode model asuhan keperawatan
3. Ronde keperawatan
4. Discharge planning
B
lAMPIRAN
S U
DENAH RUANG ANGGREK
T
RUANG SPOOL
ANGGREK ANGGREK ANGGREK ANGGREK GUDANG ANGGREK ANGGREK ANGGREK ANGGREK
2 4 6 8 10 KARU 11 HOCK 14 15
KAMAR KM.
ANGGREK ANGGREK ANGGREK ANGGREK ANGGREK RUANG PERAWAT ANGGREK
1 3 5 7 MANDI 9 PERAWAT 12
KM. UMUM
UMUM PINTU
MASUK
KELUAR IGD