DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
1. Pengantar………………………………………………………………………. 5
2. Karakteristik Getaran……………………………………………………….. 6
3. Satuan-satuan Pengukuran……………………………………………….. 11
1. Velocity Pickups………………………………………………………. 12
2. Accelerometer Tranduser………………………………………………… 15
3. Non – Contact Pickup (proximitor)……………………………………….. 17
4. Teknik Pemilihan Tranduser……………………………………………… 19
1. Tujuan Pengukuran………………………………………………………. 22
2. Alat Pengukuran Getaran…………………………………………………. 23
3. Teknik Pengukuran Getaran……………………………………………….. 25
4. Standard……………………………………………………………………….. 25
1. Analisa Spektrum……………………………………………………….. 30
2. Analisa Orbit………………………………………………………….. 34
3. Analisa Phase………………………………………………………….. 40
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam banyak hal orang mengharapkan dapat memperoleh mesin yang ideal dipandang dari
sudut vibrasi (getaran), yaitu mesin yang tidak menghasilkan vibrasi sama sekali. Mesin ideal
yang demikian akan sangat menghemat energi karena semua energi yang diberikan kepada mesin
seluruhnya akan digunakan untuk melakukan pekerjaannya saja, apakah memompa suatu cairan,
mengompresi udara, menggilas kertas dll. tanpa menghasilkan produk samping berupa vibrasi.
Kelihatannya hal itu sangat mustahil karena dalam hal permesinan sangatlah tidak mungkin
mendapatkan material yang sangat homogen, fabrikasi mesin yang tanpa sisa ketidakimbangan
(un¬balance residu) dan mesin yang bergerak secara berputar maupun bergerak bolak-balik yang
tidak menimbulkan gesekan satu bagian dengan bagian lainnya.
Apakah yang kemudian terlihat sebagai akibat timbulnya getaran mesin, tak lain adalah
mengakibatkan berbagai keadaan yang abnormal seperti mengendornya baut-baut, bagian-bagian
mesin-cepat aus, shaft menjadi misaligned, rotor menjadi unbalance dll. Kondisi tersebut di atas
akan menaikkan energi yang terdissipasi karena getaran, menyebabkan resonansi, dan beban
dinamis pada bearing. Sebab akibat yang terjadi seterusnya akan menyebabkan mesin segera
menuju kepada kerusakan (break down) yang menyebabkan mesin harus dimatikan atau secara
otomatis mati dengan sendirinya karena proteksi pada sistem listrik atau instrumentasi- nya.
Suatu disain dan manufakturing mesin yang sangat baik hanyalah berusaha untuk memperkecil
ketidakpresisian sedemikian rupa sehingga mendapatkan mesin-mesin yang tingkat getarannya
sangat kecil (halus). Konsekwensinya adalah harga mesin akan menjadi lebih mahal dari mesin
yang tingkat kepresisiannya “biasa-biasa saja”. Bahkan mesin-mesin yang demikian kadang-
kadang diproteksi.agar tidak dapat diekspor keluar dari negara penghasilnya sebagai suatu
keunggulan karena mempunyai dampak strategic; politic dan keamanan negara.
Mesin-mesin yang presisi seperti di atas sangat menentukan di dalam menghasilkan suatu produk
berkualitas.
Di masa yang lalu (bahkan masih ada saat ini) banyak tenaga teknik lapangan (pabrik) yang
dapat menentukan suatu ” kesehatan mesin ” hanya dengan meraba mesin atau pipa yang
tersambung pada mesin tertentu dan mendengarkan suara yang timbul dari getaran mesin
tersebut. Cara tersebut juga salah satu cara analisa akan tetapi dilakukan secara individu yang
pengukurannya dilakukan dengan alat panca indera. Keadaan seperti di atas mungkin masih
banyak terjadi.
Tetapi dilihat dari sisi perusahaan untuk jangka panjang mungkin bisa merugikan antara lain
disebabkan karena hal-hal sbb.
Kesinambungan keahlian dan regenerasi tenaga yang bersifat demikian sangat sulit mengingat
pengalaman dan keahlian pribadi tersebut sulit disistimatisasikan dan dipelajari.
Bahkan kadang-kadang dengan alasan pribadi keahlian tesebut sengaja tetap diinginkan untuk
dimiliki sendiri dan tidak ditularkan kepada personil yang lain. Pengambilan keputusan
mengenai kondisi mesin dan perlakuan pemeliharaannya hanya didasarkan kepada keputusan
pribadi orang ybs. sehingga tidak terintegrasi dengan rencana pemeliharaan menyeluruh.
Data-data tertulis tentang kondisi equipment tidak ada, analisa berdasarkan ilmiah tidak bisa
dilakukan, sehingga tidak dapat ditarik kesimpulan dan pengambilan keputusan, serta untuk
jangka panjang tidak akan ada equipment history maupun vibration trend record yang bisa
digunakan untuk predictive maintenance.
Personil dengan keahlian seperti tersebut di atas, jika harus sering berhadapan dengan jenis
mesin yang baru yang lebih modem akan lebih sulit menyesuaikan. Hal tersebut mengingat
bahwa toleransi vibrasinya lebih kecil, berbeda dari mesin-mesin lama yang toleransi vibrasinya
cukup besar dan mudah dirasakan secara fisik.
Semakin beratnya pekerjaan personil lapangan untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi
baru, yaitu dengan semakin modern-nya permesinan dengan desain yang selalu baru, terutama
dalam hal¬-hal sbb.
• Bentuk lebih kompak dan ukurannya lebih kecil.
• Efisiensi lebih tinggi, clearance lebih kecil.
• Alat deteksi dan pengukuran yang dipasang lebih canggih cenderung menuju kepada
penggunaan mikroprosesor.
• Sifat operasi menuju kepada otomatisasi secara penuh.
Perencanaan dan. pengendalian pemeliharaan equipment pabrik tidak dapat dilakukan dengan
oleh pihak manajemen , dampaknya secara ekonomi adalah perencanaan pengeluaran biaya
pemeliharaan , down time (berhenti berproduksi) dan perencanaan pemasarannya, serta forecast
ing penerimaan uang masuk lebih sulit diperhitungkan.
