Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL TUGAS PENGENALAN PROFESI

ANGKATAN 2013

Aplikasi Fungsi Tubuh Pada Tukang Jahit

KELOMPOK 2

Pembimbing : dr. H. Achmad Azhari DAHK

NAMA NIM

1. Intan Endhini 702013002


2. Lisma Ria 702013008
3. Egi Anugrah Ramadhan 702013021
4. Riska Susila Wijayanti 702013022
5. Citra Olivia Dinanti 702013042
6. Muhammad Syakirby 702013057
7. Ahmad Ramadhanu 702013070
8. Ahmad Sebastian Akbar 702013074
9. Nila Fitri Ola 702013075
10. Usmel Ramadhania 702013083

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang yang dalam
proses pembelajarannya menggunakan sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merujuk
kepada standar nasional yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)
dan tetap memperhatikan misi pendidikan tinggi Muhammadiyah, kebutuhan lokal
dan regional dengan pendekatan terintegrasi baik horizontal maupun vertikal,
serta berorientasi pada masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
dalam konteks pelayanan kesehatan primer. Pembelajarannya lebih menitik
beratkan mahasiswa untuk berperan aktif dan menjadi pusat pembelajaran. (Buku
Pedoman Akademik 2013).
Blok IV (Sistem Tubuh Manusia) merupakan salah satu blok yang
dijalankan dalam proses akademik. Salah satu kegiatan blok adalah Tugas
Pengenalan Profesi (TPP). Tugas Pengenalan Profesi (TPP) adalah suatu kegiatan
blok dimana mahasiswa diajak untuk mempelajari situasi dan kondisi yang terjadi
di lingkungan masyarakat, sekaligus juga meng-aplikasikan apa yang sudah
diperoleh dari mata kuliah terintegrasi yaitu tentang sistem tubuh manusia, dan
anatomi dasar seperti osteology, arthrology, dan myologi. Tugas Pengenalan
Profesi (TPP) ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengamati dan mengenal
aplikasi fungsi tubuh pada tukang jahit. (Modul Pembelajaran FK UMP, 2013).
Sehingga, dalam proses pembelajaran blok IV “Sistem Tubuh Manusia”
Tugas Pengenalan Profesi (TPP) melakukan aplikasi fungsi tubuh pada tukang
jahit.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana interpretasi regio tubuh yang digunakan oleh tukang jahit?
2. Bagaimana aplikasi fungsi tubuh pada tukang jahit.
3. Bagaimana keluhan yang dialami tukang jahit pada bagian tubuh yang
sering digunakan?

1.3 Tujuan Pelaksanaan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum pelaksanaan kegiatan ini yaitu untuk melaksanakan
tugas pengenalan profesi Blok IV berupa “Aplikasi Fungsi Tubuh Pada
Tukang Jahit”.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus pelaksananaan kegiatan ini antara lain agar
mahasiswa :
1. Mengetahui regio yang digunakan saat melakukan kegiatan menjahit
2. Mengetahui aplikasi fungsi tubuh pada tukang jahit
3. Mengetahui keluhan yang dialami tukang jahit pada bagian tubuh yang
sering digunakan.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang akan diperoleh dalam kegiatan ini antara lain:
1. Memperoleh informasi tentang regio yang digunakan saat melakukan
kegiatan menjahit.
2. Memperoleh informasi tentang aplikasi fungsi tubuh pada tukang jahit.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Observasi
2.1.1 Pengertian Observasi
Menurut Pauline Young, observasi adalah suatu studi yang
dilakukan dengan sengaja atau terencana dan sistematis melalui
penglihatan atau pengamatan terhadap gejala-gejala sosial melalui proses
pengamatan.
Jakoda mendefiniskan observasi secara lebih luas namun lebih
kabur, yaitu bahwa observasi adalah suatu cara paling dasar untuk
mendapatakan informasi mengenai gejala-gejala sosial melalui proses
pengamatan.

