Adapun metode-metode yang digunakan dalam psikologi perkembangan antara lain adalah:
a. Metode Eksperimen (Experimen Method)
Metode ini merupakan metode yang paling teliti dalam mengumpulkan data/informasi, karena
eksperimen merupakan pengamatan yang terkontrol dan biasanya dilaksanakan dalam
labolatorium.
b. Metode Perkembangan (Developmental Or Genetic Method)
Yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan
pencatatan terhadap gejala-gejala yang dilakukan secara terus menerus sepanjang
pertumbuhan dan perkembangan yang terbagi :
The longitudinal approach;
The cross-sectional approach
c. Metode Observasi ;
Observasi Sekilas (Incidental Observation
Disebut juga introspeksi pengamatan diri atau pengamatan subjektif (instropection or self
observation or subjective observation) yaitu pengamatan yang dilakukan seorang individu
terhadap tingkah lakunya sendiri.
Observasi yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis.
d. Metode Riwayat Hidup atau Klinis (The Case History Or Clinical)
Yaitu suatu studi melalui riwayat hidup yang penerapannya terbatas untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi individu. Tujuan metode ini adalah diagnosis dan treatment.
e. Metode Tes (Test Method)
Merupakan instrumen penelitian yan gpenting dlaamsikologi, tes digunakan untuk mengukur
semua jenis kemampuan seperti minat, bakat, prestasi sikap dan ciri kepribadian.
4. Teori Perkembangan
a. Teori Psikodinamik
Adalah teori yang menjelaskan tentang perkembangan kepribadian.
Unsur-unsurnya adalah aspek-aspek internal manusia seperti emosi, motivasi, dan aspek
internal lainnya.
Asumsi teori ini adalah adalah kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-
aspek psikologi, yang umumnya terjadi sejak masa bayi. Pada masing-masing tahap, individu
mengalami konflik internal yang harus diselesaikan sebelum memasuki tahap berikutnya.
Teori ini banyak dipengaruhi oleh Sigmud Freud dan Erick Erikson.
Freud berfokus pada masalah alam bawah sadar, sebagai salah satu aspek kepribadian
manusia. Freud menyebutkan bahwa kepribadian manusia memiliki tiga struktur penting, yaitu id,
ego, dan superego. Id berisi segala sesuatu yang secara psikologis telah ada sejak manusia
lahir, termasuk insting-insting. Id merupakan tempat berkumpulnya energi psikis dan
menyediakan seluruh daya untuk menggerakkan kedua struktur kepribadian lainnya.
Ego adalah struktur kepribadian yang berkaitan dengan realita dan membuat keputusan-
keputusan rasional. Sedangkan superego adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau
salah, sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui masyarakat.
Kemudian tiga komponen kepribadian ini berkembang melahui tahap-tahap perkembangan
psikoseksual dan setiap tahap perkembangan tersebut individu mengalami kenikamatan pada
satu bagian tubuh lebid daripada bagian tubuh lainnya.
Erick Erikson adalah salah satu seorang teoritis ternama dalam bidang perkembangan rentang
kehidupan.salah satu sumbangannya yang terbesar dalam psikologi perkembangan adalah
psikososial. Istilah “psikososial” berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir
sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh social yang berinteraksi dengan suatu organisme
yang menjadi matang secara fisik dan psikologis (Hall & Lidzye, 1993)
Masing-masing tahap tahap memiliki tugas perkembangan yang khas, dan mengharuskan
individu menghadapi dan menyelesaikan krisis.
Untuk setiap krisis, selalu ada pemecahan yang positif dan negative, pemecahan yang positif
akan menghasilkan kesehatan jiwa, sedangkan pemecahan yang negative akan membentuk
penyesuaian yang buruk
b. Teori Kognitif
Didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kogntif merupakan sesuatu yang fundamental dan
yang membimbing tingkah laku individu.
Teori kogntif menekankan pada pikiran-pikiran sadar. Saat ini sering dibahas dua teori tentang
perkembangan, yaitu teori perkembangan kognitif Piaget dan teori pemrosesan informasi.
Piaget menyebutkan bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau
periode-periode yang terus bertambah kompleks.