Oleh karena itu diperlukannya alat bantu berupa alat ukur dalam hal ini adalah untuk pengukuran
vibrasi, recorder, dan analyzer vibrasi baik yang dioperasikan secara manual maupun yang
dipasang secara permanen sebagai kelengkapan dari mesin utama. Dengan demikian tujuan
untuk mengetahui kondisi mesin / equipment dengan mengetahui tingkat vibrasi dan analisanya
dapat diperoleh untuk keperluan jangka pendek maupun jangka panjang.
Di sini akan disampaikan bahwa ada 2 (dua) macam pengukuran yang dapat dilakukan
sehubungan dengan lebar band dari filter pada alat ukur yang digunakan, yaitu
Kegunaan terpenting dari pengukuran menggunakan narrow band dilanjutkan dengan analisanya
adalah dapat mengetahui secara “dini” kerusakan suatu komponen mesin. Semakin sempit lebar
band yang digunakan dan semakin dapat diperoleh peak pada masing-masing frekuensi maka
semakin dini dapat diketahui adanya kemungkinan suatu bagian mesin mengalami “pertumbuhan
untuk terjadi kerusakan”. Semakin sempit kita gunakan narrow band width maka semakin lama
kita akan menganalisanya kecuali dibantu dengan alat yang semakin canggih.
Analisa terhadap hasil suatu pengukuran vibrasi akan menghasilkan “kesimpulan berapa
alternatif¬-alternatif’, jadi “bukan langsung” menghasilkan kesimpulan menuju satu titik
kemsakan pada bagian tertentu dari mesin / equipment.
Hal ini disebabkan karena banyak kejadian kerusakan mesin yang berbeda dapat menghasilkan
vibrasi dengan pola frekuensi yang mirip antara kejadian kerusakan yang satu dengan lainnya.
Dengan demikian diperlukan adanya ketekunan, kejelian, serta kesabaran personil yang terlibat
di dalam analisa vibrasi untuk dapat mempersempit masalah sehingga dihasilkan kesimpulan
yang mengarah kepada kerusakan sebenarnya dari suatu bagian mesin / equipment.
Bahkan untuk mengetahui persisnya kerusakan yang terjadi kadang-kadang sesuai dengan
alternatif¬-alternatif hasil analisanya harus pula dilakukan “pembongkaran” bagian mesin /
equipment untuk mengetahui kenyataan kerusakan yang terjadi. Hal ini lazim dilakukan di dalam
memeriksa “kese¬hatan mesin” industri, sehingga untuk keperluan maintenance mesin ybs. perlu
disediakan waktu yang cukup untuk membongkar dan melihat “semua bagian mesin” sesuai
dengan alternatif-alternatif kerusakan sebagai hasil dari analisa vibrasinya.
Di dalam proses melakukan analisanya untuk menemukan masalah pada suatu mesin yang
berputar terdapat beberapa teknik yang populer yaitu :
1. Analisa Spektrum
2. Analisa Orbit
3. Analisa Fase
Dalam proses industri, banyak dijumpai adanya bermacam bentuk serta ukuran mesin, yang
selain kerjanya rumit juga bernilai mahal. Kerusakan yang tedadi secara mendadak dari mesin-
¬mesin yang sedang dioperasikan akan berakibat terhentinya proses produksi, terbuangnya jam
kerja karyawan serta pengeluaran biaya perbaikan yang mahal.
Untuk mengatasi masalah tersebut diatas, diperlukan usaha perawatan serta mengetahui
kondisi¬-kondisi dan batas dari mesin yang dioperasikan, sehingga tindakan penyelamatan dapat
cepat diambil jika kondisi batas tersebut dicapai dan kerusakan lebih parah dapat dihindari.
Sifat-sifat getaran yang ditimbulkan pada suatu mesin dapat menggambarkan kondisi gerakan¬-
gerakan yang tidak diinginkan pada komponen – komponen mesin, sehingga pengukuran, dan
analisa getaran dapat dipergunakan untuk mendiagnosa kondisi suatu mesin, sebagai contoh –
adanya roda gigi yang telah aus akan menimbulkan getaran dengan amplitude yang tinggi pada
frekuensi sesuai dengan frekuensi toothmesh (RPM kali jumlah gigi). Adanya unbalance
(ketidakseimbangan) putaran akan menimbulkan getaran dengan level tinggi pada frekuensi yang
sama dengan rpm poros itu sendiri.
Sejak tahun-tahun terakhir ini, teknologi pengukuran getaran telah berkembang dengan pesat dan
bisa dipakai untuk menyelidiki dan memonitor kondisi mesin-mesin modern yang mempunyai
putaran tinggi. Dengan teknik ini suatu mesin yang berputar dapat dimonitor pada posisi tertentu
untuk mengetahui kondisinya. Tujuan utamanya adalah untuk mengamankan mesin dan
memprediksi kerusakan yang akan mungkin terjadi.
2.2. Getaran
Getaran mesin adalah gerakan suatu bagian mesin maju dan mundur (bolak-balik) dari keadaan
diam /netral, (F=0). Contoh sederhana untuk menunjukkan suatu getaran adalah pegas.
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Pegas tersebut tidak akan bergerak/bergetar sebelum ada gaya yang diberikan terhadapnya.
Setelah gaya tarik (F) dilepas maka pegas akan bergetar, bergerak bolak-balik disekitar posisi
netral.
Kondisi suatu mesin dan masalah-masalah mekanik yang terjadi dapat diketahui dengan
mengukur karakteristik getaran pada mesin tersebut. Karakteristik- karakteristik getaran yang
penting antara lain adalah
• Frekuensi Getaran
• Perpindahan Getaran. (Vibration Displacement)
• Kecepatan Getaran (Vibration Velocity)
• Percepatan Getaran (Vibration Acceleration)
• Phase Getaran
Dengan mengacu pada gerakan pegas, kita dapat mempelajari karakteristik suatu getaran dengan
memetakan gerakan dari pegas tersebut terhadap fungsi waktu.
Gambar 2.3
Gerakan bandul pegas dari posisi netral ke batas atas dan kembali lagi ke posisi netral dan
dilanjutkan ke batas bawah, dan kembali lagi ke posisi netral, disebut satu siklus getaran (satu
periode).