2.1.2 Fungsi Observasi


a) Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang bersifat
eksploratif. Bila kita belum mengetahui sama sekali permasalahan,
biasanya penelitian-penelitian pertama dilakukan melalui
pengamatan ditempat-tempat gejala terjadi.
b) Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya sudah
lebih mendalam. Dalam hal ini, biasanya observasi dijadikan
sebagai metode pembantu untuk menunjang wawancara sebagai
metode utama. Observasi akan membantu untuk mengontrol atau
memeriksa dilapangan, seberapa jauh hasil wawancara tersebut
sesuai dengan fakta yang ada.
c) Sebagai metode utama dalam penelitian. Penelitian-penelitian yang
menyangkut tingkah lau bayi maupun hewan akan mempergunakan
metode observasi.

4
2.1.3 Jenis-Jenis Observasi
Pada dasarnya penggolongan jenis observasi tidak dapat dibuat
secara mutlak karena jenis-jenis observasi besar kemungkinan akan
terjadi tumpang tindih. Namun, untuk memudahkan para ilmuwan
dalam melakukan observasi, maka dibuatlah penggolongan
tersebut.Perbedaan jenis-jenis observasi lebih terletak pada gradasinya
saja.
Berdasarkan prosedur dan pelaksanaannya, Pauline Young
membagi observasi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Controlled Observation (observasi terstruktur)
2. Uncontrolled Observation (observasi tidak terstruktur)
Controlled observation (observasi terstruktur) adalah suatu
observasi yang prosedur dan pelaksanaannya sangat ketat dan biasanya
dibantu dengan alat-alat yang peka, dan dalam lembar observasinya
dipergunakan proses control yang kemugkinan observasi untuk
dilakukan kembali. Oleh karena itu lembar observasinya biasanya
sangat terperinci dan rancangannya sangat komplek.Selain itu,
biasanya sebelum observasi sesungguhnya dilakukan, terlebih dahulu
diadakan simulasi-simulasi.
Uncontrolled observastion (observasi tidak terstruktur) diartikan
sebagai suatu proses observasi yang dilakukan secara spontan terhadap
suatu gejala tertentu tanpa mempergunakan alat-alat yang peka atau
pengontrolan kembali atas ketajaman hasl observasi tadi. Lembar
observasi sebagai pedoman pelaksanaan pun dibuat sangat sederhana,
hanya berisi garis-garis besar pedoman tanpa suatu rancangan yang
kompleks..
Berdasarkan hubungan antara observer dan gejala yang diobservasi,
baik observasi terstruktur maupun yang tidak terstruktur dapat
dibedakan menjadi observasi partisipan dan observasi nonpartisipan.
Pada observasi partisipan, observer terlibat dengan situasi atau
lingkungan dimana gejala terjadi.Jadi, tidak ada jarak antara observasi

5
dengan gejala yang diobservasi. Sedangkan pada observasi
nonpartisipan, observer memperlakukan dan mempersiapkan dirinya
sedemikian rupa sehingga dirinya benar-benar berada “diluar” atau
tidak terlibat dalam situasi, lingkungan, dan gejala yang diamati.

2.2 Osteology
2.2.1 Osteology Umum
Tubuh manusia disusun oleh tulang yang disebut skeleton.
Fungsi tulang adalah untuk menegakkan dan memberi bentuk pada
badan, melindungi organ tubuh yang penting misalnya : otak, paru-
paru, jantung dsbnya, sebagai alat gerak pasif, menghasilkan sel – sel
darah, sebagai tempat penimbunan mineral, misalnya Ca, P.
Bila kita mengambil suatu tulang panjang maka susunannya
sebagai berikut:

a. Bagian yang di tengah disebut diaphyse, kedua ujungnya


disebut eiphyse.
b. Bagian epiphyse yang membentuk persendian dilapisi oleh
tulang rawan yang disebut cartilago articularis.
c. Permukaan luar dari tulang dibungkus oleh selaput tulang yang
disebut periosteum.
d. Pada potongan transversal didapati : stratum compacta =
substantia compacta yang makin ke arah epiphyse makin tipis,
sehingga di epiphyse susunan tulang berlubang-lubang kecil
disebut substansia spongiosa.
e. Pada calvaria cranii terdapat dua lapisan substansia campacta
yang disebut : tabula externa dan tabula interna, diantaranya
terdapat substantia spongiosa yang disebut diploe.
f. Lubang di dalam diaphyse disebut cavum medullare yang ke
arah epiphyse berhubungan dengan lubang pada substantia
spongiosa.