Teori pemrosesan informasi (information processing theory) menekankan pentingnya proses-
proses kognitif dengan tiga asumsi, yaitu:
Pikiran dipandang sebagai suatu system penyimpanan atau pengembalian informasi,
Individu-individu memproses informasi dari lingkungan,
Terdapat keterbatasan pada kapasitas untuk memproses informasi dari seorang individu (Zigler
& Stevenson, 1993)
Berdasarkan asumsi tersebut, dapat dipahami bahwa teori pemrosesan informasi lebih
menekankan pada bagaimana individu memproses informasi tentang dunia mereka, bagaimana
informasi masuk kedalam pikiran, bagaimana informasi disimpan dan disebarkan, dan
bagaimana informasi diambil kembali untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas yang kompleks,
seperti memecahkan masalah dan berpikir.
Model kognisi dari teori pemrosesan informasi, diadaptasi dari Seifer & Haffnung, 1994)
c. Teori Kontekstual
Teori kontekstual memandang perkembangan sebagai proses yang terbentuk dari transaksi
timbale balik antara anak dan konteks perkembangan system fisik, sosial, kutural, dan histories
dimana interaksi tersebut terjadi.
Ada dua teori kontekstual:
Pendekatan Etologi
Difokuskan pada asal usul evolusi dari tingkah laku dan menekankan tingkah laku yang terjadi
dalam lingkungan alamiah.
Teori etologi mengenai perkembangan menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh
biologi, terkait dengan evolusi, dan ditandai oleh periode-periode krisis atau sensitive (Santrok,
1998)
Teori Etologis
Memberikan penekanan pada system lingkungan.
Tokoh utama teori ekologi adalh Urie Brofenbrenner.
Pendekatan ekologi terhadap perkembangan mengajukan bahwa konteks dimana berlangsung
perkembangan individu, baik kognitifnya, sosioemosional, kapasitas dan karakteristik
motivasional, maupun partisipasi aktifnya merupakan unsur-unsur penting bagi perkembangan
(Seifert & Hoffnung, 1994).
Brofenbrenner menggambarkan empat kondisi lingkungan dimana perkembangan terjadi, yaitu:
(1) Mikrosistem
Menunjukkan situasi dimana individu hidup dan saling berhubungan dengan orang lain. Kontek
ini meliputi keluarga, teman, sebaya, sekolah, dan lingkungan sosial lainnya. Dalam mikrosistem
inilah terjadi interaksi yang paling langsung dengan agen-agen social.
(2) Mesositem
Menunjukkan hubungan antara dua atau lebih mikrositem atau hubungan beberapa konteks.
Misalnya hubungan antara rumah dan sekolah.
(3) Ekositem
Terdiri dari setting social dimana individu tidak berpartisipasi aktif, tetapi keputusan penting yang
diambil memiliki dampak terhadap orang-orang yang berhubungan langsung dengannya.
Misalnya tempat orang tua bekerja, dewan sekolah, pemerintah lokal.
(4) Makrosistem
Meliputi cetak biru pembentukan social dan kebudayaan untuk menjelaskan dan mengoragnisir
institusi kehidupan. Makrosistem direfleksikan dalam pola lingkan mikrosistem, mesositem, dan
ekosistem yang dicirikan dari sebuah subkultur, kultur, atau konteks sosial lainnya yang lebih
luas. Misalnya system kepercayaan bersama tentang umat manusia.
d. Teori Behavior dan Belajar Sosial
Teori behavior (teori tingkahlaku) mula-mula dikembangkan oleh J.B.Watson (1878-1958)
Asumsinya adalah perilaku dapat diamati, dipelajari melalui pengalaman dan lingkungan.
Berikut ada tiga versi tentang pembentukan perilaku, yaitu Pavlov dengan kondisioning klasik,
Skinner dengan kondisoning operan, dan Bandura dengan teori belajar sosial.
6. Hukum Perkembangan
Adalah kaidah fundamental tentang realitas kehidupan anak-anak (manusia), yang telah
disepakati kebenarannya berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian yang seksama.
9. Tugas Perkembangan
Adalah sesuatu tugas yang timbul pada periode tertentu dalam kehidupan seseorang.
Adapun menurut Robert Havighurst, tugas perkembangan ialah tugas yang terdapat pada suatu
tahap kehidupan seseorang, yang akan membawa individu kepada kebahagiaan dan
keberhasilan dalam tugas-tugas pengembangan berikutnya yaitu apabila tahap kehidupan
tersebut dijalani dengan berhasil.
Sedangkan kegagalan dalam melaksanakan tugas pengembangan, akan mengakibatkan
kehidupan tidak bahagia pada individu dan kesukaran-kesukaran lain dalam hidupnya kelak.
11.Tugas-tugas Perkembangan
a. Tugas Perkembangan Masa Bayi dan Anak-anak Awal (0-6 bulan)
Belajar Berjalan pada usia 9 – 15 bulan.
