Anda di halaman 1dari 14

Hamdil Khaliesh.

“Arsitektur Tradisional Tionghoa”

ARSITEKTUR TRADISIONAL TIONGHOA:


Tinjauan Terhadap Identitas, Karakter Budaya dan Eksistensinya

Hamdil Khaliesh

Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Indonesia


hamdiel_st@yahoo.com

ABSTRAK
Budaya merupakan sebuah proses perkembangan pola pikir yang terjadi secara bertahap
dalam waktu yang lama. Proses ini terjadi selama manusia ada dan terus berkembang
sesuai dengan pengembangan wawasan keilmuan. Setting lingkungan merupakan salah
satu faktor yang berperan kuat dalam pembentukan karakter budaya. Tionghoa merupakan
etnis yang banyak melakukan perpindahan ke daerah lain termasuk diantaranya daerah
barat dan asia, baik dengan hubungan perdagangan maupun ekspedisi. Saat ini, banyak
ditemukan daerah Permukiman Tionghoa di beberapa tempat, sebut saja Pecinan atau
China town. Namun yang menarik adalah perbedaan tempat dan lingkungan tersebut tidak
membuat eksistensi Budaya Tionghoa memudar. Dari sekian banyak karakter budaya
Tionghoa, yang paling menonjol adalah bentuk arsitekturnya. Hal ini terjadi karena bentuk
budaya yang paling mudah dilihat adalah bentuk fisiknya dalam hal ini arsitektur
bangunannya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi bagaimana Budaya Tionghoa dapat
bertahan dengan eksistensi nilai arsitektur bangunannya. Pemahaman terhadap karakteristik
Arsitektur Tionghoa menjadi sangat penting dalam memahami perkembangan budayanya.
Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup arsitektur tradisional. Pemilihan wilayah studi juga
berkaitan dengan perbandingan Arsitektur Tionghoa pada budaya barat dan timur.
Interpretasi deskriptif berdasarkan persamaan dan perbedaan arsitektur bangunan akan
menjelaskan bagaimana Etnis Tionghoa mampu meminimalisir pengaruh budaya lain
terhadap karakter arsitekturnya. Hasil penelitian menunjukan identitas arsitektur tradisional
Tionghoa terbentuk dengan konsistensi terhadap nilai kepercayaanya. Sementara
kepercayaan adalah landasan utama yang membentuk Kebudayaan Tionghoa. Oleh karena
itu, refleksi eksistensi Budaya Tionghoa akan berimplikasi terhadap eksistensi identitas
arsitekturnya.
Kata Kunci : Identitas, arsitektur, Tionghoa

ABSTRACT
Culture is a process of mindset development that occur gradually over a long time. This
process occurs during human life on earth and continue to evolve in accordance with the
development of scientific knowledge. The environment setting is one of the factors that play a
strong role in shaping the cultural character. Chinese is ethnic which has a lot of migration to
other areas such as western and asian regions, either by trading or expedition. Currently,
many Chinese settlement areas are found in several places, called Pechinan or China town.
The interesting one is the difference of environment where they live does not make the
existence of their culture are fade. From several characters of Chinese culture, the most
prominent is the architecture. This happens because of cultural forms is most easily seen in
form of physical or architecture of the building. This study aims to identify how the Chinese
culture can survive with the existence of architectural value. Understanding about Chinese
architecture characteristic is very important to understand the development of the culture.
This study limited only to the scope of traditional architecture. The selection of study area is
also related to the comparation of Chinese architecture in western and eastern culture.
Descriptive interpretation based on similarities and differences in the architecture of the
building were able to explained how the Chinese ethnic minimize other cultural influences on
the character of the architecture. The results showed that the traditional Chinese
architectural identity is formed by the consistency of the religious value. While religion is the
major base in the Chinese cultural forming. Therefore, the reflection of existence of Chinese
culture have implications for the existence of their architectural identity.
Keywords: Identity, architecture, Chinese

Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 Hal 86


Hamdil Khaliesh. “Arsitektur Tradisional Tionghoa”