6
g. Permukaan dalam dari substantia compacta dilapisi oleh selaput
tipis yang disebut endosteum.
h. Periosteum terdiri dari 2 lapisan yaitu :
1. Stratum fibrosa (sebelah luar), mengandung pembuluh
darah dan saraf.
2. Stratum generativum terdiri dari serabut-serabut yang halus
serta sel-sel tulang yang mempunyai potensi untuk
membentuk tulang.

Klasifikasi tulang menurut bentuknya ada Os longum (tulang


panjang), misalnya; humerus, tibia, femur dsb. Os brevis
(tulang pendek) misalnya; ossa carpalia, ossa tarsalia Os
planum (tulang pipih) misalnya; scapula, calvaria cranii Os
pneumaticum (tulang yang berongga) misalnya; os maxillare,
labirynthus ossis ethmoidalis, dsb. Os irregularis (tidak teratur)
misalnya; vertebra. Os sesamoidea adalah tulang yang terdapat
pada tendo di daerah persendian, misalnya; patella, beberapa
tulang pada tendo di persendian jari–jari tangan dan kaki.
Menurut histologi tulang dibagi menjadi jaringan tulang rawan
dan jaringan tulang.

Menurut ontogeni tulang yang terbentuk secara osteogenesis


desmalis, biasanya adalah tulang pipih. Tulang yang terbentuk secara
osteogenesis chondralis, biasanya tulang panjang.
Menurut letaknya dibagi menjadi tulang axiale yaitu cranium,
skeleton trunci. Tulang appendicularis yaitu extremitas superior,
extremitas inferior.

7
2.2.2 Osteology Ekstremitas
Ekstremitas Superior, terdiri dari :
a. Cingulum extremitas superior terdiri dari os scapula, os
clavicula.
b. Extremitas superior liberae terdiri dari: os humerus, os radius,
os ulna, os carpalia yang terdiri atas dua baris, baris pertama
yaitu bagian proximalis (terdiri dari: os naviculare, os lunatum,
os triquetrum, os pisiforme), dan baris kedua yaitu bagian
distalis (terdiri dari os multangulum majus, os multangulum
minus, os capitatum, os hamatum), ossa metacarpalia, dan ossa
phalanges.
Ekstremitas inferior, terdiri dari :
a. Cingulum extremitas inferior terdiri dari : os ilium, os ischium,
os pubis, (bersatu membentuk os coxae)
b. Extremitas inferior liberae terdiri dari : os femur, os patella, os
tibia, os fibula, ossa tarsalia (terdiri dari os talus, os calcaneus,
os cuboideus, os naviculare pedis, os cuneiforme I, II, III), ossa
metatarsalia, dan ossa phalanges.

2.3 Arthrology
Arthrologi berasal dari kata yunani arthon dan logos.Arthron
artinya sendi dan Logos artinya ilmu pengetahuan tentang .Arthrolgi
adalah ilmu yang mempelajari persambungan tulang atau pertauatan
tulang.

2.4 Diartrosis

Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan adanya gerak


bebas antartulang. Diartrosis juga disebut sebagai persendian sinovial
(synovial joint) (Soewolo, Basoeki, S, dan Yudani, T., 2005: 23).