Belajar makan-makanan padat
Belajar berbicara.
Belajar buang air besar dan kecil.
Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
Membentuk konsep-konsep sederhana kenyataan sosial dan alam.
Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orrang tua, saudara, dan orang lain.
Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk serta pengembangan kata hati.
b. Tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak Akhir dan Anak Sekolah (6-12 tahun)
Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.
Belajar bergaul dengan teman sebaya.
Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-hari.
Mengembangkan kata hati.
Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial.
c. Tugas Perkembangan Masa Remaja (12-21 tahun)
Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.
Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita.
Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.
Memilih dan mempersiapkan karier.
Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga
negara.
Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.
Memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam berperilaku.
d. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal (21-30 tahun)
Memilih pasangan.
Belajar hidup dengan pasangan.
Memulai hidup dengan pasangan.
Memelihara anak.
Mengelola rumah tangga.
Memulai bekerja.
Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara.
Menemukan suatu kelompok yang serasi.
Ciri Pubertas
Seorang anak akan menunjukkan tanda-tanda awal dari pubertas, seperti suara yang mulai
berubah, tumbuhnya rambut-rambut pada daerah tertentu dan payudara membesar untuk
seorang gadis. Untuk seorang anak perempuan, tanda-tanda itu biasanya muncul pada usia 10
tahun ke atas dan pada anak laki-laki, biasanya lebih lambat, yaitu pada usia 11 tahun ke atas.
Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung-jawab atas munculnya
dorongan seks. Pemuasan dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial,
sekaligus juga kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Namun sejak tahun
1960-an, aktivitas seksual telah meningkat di antara remaja; studi akhir menunjukkan bahwa
hampir 50 persen remaja di bawah usia 15 dan 75 persen di bawah usia 19 melaporkan telah
melakukan hubungan seks.
1. Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah suatu proses perubahan yang mengarah pada kemajuan
dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan sifat-sifat psikis yang baru.
Namun tidak semua perubahan-perubahan kemampuan dan sifat-sifat psikis
dipengaruhi oleh perubahan struktur biologis.
Perkembangan juga dapat dikatakan sebagai proses perubahan fungsi-fungsi
psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis, ditunjang
oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam kurun waktu tertentu menuju
kedewasaan.
Perkembangan merupakan proses transmisi dari konstitusi psiko-fisik yang
herediter, dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan yang menguntungkan.
Setiap pribadi/individu yang normal mengalami tahapan perkembangan. Dalam
mengadapi hidup yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase-fase
perkembangan: bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dewasa dan masa tua.
Dalam penggunaan umum, kata pribadi (bahasa Inggris: self) mencakup suatu orang
atau benda tertentu dari sebuah kumpulan. Sampai dengan abad ke-15, bahkan dewasa
ini, dalam bidang statistik dan metafisika, pribadi berarti "tidak dapat dibagi", dan
biasanya menggambarkan benda bilangan apa pun yang tunggal, namun kadang berarti
"seseorang". Sejak awal abab ke-17, istilah "pribadi" menunjukkan keterpisahan, yakni
kemasingdirian (individualism). Kepribadian merupakan keadaan atau sifat masing diri;
yaitu seseorang yang terpisah atau berbeda daripada orang lain dan memiliki
kebutuhan, tujuan dan hasratnya sendiri.
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun
pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Istilah lain
dari peserta didik :
Siswa/siswi- istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan menengah
pertama dan menengah atas. Siswa adalah komponen masukan dalam sistem
pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga
menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai
pendekatan, antara lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan
pendekatan edukatif/pedagogis.
Mahasiswa- Mahasiswa/mahasiswi istilah umum bagi peserta didik pada jenjang
pendidikan tinggi yaitu perguruan tinggi ataupun sekolah tinggi.
Taruna- Banyak digunakan Sekolah Militer atau yang menganut sistem militer,
menurut KBBI berarti “pelajar (siswa) sekolah calon perwira”, beberapa
Perguruan Tinggi Kedinasan juga menggunakan kata Taruna untuk menyebut
Peserta Didik, diantaranya STPN Yogyakarta, STIP Jakarta, dan STP.
Warga belajar- adalah istilah bagi peserta didik yang mengikuti jalur pendidikan
nonformal. Misalnya seperti warga belajar pendidikan keaksaraan fungsional
Pelajar- Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang
mengikuti pendidikan formal tingkat dasar maupun pendidikan formal tingkat
menengah.