Gerakan periodik atau getaran selalu berhubungan dengan frekuensi yang menyatakan
banyaknya gerakan bolak-balik (satu siklus penuh) tiap satuan waktu. Hubungan antara frekuensi
dan periode suatu getaran dapat dinyatakan dengan rumus sederhana:
frekuensi = 1/periode
frekuensi dari getaran tersebut biasanya dinyatakan sebagai jumlah siklus getaran yang terjadi
tiap menit (CPM = Cycles per minute). Sebagai contoh sebuah mesin bergetar 60 kali (siklus;
dalam 1 menit maka frekwensi getaran mesin tersebut adalah 60 CPM. Frekuensi bisa juga
dinyatakan dalam CPS (cycles per second) atau Hertz dan putaran dinyatakandalam revolution
per minute (RPM).
Jarak yang ditempuh dari suatu puncak (A) ke puncak yang lain (C) disebut perpindahan dari
puncak ke puncak (peak to peak displacement).
Perpindahan tersebut pada umumnya dinyatakan dalam satuan mikron (μm) atau mils.
1 μm 0.001 mm
1 mils 0.001 inch
Karena getaran merupakan suatu gerakan, maka getaran tersebut pasti mempunyai kecepatan.
Pada gerak periodik (getaran) seperti pada gambar 2.2; kecepatan maksimum terjadi pada titik B
(posisi netral) sedangkan kecepatan minimum (=O) terjadi pada titik A dan titik C.
Kecepatan getaran ini biasanya dalam satuan mm/det (peak). Karena kecepatan ini selalu
berubah secara sinusoida, maka seringkali digunakan pula satuan mm/sec (rms). nilai peak =
1,414 x nilai rms
Kadang-kadang digunakan juga satuan inch/sec (peak) atau inch/sec (rms)
1 inch = 25,4 mm
Karakteristik getaran lain dan juga penting adalah percepatan. Pada gambar 1.2, dititik A atau C
kecepatan getaran adalah nol tetapi pada bagian-bagian tersebut akan mengalami percepatan
yang maksimum. Sedang pada titik B (netral) percepatan getaran adalah nol. Secara teknis
percepatan adalah laju perubahan dari kecepatan. Percepatan getaran pada umumnya dinyatakan
dalam, satuan “g’s’ peak, dimana satu “g” adalah percepatan yang disebabkan oleh gaya gravitasi
pada permukaan bumi. Sesuai dengan perjanjian intemasional satuan gravitasi pada permukaan
bumi adalah 980,665cm/det2(386,087inc/det2 atau 32,1739 feet/40).
Gambar 2.4.
Dua bandul pada Gambar 2.4 bergetar dengan frekuensi dan displacement yang sama, bandul A
berada pada posisi batas atas dan bandul B pada waktu yang sama berada pada batas bawah. Kita
dapat menggunakan phase untuk menyatakan perbandingan tersebut. Dengan memetakan
gerakan kedua bandul tersebut pada satu siklus penuh, kita dapat melihat bahwa titik puncak
displacement kedua bandul tersebut terpisah dengan sudut 180 (satu siklus penuh = 360 ). Oleh
karena itu kita dapat mengatakan bahwa kedua bandul tersebut bergetar.dengan beda phase 180.
Gambar 2.5
Pada gambar 2.5 bandul A berada pada posisi batas atas dan bandul B pada waktu yang sama
berada pada posisi netral bergerak menuju ke batas bawah.
Sehingga kita dapat mengatakan bahwa kedua bandul tersebut bergetar dengan beds phase 90.
Gambar 2.6
Pada gambar 2.6 pada waktu yang sama kedua bandul A dan B berada pada batas atas. Oleh
karena itu kita dapat mengatakan bahwa kedua bandul tersebut bergetar dengan sudut phase 0
atau se-phase.
Karakteristik lain dari getaran yang agak khusus adalah pengukuran SPIKE ENERGY. Besaran
dari spike energi ini agak abstrak karena tidak dapat dijelaskan dengan gambar dari getaran
bandul.
Pengukuran spike energy adalah pengukuran getaran frekuensi tinggi akibat adanya pulsa dari
energi getaran. Pulsa dari energi getaran yang terjadi pada mesin sebagai akibat dari:
1. Permukaan yang cacat dari element rolling beraring atau gear.
2. rubs, impacts, dan tedadi kontak antara logam dengan logam di dalam mesin yang berputar.
3. Aliran steam dengan tekanan tinggi atau kebocoran udara
4. Kavitasi akibat aliran yang turbulen dalam fluids.
Sebelum diperkenalkan pengukuran spike energy, sangat sulit untuk mendeteksi dan menganalisa
secara dini kerusakan yang terjadi pada bearing dan gear. Dengan pengukuran spike energy,
getaran dengan frekuensi tinggi akibat kerusakan pada bearing dan gear dapat dideteksi dengan
mudah. Secara dasar pengukuran spike energy adalah pengukuran percepatan dari suatu getaranf
schingga pengukuran ini sangat sensitiv terhadap getaran dengan frekuensi tinggi yang di
akibatkan karena terjadi kerusakan pada bearing atau gear. Pengukuran spike energi dinyatakan
dalam satuan gSE”.
Tabel 2.1
Untuk mengukur suatu getaran mesin dibutuhkan suatu tranduser getaran yang berfungsi untuk
mengolah sinyal getaran menjadi sinyal lain, dalam hal ini sinyal listrik.. Tranduser getaran yang
umum digunakan adalah velocity pickups, accelerometer dan non-contact pickups.
Masing¬masing tranduser tersebut mempunyai keuntungan dan kerugian dalam aplikasinya.
Tidak ada satupun tranduser yang dapat memberikan semua kebutuhan pengukuran yang
diperlukan, sehingga kita harus memilih tranduser yang paling cocok untuk pekerjaan yang akan
kita lakukan. Karena itu bab ini dimaksudkan untuk mengenal lebih mendalam mengenal
tranduser yang secara umum dipakai untuk pengukuran getaran, sehingga dapat membantu kita
memilih tranduser mana yang paling cocok untuk pekerjaan yang akan kita lakukan.