Persendian diselubungi oleh kapsul dari jaringan ikat fibrosa yang


disebut kapsul sendi (articular capsule). Kapsul terdiri dari dua lapisan,

8
yaitu lapisan fibrosa eksternal dan lapiran sinovial internal atau yang
sering disebut dengan membrane sinovial. Lapisan fibrosa tersusun
atas jaringan yang tebal dan tidak beraturan, namun fleksibel dan kuat.
Fleksibilitas ini memungkinkan pergerakan yang lebih
leluasa. Jaringan yang kuat mencegah terjadinya dislokasi tulang.
Kapsul fibrosa kadang-kadang diperkuat oleh ligament. Membran
sinovial terdapat dibagian permukaan kapsul bagian dalam. Membran
sinovial berfungsi menghasilkan cairan sinovial. Cairan ini berfungsi:
sebagai pemulas untuk megurangi gesekan antartulang, menyalurkan
nutrisi dan membuang zat sisa, mengurangi getaran, dan pertahanan.

Bagian permukaan tulang satu dengan yang lain tidak berhubungan


secara langsung karena terdapat kartilago (articular cartilage) (Kalyani
P, 2004: 125-126).

Sebagian besar persendian rangka tubuh manusia adalah diartrosis.


Persendian diartrosis dibedakan menjadi enam macam, yaitu sendi
luncur, sendi engsel, sendi putar, sendi pelana, sendi peluru, sendi
ellipsoidal. (Soewolo, Basoeki, S, dan Yudani, T., 2005: 23).

a. Sendi Luncur

Permukaan sendi biasanya datar. Sendi ini hanya mungkin


melakukan gerakan kiri kanan dan muka belakang. Persendian yang
memungkinkan gerak pada dua bidang datar seperti ini disebut
persendian dua sumbu (biaksial). Contohnya adalah persendian antara
tulang-tulang karpal, antara tulang-tulang tarsal, antara sternum dan
klavikula, dan antara scapula dan klavikula (Soewolo, Soedjono
Basoeki, dan Titi Yudani, 2005: 24).

b. Sendi Engsel

Permukaan sendi tulang pertama cekung, sedangkan permukaan


sendi tulang kedua cembung. Permukaan cembung tepat dapat masuk

9
pada permukaan cekung. Persendian ini memungkinkan gerakan hanya
pada satu bidang datar sehingga termasuk persendian satu sumbu
(monoaksial). Persendian ini dapat menghasilkan gerak fleksi-ekstensi
seperti gerak membuka dan menutup pintu. Gerak fleksi adalah suatu
gerakan yang mengacu pada gerak mengecilkan sudut. Gerak ekstensi
mengacu pada gerak membesarkan sudut. Contoh sendi ini adalah
sendi pada siku dan lutut (Soewolo, Basoeki, S, dan Yudani, T., 2005:
23).

c. Sendi Putar

Pada sendi putar, permukaan tulang pertama yang membulat,


meruncing, aau berbentuk kerucut bersendi dengan lekuk yang dangkal
dari tulang lain. Sendi ini memungkinkan gerakan utama berupa
putaran (memutar) dan termasuk persendian monoaksial. Contoh sendi
putar adalah persendian antara tulang atlas dengan dasar tulang
tengkorak yang menghasilkan gerakan menggelengkan kepala,
persendian antara ujung proksimal tulang radius dan ulna yang
menghasilkan gerakan supinasi dan pronasi tapak tangan (Soewolo,
Basoeki, S, dan Yudani, T., 2005: 23).

d. Sendi Pelana

Permukaan ujung tulang pertama pada sendi pelana berbentuk


cekung. Permukan tulang ini masuk ke permukaan tulang kedua yang
berbentuk cembung. Persendian ini memungkinkan gerakan
menyamping (kanan-kiri) dan gerak muka belakang sehingga termasuk
persendian biaksial. Contoh sendi pelana adalah persendian antara
tulang trapesium dan metacarpal dari ibu jari (Soewolo, Basoeki, S,
dan Yudani, T., 2005: 23).

