Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengambilan sampel kelompok ( cluster random sampling)


Pengambilan sample acak kelompok dapat dilakukan apabila kita akan
mengadakan suatu penelitian dengan mengambil kelompok unit dasar sebagai
sample.
Keuntungan
Bila pengambilan sample acak kelompok dilakukan dengan baik maka akan
menghasilkan ketepatan yang lebih baik dari pada pengambilan sample acak
sederhana.
Kerugian
Cara ini mempunyai kekurangan yang sama dengan pengambilan sample
acak stratifikasi, tetapi mempunyai ciri yang berbeda.
Kalau pada sample acak dengan stratifikasi, individu dalam satu kelompok
homogen, tetapi mungkin antar kelompok berbeda, sedangkan pada cluster sampling
sebaliknya, yaitu individu dalam satu kelompok bersifat heterogen, tetapi antar
kelompok tidak banyak berbeda.
Contoh:
Misalnya, kita akan mengadakan penelitian tentang status gizi murid Sekolah
Dasar di dua kota maka diambil sample sekolah sebagai unit sample. Bila
seluruh murid SD sample diteliti status gizinya maka disebut One Stage Simple
Cluster Sampling.Namun, bila setelah diperoleh sample sekolah dilakukan
pengambilan sample lagi maka disebut Two Stage Simple Cluster Sampling.

2. Probability Proportionate to Size (PPS)


Pengambilan sample dengan cara PPS ini merupakan variasi dari pengambilan
sample bertingkat dengan pemilihan PSU yang dilakukan secara proporsional.
Pengambilan sample dengan cara PPS biasanya digunakan bersama dengan cara
pengambilan sample yang lain, seperti sample acak sederhana, sample sistematik,
dan sample kelompok.

Keuntungan
Pengambilan sample dengan cara PPS sangat bermanfaat bila besarnya PSU
sangat bervariasi.Pengambilan sample dengan cara PPS akan menghasilkan varian yang
lebih kecil dibandingkan dengan pengambilan sample acak sederhana serta
mengurangi biaya pengumpulan data.
Kerugian
Pengambilan sample dengan PPS memiliki keterwakilan terhadap populasi
yang kurang baik bila besarnya PSU kurang bervariasi.

Prosedur pelaksanaan
Secara singkat prosedur pelaksanaan pengambilan sample dengan PPS adalah
sebagai berikut.
1. Tentukan PSU yang akan digunakan sebagai penimbang.
2. Tentukan kelompok yang akan diambil sebagai sample.
3. Tuliskan jumlah unit dasar pada tiap kelompok.
4. Hitunglah jumlah unit secara kumulatif.
5. Bagilah jumlah kumulatif dengan banyaknya kelompok yang akan diambil untuk
mendapatkan interval (i).
6. Susunlah secara berurutan mulai dari nol secara sistematik dengan interval (i) lalu
tentukan sample pertama antara nol dengan interval pertama dengan acak
sederhana dan secara berurutan sampai jumlah kelompok yang diinginkan.
7. Sesuaikan angka yang diperoleh dengan kelompok yang terpilih.

Pengambilan sampel tanpa acak digunakan bila kita ingin mengambil sampel yang
sangat kecil pada populasi yang besar karena pada kondisi demikian dengan cara apa pun
tidak mungkin mendapatkan sampel yanng dapat menggambarkan keadaan populasinya,
bahkan mungkin dengan pengambilan sampel tanpa acak akan menghasilkan bias yang
lebih kecil dibandingkan dengan pengambilan sampel secara acak.
Pengambilan sampel tanpa acak ini walaupun dilakukan sedemikian rupa hingga
mempunyai tingkat kewakilan yang tinggi tetapi tidak dapat di evaluasi secara objektif.
Pengambilan sampel tanpa acak yang akan diuraikan meliputi,
1. Pengambilan sampel seadanya (accidental sampling)
Pengambilan sampel dilakukan secara subjektif oleh peneliti ditinjau dari sudut
kemudahan, tempat pengambilan sampel, dan jumlah sampel yang akan diambil.
Cara ini sudah tidak digunakan lagi dalam bidang kedokteran, tetapi masih
digunakan dalam bidang sosial ekonomi dan politik untuk mengetahui opini
masyarakat terhadap suatu hal.
Contoh ;
Bila kita akan meneliti pendapat masyarakat terhadap larangan merokok karena
merugikan kesehatan, untuk pengambilan sampel nya maka peneliti cuku berdiri di
pinggir jalan dan menanyakan pada orang-orang yang kebetulan lewat tergantung
keinginan peneliti dengan jumlah yang seadanya sampai oleh peneliti dipanndang
cukup. Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis lalu ditarik kesimpulan.
Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian tersebut akan menghasilkan bias yang
sangat benar.
2. Pengambilan sampel berjatah (quota sampling)
Cara pengambilan sampel dengan jatah hampit sama dengan pengambilan sampel
seadanya, tetapi dengan kontrol yang lebih baik untuk mengurangi terjadinya bias.
Pelaksanaan pengambilan sampel dengan jatah sangat tergantung pada peneliti, tetapi
dengan kriteria dan jumlah yang telah ditentukan sebelumnya.
Contoh:
Penelitian tingkat pendidikan masyarakat. Dalam hal ini telah ditentukan jumlahnya
sebanyak 100 orang dengan kriteria 50 orang laki-laki dan 50 orang perempuan yang
berumur antara 20 sampai dengan 35 tahun, tetapi 50 orang laki-laki dan 50 orang
perempuan yang akan diwawancarai tergantung pada peneliti.
3. Pengambilan sampel dengan pertimbangan (purposive sampling)
Pada judgemental sampling atau purposive sampling ini peneliti memilih
responden berdasarkan pada pertimbangan subyetif dan praktis bahwa responden
tersebut dapat memberikan informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan
peneliti. Misalnya untuk meneliti pendapat ibu tentang pemberian ASI dan susu
formula dipilih ibu-ibu yang pernah memberikan ASI dan juga susu formula kepada
bayinya, atau ibu yang memperoleh pendidikan yang cukup sehingga dapat member
keterangan yang akurat. Cara tersebut memiliki kekurangan yang kurang lebih sama
dengan convenient sampling. Pada studi yang memerlukan follow up, misalnya studi
kohort atau uji klinis, calon peserta yang berencana pindah tempat tinggal dalam
kurun waktu penelitian sering juga tidak diikutsertakan dalam penelitian.