Gambar 3.1
Prinsip kerja dari tranduser ini berdasarkan hukum fisika bahwa ” apabila suatu konduktor
digerakkan melalui suatu medan magnet, atau jika.suatu medan magnet digerakkan melalui suatu
konduktor, maka akan timbul suatu tegangan induksi pada konduktor tersebut. Apabila
transducer ini ditempatkan pada bagian mesin yang bergetar, maka tranduser inipun akan ikut
bergetar, sehingga kumparan yang ada di dalamnya akan bergerak relatif terhadap medan magnet
akan menghasilkan tegangan listrik pada ujung kawat kumparannya. Sinyal listrik yang
dihasilkan sebanding. dengan kecepatan getaran mesin tersebut. Dengan mengolah/ mengukur
dan menganalisa sinyal listrik dari tranduser, maka getaran mesin dapat diukur / diketahui.3.2.2.
Karakteristik
Velocity tranduser biasanya lebih umum digunakan untuk pengukuran maupun analisa vibrasi.
Karena tranduser ini cukup kuat,.mudah dalam .pemakaiannya, dan tranduser ini juga
mempunyai level output listrik yang relatif tinggi. Serta tidak membutuhkan daya listrik untuk
mengaktifkannya. Seperti tranduser lainnya,..velocity transducer mempunyai batas maksimum
dan minimum untuk daerah yang dapat diukur, baik itu amplitude maupun frekuensi getaran.
Gambar 3.2 adalah salah satu contoh daerah pengukuran untuk velocity pickup.
Gambar 3.2
Tegangan output dari velocity pickup biasanya dinyatakan dalam bentuk millivolts per inch per
sec¬ond. sensitivitas dari velocity pickup akan konstan pada daerah.frekuensi operasinya. pada
daerah frekuensi getaran yang rendah sensitivitas dari tranduser ini akan menurun, karena pada
frekuensi rendah gerakan coil cenderung mengikuti gerakan magnet. Untuk pengukuran
amplitudo dengan frekuensi dibawah 600 CPM, biasanya harga pembacaan lebih rendah dari
harga sebenarnya. .
Walaupun sensitivitas transducer tersebut turun pada frekuensi rendah,tetapi kita masih bisa
mengambil data pada daerah frekuensi tersebut dengan menggunakan grafik koreksi faktor
(Gambar 3.3). Pemakaian grafik ini hanya bisa digunakan,pada pembacaan amplitudo yang telah
difilter (amplitudo terhadap frekuensi). Untuk pembacaan overall (amplitudo terhadap fungsi
waktu) grafik tersebut tidak dapat digunakan.
Gambar 3.3
3.2.3. Aplikasi
Beberapa keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan velocity tranduser untuk sistem
pengukuran getaran adalah
- Dalam pengoperasiannya tranduser ini tidak memerlukan days dan mempunyai sinyal output
yang cukup kuat.
- Dapat dipasang langsung pada rumah bearing.
- Dapat dipegang Langan untuk melakukan suatu pengukuran getaran suatu mesin.
Disamping beberapa keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan velocity tranduser, ada
juga beberapa kekurangannya antara lain
- Respon frekuensinya terbatas. Biasanya digunakan hanya pada daerah frekuensi 600 CPM –
120.000 CPM.
- Relatif berat dan besar, sehingga membutuhkan ruangan yang cukup untuk memasangnya.
Jika dipasang pada rumah bearing yang kecil dapat meredam vibrasi.
- Harus menggunakan faktor koreksi apabila digunakan pada frekwensi dibawah 600 CPM.
Gambar 3.4
Gambar 3.4 adalah diagram sederhana dari tipe accelerometer dengan sebuah penguat
didalamnya. Apabila tranduser ini ditempelkan pada bagian mesin yang bergetar, maka getaran
mekanis tersebut diteruskan melalui Case insulator ke bahan piezoeletric, sehingga bahan
tersebut mengalami tekanan sebanding dengan getarannya
Bahan piezoelectric tersebut mempunyai kemampuan untuk menimbulkan muatan listrik sebagai
respon terhadap gaya mekanis yang bekerja terhadapnya. Getaran mekanis yang menghasilkan
gaya akan mengenai bahan piezoeletric dan bahan tersebut akan menimbulkan muatan listrik
yang seband¬ing dengan besarnya percepatan dari getaran tersebut. Muatan listrik yang
ditimbulkan oleh bahan piezoelectric tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan output
velocity tranduser. Karena muatan listrik yang ditimbulkan langsung oleh bahan piezoelectric
begitu kecil, maka di dalam tranduser ini dibuat rangkaian penguat electronik untuk memperkuat
muatan listrik yang dihasilkan oleh bahan piezoelectric, tersebut. Besarnya muatan yang
dihasilkan langsung oleh bahan piezoelectric biasanya dalam picocoulombs per g. Sedangkan
besarnya sinyal yang dihasilkan setelah melalui penguat, mempunyai sensitivitas 50 mv per g
3.2.2. Karakteristik
Tranduser accelerometer umumnya mempunyai bentuk yang cukup kecil dan ringan, serta range
temperatur dan frekwensi kerjanya cukup lebar. Accelerometer adalah merupakan sensor yang
dapat digunakan sebagai sistem monitor getaran maupun untuk. analisis getaran.
Tranduser ini mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap getaran dengan frekuensi tinggi.
Ukuran accelerometer cukup kecil dan ringan, sehingga accelorometer ini sangat cocok
digunakan di lokasi yang mempunyai ruang yang sangat terbatas.
3.2.3. Aplikasi
Tidak seperti tranduser velocity dan accelerometer, Tranduser non-contact tidak mempunyai
element yang dapat menimbulkan suatu tegangan atau muatan listrik sebagai respon terhadap
getaran.
Sebagai ilustrasi pada gambar 3.5, sensor non-contact membutuhkan rangkaian elektronik,
eksternal untuk membangkitkan suatu sinyal ac dengan frekuensi yang sangat tinggi dan sinyal
ac ini yang digunakan untuk mendeteksi getaran.
Pada mesin berputar, non-contact pickup digunakan untuk mengukur getaran poros tanpa
menyentuh poros tersebut. Sinyal ac dengan frekuensi yang sangat tinggi (disebut carrier sinyal)
dikirimkan pada koil. Suatu permukaan logam (dalam hal ini poros) yang dekat dengan koil akan
menyerap energi dari medan magnet tersebut dan akan mengurangi amplitude sinyal carrier.
