normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi total usus halus
a. Usus halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter
menempati dua perlima sebelah atas dari usus halus yang selebihnya
7
8
lambung. Isi duodenum ialah alkali. Isinya yang cair (atau kime)
b. Usus besar
sayuran hijau, dan penyiapan sisa protein yang belum dicerna oleh
3. Etiologi
4. Patofisiologi
obstruksi maka bagian proksimal dari usus mengalami distensi dan berisis
tekanan intaluminal, maka bagian proksimal dari usus tidak teratur dan
hilang.
gangguan vaskuler terutama statis vena. Dinding usus menjadi udem dan
tertelan, sekresi usus dan udaraakan berkumpul dalam jumlah yang banyak
10
dan bagian distalnya kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi membran mukosa
usus menurun dan dinding usus menjadi edema dan kongesti. Distensi
intestinal yang berat dengan sendirinya secara terus menerus dan progresif
kemudian diikuti oleh oklusi arteri, menyebabkan iskemik yang cepat pada
dinding usus. Usus menjadi udem dan nekrosis, memacu usus menjadi
Menurut Prierce A. Grace & Neil R. Borley (2006) tanda dan gejala
c. Hipotensi, takikardia.
6. Pemeriksaan diagnostik
obstruktif yaitu :
a. Pemeriksaan laboratorium
halus disertai adanya batas antara air dan udara atau gas (air fluid
bagian distal.
c. Pemeriksaan CT Scan
Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruktif.
g. Pemeriksaan Angiografi
7. Penatalaksanaan Medis
nasogastrik.
b. Ganti kehilangan cairan dan elektrolit : berikan ringer laktat atau NaCl
karsinoma kolon)
f. Laparatomy
1) Definisi
perut.
13
2) Indikasi pembedahan
b. Peritonitis
3) Komplikasi
b. Gangguan kardiovaskuler
antara lain:
b. Mempercepat penyembuhan.
sebelum oprasi.
dan histamin dan merangsang reseptor nyeri pada ujung saraf bebas, di
3. Kebutuhan nutrisi
4. Kebutuhan eliminasi
mengakibatkan konstipasi/diare.
15
Obstruktif Totalis
1. Pengkajian
a. Pengumpilan data
1) Data biografi
kebanyakan pria tua dan biasa terjadi pada anak dan bayi.
2) Riwayat kesehatan
terus menerus.
atau infeksi.
3) Pemeriksaan fisik
Pada klien post operasi akan tampak adanya sayatan atau luka
konstipasi.
4) Aspek Psiko-sosial-spiritual
5) Pemeriksaan diagnostik
usus halus disertai adanya batas antara air dan udara atau gas
obstruktif.
kronis.
20
b. Analisa data
Data objektif:
BAB (-) atau
BAB encer
5. Data Subjektif : Dilakukanya insisi bedah, Resiko
Klien mengeluh terputusnya kontuinitas tinggi
lemas jaringan yang menyebabkan kekurangan
perdarahan, respon stres : volume
Data Objektif : cairan ditahan oleh tubuh cairan
- Membra karena stimulus hormon ADH,
n terjadinya anemia dan
mukosa hipovolemik menyebabkan
kering cairan elektrolit terganggu.
- Turgor
kulit
kering
- Tekanan
darah
menurun
- Nadi
meningk
at
- Warna
urine
memeka
Data Objektif :
- Adanya
luka post
op
- Kasa
penutup
luka
tampak
basah
dan
kotor
2. Diagnosa keperawaan
informasi
3. Perencanaan
Intervensi Rasional
Kaji nyeri, catat lokasi, Berguna dalam pengawasan
karakteristik, beratnya (skala 0- keefektifan obat, kemajuan
10). Selidiki dan laporkan penyembuhan. Perubahan pada
perubahan nyeri dengan tepat. karakteristik nyeri menunjukan
terjadinya abses/peritonitis,
memerlukan upaya evaluasi medik
dan intervensi
24
Intervensi Rasional
Tentukan kebiasaan tidur biasanya Mengkaji perlunya dan
dan perubahan yang terjadi. mengidentifikasi intervensi yang
tepat.