10
e. Sendi Peluru

Pada sendi peluru, permukaan sendi tulang pertama berbentuk


seperti bola dan permukaan tulang kedua berbentuk cekung seperti
mangkuk. Permukaan sendi pertama masuk ke permukaan sendi kedua.
Persendian ini memungkinkan terjadinya gerakan triaksial, yaitu
gerakan fleksi dan ekstensi, abduksi dan aduksi, serta gerakan rotasi.
Contoh sendi peluru adalah persendian antara tulang lengan atas
dengan tulang belikat dan persendian antara tulang paha dengan tulang
pinggul (Soewolo, Basoeki, S, dan Yudani, T., 2005: 23).

f. Sendi Elipsoidal

Pada sendi ellipsoidal, ujung tulang yang berbentuk oval masuk ke


cekungan tulang lain yang berbentuk elips. Persendian ini
memungkinkan gerakan kiri kanan dan muka belakang sehingga
termasuk persendian biaksial. Contoh sendi ellipsoidal adalah
persendian antara tulang radius dan tulang karpal yang memungkinkan
gerak tapak kanan ke atas dan ke bawah dan ke kanan kiri, serta sendi
antara phalanges dan metacarpal (Soewolo, Basoeki, S, dan Yudani,
T., 2005: 23).

2.5 Myologi

Myologi adalah bagian dari ilmu anatomi yang mempelajari otot tentang
bentuk, letak , perlekatan dan fungsinya pada pergerakan.

` 2.5.1 Otot Ekstremitas Superior

a. Otot lengan atas


 Kompartemen Anterior
1. M.biceps brachii
Caput Longum berfungsi untuk supinasi lengan bawah dan
fleksi articulation cubiti, sedikit fleksi articulation humeri

11
Caput Breve
2. M.Carocobrahialis berfungsi fleksi lengan atas dan sedikir
aduksi
3. M.Brachialis berfungsi articulation cubiti

 Kompartemen Posterior
1. M. Triceps Brachii

Caput Longum berfungsi Ekstensi articulation cubiti, Caput


Laterale, Caput Mediale

b. Otot-otot Lengan Bawah


 Otot di kompartemen fascia anterior lengan bawah
1. M.pronator teres
Caput humerale berfungsi untuk pronasi dan fleksi lengan
bawah caput ulnare .
2. M.fleksor carpi radialis berfungsi untuk fleksi dan abduksi
tangan pada articulation radiocarpea.
3. M.palmaris longus berfungsi untuk fleksi tangan.
4. M.fleksor carpi ulnaris
Caput hemurale berfungsi untuk fleksi dan adduksi tangan
pada articulation radiocarpea. Caput ulnare.
5. M.fleksor digitorum superficialis
Caput humeroulnare berfungsi untuk fleksi phalanx media
jari-jari dan membantu fleksi phlanx proximalis dan tangan.
Caput radial.
6. M.fleksorpollicis longus berfungsi untuk fleksi phlanx
distalis ibu jari.
7. M.flexor digitorum profundus berfungsi untuk fleksi phlanx
distalis jari-jari, kemudian membantu fleksib phlanx media
dan proximalis dan articulation radioacarpea.

12
8. M.pronator quadrates berfungsi untuk pronasi lengan
bawah.
 Otot-otot kompartemen fascial lateral lengan bawah
1. M.brachioradialis berfungsi untuk fleksi lengan bawah pada
articulation cubiti , rotasi lengan bawah ke posisi
semipronasi.
2. M.flexor carpi radialis longus berfungsi untuk ekstensiu
dan abduksi tangan pada articulation radiocarpea.
3.
 Otot-otot pada Kompartemen Fascial Posterior lengan
bawah.
1. M.extensor carpi radialis brevia berfungsi untuk ektensi dan
abduksi tangan pada articulation radiocarpea.
2. M.extensor digitorum berfungsi untuk ekstensi jari-jari dan
tangan.
3. M.extensor digiti minimi berfungsi untuk ekstensi
articulation metacarpophalangea jari kelingking.
4. M.extensor carpi ulnaris berfungsi untuk ekstensi dan
adduksi tangan pada articulation radiocarpea.
5. M.anconeus berfungsi untuk ekstensi articulation cubiti.
6. M.supinator berfungsin untuk supinasi lengan bawah.
7. M.abductor pollicis longus berfungsi untuk abduksi dan
ekstensi ibu jari.
8. M.extensor pollicis brevis berfungsi untuk ekstensi
articulation metacarpophlangea ibu jari.
9. M.extensor pollicis longus berfungsi untuk ekstensi
phalanxdistalis ibu jari.
10. M.extensor indicis berfungsi untuk ekstensi articulation
metacarpophalangea jari telunjuk.