1. Pendahuluan Penelitian ini merupakan penelitian


kualitatif-deskriptif dengan analisis
Tionghoa merupakan etnis yang perbandingan. Analisis perbandingan akan
mampu mempertahankan eksistensinya di digunakan untuk membandingkan
tempat, tanpa menghilangkan karakter karakteristik Arsitektur Tionghoa di wilayah
budayanya. Fenomena ini menunjukan Etnis studi. Perbedaan dan persamaan akan
Tionghoa mampu mempertahankan mendefinisikan tingkat eksistensi identitas
identitas budayanya dari pengaruh budaya Arsitektur Tionghoa.
lain dari lingkungan yang berbeda.
Keberlangsungan Budaya Tionghoa juga
ditunjukan dengan konsistensi identitas 2. Kajian Literatur
arsitekturnya yang sangat khas sehingga
menjadi simbol keberadaan mereka di tiap Identitas didefinisikan sebagai karakter
lingkungan yang mereka tinggali. yang dimiliki oleh suatu individu yang
Pada perkembangan berikutnya, dibagi ke seluruh anggota komunitas
penyebaran kebudayaan Tionghoa tertentu atau kelompok. Identitas menjadi
mencapai ke wilayah barat dan asia. Hal itu dasar ciri komunitas tertentu yang
ditunjukan dengan banyaknya Permukiman membedakan dengan komunitas lainnya.
Tionghoa “Pechinan” di wilayah asia dan Rapoport (dalam Catanese & Snyder, 1991)
barat. Pechinan adalah istilah yang mengungkapkan bahwa arsitektur bermula
digunakan sebagai referensi permukiman sebagai tempat bernaung.
yang mayoritas dihuni oleh komunitas Sedangkan menurut O‟Gorman (1997),
Tionghoa di luar wilayah China. Karakteristik arsitektur lebih dari sekedar suatu
umum yang menjadikan Pechinan sangat pelindung. Arsitektur bisa jadi merupakan
khas adalah bentuk arsitektur tradisional suatu wujud seni, namun memiliki
yang mewakili budaya Tionghoa. Hal yang perbedaan, yaitu arsitektur menggunakan
menarik adalah masyarakat Tionghoa seni sebagai sesuatu yang penting untuk
mampu mempertahankan eksistensi digunakan sebagai interior.
budaya dengan konsistensi bentuk arsitektur Dua pengertian diatas memaparkan
tradisional pada bangunannya di berbagai pengertian arsitektur berkaitan dengan
wilayah. lingkungan fisik. Namun menurut Catanese
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi & Snyder (1991), makna arsitektur jauh
bagaimana Budaya Tionghoa dapat lebih luas dari sekedar lingkungan fisik,
mempengaruhi eksistensi arsitekturnya. pengertian arsitektur merupakan bagian dari
Untuk mengkaji hal ini, perlu pemahaman makna sosial budaya. Lebih lanjut menurut
secara menyeluruh berkaitan dengan Wigglesworth dan Till (1998), arsitektur
karakteristik Arsitektur Tionghoa: memiliki makna yang sangat sulit di
 Seperti apa karakteristik arsitektur jelaskan, terkesan kabur. Sehingga mereka
tradisional asli Tionghoa?, menyimpulkan bahwa kehidupan sehari hari
 Seperti apa karakteristik arsitektur merupakan kritik terhadap arsitektur.
tradisional Tionghoa di luar negaranya, Menurut Banks (1989), budaya dapat
China? digambarkan sebagai keseluruhan pola pikir
 Bagaimana bentuk perbedaan dan yang mempengaruhi perilaku setiap individu.
persamaan karakter arsitektur Tionghoa Budaya merupakan pengetahuan tentang
di China dan di luar China? simbol-simbol, ide-ide, aspek-aspek
Objek penelitian adalah arsitektur intangible dari suatu komunitas. Sedangkan
bangunan tradisional Tionghoa, sedangkan menurut Damen (1987), Budaya merupakan
wilayah studi dibatasi pada wilayah pola-pola pengetahuan kehidupan sehari-
Indonesia, wilayah Kanada dan Amerika. hari manusia yang menggambarkan
Pemilihan wilayah ini didasarkan pada bagaimana mereka berintaraksi.
beberapa fakta yang menunjukan di wilayah Beberapa teori budaya juga
tersebut berkembang kebudayaan Tionghoa mendefinisikan pemaknaan yang sama,
yang berasal dari migrasi masa lalu yang yaitu berkaitan dengan
ditunjukan dengan arsitektur bangunannya.  Perkembangan dari satu generasi ke
Wilayah Indonesia akan genarasi lain.
mempresentasikan afiliasi budaya timur  Pola, simbol, dan kategori dari suatu
terhadap Budaya Tionghoa dan wilayah komunitas.
Kanada dan Amerika akan  pemikiran secara eksplisit dan implisit,
mempresentasikan afiliasi budaya barat rasional dan irasional.
terhadap Budaya Tionghoa. Pemahaman  Perilaku; menerima, menginterpretasi,
karakteristik arsitektur di wilayah tersebut berekspresi maupun merespon.
menjadi penting berkaitan dengan Menurut Dr. J. F. García, seorang
bagaimana Budaya Tionghoa dapat pengajar di Universitas Ashland, Ohio pada
bertahan dengan arsitekturnya yang khas di website-nya memaparkan ada 5 elemen
tempat lain dengan lingkungan yang budaya yaitu:
berbeda.  Material Culture
Pembahasan terhadap identitas Meliputi komponen produk yang
arsitektur tradisional Tionghoa akan ditinjau berkaitan dengan bentuk,
dari aspek Budaya Tionghoa. Oleh sebab itu infrastruktur,dan teknologi.
diperlukan juga pemahaman terhadap  Social Institution
Budaya Tionghoa berdasarkan: Meliputi pemerintahan, rumah tangga dan
 Konsep dasar Budaya Tionghoa. organisasi non pemerintah.
 Hubungan Budaya Tionghoa dengan  Man and universe
arsitekturnya. Meliputi kepercayaan, agama, keimanan,

Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 Hal 87


Hamdil Khaliesh. “Arsitektur Tradisional Tionghoa”
dan mistik. Menurut Kupier (2011), berdasarkan
 Aesthetic sejarahnya Dinasti Han merupakan dinasti
Meliputi segala bentuk karya yang paling berperan dalam membentuk
senidiantaranya seni musik, seni lukis kebudayaan Tionghoa. “Han” merupakan
ataupun seni teater. etnis terbesar yang tersebar di seluruh
 Language (Verbal and Non Verbal, Body) provinsi di Tionghoa kecuali provinsi Tibet
Berkaitan erat dengan bahasa baik dan Xinjiang. Hal yang paling mendasar dari
bahasa verbal maupun non verbal. gaya hidup etnis Tionghoa adalah mereka
Arsitektur merupakan sebuah produk sangat memaknai ajaran para leluhurnya.
budaya yang diciptakan dengan teknologi Konsep ajaran Yin dan Yang yang muncul
pada masanya. Oleh sebab itu berdasarkan pada masa ajaran Doism diterapkan pada
elemen budaya diatas, arsitektur merupakan hampir semua aspek kehidupan bahkan
bagian dari elemen Material Culture. yang paling sederhana sekalipun.
Pembahasan berikutnya akan lebih fokus
terhadap arsitektur sebagaai salah satu Penyebaran Etnis Tionghoa
produk budaya. Tionghoa sudah mengenal berbagai
Budaya Tionghoa negara didunia sudah sejak lama, baik
dengan hubungan perdagangan maupun
Budaya Tionghoa merupakan ekspedisi (Wade, 2007). Gambar 1
keseluruhan pola pikir masyarakat Tionghoa merupakan peta lama yang menjelaskan
yang membentuk satu kesatuan bahwa bangsa Tionghoa sudah mengenal
kepentingan sehingga dapat negara-negara didunia pada tahun 1418
menggambarkan etnis Tionghoa sebagai dengan ekspedisi dibawah kepemimpinan
kelompok yang mewakili budaya Tionghoa. Admiral Zheng He.
Masyarakat Tionghoa di China

Gambar 1. Peta dunia china pada tahun 1418


Sumber: Wade, 2007

Fakta memperlihatkan etnis Tionghoa tanpa menuntut kepatuhan anggotanya


mampu berkembang secara bergenerasi di secara eksklusif. Bahkan banyak peneliti
wilayah yang domainnya bukan di negara yang meragukan istilah “agama” dalam
asalnya. Namun yang menjadi referensi buddhisme atau Toisme, mereka
keistimewaan bangsa Tionghoa adalah lebih memilih istilah “cara berfikir”.
dimana pun mereka berada tetap Lebih lanjut Kupier (2011) menuliskan
membawa budaya asli mereka. ajaran filosof Tionghoa yang cukup terkenal
adalah Daoism atau lebih dikenal dengan
Kepercayaan Taoism yang sudah berkembang hampir
Agama pertama di Tionghoa masih lebih dari 2000 tahun yang lalu. Tao
dalam perdebatan para ahli. Berdasarkan bermakna "cara" atau "jalan" untuk
sejarah, masyarakat Tionghoa lebih dulu mencapai keharmonian dengan alam
mengenal ajaran-ajaran kebijakan oleh semesta.. Ajaran-ajaran Taoisme adalah
leluhurnya. Dalam kebudayaan Tionghoa gabungan anarkisme dan kepercayaan
awal, yang membentuk falsafah hidup bahwa kebenaran di luar pemahaman
masyarakat Tionghoa adalah ajaran-ajaran manusia dapat diperoleh dengan cara
yang diperkenalkan oleh Confucius, Laozi bersemadi atau tasawuf. Ada 3 konsep
dan buddha (Kupier, 2011). dasar ajaran Taoism yaitu; 1) hubungan
Menurut Taylor (1982) dalam bukunya antara alam dan manusia, interaksi antara
yang berjudul "Proposition and Praxis: The lingkungan dan masyarakat, 2) siklus
Dilemma of Neo-Confucian Syncretism", transformasi kehidupan di alam semesta
agama-agama di Tionghoa lebih dan 3) penyembahan terhadap nenek
beorientasi pada sistem kekeluargaan moyang.

Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 Hal 88


Hamdil Khaliesh. “Arsitektur Tradisional Tionghoa”
Ajaran filosof masyarakat Tionghoa membentuk identitas dan menjadi bagian
lainnya yang cukup terkenal adalah dari budaya hidup mereka. Bahkan Agama
Confucianisme yang dibawa oleh pemikir Buddha dapat berkembang pesat karena
Confucius. Ajaran tersebut mengajarkan memang ajarannya sejalan dengan ajaran
tentang tata cara menjalani kehidupan dan daoism.
bagaimana berfikir bijak. Confucianisme
tidak dianggap sebagai satu agama yang Arsitektur Tradisional Tionghoa
berunsurkan ketuhanan tetapi merupakan Keunikan arsitektur tradisional
ajaran yang mengajarkan tentang prinsip- Tionghoa adalah penggunaan kayu
prinsip hidup yang lebih baik. sebagai material konstruksi utama (Kupier,
Confucianisme berasaskan ajaran 2011). Bangunan arsitektur di Tionghoa
Confucius dapat dirumuskan dalam konsep umumnya memiliki karakteritik utama
Jen yang menekankan perasaan sebagai berikut: 1) prestasi terbesarnya
perikemanusiaan terhadap masyarakat lain yaitu maha karya istana kerajaan dan
dan harga diri. penataan kota, yang mencerminkan sistem
Ajaran Confucius lebih melihat ke pemerintahan kekaisaran dan struktur
masa lalu, bagaimana memahami sistem sosial, 2) Court yard didepan
kehidupan, mempelajari cara-cara hidup bangunan, secara simetris menjadi umbu
tradisional yang menurutnya akan bangunan utama, 3) Menyesuaikan dengan
mengurangi potensi regenerasi ke masa alam.
depan, berkenaan dengan Li atau rukun Menurut David G. Khol (1984:22)
bangsa serta berkaitan dengan bagaimana dalam bukunya menuliskan ciri khas
keamanan dan kepatuhan menjadi bagian arsitektur Tionghoa di Asia Tenggara
dari negaranya. adalah sebagai berikut:
Taoisme dan Confucianisme bukan  “courtyard”
merupakan agama yang berunsurkan  Elemen-elemen struktural yang terbuka
kepercayaan ketuhanan melainkan adalah (yang kadang-kadang disertai dengan
agama yang berkembang dari falsafah ornamen ragam hias)
masyarakat yang menganutinya.  Penekanan pada bentuk atap yang khas.
Kepercayaan lainnya yang  Penggunaan warna yang khas.
berkembang dan cukup memberi pengaruh Sedangkan menurut G. Lin dalam
pada kebudayaan Tionghoa adalah ajaran Widayati (2004), karakteristik Arsitektur
Buddhism atau dikenal dengan sebutan Tionghoa yang perlu dibahas dan dikenali
ajaran Buddha yang diperkenalkan India adalah ;
dimasa Dinasti Han. Berbeda dengan  Organisasi ruang
ajaran Confucianisme dan Taoisme, ajaran  The Jian
buddha menganut prinsip ketuhanan  Axial Planning
dengan Buddha sebagai Kekuasaan tuhan
tertinggi. Ajaran tersebut merupakan ajaran Courtyard & Elemen-elemen struktural
yang berasal dari luar Tionghoa (india) yang terbuka
namun karena cara berfikirnya sejalan
dengan ajaran daoism, ajaran ini dapat Courtyard (gambar 2) merupakan
diterima oleh masyarakat Tionghoa ruang terbuka pada hunian tradisional
(Maspero, 1981). Tionghoa. Ruang terbuka ini sifatnya lebih
Kepercayaan-kepercayaan yang privat. Biasanya digabung dengan
berkembang pada masyarakat Tionghoa kebun/taman (Khol, 1984).

Gambar 2. Tipe Hunian Tradisional Tionghoa dengan Courtyard


Sumber: Handinoto, 2008
Penggunaan warna dan bentuk Atap menunjukan makna “keyakinan” (gambar
yang Khas 3). Bentuk atap yang khas pada hunian
tradisional Tionghoa dapat dilihat pada
Penggunaan warna yang khas juga ujung perubung atapnya yang berbentuk
melambangkan simbol-simbol tertentu dan melengkung (gambar 4).

Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 Hal 89


Hamdil Khaliesh. “Arsitektur Tradisional Tionghoa”

Gambar 3. Elemen warna pada bangunan Tionghoa


Sumber: Handinoto, 2008

a b c
. . .

d e
. .
Gambar 4. a) atap model Wu Tien, b) atap model Hsun Shan, c) atap model Hsun Shan, d) atap model Ngang
Shan, e) atap model Tsuan Tsien
Sumber: Handinoto, 2008
Organisasi Ruang ruang. Konsep dasarnya meliputi
penggunaan Jian, atau bay room, sebagai
Seperti yang diuraikan oleh G. Lin standar unit atau modulasi dan dapat
(1989) dalam Widayati (2004), Organisasi dikembangkan atau dibuat secara berulang
ruang pada Arsitektur China didasarkan menjadi suatu massa bangunan atau
pada kebutuhan hidup sehari-hari yang beberapa kelompok bangunan.
dipadukan dengan persyaratan-persyaratan. Jian adalah sebuah ruang persegi
estetika yang dianut masyarakat Tionghoa empat atau suatu ruang yang diberi
Ada dua karakteristik yang cukup dominan pembatas dinding atau hanya dibatasi oleh
dalam konsep penataan ruang Bangunan kolom sehingga secara psikologis juga
tradisional Tionghoa yaitu Jian dan Axial membentuk sebuah ruang. Jian juga dapat
Planing ditambahkan untuk membentuk suatu
Jian ruang (hall) atau ting dengan menggunakan
unit standar sepanjang sumbu longitudinal
Jian merupakan unit dari organisasi (berulang memanjang secara menerus)

Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 Hal 90


Hamdil Khaliesh. “Arsitektur Tradisional Tionghoa”
dan sumbu horizontal. adalah sumbu sekunder.
 Namun ada kalanya dalam suatu
Axial Planning komposisi hanya ada satu sumbu atau
Karakteristik berikutnya dari arsitektur tidak ada sumbu sama sekali.
Tionghoa klasik adalah bentuk struktur Bentuk dasar organisasi ruang
yang simetri dan orthogonal pada denah bangunan tradisional Tionghoa adalah
dan potongan. Hal ini merupakan sumber berbentuk persegi panjang, dengan unit
dari kosmologi Tionghoa. Pada Arsitektur ruang yang menyatu dalam
Tionghoa hall dan courtyard ditempatkan keseluruhannya. Arsitektur Tionghoa
sepanjang suatu axis longitudinal atau mengkombinasikan bentuk persegi panjang
suatu jalan setapak (path) pada susunan bervariasi dalam ukuran dan posisi sesuai
orthogonal. dengan kebutuhannya. Kombinasi dari unit
Ruang-ruang tersebut terpisah satu ruang dalam arsitektur tradisional Tionghoa
dengan lainnya dengan adanya courtyard mematuhi prinsip-prinsip keseimbangan
yang pada akhirnya dianggap sebagai dan simetri. Struktur utama adalah sumbu,
ruang utama pada komposisi secara dan struktur sekunder diposisikan sebagai
keseluruhan (gambar 5): dua sayap di kedua sisi untuk membentuk
 Sumbu longitudinal adalah sumbu ruang-ruang utama dan halaman.
utama sedangkan sumbu horizontal

Gambar 5. Simetri pada Arsitektur China


Sumber: Handinoto, 2008
Pengaruh Kepercayaan Terhadap
Pola Penataan Ruang
Arsitektur Tradisional Tionghoa
Pola penataan ruang masyarakat
Pengaruh budaya pada Arsitektur Tionghoa yang menerapkan tata ruang
Tionghoa dapat diidentifikasi dari konsep- dalam yang dikenal dengan istilah “inner
konsep perencanaan yang keseluruhannya court” atau “courtyard” merupakan
menerapkan konsistensi ajarannya. Sama penjabaran dari pemikiran Confusius.
halnya dengan aktivitas keseharian Penataan courtyard bagi penghuninya
mereka, arsitektur juga menjadi bagian dari dapat membentuk suatu dunia kecil
pengamalan ajaran dan kepercayaan (sebagai ruang pribadi). Hal ini sesuai
mereka. Berikut beberapa hal mengenai dengan kepercayaan masyarakat Tionghoa
arsitektur dan bangunan yang secara terhadap Feng Shui (Widayati, 2004).
langsung terkait dengan kepercayaan Untuk Qi (breath) dalam kelompok
mereka. bangunan, maka kelompok bangunan
Feng Shui tersebut diarahkan ke void (lubang). Bentuk
geometris berperan dalam organisasi
Menurut Salem dalam bukunya yang ruang, dengan bentuk sederhana dapat
berjudul "A Teacher’s Sourcebook for menghadirkan courtyard segi empat.
Chinese Art & Culture" , Feng Shui Seluruh bangunan yang berlantai satu
merupakan suatu metode yang digunakan besar atau kecil akan direncanakan atau
masyarakat Tionghoa dalam menentukan dibangun dengan aturan-aturan tertentu di
arah orientasi kota, rumah, atau gua untuk sekeliling courtyard. Hal ini sesuai dengan
memperoleh energi dari elemen georafis pandangan hidup masyarakat Tionghoa
dan lansekap seperti air, gunung dan “dekat dengan tanah/bumi” (close to the
celestial bodies. earth) atau apabila manusia dekat dengan
Praktek Feng Shui sudah ada sebelum tanah atau bumi maka kesehatannya
ajaran Taoisme, namun sampai sekarang terjamin.
sudah dianggap sebagai manifestaasi dari
hidup harmoni dengan kekuatan alam. Langgam dan Gaya
Filosofi Feng Shui adalah keseimbangan Langgam dan gaya bangunan
dengan alam sama halnya dengan Yin dan arsitektur Tionghoa dapat dengan jelas
Yang. Jika yin dan yang adalah prinsip dilihat dari ornamen bagian atas atap atau
keseimbangan yang diterapkan dalam seni ornamen pada kolom-kolom bangunan
bela diri, maka feng shui merupakan prinsip yang seluruhnya menggambarkan lukisan
keseimbangan alam yang diterapkan pada bunga atau binatang. Ukiran dan ornamen
arsitektur.

Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 Hal 91


Hamdil Khaliesh. “Arsitektur Tradisional Tionghoa”
ini memiliki arti tersendiri terhadap Keseluruhan prinsip-prinsip arsitektur
kepercayaan masyarakat Tionghoa. Klenteng Sam Po Kong menunjukan
budaya China masih sangat melekat dan
Arsitektur Tradisional Tionghoa Di mendominasi walaupun berada jauh dari
Indonesia tanah kelahirannya (lihat gamba 7).
Penyebaran masyrakat Etnis Tiongkok
di tanah jawa terjadi dengan alasan Pengaruh Kosmologi Terhadap
perdagangan dan usaha menyelamatkan Arsitektur Rumah Toko di Semarang
diri dari pemerintahan Ching dan akhirnya
membentuk koloni permukiman, salah Ruko (rumah-toko) secara harafiah
satunya di Pulau Jawa (Carey, 1985:86). Di dapat diartikan dan dipahami sebuah
kawasan pesisir utara pulau Jawa, bangunan yang berfungsi ganda, yaitu
arsitektur Tionghoa berkembang pada abad sebagai rumah dan toko (aktifitas
ke-14 yang didominasi etnis Tionghoa dari komersial) dimana aktivitas komersial
Tiongkok Selatan. dibagian depan lantai dasar dari bangunan
Sebagian besar masyarakat Tiongkok dua lantai sedangkan aktivitas berumah
yang terdampar di Pulau Jawa menikah tinggal di bagian belakang lantai dasar dan
dengan wanita setempat dan mendirikan lantai atasnya. Pratiwo (2010) dalam
permukiman dengan izin penguasa pribumi. bukunya yang berjudul "Arsitektur
Penyebarannya meliputi wilayah: Tradisional Tionghoa dan Perkembangan
Semarang, Beyaran, Demak, Kudus, Pati, Kota", mengatakan bahwa denah ruko
Juwana, Rembang, Lasem, Welahan, dikawasan pechinan Semarang sangat
Jepara dan Tayu. panjang dengan tampak depan yang
Budaya Tionghoa mengalami pasang sempit. Ruko dibangun bersebelahan
surut, pada masa penjajahan Belanda, dengan tembok bersama antara rumah
pasca era kemerdekaan pada tahun 1965 yang satu dengan rumah yang lainya.
dan awal-awal lahirnya era reformasi pada Tatanan ruangnya berdasarkan pada
tahun 1998. Ditandai dengan terjadi kepercayaan fengshui agar penghuninya
kerusuhan berlandaskan rasis dimana etnis selalu beruntung. Tipe bangunan seperti ini
Tionghoa menjadi sasaran dengan motif telah digunakan orang Tionghoa sejak lama
kecemburuan sosial. dan bentuk-bentuk dasarnya ditemukan di
Pernikahan antara Etnis Tionghoa dan kota-kota perairan Tiongkok Selatan. Tipe
masyarakat pribumi melahirkan keturunan rumah ini dapat diklasifikasi lagi kedalam
yang disebut tionghoa peranakan atau tiga subtype. Rumah deret satu lantai,
masyarakat Tionghoa yang telah beberapa rumah dua lantai dengan teras, dan dua
generasi tinggal menetap di tanah Jawa. lantai tanpa teras.
Budaya hidup mereka sudah bercampur Arsitektur Tradisional Tionghoa Di
dengan budaya masyarakat Jawa dan
mereka tidak lagi menggunakan bahasa Amerika Serikat
Tionghoa sebagai bahasa sehari-hari
mereka, misalnya penanggalan Tionghoa Imigran asal Tionghoa mulai berlayar
yang diakulturasikan dengan penanggalan ke Amerika Serikat pada akhir abad 17.
Jawa. Kedatangan masyarakat Tionghoa pertama
tercatat pada tanggal 9 agustus tahun 1785
Pengaruh kosmologi terhadap rumah di Baltimore dengan motivasi perdagangan.
ibadah-Kelenteng Namun alasan kedatangan masyarakat
Tionghoa paling utama adalah pada
Klenteng Sam Po Kong terletak di pertengahan abad 18 yaitu pertambangan
kawasan komplek gedung batu di wilayah emas2. Wong (1998) dalam bukunya yang
Simongan, Semarang Barat. Pada awalnya berjudul "Ethnicity and
klenteng ini merupakan sebuah masjid Entrepreneurship:The New Chinese
yang didirikan oleh keturunan Tionghoa Immigrants in the San Francisco Bay Area",
Muslim Semarang. Arsitektur klenteng ini menuliskan kedatangan imigran terbanyak
merupakan perpaduan budaya Jawa dan pertama berlangsung mulai tahun 1850.
China. Klenteng Sam Po Kong terdiri dari Gelombang imigran terus berdatangan
tiga bagian utama, yaitu Kuil Mbah Juru hingga tahun 1890 dengan jumlah populasi
Mudi, Kuil Sam Po Kong dan Kuil Dewa mencapai 107.488 jiwa.
Bumi. Ketiga kuil ini memiliki kemiripan
dengan konsep-konsep arsitektur Istana
Terlarang di China dengan ciri khas gaya Sedangkan menurut Chen (2011),
atap dan warna bangunan. Atap yang gelombang kedatangan masyarakat
bertumpuk tiga melambangkan kelopak Tionghoa di Amerika di bagi menjadi 4
teratai. Sedangkan warna yang dominan tahap. Tahap pertama pada periode tahun
pada setiap bangunan di Klenteng Sam Po 1948 hingga 1882, sebagian besar
Kong adalah merah, kuning, dan hijau. bertempat tinggal di California dengan
Dalam budaya Cina, warna merah motivasi pertambangan emas. Tahap
melambangkan kebahagiaan dan menolak kedua pada tahun 1882-1943 dengan
pengaruh jahat, warna hijau motifasi pekerjaan. Tahap ke tiga pada
merepresentasikan warna alam1.
Taoisme, Dan Budha Di Klenteng San Po Kong"., artikel
mahasiswa Pasca Sarjana UGM (h 30-32).
1 2
Dian Maya Safitri, "Belajar Tentang Nilai-Nilai Pluralisme Berdasarkan artikel "Chinese American Heroes",
Islam Jenderal Cheng Ho Melalui Sinkretismed Abangan, Islam, chineseamericanheroes.org, diakses 7 Maret 2014

Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 Hal 92


Hamdil Khaliesh. “Arsitektur Tradisional Tionghoa”
tahun 1943-1924 dengan motivasi aliansi agar dapat saling membantu dalam hidup
antara negara China dan Amerika dalam diperantauan. Permukiman-permukiman ini
melawan Jepang di Perang dunia ke-2. dikenal dengan istilah-istilah Chinatown
Terakhir tahap ke empat diatas tahun 1965 atau Pechinan.
dengan motivasi adanya pengakuan hukum Di Amerika terdapat beberapa
amerika terhadap imigran asal China Chinatwon atau Pechinan , antara lain
sebagai warga negara. Kedatangan terletak di kota San Fransisco, New York
masyarakat Tionghoa di Amerika sudah dan Seattle. Chinatown atau Pechinan
berlangsung sangat lama dan bergenerasi merupakan sebuah wilayah kota yang
sehingga komunitasnnyapun semakin mayoritas penghuninya adalah masyarakat
bertambah. Masing-masing komunitas Tionghoa.
membentuk perkumpulan dan permukiman

Gambar 7. Klenteng Sam Pho Kong


Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Sam_Poo_Kong, diakses 5 Maret 2014