Pengambilan sampel pada penelitian klinis


Dalam penelitian klinis pengambilan sampel sering didasarkan atas waktu atau
jumlah. Pengambilan sampel yang dilakukan dalam periode waktu tertentu, dimana semua
penderita yang dayang ke rumah sakit dan memenuhi kriteria studi diambil sebagai sampel
sampai suatu periode waktu yang telah ditentukan. Pengambilan sampel dengan cara ini
tidak tergantung jumlahnya.
Pengambilan sampel berdasarkan waktu biasanya dilakukan pada penelitian dengan
penyakit yang kasusnya cukup banyak karena bila insidensi kasusnya tidak banyak maka
kemungkinan pada periode yang telah ditentukan jumlah sampel yang diperoleh tidak
banyak. Untuk mengatasi hal itu, biasanya waktu pengambilan sampel diperpanjang
sampai jumlah kasus cukup banyak.
Pengambilan sampel berdasarkan jumlah, bila kasusnya cukup banyak akan
membutuhkan waktu yang singkat, tetapi bila kasusnya jarang maka akan membutuhkan
waktu yang lama. Kesulitan di atas harus menjadi pertimbangan dalam menentukan cara
mana yang akan digunakan.

Perkiraan besarnya sampel


Setelah cara pengambilan sampel ditnetukan maka selanjutnya ditentukan perkiraan
bisarnya sampel. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menghitung perkitaan
besarnya sampel minimal yang dibutuhkaan dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1. Perkiraan propersi variabel penting dalam penelitian
Misalnya, penelitian tentang prevalensi penyakit TBC dalam suatu daerah. Biila tidak
diketahui besarnya propersi yang sebenarnya, sebaiknya diambil proporsi terbesar
yaitu 50% karena dengan cara ini akan diperoleh sampel yang terbesar.
2. Derajat kecermatan yang diinginkan
Karena pengamatan dalam penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh populasi tetap
diambil sampel maka bagaimanapun hasil sampel tidak mungkin sama dengan
keadaan populasi yang sebenarnya maka perbedaan antara hasil sampel dan populasi
harus ditentukan besarnya yang masih ditoleran si hingga hasil penelitian dapat di
ekstrapolasi pada populasi studi tanpa menimbulkan kesalahan yang berarti.
Biasanya besarnya perbedaan antara hasil sampel dengan populasi diambil sebesar
5% atau 10%, makin tinggi tingkat kecermatan yang diambil makin besar sampel
yang dibutuhkan.
3. Tentukan derajat kepercayaan yang diinginkan
Derajat kepercayaan merupakan besarnya kepercayaan terhadap hasil pengamatan
pada sampel. Untuk besarnya derajat kepercayaan, biasanya digunakan 95% atau
99%.
4. Besarnya populasi
Bila populasi studi lebih besar daripada 10.000 dianggap populasi besar dan
ketepatan besarnya populasi tidak merupakan masalah, tetapi bila populasi studi
kurang dari 10.00 harus dinyatakan dengan tepat berapa besarnya populasi tersebut
karena dianggap sebagai populasi terbatas dan dilakukan koreksi hingga besarnya
sampel lebih kecil dibandingkan dengan populasi tak terhingga.

Anda mungkin juga menyukai