Berikan tempat tidur yang Meningkatkan kenyamanan tidur
nyaman dan beberapa milik serta dukungan fisiologis/
pribadi, mis; bantal, guling. psikologis
25
Intervensi Rasional
Kaji faktor-faktor yang Mempengaruhi pilihan intervensi
mempengaruhi kemampuan klien
untuk mencerna/ makan; status
puasa, mual.
Timbang BB sesuai indikasi. Mengidentifikasi status cairan serta
Catat masukan dan pengeluaran memastikan kebutuhan metabolik.
cairan
Auskultasi bising usus, palpasiAdanya bising usus dapat
abdomen. Catat pasase platus. menetukan kembalinya peristaltik
usus.
Identifikasi kesukaan/ Meningkatkan kerjasama klien
ketidaksukaan diet dari klien. dengan aturan diet.
Anjurkan pilihan makanantinggi Protein/ Vitamin C adalah
protein dan vitamin C. kontributor utama untuk
pemeliharaan jaringan dan
perbaikan.
Intervensi Rasional
Auskultasi bising usus Adanya bunyi abnormal
menunjukan terjadinya komplikasi.
Monitor adanya keluhan nyeri. Mungkin berhubungan dengan
distensi gas atau terjadi komplikasi;
ileus.
Observasi gerakan usus, Indikator kembali fungsi GI,
perhatikan warna konsistensi dan mengidentifikasi ketepatan interval.
jumlah feses.
Anjurkan makanan/ cairan yang Menurunkan resiko iritasi mukosa/
tidak mengiritasi bila masukan diare.
oral diberikan.
27
adekuat.
Intervensi Rasional
Pantau tanda-tanda vital dengan Tanda-tanda awal hemoragi usus
sering, perhatikan peningkatan dan pembentukan hamatoma, yang
nadi, perubahan tekanan darah. dapat menyebabkan syok
Periksa balutan dan lika selama 24 hipopolemik.
jam pertama.
demam.
Intervensi Rasional
Pantau tanda-tanda vital, Suhu malam hari memuncak yang
perhatikan peninngkatan suhu. ke normal pada pagi hari adalah
karakteristik infeksi. Demam 38 0C
segera setelah pembedahan dapat
menandakan infeksi pulmonal/
urinarius/ lika atau pembentukan
tromboflebitis. Peningkatan suhu 4-
7 hari setelah pembedahan sering
menandakan abses luka atau
kebocoran cairan dari sisi
anastomosis.
informasi
Intervensi Rasional
Tinjau ulang prosedur dan Memberikan dasar pengetahuan
harapan pascaoperasi. dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi
Diskusikan pentingnya masukan Meningkatkan penyembuhan dan
cairan adekuat, kebutuhan diet. normalisasi fungsi usus.
Demonstrasikan perawatn Meningkatkan penyembuhan,
luka/mengganti balutan yang menurunkan resiko infeksi,
tepat. memberikan kesempatan untuk
mengobservasi pemulihan luka.
Pertahankan perawatan luka Melindungi pasien dari kontaminasi
aseptik. Pertahankan balutan silang selama penggantian balutan.
kering. Balutan basah bertindak sebagai
sumbu retrograd, menyerap
kontaminasi eksternal.
Tinjau perawatan kulit disekitar Membantu mencegah kerusakan
sisi selang. kulit, menurunkan resiko infeksi.
draenase.
Tinjau ulang keterbatasan/ Menurunkan resiko regangan/
pembatasan aktivitas, misalnya trauma insisi, pembentukan hernia.
tidak mengangkat benda berat
selama 6-8 minggu, menghindari
latihan/ olahraga keras
Sumber: Doenges (2000), hal. 506
4. Implementasi
(Dinarti, 94).
5. Evaluasi