mana dalam arsitektur Tionghoa, dari


Bangunan ibadah (Kelenteng) di kompleks istana hingga rumah-rumah
Amerika Serikat pertanian yang sederhana. Hal ini terlihat
jelas dari arsitektur kuil Hsi Lai. Kuil ini
Kelenteng pada masa awal menerapkan pada simetri bilateral yang
kedatangan masyarakat Tionghoa ke melambangkan keseimbangan (gambar 8).
Amerika hanya berjumlah 8 buah. Namun
dalam perkembangannya hingga sekarang Chinatown di seattle
kelenteng di Amerika sudah berjumlah
berjumlah ratusan. Salah satu contoh kuil Chinatown di Seattle banyak memiliki
yang ada di Amerika adalah kuil Hsi Lai. bangunan bersejarah yang dibangun antara
Kuil Hsi Lai adalah kuil3 terbesar yang ada 1909 dan 1929. Sebagian besar Chinatown
di Amerika, Hemisphere . di Seattle terdiri dari restoran, galeri, toko-
Kuil Hsi Lai dibangun pada tahun 1978 toko souvenir dan rumah tinggal. Pada
dan dibuka untuk publik pada tahun 1988. Chinatown di Seattle ornamen naga
Kuil ini didesain dengan prinsip arsitektur dipercayai masyarakat tionghoa disana
China dengan fungsi utama sebagai tempat sebagai simbol keberuntungan. Mereka
ibadah. Prinsip-prinsip struktural arsitektur berjuang untuk mempertahankan simbo-
China sebagian besar tetap tidak berubah, simbol yang ada pada arsitektur mereka
perubahan utama hanya pada penyesuaian sebagai4 warisan budaya dan arsitektur
lingkungan tapak. mereka .
Dari segi arsitektur, tidak ada Material bangunan yang digunakan
perubahan mendasar yang ada pada kuil di untuk membangun rumah biasanya adalah
Amerika dengan kuil di China. Warna- batu bata yang dicat berwarna merah
warna cerah mendominasi warna pada kuil dengan hiasan-hiasan ornamen khas
ini. Kolom-kolom dibangun dengan bentuk Tionghoa dan tulisan-tulisan mandarin.
bulat dengan proporsi yang seimbang Biasanya tulisan-tulisan mandarin
dengan atapnya. menunjukkan identitas dari ruko tersebut
Karakteristik yang paling dominan (gambar 9).
adalah penekanan pada artikulasi dan
simetri bilateral, yang berarti
keseimbangan. Simetri bilateral dan
artikulasi bangunan ditemukan di mana-
3
Donald E. Miller, Jon Miller, Grace R. Dyrness , dkk,. 4
Deskripsi berdasarkan poster Asian American Heritage in Seattle
2011. " Immigrant Religion in the City of Angels". Center for yang ditulis oleh the Cultural Tourism Program of Seattle’s
Religion and Civic Culture. University of Southern California Convention and Visitors Bureau (Asian American Cultural Guide,
(h 27) Second Edition, 2010)

Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 Hal 93


Hamdil Khaliesh. “Arsitektur Tradisional Tionghoa”

Gambar 8. Kuil Hsi Lai di Amerika Serikat


Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Chinese_enclaves_in_the_San_Gabriel_Valley diakses 7 maret 2014

dalam bentuk bangunan atau massa yang


Bentuk Atap Arsitektur Tionghoa di berbeda.
Vancouver, Kanada
Ornamen dan simbol
Menurut Wong (1992) dalam Guo Bangunan-bangunan komersial seperti
(2006) ada tiga gelombang besar rumah toko (ruko) mengalami alkulturasi
kedatangan masyarakat Tionghoa ke dengan arsitektur setempat (Kanada).
Kanada sejak perang dunia ke-2. Misalnya ada bangunan yang
Gelombang pertama pada tahun 1958 mengkombinasikan ornamen China dan
hingga 1961 dengan motivasi perubaahan Barat, atau ada yang mengkombinasikan
politik agrikultur Hong Kong. Gelombang atap Kelenteng China Selatan dengan
kedua terjadi pada tahun 1967 yang fanlights Palladian serta Fujian mural di
diduga akibat efek domino pasca perang dinding. Ada pula yang menggabungkan
dunia ke-2. Gelombang ketiga terjadi pada antara kolom Yunani dan Romawi, serta
mulai tahun 1980 akibat ketidak percayaan menambahkan motif China lainnya.
warga Tionghoa Hong Kong dengan Menurut Mckinnon5, simbolisme yang
perjanjian kerjasama antara inggris dan digunakan etnis Tionghoa di kota tersebut
Hongkong. Mereka meninggalkan Hong merupakan kepercayaan mereka terhadap
Kong dan pindah ke Kanada. Sedangkan peruntungan nasib serta untuk melindungi
menurut Li (1998) dalam Guo (2006) mereka dari kekuatan jahat. Umumnya
mayoritas imigran masyarakat Tionghoa di tulisan-tulisan kanji, gambar dan warna
Kanada berasal dari tiga Hongkong, yang terkandung merupakan simbol-simbol
Taiwan dan China. keberuntungan, umur panjang dan
kedamaian.
Transformasi Bentuk Arsitektur
Chinatown di Vancouver didefinisikan
dengan arsitektur khas „balcony-style’,
dengan arsitektur yang memadukan timur
dan barat dalam elemen desainnya.
Balcony-style adalah sebuah gaya
arsitektur hibrida yang memadukan aspek
arsitektur Tionghoa dengan gaya barat.
Bangunan-bangunan ini semua dibangun
untuk bangunan komersial (gambar 10).
Di Chinatown Vancouver juga terdapat
gerbang dengan bentuk atap khas dari
etnis Tionghoa. Chinatown Vancouver
memiliki pintu masuk berupa dua gerbang
khas Arsitektur China. Gerbang pertama
adalah menuju ke Pusat Kebudayaan
China dan Gerbang Milenium, yang
melintasi Jalan Pender di bagian barat
kota. Bangunan-bangunan di koridor jalan
tersebut merupakan kombinasi antara
arsitektur setempat dengan Arsitektur
China. Dapat dilihat pada foto (gambar 11-
12), penggabungan tersebut tidak
menciptakan difusi yang erat, namun
pemisahan karakter bangunan dalam
wadah yang sama. Hal ini memperlihatkan
kedua karakter arsitektur tetap muncul 5
Mckinnon, http://www.vancouver-chinatown.com/, diakses
14 Oktober 2011

Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 Hal 94


Hamdil Khaliesh. “Arsitektur Tradisional Tionghoa”

Gambar 9. Kiri : Gerbang menuju Chinatown di Kanada , Kanan : Restoran Gerbang China
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Seattle_Chinatown-International_District diakses 7 Maret 2014

Gambar 10. Rumah Toko Sam Kee di Vancouver Chinatown, Kanada


Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Sam_Kee_Building diakses 11 Maret 2014

Gambar 11. Gerbang Masyarakat Tionghoa di Pusat Kebudayaan China di Vancouver's Chinatown
Sumber: http://commons.wikimedia.org/wiki/File:2010-08_Vancouver_China_Gate.jpg diakses 11 Maret 2014

Gambar 12. Gerbang Milenium menuju Jalan Pender di Vancouver's Chinatown


Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Chinatown,_Vancouver diakses 11 Maret 2014

Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 Hal 95


Hamdil Khaliesh. “Arsitektur Tradisional Tionghoa”
3. Hasil dan Pembahasan b) Pada karakter bentuk atap, kuil di China
menggunakan atap lengkung. Hal ini
Identitas Arsitektur Tionghoa juga diterapkan pada kuil di Amerika dan
merupakan karakteristik arsitektur yang Indonesia. Sedangkan pada bangunan
dapat mewakili budaya Etnis Tionghoa. ruko, tidak ada prinsip khusus yang
Suatu karakter akan menjadi sebuah harus diikuti, sehingga pada bentukan
identitas ketika karakter tersebut memiliki atap bangunan yang ada di China,
konsistensi terhadap prinsip yang telah Amerika dan Indonesia menyesuaikan
disepakati bersama sebagai suatu aturan. dengan arsitektur lokal setempat.
Identitas Arsitektur Tionghoa manjadi c) Pada karakter warna, bangunan religius
penting untuk dibahas berkaitan dengan di China didominasi dengan warna
kemampuannya bertahan di berbagai merah dan kuning. Begitu juga dengan
tempat di seluruh dunia. bangunan religius di Amerika, bangunan
Seperti yang kita ketahui Etnis didominasi dengan warna merah dan
Tionghoa sudah berkelana ke berbagai kuning. Sedangkan pada bangunan
tempat di dunia sejak masa dahulu kala. religius di semarang, walaupun
Dari perjalanan mereka ada yang menetap didominasi oleh warna merah ada
dan ada yang kembali ke negara asalnya, warna-warna baru yang berbeda dari
China. Masyarakat Tionghoa yang menetap karakter warna Arsitektur Tionghoa pada
akhirnya membentuk komunitas dan umumnya, hal ini berkaitan dengan
menetap secara bergenerasi dan pengaruh budaya lokal.
melahirkan permukiman-permukiman d) Pada bangunan ruko, tidak ada aturan
bergaya Tionghoa, seperti yang kita kenal khusus dalam penggunaan warna.
dengan istilah Little China, Chinatown atau Namun warna merah sering digunakan
Pechinan. Hal yang menarik adalah pada beberapa ruko di China maupun
walaupun mereka hidup di luar negaranya Amerika. Sedangkan pada ruko di
dalam jangka waktu yang lama secara Semarang-Indonesia, warna ruko
bergenerasi, namun budaya mereka masih cenderung menyesuaikan dengan
tetap bertahan sehingga munculah istilah- karakter arsitektur lokal. Perubahan
istilah seperti disebutkan sebelumnya. warna ini berkaitan dengan makna
Salah satu elemen budaya adalah warna merah yang menurut
material budaya, yang secara khusus kepercayaan mereka membawa
berkaitan dengan produk budaya secara keberuntungan. Sedangkan warna yang
fisik. Arsitektur menjadi bagian yang tidak menyesuaikan dengan karakter
terpisahkan dari produk fisik budaya, arsitektur lokal, dipengaruhi dengan
dikarenakan setiap perubahan budaya ketersediaan bahan material di tempat
dapat diidentifikasi dari perkembangan tersebut dan pengaruh budaya yang
arsitekturnya. kuat.
Analisis penelitian ini membahas e) Pada karakteristik ornamen,
identitas arsitektural pada bangunan perbandingan dikhususkan pada
Tionghoa dengan mengkaji tata layout, bangunan formal dan kuil (klenteng).
bentuk, warna dan ornamen. Bangunan Bangunan formal seperti bangunan
yang dianalisis mewakili fungsi hunian dan istana pada pemerintahan menjadi
religius. Analisis dibuat berdasarkan data penting berkaitan dengan kepercayaan
gambar dari tiga lokasi bangunan berasal masyarakat Tionghoa yang
(China, Amerika dan Indonesia). Analisis mengganggap pemimpinnya sebagai
Persamaan dan Perbedaan Karakteristik titisan dewa. Sedangkan kuil juga
Arsitektur Tionghoa Di Negara China, Amerika merupakan bangunan relegius tempat
dan Indonesia Dapat dilihat pada tabel 1. masyarakat Tionghoa beribadah.
Dari hasil pembahasan perbandingan Pembahasan ornamen dibagi menjadi
diperoleh temuan bahwa: empat bagian yaitu toukung, kolom,
a) Pada pengaturan tata layout bangunan sclupture dan pintu-jendela.
religius di China, prinsip yang digunakan  Penggunaan Tou Kung pada atap
adalah axial planning dan simetris. Hal bangunan di China menunjukkan
ini juga diterapkan pada bangunan ornamen dekoratif dan
religius di Amerika dan Indonesia. melambangkan sistem hirarki
Sedangkan pada bangunan hunian, kekuasaan. Sedangkan pada detail
prinsip tata layout berupa axial planning ornamen Tou Kung di Amerika dan
dan simetris tetap diterapkan tetapi Indonsesia lebih sederhana dan
disesuaikan dengan fungsi dari ruang- hanya berfungsi sebagai elemen
ruang bangunannya. Penggunaan dekoratif. Hal ini berkaitan dengan
prinsip axial planing dan simetris fungsi hirarki kekuasaan menjadi
berkaitan dengan kepercayaan mereka sangat berpengaruh dalam tatanan
terhadap keseimbangan alam. pemerintahan di China, sedangkan
Keseimbangan alam juga ditunjukan diluar China bangunan relegius
dengan penerapan konsep courtyard hanya berupa kuil yang tidak
pada pengaturan layout bangunan. memiliki tingaktan kedudukan.
Ruang courtyard menjadi semacam  Penggunaan kolom pada
ruang netral yang membagi ke arah sisi- bangunan religius di China, Amerika
sisi courtyard. Hal ini juga yang dan Indonesia memiliki persamaan
menyebabkan pengaturan tata layout pada kolomnnya. Ketiga tempat
bangunan masyarakat Tionghoa memiliki kolom berbentuk silinder
sebagain besar berbentuk persegi dengan ciri khas berwarna merah
panjang. dengan ukiran dekoratif yang

Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 Hal 96


Hamdil Khaliesh. “Arsitektur Tradisional Tionghoa”
melambangkan kepercayaan.  Pada sclupture bangunan religius di
Sedangkan kolom pada hunian di China, Amerika dan Indonesia
China tidak ada aturan khusus memiliki persamaan. Patung hewan
dalam perancangannya. Di China digunakan sebagai kepercayaan
kolom ruko berbentuk persegi supranatural.
dengan hiasan ukiran Tionghoa, di  Pada detail pintu-jendela bangunan
Vancouver kolom ruko mengadopsi ruko di China, Amerika dan
kolom doric Yunani dan di Indonesia tidak ada yang sama.
Semarang kolom ruko berbentuk Masing-masing negara
persegi dengan hiasan ukiran menyesuaikan dengan gaya
kolonial. arsitektur setempat.
Tabel 1: Analisis Persamaan dan Perbedaan Karakteristik Arsitektur Tionghoa
Di Negara China, Amerika dan Indonesia

