disusun oleh
ELFRYDA PRAHANDINI
E1A014281
KELAS C
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Aktivitas berpikir sebagai penalaran manusia mempunyai ciri utama sebagai suatu pola
berpikir yang secara luas disebut logika. Dalam mempelajari pola berpikir yang luas dalam
logika itulah dibutuhkan terlebih dahulu tentang apa itu logika dan ruang lingkupnya karena
hal ini akan membantu dasar pemikiran yang berdasarkan penalaran yang logis dan kritis.
selain berguna bagi sarana ilmu, penalaran yang logis dan kritis ini juga yang nantinya akan
mambantu pemahaman bagi semua ilmu, karena penalaran yang logis, kritis, dan sistematis
inilah yang menjadi salah satu syarat sifat ilmiah.
Salah satu tujuan dari adanya hukum adalah untuk menciptakan kepastian hukum bagi
masyarakat. Kepastian hukum tersebut akan menimbulkan penggunaan hukum yang jelas, pasti
dan konsisten.
Logika khususnya logika silogisme juga memiliki suatu kepastian. Premis-premis akan
berimplikasi terhadap kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, logika juga mengajarkan
bagaimana berpikir benar. Sehingga diharapkan setiap orang dapat melakukan penalaran yang
benar sesuai dengan aturan dan metodologi.
Dari uraian di atas nampaknya terdapat hubungan yang berkaitan antara logika hukum dan
kepastian hukum. Untuk itu penyusun ingin membahas bagaimanakah hubungan logika hukum
dengan kepastian hukum.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Logika ?
2. Apa saja kegunaan dan manfaat logika?
3. Bagaimana pembagian Logika?
4. Bagaimanakah hubungan logika hukum dengan kepastian hukum?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Logika
Secara etimologi, Logika berasal dari perkataan Yunani yaitu logike (kata sifat) dan
logos (kata benda), yang berarti “pikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari pikiran, alasan
atau uraian”. Dengan demikian, logika merupakan pekerjaan akal pikiran manusia dalam
bernalar untuk menghasilkan kebenaran atau penyimpulan yang benar. Sebagai ilmu, disebut
logica scientia yang berarti ilmu logika, namun sekarang ini hanya lazim disebut dengan logika
saja.
Jadi, logika adalah suatu ilmu pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan norma-norma
penyimpulan yang dipandang dari aspek yang benar (sahih). Ada yang berpendapat bahwa
logika adalah ilmu dalam lingkungan filsafat yang membahas prinsip-prinsip dan hukum-
hukum penalaran yang tepat. Ada juga yang menandaskan bahwa logika adalah ilmu
pengetahuan (science) tetapi sekaligus merupakan kecakapan atau keterampilan yang
merupakan seni (art) untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Dalam hal ini, ilmu
mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui, sedangkan kecakapan atau
keterampilan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam
tindakan. Selain itu, ada juga ahli yang berpendapat bahwa logika adalah teknik atau metode
untuk meneliti ketepatan berpikir. Jadi logika tidak terlihat selaku ilmu, tetapi hanyalah
merupakan metode. Ada pula yang mengatakan bahwa logika adalah ilmu yang
mempersoalkan prinsip-prinsip dan aturan-aturan penalaran yang sahih (valid).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, logika merupakan (1) pengetahuan tentang
kaidah berpikir, (2) jalan pikiran yang masuk akal. Menurut Munir Fuadi logika berfungsi
sebagai suatu metode untuk meneliti kebenaran atau ketepatan dari suatu penalaran, sedangkan
penalaran adalah suatu bentuk pemikiran. Kelsen memandang ilmu hukum adalah pengalaman
logikal suatu bahan di dalamnya sendiri adalah logikal . Ilmu hukum adalah semata-mata hanya
ilmu logikal. Ilmu hukum adalah bersifat logikal sistematikal dan historikal dan juga
sosiologikal.
Dapat dikatakan bahwa pengertian dari logika hukum (legal reasoning) adalah penalaran
tentang hukum yaitu pencarian “reason” tentang hukum atau pencarian dasar tentang
bagaimana seorang hakim memutuskan perkara/ kasus hukum, seorang pengacara
mengargumentasikan hukum dan bagaimana seorang ahli hukum menalar hukum.