Gambar 3.6
Apabila jarak antara poros dengan ujung koil berubah-ubah, maka amplitude sinyal carrier juga
akan berubah-ubah sebanding dengan jarak antara poros dengan koil tersebut. Tranduser non-
contact dipasang pada suatu mesin dengan jarak tertentu, jarak antara ujung tranduser dengan
poros dari mesin disebut gap. Gap ini diatur sesuai dengan karakteristik tranduser dan mesin
yang akan digunakan. Tranduser ini sangat baik untuk memantau getaran poros pada mesin yang
berputar dengan kecepatan tinggi dan menggunakan sleeve bearing.
3.3.3. Aplikasi
Beberapa keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan non-contact pickup untuk sistem
pengukuran getaran adalah
- Dengan menggunakan tranduser non-contact dapat dilakukan pengukuran gerakan poros
mesin dari kedua arah radial maupun gerakan pada arah axial.
- Dengan menggunakan dua tranduser non-contact yang dipasang dengan sudut 90, maka dapat
dilihat bentuk orbit dari gerakan poros.
- Dapat digunakan sebagai “keyphasor” untuk pengukuran sudut phase dan kecepatan mesin.
- Respon frekuensi sampai dengan 5 KHz ( 0-300.000 CPM).
- Dapat digunakan untuk cek hot alignment mesin.
Disamping beberapa keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan non-contact pikup, ada
juga beberapa kekurangannya antara lain :
- Sangat sensitiv terhadap kondukiivitas permukaan logam yang dideteksi. Getaran output
sangat terpengaruh oleh mechanical.dan electrical runouts.
- Pemasangan tranduser pada bearing housing harus benar- benar kuat. Tidak cocok untuk
pemakaian handhold.
- Output dari tranduser dapat terpengaruh bila ujung . probe sensor ter kena oleh kotoran
serbuk logam yang terkandung dalam oil.
- Tranduser tidak dapat menghasilkan sinyal output tanpa bantuan rangkaian elektronik dan
catu daya dari luar.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa tidak ada satupun tranduser yang cocok digunakan untuk
semua pemakaian, sehingga kita perlu memilih tranduser mans yang paling’cocok yang akan kita
gunakan untuk keperluan kita.
Ada beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam proses pemilihan transduser ini.
Pemilihan transduser ini adalah langkah yang paling penting dalam proses mendapatkan data
vibrasi yang benar dan akurat Tiap-tiap mesin mempunyai karakteristik getaran yang
berbeda¬beda dan spesifik, sebagai contoh : sebuah gearbox dengan ball bearing akan
mempunyai karakteristik getaran pada frekuensi tinggi, hal tersebut jarang tedadi•pada motor
yang menggerakkan fan dengan kecepatan rendah. Contoh lain adalah sebuah pompa besar atau
kompresor dengan sleeve bearing dimana kita menginginkan meneliti gerakan shaft mesin
tersebut.
Dari dua contoh diatas terdapat perbedaan parameter yang harus diukur, sehingga dibutuhkan
tranduser yang berbeda untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.
Jadi pemilihan tranduser bergantung pads beberapa hal yaitu :
- Karakteristik mekanik mesin Parameter yang akan diukur
- Daerah ftekwensi getaran yang akan diukur
- Pertimbangan pemasangan. Kondisi lingkungan dll
3.4.1. KarakteristikMekanikMesin
Untuk mengukur clearances bearing, posisi rotor atau getaran shaft dibutuhkan pengukuran
displacement dengan menggunakan tranduser non-contact. Tranduser non-contact mengukur
getaran relatif shaft terhadap rumah bearing. Tranduser ini bisa dikombinasi dengan tranduser
velocity yang mengukur getaran relatif shaft dengan casing.
Untuk mesin-mesin yang besar dan berat dengan rotor yang relatif lebih ringan dan bekerja pads
RPM tinggi tranduser non-contact, adalah yang paling cocok untuk pengukuran
dis¬placement/getaran porosnya.
Pertama yang harus dipertimbangkan dalam proses pemilihan tranduser yang akan digunakan
adalah parameter apa yang kita inginkan untuk diukur. Biasanya parameter-parameter tersebut
adalah displacement (perpindahan), Velocity (kecepatan) dan acceleration (percepatan).
Displacement:
Displacement dapat diukur dengan tranduser velocity dan tranduser acceleration. Hal ini
dilakukan dengan cara mengintegralkan hasil pengukuran dari kedua tranduser tersebut dengan
rangkaian inte¬grator yang biasanya sudah ada pada alat pengukur getaran. Tranduser jenis non-
contact mengukur langsung displacement getaran tanpa memerlukan proses integrasi.
Tranduser velocity, dapat digunakan untuk mengukur displacement dengan rangkaian single
integra¬tor, tetapi apabila kita akan bekerja pada frekuensi rendah, kita harus
mempertimbangkan bahwa tranduser velocity akan kurang sensitif apabila digunakan pada
frekuensi dibawah 600 CPM. Akibat adanya proses integrasi akan menimbulkan juga noise
elektronik pada pengukuran frekuensi rendah tersebut.
Velocity :
Velocity dapat juga diukur dengan transducer velocity dan accelerometer. Sensor velocity dapat
mengukur langsung kecepatan getaran tanpa proses integrasi. Sensor accelerometer untuk
mendapatkan kecepatan getaran membutuhkan rangkain single integrator, dan dapat mengukur
frekuensi getaran sampai dengan kira-kira 3 Hz, atau 180 CPM.
Acceleration :
Acceleration sebaiknya diukur hanya dengan accelerometer. Secara teoritis memungkinkan untuk
mengukur acceleration menggunakan tranduser velocity dengan menambah rangkain difrensiator
yang biasanya juga sudah ada di dalam alas pengukuran getaran.
Yang paling baik dalam pemilihan tranduser adalah tranduser yang akan mengukur secara
langsung. Tranduser displacement untuk mengukur displacement, tranduser velocity untuk
mengukur kecepatan getaran dan accelorometer untuk mengukur percepatan getaran.