Murid- merupakan istilah lain peserta didik tingkat taman kanak-kanak dan
sekolah dasar.
Santri- adalah istilah bagi peserta didik suatu pesantren atau sekolah-sekolah
salafiyah yang sangat mempunyai potensi.
B. Tahapan Perkembangan Perilaku Peserta Didik
Menurut Piaget, pada umur antara 5 - 12 tahun konsep anak mengenai keadilan sudah
tumbuh. Pengertian yang kaku tentang benar dan salah yang dipelajari dari orang tua
menjadi berubah dan anak mulai memperhitungkan keadaan khusus di sekitar
pelanggaran moral.
Menurut Kohlberg, menamakan tingkat kedua dari perkembangan moral pada usia
sekolah sebagai tingkat moralitas konvensional. Pada tingkat ini yang disebut juga
sebagai moralitas anak baik, anak mengikuti peraturan untuk mengambil hati orang lain
dan untuk mempertahankan hubungan-hubungan yang baik.
Menurut Hurlock ( 1978 ) bahwa dalam perkembangan perilaku moral itu ada empat
elemen, sebagai berikut :
Pada elemen ini, hal yang penting dalam belajar adalah menjadi individu yang bermoral
sesuai yang diharapkan oleh kelompoknya. Antara kelompok yang satu dengan lainnya
memiliki tolok ukur yang berbeda dalam menentukan apakah sesuatu itu benar atau
salah, karena berkaitan dengan kesejahteraan kelompoknya masing-masing.
Pada masa kanak-kanak, anak tidak terlalu dituntut untuk tunduk/patuh pada hukum dan
kebiasaan sebagaimana kepauhan yang diharapkan pada anak yang lebih besar.
Setelah memasuki usia sekolah, anak mulai dididik sedikit demi sedikit tentang hukum
yang berlaku dalam lingkungannya. Di keluarga, anak dididik untuk patuh kepada orang
tua dan mengasihi sesama anggota keluarga. Di, lingkungan, anak diajarkan/dididik
untuk saling menghargai sesama teman sebayanya. Di sekolah, anak diajarkan tentang
bagaimana mematuhi aturan sekolah.
2. Peran kata hati
Kata hati merupakan kontrol internal terhadap tingkah laku seseorang. Hal ini
merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting di masa anak usia sekolah.
Kata hati merupakan sesuatu yang kompleks bagi nak-anak. Oleh karena itu pada
awalnya tingkah laku mereka dikontrol oleh lingkungan. Terjadi pergantian yang
perlahan-lahan dari lingkungan ke kontrol yang sudah terinternalisasi, pada saat itulah
transisi sudah lebih lengkap.
Setelah anak mengontrol tingkah lakunya dengan kata hati, maka kata hati dijadikan
pedoman bagi tingkah laku mereka. Jika tingkah lakunya tidak sesuai dengan pedoman
yang ditetapkan oleh kata hatinya, maka mereka akan merasa bersalah, malu, atau
bahkan merasa bersalah dan malu.
Interaksi sosial dapat memberikan dasar-dasar dari tingkah laku yang diterima oleh
masyarakat, memberikan motivasi melalui apa yang diterima dan tidak diterima
kelompok. Jika anak tidak berinteraksi sosial, maka anak tidak akan tahu tenatang
tingkah laku apa yang kiranya diterima oleh masyarakat/lingkungannya.
Melalui interaksi sosial, anak tidak hanya belajar mengenai kode-kode moral, tetapi
merekea juga mempunyai kesempatan untuk belajar mengevaluasi tingkah laku mereka.
Jika evaluasi menyenangkan maka anak akan termotivasi untuk taat pada standar moral
yang telah ditetapkan lingkungan. Jika evaluasi tidak menyenangkan maka anak akan
mengubah standar moral mereka dan menerima apa yang diharapkan lingkungan
padanya.
1. Proses Biologis
Proses biologis atau perkembangan fisik mencangkup perubahan-perubahan dalam
tubuh individu seperti pertumbuhan otak, otot, sistem syaraf, struktur tulang, hormon,
organ-organ indrawi, dan sejenisnya. Perubahan dalam cara menggunakan tubuh atau
keterampila motorik dan perkembangan seksual juga dikelompokkan ke dalam domain
ini. Tetapi domain perkembangan ini tidak mencangkup perubahan fisik karena
kecelakaan, sakit, atau peristiwa-peristiwa khusus lainnya.