Logika hukum dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk mencari dasar hukum yang
terdapat di dalam suatu peristiwa hukum, baik yang merupakan perbuatan hukum (perjanjian,
transaksi perdagangan, dll) ataupun yang merupakan kasus pelanggaran hukum (pidana,
perdata, ataupun administratif) dan memasukkannya ke dalam peraturan hukum yang ada.
Logika hukum berfungsi sebagai suatu metode untuk meneliti kebenaran atau ketepatan
dari suatu penalaran, sedangkan penalaran adalah suatu bentuk dari pemikiran. Penalan
tersebut bergerak dari suatu proses yang dimulai dari penciptaan konsep (conceptus), diikuti
oleh pembuatan pernyataan (propositio),kemudian diikuti oleh penalaran (ratio cinium,
reasoning)
Bagi para hakim logika hukum ini berguna dalam mengambil pertimbangan untuk
memutuskan suatu kasus. Sedangkan bagi para praktisi hukum logika hukum ini berguna untuk
mencari dasar bagi suatu peristiwa atau perbuatan hukum dengan tujuan untuk menghindari
terjadinya pelanggaran hukum di kemudian hari dan untuk menjadi bahan argumentasi apabila
terjadi sengketa mengenai peristiwa ataupun perbuatan hukum tersebut. Bagi para penyusun
undang-undang dan peraturan, logika hukum ini berguna untuk mencari dasar mengapa suatu
undang-undang disusun dan mengapa suatu peraturan perlu dikeluarkan. Sedangkan bagi
pelaksanan, logika hukum ini berguna untuk mencari pengertian yang mendalam tentang suatu
undang-undang atau peraturan agar tidak hanya menjalankan tanpa mengerti maksud dan
tujuannya.
Selanjutnya dikatakan bahwa bagi ilmu pengetahuan, logika merupakan suatu keharusan.
Tidak ada ilmu pengetahuan yang tidak didasarkan pada logika. Ilmu pengetahuan tanpa logika
tidak akan pernah mencapai kebenaran ilmiah. Sebagaimana dikemukakan oleh Aristoteles,
bapak logika, yaitu logika benar-benar merupakan alat bagi seluruh ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu pula, barang siapa mempelajari logika, sesungguhnya ia telah menggenggam master
key untuk membuka semua pintu masuk ke berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Di samping kegunaan di atas, Surajiyo, dkk. (2009:15) mengemukakan bahwa logika juga
dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Dari segi kemanfaatan teoritis, logika
mengajarkan tentang berpikir sebagaimana yang seharusnya (normatif) bukan berpikir
sebagaimana adanya seperti dalam ilmu-ilmu positif (fisika, psikologi, dsb.). Dari segi
kemanfaatan praktis, akal semakin tajam/kritis dalam mengambil putusan yang benar dan
runtut (consisten).
3. Pembagian Logika
- Kepastian Hukum
Kepastian merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma
hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak dapat lagi
digunakan sebagai pedoman perilaku bagi setiap orang. Kepastian sendiri disebut sebagai salah
satu tujuan dari hukum. Apabila dilihat secara historis, perbincangan mengenai kepastian
hukum merupakan perbincangan yang telah muncul semenjak adanya gagasan pemisahan
kekuasaan dari Montesquieu.
- Pendapat mengenai kepastian hukum dikemukakan pula oleh Jan M. Otto sebagaimana
dikutip oleh Sidharta yaitu bahwa kepastian hukum dalam situasi tertentu mensyaratkan
sebagai berikut :
1 Tersedia aturan-aturan hukum yang jelas atau jernih, konsisten dan mudah diperoleh
(accesible), yang diterbitkan oleh kekuasaan negara;
2 Bahwa instansi-instansi penguasa (pemerintahan) menerapkan aturan-aturan hukum tersebut
secara konsisten dan juga tunduk dan taat kepadanya;
3 Bahwa mayoritas warga pada prinsipnya menyetujui muatan isi dan karena itu menyesuaikan
perilaku mereka terhadap aturan-aturan tersebut;