Daerah frekuensi getaran yang ditimbulkan oleh suatu mesin akan berpengaruh pada pemilihan
tranduser. Secara umum petunjuk untuk pemilihan tranduser berdasar daerah frekuensi adalah
4.2.4. Osciloskop
Osciloskop adalah salah satu peralatan yang berguna untuk melengkapi data getaran yang akan
dianalisa. Sebuah osciloskop dapat memberikan sebuah informasi mengenai bentuk gelombang
dari getaran suatu mesin. Beberapa kerusakan mesin dapat diiden-tifikasi dengan melihat bentuk
gelombang getaran yang dihasilkan, sebagai contoh, kerusakan akibat unbalance atau
misalignment akan menghasilkan bentuk gelombang yang spesifik, begitu juga apabila terjadi
kelonggaran mekanis (mechanical looseness), oil whirl atau kerusakan pada anti friction bearing
dapat menghasilkan gelombang dengan bentuk-bentuk tertentu.
Osiloskop juga dapat memberikan informasi tambahan yaitu : untuk mengevaluasi data yang
diperoleh dari tranduser non- contact (proximitor). Data ini dapat memberikan informasi pada
kita mengenai posisi dan getaran shaft relatif terhadap rumah bearing, ini biasanya digunakan
pada mesin- mesin yang besar dan menggunakan sleeve bearing (bantalan luncur)
Disamping itu dengan menggunakan dual osciloscop (yang memberikan fasilitas pembacaan
vertikal maupun horizontal), dan minimal dua tranduser non-contact pada posisi vertikal dan
horizontal maka kita dapat menganalisa kerusakan suatu mesin ditinjau dari bentuk “orbit”nya.
4.4. Standard
Dalam membicarakan getaran kita harus mengetahui batasan – batasan level getaran yang
menunjukkan kondisi suatu mesin, apakah mesin tersebut masih baik (layak beroperasi) ataukah
mesin tersebut sudah mengalami suatu masalah sehingga memerlukan perbaikan. Dalam sub bab
ini disajikan beberapa macam standard mengenai batasan-batasan level getaran yang umum
digunakan.
BAB V. ANALISA VIBRASI
Langkah awal pengukuran vibrasi pada mesin-mesin industri pada umumnya adalah melakukan
pengukuran “overall” yaitu pengukuran yang tidak difilter pada daerah frekuensi tertentu.
Tujuannya dalah memperoleh gambaran kondisi mesin secara umum. Cara melakukan
pengukurannya sudah isampaikan pada pembahasan sebelumnya.Sebelum kita melaksanakan
analisa terhadap hasil pengukuran vibrasi suatu mesin selalu disarankan ntuk memperhatikan
hal-hal yang menyangkut mesin dan skala pengukuran yang digunakan sebagai berikut :
Seandainya banyak keluhan mengenai vibrasi di mana suatu mesin selalu naik dengan cepat
vibrasinya, maka keluhan ini sebaiknya ditampung dan dijadikan sebagai catatan tersendiri di
dalam sejarah operasi mesin tersebut.
Sebagai contoh adalah bahwa penggantian suatu part dari suatu mesin dapat mempengaruhi –
kondisi balans maupun alignment. Demikian juga adanya tambahan mesin-mesin baru dapat pula
merubah natural frequency dari suatu mesin dan struktur yang sebelumnya sudah terpasang di
sekitar lokasi tersebut.
Demikian juga perubahan terhadap suatu parameter operasi suatu mesin misalnya perubahan
beban, perubahan kecepatan kerja, perubahan tekanan operasi, atau perubahan temperatur
operasipun dapat merubah kondisi vibrasi suatu mesin terutama yang berasal dari kondisi
unbal¬ance, kavitasi, aerodinamika / hidrolika dll.
Instalasi grounding terhadap struktur dan kelistrikan yang ada dapat juga mempengaruhi umur
bearing atau kopling, bahkan dapat merusak dengan cepat pada saat ada pengelasan yang mana
sebagai groundnya diambil dari struktur yang berkaitan dengan listrik catu daya untuk motor
penggerak pompa dll.
Kadang – kadang perhatian kita hanya tertuju pada vibrasi yang dianggap sebagai akibat dari
rusaknya komponen-komponen mesin tertentu atau perubahan-perubahan terhadap mesin atau
struktur di sekitar mesin tersebut. Padahal kadang – kadang masalah yang ditemukan justru
diakibatkan oleh kejadian-kejadian lainnya yang hanya dapat ditemukan kalau kita mau kembali
sejenak menengok sejarah operasi mesin tersebut.
2. KARAKTERISTIK MESIN
Disarankan agar dilakukan suatu tinjauan terhadap karakteristik operasi suatu mesin seperti:
1. RPM
2. Tipe bearing yang digunakan
3. Jumlah gigi masing-masing bagian pada gearbox dan kecepatan kerjanya.
4. Dll.
Hal tersebut akan sangat membantu dalam mengindentifikasi frekuensi vibrasi yang terlihat di
dalam spektrumnya. Demikian juga hal tersebut dapat membantu pemilihan instrumen dan
transduser yang harus digunakan.
Seperti kita ketahui bahwa pemakaian transduser untuk displacement, velocity, maupun
acceleration berbeda dalam pemakaiannya, terutama berdasarkan perbedaan speed/frekuensi dari
mesin/ bagian mesin yang akan diukur vibrasinya (dapat dilihat pada bab Pengukuran Vibrasi).
3. PENGGUNAAN SKALA LINIER DAN LOGARITMIK
Bagi kebanyakan tenaga teknik di lapangan skala pada suatu pengukuran yang paling sering
dijumpai adalah skala linier. Pada skala linier dijumpai bahwa jarak garis skala yang satu dengan
yang lain tetap dan mempunyai penambahan nilai yang tetap pula.
Lain halnya dengan skala logaritmik, di mana akan dijumpai jarak garis skala yang satu dengan
lainnya tidak tidak tetap karena dihitung dengan rumusan logaritmik yaitu logaritma dengan
bilangan dasar 10 tehadap suatu angka. Hasilnya adalah bahwa pertambahan jarak yang sama
diperoleh jika angka yang lebih besar merupakan kelipatan 10 dari angka yang lebih kecil pada
skala di bawahnya.