Pada tahap oral, mulut bayi adalah fokus dari libidinal gratifikasi yang berasal dari
kenikmatan makan di payudara ibu dan dari eksplorasi lisan atau lingkungannya, yaitu
kecenderungan untuk menempatkan objek dalam mulut. The id mendominasi, karena
baik ego maupun ego yang super ini belum sepenuhnya dikembangkan, dan, karena
bayi tidak memiliki kepribadian (identitas), setiap tindakan didasarkan pada prinsip
kesenangan. Meskipun demikian, ego kekanak-kanakan adalah membentuk selama
tahap lisan; dua faktor yang berkontribusi terhadap pembentukannya, dalam
mengembangkan citra tubuh, dia adalah diskrit dari dunia luar, misalnya anak mengerti
rasa sakit ketika diterapkan pada tubuhnya, sehingga mengidentifikasi batas-batas fisik
antara tubuh dan lingkungan ; gratifikasi tertunda mengarah ke pemahaman bahwa
perilaku tertentu memenuhi beberapa kebutuhan, misalnya menangis sangat
memuaskan kebutuhan tertentu.
Menyapih adalah pengalaman kunci dalam tahap oral/lisan bayi dalam perkembangan
psikoseksual, perasaan pertamanya kerugian akibat kehilangan keintiman fisik
menyusui pada payudara ibu. Namun, penyapihan meningkatkan kesadaran diri bayi
bahwa ia tidak mengontrol lingkungan, dan dengan demikian belajar dari menunda
kepuasan, yang mengarah pada pembentukan kapasitas kemerdekaan (kesadaran
batas diri) dan kepercayaan (perilaku terkemuka untuk kepuasan). Namun,
menggagalkan dari mulut-tahap - terlalu banyak atau terlalu sedikit pemuasan hasrat -
mungkin menyebabkan mulut-tahap fiksasi, ditandai dengan pasif, mudah tertipu,
ketidakdewasaan, optimisme realistis, yang dimanifestasikan dalam konsekuen
kepribadian manipulatif untuk ego malformasi.
Dalam kasus terlalu banyak gratifikasi, anak tidak belajar bahwa ia tidak mengontrol
lingkungan, dan gratifikasi yang tidak selalu langsung, sehingga membentuk kepribadian
yang belum matang. Dalam kasus terlalu sedikit gratifikasi, bayi mungkin menjadi pasif
setelah mengetahui bahwa gratifikasi tidak akan datang, meski telah menghasilkan
perilaku memuaskan. [5]
Pada tahap anal, zona sensitif seksual bayi mengalami perubahan dari mulut (saluran
pencernaan atas) ke anus (saluran pencernaan yang lebih rendah), sementara ego
pembentukan terus. Toilet training adalah kunci pengalaman anal-tahap anak, terjadi
pada sekitar usia dua tahun, dan hasil dalam konflik antara Id (menuntut kepuasan
segera) dan Ego yang (menuntut kepuasan tertunda) dalam menghilangkan
limbah/kotoran dalam tubuh, dan penanganan kegiatan terkait ( misalnya memanipulasi
kotoran, mengatasi tuntutan orangtua). Gaya pengasuhan mempengaruhi resolusi
konflik Id-Ego, yang dapat berupa bertahap dan psikologis lancar, atau yang dapat tiba-
tiba dan psikologis trauma.
Resolusi ideal konflik Id-Ego dalam penyesuaian anak moderat, tuntutan orangtua yang
mengajarkan nilai dan pentingnya kebersihan fisik dan ketertiban lingkungan, sehingga
menghasilkan anak mampu belajar mandiri.
Pada tahap phallic, zona sensitif seksual yang utama yaitu alat kelamin anak. Hal ini
dalam tahap pengembangan infantil ketiga bahwa anak-anak menjadi sadar tubuh
mereka, tubuh anak-anak lainnya, dan badan orang tua mereka; mereka memuaskan
rasa ingin tahu fisik dengan membuka baju dan menjelajahi satu sama lain dan alat
kelamin mereka, dan begitu mempelajari fisik (seksual) perbedaan antara "laki-laki" dan
"perempuan" dan jender perbedaan antara "anak" dan "gadis".
Tahap latent terjadi saat hasrat oedipal ditekan dan mereda. Ini terjadi sampai masa
pubertas. Sebenarnya, penelitian membuktikan bahwa hasrat seksual justru meningkat
sampai puncaknya pada masa pubertas. Represi seksualitas karena dianggap tabu
pada masa hidup Freud, membuat hasrat seksual harus dikendalikan dan ditekan
e. Tahap genital