4 Bahwa hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpihak menerapkan aturan-aturan
hukum tersebut secara konsisten sewaktu mereka menyelesaikan sengketa hukum; dan
5 Bahwa keputusan peradilan secara konkrit dilaksanakan.
Kelima syarat yang dikemukakan Jan M. Otto tersebut menunjukkan bahwa kepastian
hukum dapat dicapai jika substansi hukumnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Aturan
hukum yang mampu menciptakan kepastian hukum adalah hukum yang lahir dari dan
mencerminkan budaya masyarakat. Kepastian hukum yang seperti inilah yang disebut dengan
kepastian hukum yang sebenarnya (realistic legal certainly), yaitu mensyaratkan adanya
keharmonisan antara negara dengan rakyat dalam berorientasi dan memahami sistem hukum.
Dalam prakteknya, apabila kepastian hukum dikaitkan dengan keadilan hukum, maka akan
kerap kali tidak sejalan satu sama lain. Adapun hal ini dikarenakan di satu sisi tidak jarang
kepastian hukum mengabaikan prinsip-prinsip keadilan hukum, sebaliknya tidak jarang pula
keadilan hukum mengabaikan prinsip-prinsip kepastian hukum. Apabila dalam prakteknya
terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan hukum, maka keadilan hukum yang
harus diutamakan. Alasannya adalah, bahwa keadilan hukum pada umumnya lahir dari hati
nurani pemberi keadilan, sedangkan kepastian hukum lahir dari suatu yang konkrit.
Persoalan logika hukum dengan sebuah metode dan penerapan penemuan hukum oleh
hakim, baik melalui penafsiran hukum atau konstruksi hukum merupakan persoalan yang
penting dalam penegakan hukum di Indonesia dewasa ini. Perkembangan-perkembangan
terakhir dalam metode penemuan hukum sangat dibutuhkan oleh para hakim di negeri yang
sedang berjuang keras untuk kembali menegakkan rule of law melalui sarana penegakan
hukum (law enforcement). Penguasaan terhadap metode mutakhir penemuan hukum
mempunyai peran esensial untuk mendukung para hakim mewujudkan keadilan, kemanfaatan,
dan kepastian hukum secara optimal.
A. KESIMPULAN
Logika hukum (legal reasoning) adalah penalaran tentang hukum yaitu pencarian “reason”
tentang hukum atau pencarian dasar tentang bagaimana seorang hakim memutuskan perkara/
kasus hukum, seorang pengacara mengargumentasikan hukum dan bagaimana seorang ahli
hukum menalar hukum. kepastian dapat mengandung beberapa arti, yakni adanya kejelasan,
tidak menimbulkan multitafsir, tidak menimbulkan kontradiktif, dan dapat dilaksanakan.
Dalam tujuan logika, metode-metode bagaimana mengkonstruksikan argumen kita sendiri
dan juga bagaimana menganalisa argumen orang lain, argumen disini bukanlah perdebatan
sengit penuh emosi tetapi pada logika argumen yang di maksud adalah pertanyaan-pertanyaan
yang di sebut premis yang bertujuan untuk mendukung, menjelaskan, memberi alasan terhadap
pernyataan akhir yang di sebut kesimpulan.
Adanya logika hukum dapat memberikan keselarasan para yuris dalam menafsirkan hukum
dan melakukan penalaran terhadap suatu persoalan hukum. Hal ini secara tidak langsung juga
akan membantu mewujudkan adanya kepastian hukum.
B. SARAN
Dalam menggunakan logika hukum dalam melakukan penalaran terhadap persoalan hukum
agar menciptakan kepastian hukum bagi masyarakat dan Kepastian hukum hendaknya
memberikan perlindungan bagi setiap subjek hukum.
DAFTAR PUSTAKA
La Jaudi. 2013. Argumentasi Tentang Penerapan Tiga Nilai dasar Hukum Dalam Masyarakat.
http://lajaudi.blogspot.com/2013/04/argumentasi-tentang-penerapan-tiga.html.