Ada beberapa skala yang sering digunakan di dalam pengukuran amplitudo vs. frekuensi yaitu
Yaitu
a. Skala linier-linier. Yaitu balk amplitudo maupun frekuensi diplot pada kertas skala linier
(gambar 5.1)
b. Skala linier-logaritmik.
Amplitude pada skala linier dan frekuensi pada skala logaritmis (gambar 5.2.), atau sebaliknya
amplitudo pada skala logaritmik sedangkan frekuensi pada skala linier
c. Skala logaritmik-logaritmik.
Gambar 5.1 Contoh plotting amplitudo vs. Frekuensi pada skala linier-linier
Gambar 5.2 Contoh plotting amplitudo vs. frekuensi pada skala logaritmik-logaritmik
Arti secara visual dari pernilihan skala logaritmik untuk amplitudo ini adalah bahwa hasil
pengukuran ini akan dapat mengesankan adanya penonjolan / pembesaran ukuran bagi amplitudo
yang keeil ,dan pengecilan ukuran bagi amplitudo yang besar.
Hal ini dapat diperlihatkan pada gambar diwah ini, bagaimana plotting amplitudo pada skala
linier dan bedanya jika dilakukan plotting pada skala logaritmik.
1. Langkah untuk melakukan pengukuran atau secara umum memdapatkan data-data vibrasi
mesin yang akan dianalisa kerusakannya menggunakan salah satu atau lebih cara yang dapat
mencirikan hubungan amplitudo dengan frekuensi, amplitude vibrasi arah vertikal dan
horisontal, amplitudo dengan fase, dll.
2. Langkah untuk melakukan interpretasi data.
Di dalam Langkah melakukan pengukuran.vibrasi.untuk analisa terutama akan berkaitan dengan
persyaratan penggunaan transduser dan instrumentasinya serta pada operasinya akan banyak
berkaitan dengan filter frekuensi dan spektrum frekuensi, sedangkan untuk langkah interpretasi
data akan banyak berkaitan dengan tabel perbandingan amplitudo pada berbagai frekuensi (pada
spektrumnya) dengan berbagai kemungkinan penyebabnya, dll. Jika diperlukan untuk lebih
mempersempit masalah dapat pula digunakan analisa dengan metoda lainnya secara bersamaan
yaitu metoda orbit (Lissayous) dan metoda pengukuran fasa pada bagian-bagian mesin tersebut.
Yang dimaksudkan dengan analisa spektrum disini adalah usaha menemukan masalah dan
penyebabnya dengan mengkaji pola perbandingan besarnya amplitudo vibrasi pada semua
frekuensi yang mungkin terjadi
Dilihat dari tingkat keberhasilan dalam mendeteksi kelainan dan kerusakan mesin berdasarkan
tingkat vibrasinya maka analisa spektrum merupakan cara yang paling berguna dibandingkan
dengan cara analisa orbit maupun analisa fasa. Hal ini juga telah dibuktikan bahwa 85% masalah
mekanis pada rotating machinery dapat diidentifikasi dengan cara melihat pada hasil pengukuran
amplitudo vibrasi vs. frekuensi ini.
Keberhasilan analisa menggunakan cara ini kadang-kadang untuk selanjutnya perlu didukung
dengan melakukan kedua cara analisa lainnya. Yang tak kurang pentingnya urituk diperhatikan
adalah kelengkapan data serta sistimatika yang balk dalam pengukuran vibrasi atau pengambilan
data.
Sebagai contoh melakukan pengukuran atau pengambilan data vibrasi yang baik adalah
melakukan pengukuran vibrasi pada daerah rurnah bearing secara vertikal, horisontal, dan axial.
Di bawah ini diperlihatkan contoh pengukuran pada arah radial (hotisontal dan vertikal) dan pada
arah axial pada suatu mesin
Pada pembahasan selanjutnya akan terlihat bahwa suatu masalah (kelainan) pada mesin (unbal-
ance dll.) ternyata dapat dibedakan satu dari lainnya dengan melihat arah vibrasi yang dominan
(vertikal, horisontal, axial, atau kombinasi dari ketiga unsur pengukuran tsb.). Kasus yang dapat
dikemukakan sebagai contoh adalah:
1. Suatu kejadian unbalance, mis-alignment, dan bent shaft pada rotary mesin (bukan over
hung rotor) hampir selalu menghasilkan amplitudo vibrasi yang tinggi pada arah radial
(horisontal dan vertikal) pada frekensi 1 x RPM, dan aplitudo vibrasi yang rendah pada arah
axial.
2. Misalignment pada kopling dan bearing (atau bent shaft) akan menghasilkan aplitudo vibrasi
yang tinggi pada arah axial dan juga pada arah radial. Secara umum jika amplitudo vibrasi axial
lebih dari 50% dibandingkan amplitudo vibrasi arah radial maka dapat dicurigai telah terjadi
misalignment atau bent shaft.
Pada bagian ini akan diterangkan bagaimana suatu data dari hasil pengukuran diartikan dan
bagaimana karakteristik tiap-tiap keadaan perulangan frekuensi dihubungkan dengan gejala
terjadinya masalah / kelainan pada bagian mesin sebagai sumber penyebabnya.
Setelah suatu hasil pengukuran didapat, langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil
pembacaan dari data-data pengukuran yang mempunyai makna berupa karakteristik vibrasi yang
berkaitan dengan adanya berbagai macam masalah / kelainan pada bagian-bagian mesin.
Kunci dari langkah membandingkan hasil pengukuran ini adalah pembacaan pada
frekuensi¬frekuensi yang paling berkaitan dengan RPM mesin dan yang tidak berkaitan dengan
RPM. Identifikasi. terhadap amplitudo yang tinggi yang terjadi pada hasil pengukuran
spektrumnya (amplitudo vs. frekuensi) dan kemungkinan penyebabnya dapat dilihat pada tabel
5.1. dibawah ini
Tabel 5.1
Fekuensi vibrasi yang biasa muncul dan kemungkinan penyebabnya’Untuk masing – masing
frekuensi
Sebagai analisa tambahan kadang-kadang diterapkan analisa orbit (pola Lissajous) karena pada
umumnya pada instalsai non-contact pickup untuk suatu pengukuran pada daerah bearing yang
mendeteksi tingkat vibrasi pada arah axial.