Sumber: Penulis, 2014

Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 Hal 97


Hamdil Khaliesh. “Arsitektur Tradisional Tionghoa”

Tabel 1: Analisis Persamaan dan Perbedaan Karakteristik Arsitektur Tionghoa


Di Negara China, Amerika dan Indonesia (lanjutan)

Sumber: Penulis, 2014

karakteristik warna didominasi warna


4. Kesimpulan merah dan kuning , bentuk atap
Dari pembahasan di atas, dapat melengkung pada ujungnya dan memiliki
disimpulkan bahwa Arsitektur Tionghoa ornamen arsitektural yang berkaitan
sangat berkaitan dengan budaya dengan kepercayaan. Karakteristik-
masyarakatnya. Sedangkan pengetahuan karakteristik tersebut berhubungan erat
dasar budaya masyarakat Tionghoa itu dengan prinsip kepercayaan masyarakat
sendiri sangat berkaitan dengan unsur Tionghoa terhadap leluhur mereka.
kepercayaan pada ajaran leluhur mereka. Sehingga dapat disimpullkan:
Sehingga dapat dimengerti bahwa identitas  Persamaan karakteristik Arsitektur
arsitektur yang paling menonjol ada pada tradisional Tionghoa di berbagai tempat
bangunan-bangunan relegius. Sedangkan menggambarkan tingkat eksistensi
pada bangunan-bangunan rumah tinggal identitas Arsitektur Tionghoa masih
dan ruko, tidak terlalu terlihat karena tetap terjaga
beradaptasi dengan fungsi bangunan,  Faktor yang paling berpengaruh
walaupun pada prinsipnya kepercayaan terhadap tingkat eksistensi identitas
tetap digunakan sebagai prinsip Arsitektur tradisional Tionghoa adalah
perancangan. kepercayaan.
Perbedaan mendasar tersebut karena  Kepercayaan masyarakat Tionghoa
Bangunan rumah tinggal atau ruko adalah pada ajaran leluhurnya jugalah yang
bangunan privat dengan tingkat kebutuhan menjadi faktor utama eksistensi budaya
ruang yang berbeda untuk tiap unitnya. masyarakat Tionghoa di berbagai
Berbeda dengan bangunan religius yang tempat.
secara prinsip kebutuhan ruangnya sama,
perbedaan hanya pada bentuk lansekap Referensi
dan lingkungannya saja. Hal ini terbukti
dengan tampilan fisik pada bangunan Banks, J.A., Banks, & McGee, C. A.
religius di China, Amerika dan Indonesia 1989. Multicultural education.
cenderung sama. Sedangkan, pada Needham Heights, MA: Allyn & Bacon.
bangunan hunian atau ruko tampilan fisik Carey, Peter. 1985. Masyarakat Jawa
bangunannya cenderung mengikuti dengan
arsitektur lokal setempat. dan Masyarakat China. Jakarta:
Dari hasil perbandingan, ciri khas Pustaka Azet
khusus yang memiliki kemiripan antara Catanese, A. J. & Snyder, J. C. (1991).
bangunan arsitektur di Amerika, Indonesia Pengantar Arsitektur. Jakarta:
dan negara asalnya “ China” adalah bentuk
atau layout bangunan yang simetris, axial Penerbit Erlangga
planning dengan konsep courtyard,

Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 Hal 98


Hamdil Khaliesh. “Arsitektur Tradisional Tionghoa”

Chen, Joyce. 2011. Chinese Immigration Pratiwo. 2010. Arsitektur Tradisional


to the United States:History, Tionghoa dan Perkembangan Kota.
Selectivity and Human Capital. The Penerbit Ombak. Yogyakarta
Ohio State University. Rummens, Joanna. 2001. An
Damen, L. 1987. Culture Learning: The Interdisciplinary Overview of
Fifth Dimension on the Language canadian Research on Identity.
Classroom. Reading, MA: Addison- Department of Canadian Heritage for
Wesley. the Ethnocultural, Racial, Religious,
García. J. F. Culture. Ashland University, and Linguistic Diversity and Identity
Ohio. Seminar Halifax, Nova Scotia
http://personal.ashland.edu/jgarcia/cult Salem, MA. A Teacher’s Sourcebook for
ure1.html, didownload pada 15 Chinese Art & Culture. Peabody
okteober 2011. Essex Museum.
Guo, Shibao & Don J. DeVoretz. 2006. Guo, Shibao and Don J. DeVoretz. 2006.
Chinese Immigrants in Vancouver: Chinese Immigrants in
Quo Vadis? Discussion Paper No. Vancouver:Quo Vadis? IZA
2340. Simon Fraser University. Discussion Paper. Germany
Burnaby, BC V5A 1S6. Canada Taylor, Rodney L. 1982. "Proposition and
Handinoto. 2008. Perkembangan Praxis: The Dilemma of Neo-
Bangunan Etnis Tionghoa di Confucian Syncretism". Philosophy
Indonesia (Akhir Abad ke 19 sampai of East and West, Vol. 32, No. 2 pg.
tahun 1960-an). (Prosiding Simposium 187
Nasional Arsitektur Vernakular 2. Petra Wade, Geoff. 2007. The
Christian University – Surabaya “Liu/Menzies”World Map: A Critique.
Khol, David G. 1984. Chinese e-Perimetron, Vol. 2, No. 4, Autumn
Architecture in The Straits 2007 [273-280]
Settlements and Western Malaya: Widayati, Naniek. 2004. Telaah Arsitektur
Temples Kongsis and Houses, Berlanggam China di Jalan
Heineman Asia, Kuala Lumpur. Pejagalan Raya Nomor 62 Jakarta
Archipel. Volume 33, 1987. p. 185 Barat. Dimensi Teknik Arsitektur Vol.
Kupier, Kathleem. 2011. The Culture Of 32, No. 1, Juli 2004: 42 - 56
Tionghoa. Britannica Educational Wigglesworth, S. & Till, J. 1998. The
Publishing. New York Everyday and Architecture.
Maspero, Henri. Translated by Frank A. Architectural Design. New York:
Kierman, Jr. 1981. Taoism and Princeton Architectural Press
Chinese Religion. University of Wong, Bernard. 1998. Ethnicity and
Massachusetts Entrepreneurship: The New Chinese
O‟Gorman, J. F. 1997. ABC of Immigrants in the San Francisco
Architecture. Philadelphia: University Bay Area. Allyn &Bacon A Simon &
of Pennsylvania Press Schuster Company. San Francisco
State University. United States of
America

Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014 Hal 99

Anda mungkin juga menyukai