Sehingga rekomendasi pengukuran yang lengkap dengan arah vibrasi axial tidak dapat
dilakukan. Untuk non-contact pick up pada umumnya dipasang permanen untuk mendeteksi
vibrasi langsung pada shaft mesin-mesin yang penggunaannya cukup kritis, instalasinya berupa
probe pada arah radial (horisontal dan vertikal) yang keduanya dipisahkan oleh sudut 90 derajat.
Di sini analisa orbit dapat dilakukan, sebagai tambahan untuk analisa spektrum. Para praktisi
telah melakukan penelitian mengenai kegunaan metoda orbit (pola Lissajous) dan berhasil
mendapat kesimpulan terhadap bentuk bentuk orbit dalam hubungannya dengan kerusakan
bagian-bagian mesin yang diukur dan dianalisa vibrasinya.
Adapun instalasi untuk cara pengukuran dan analisanya diberikan pernbahasannya di bawah ini
Gambar 5.6 Instalasi untuk pengukuran vibrasi dan analisa orbit (pola Lissajous).
Catatan untuk instalasi non-contact pickup seperti di atas dapat digunakan sebagai sistem yang
bersifat redundant (berlebih), failsafe protection (proteksi terhadap kegagalan pada salah satu
sensor) dan dapat menghindari shut down mendadak dari suatu mesin karena salah satu sensor
rusak dan memberikan sinyal palsu seolah-olah terjadi vibrasi yang levelnya tinggi (dipasang
menggunakan logika AND).
Dari gambar di atas selain non-contact pickups (sebagai sensor) yang dipasang , maka harus
disediakan pula sebuah osiloskop dual input yang dilengkapi dengan “T’ axis input. Dengan
memasang ‘T’ axis reference mark ini maka pada gambar Lissajous-nya Akan terlihat suatu
“blank” spot pada garis pola Lissajous yang terbentuk.
Gambar di bawah ini menunjukkan suatu pola Lissajous yang tergambar pada layar osiloskop.
Suatu keadaan unbalance pada rotary machine ditunjukkan oleh pola Lissajous sebagai vibrasi
yang besar pada frekuensi 1 X RPM dengan menganggap bahwa vibrasi pada frekuensi yang lain
sangat kecil dan tidak berarti.
Bentuknya dapat betul-betul bulat atau sedikit ‘agak lonjong (elips) dan di dalam pola yang
terbentuk akan terlihat satu bush spot yang menunjukkan bahwa vibrasi yang besar hanya terjadi
pada frekuensi 1 X RPM.
Gambar pola Lissajousnya diberikan di bawah ini
UNBALANCE
Gambar 5,8 Pola Lissaj ous pada rotary machine yang mengalami unbalance
B. MISALIGNMENT
Misalignment yang terjadi pada rotary machine akan menyebabkan vibrasi yang utama pada
frekuensi 1 X RPM yaitu sekitar yang diikuti dengan munculnya vibrasi pads 2 X RPM, 3 X
RPM, dan harmonik yang lebih tinggi lagi. Di dalam gambar pola Lissajousnya akan
memberikan bentuk elips pipih seperti pisang atau bahkan bentuk pisang yang melengkung.
Bentuk elips pipih selain memberikan kemungkinan vibrasi yang disebabkan oleh keadaan
misalignment, tetapi jugs dapat disebabkan oleh kerusakan bearing atau kemungkinan ter adinya
resonansi.
MISALIGNMENT
Gambar 5.9 Pola Lissajous pads rotary machine yang mengalami misalignment
C. OIL WHIRL
Misalignment akan menyebabkan vibrasi yang utama pada frekuensi di bawah I X RPM. Di
dalam gambar pola Lissajousnya akan memberikan bentuk dua buah lingkaran atau elips yang
ditandai dengan adanya dua buah blank spot. Bahkan karena kejadian oil whirl yang di bawah 1
X RPM tidak persis 1/2 X RPM, maka lingkaran atau ellips yang lebih kecil akan bergerak dan
ditandai dengan bergeraknya blank spot yang ada pada lingkaran atau elips yang kecil.
OIL WHIRL
Gambar 5.10 Pola Lissajous pads rotary machine yang mengalami oil whirl.
D. RUBBING (GESEKAN)
Gambar 5.12 Pola Lissajous pada rotary machine yang mengalami hit-and-bounce rubbing.
Pola semacam ini mirip dengan pola Lissajous yang terjadi pada peristiwa terjadinya oil whirl,
hanya bedanya dengan peristiwa oil whirl maka di sini lingkaran yang berada di dalam tidak
berputar¬-putar.
Dengan semakin beratnya kondisi rubbing yang terjadi, yaitu yang dinamakan heavy rubbing
atau full rubbing, dan ditambah lagi dengan frekuensi resonansi, frekuensi harmonik, serta
random frekuensi non-syncronous, maka akan menghasilkan pola Lissajous yang sangat
kompleks seperti ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.
Gambar 5.13 Pola Lissajous pada rotary machine. yang full rubbing atau heavy rubbing
Teknik lain yang sangat berguna untuk mendeteksi dan mengidentifikasi masalah-masalah
problems mesin adalah pengukuran dan analisa fasa (phase analysis). Pengukuran fasa pada
umumnya dinyatakan dengan derajat sudut atau radian jika siklus lengkap suatu vibrasi adalah
sebesar 360 derajat atau 2 phi radian.
Pengertian fasa adalah bagian dari siklus (0 – 360 derajat) yang mana suatu bagian dari mesin
telah bergerak relatif terhadap bagian mesin lainnya atau terhadap suatu titik referensi yang tetap.
Sebagai -contoh dapat dilihat fasa dari dua benda yang bergerak secara periodik sinusoidal
terhadap waktu, di mana dapat diukur masing-masing fasa terhadap waktu dan juga fasa relatif
benda satu terhadap lainnya seperti pads gambar dibawah ini.
Gambar 5.15 Gambaran tentang perioda/frekuensi, amplitude, sudut fasa dan sudut fasa relatif