13
2.5.2 Otot Ekstremitas Inferior

a. Otot Region Glutea

1. M.gluteus maximus berfungsi untuk ekstensi dan rotasi


lateral articulation coxae ,
2. M.gluteus medius berfungsi untuk abduksi tungkai atas
pada articulation coxae, mengangkat pelvis waktu berjalan
3. M.gluteus minimus berfungsi untuk abduksi tungai atas
pada articulation coxae , mengangkar pelvis waktu berjalan
4. M.tensor fasciae latae berfungsi untuk membantu m.gluteus
maximus mengekstensikan articulation genus
5. M.piriformis berfungsi untuk rotasi lateral tungkai atas pada
articulation coxae
6. M.obturator internus berfungsi untuk rotasi lateral tungkai
atas pada articulation coxae
7. M. Gemellus superior berfungsi untuk lateral tungkai atas
pada articulation coxae
8. M. Gemellus inferios berfungsi untuk lateral tungkai atas
pada articulation coxae
9. M.quadratus femoris berfungsi untuk lateral tungkai atas
pada articulation coxae
2.6 Otot pada kompartemen Fascia anterior tungkai atas
1. M.sartorius berfungsi untuk fleksi abduksi rotasi lateral pada
articulation coxae, fleksi dan rotasi pada medial tungkai bawah pada
lutu
2. M.iliacus berfungsi untuk fleksi tungkai atas terhadap batang tubuh
3. M.psosas berfungsi untuk flekasi tungkai atas terhadap batang tubuh
4. M.pectineus berfungsi untukfleksi dan adduksi tungkai atas pada
articulation coxae
5. M. Quadriceps femoralis :

14
- m.rectus femoris berfungsi untuk ekstensi tungai bwah pada
articulation genus, fleksi tungkasi atas pada articulation coxae
- m.vastus lateralis berfungsi untuk ekstensi tungai baawah pada
articulation genus
- m.vastus medialis berfungsi untuk ekstensi tungkai bawah pada
articulation genus dan menstabilkan patella
- m.vastus intermedius berfungsi untuk ekstensi tungkai bawah
pada articulaatio genus.

a. Otot kompatemen fascia medial tungkai atas


1. M. Gracilis berfungsi untuk aduksi tungkai atas pada articulation
coxae, fleksi tungkai bwah pada articulation genus
2. M.adductor longus berfungsi untuk aduksi tungaki atas pada
articulation coxae dan membantu rotasi lateral
3. M.adductor brevis berfungsi untuk aduksi tungkai atas pada
articulation coxae dan membantu rotasi lateral
4. M.adductor magnus berfungsi untukaduksi tungkai atas pada
articulation coxae dan membantu rotasi lateral
5. M.obturator externus berfungsi untuk rotasi lateral tungkai atas pada
articulation coxae

b. Otot kompartemen fascia posterior tungkai atas


1. M.biceps femoralis berfungsi untuk fleksi dan rotasi lateral tungkai
bawah pada sendi lutut
2. M.semitendinosus berfungsi untuk fleksi dan rotasi medial tungkai
bawah pada sendi lutut
3. M.semimembranosus berfungsi untuk fleksi dan rotasi medial tungaki
bawah pada sendi lutut
4. M.adductor longus berfungsi untuk ekstensi tungai atas pada
articulation coxae.

15
c. Otot pada kompartemen fascia anterior tungkai bawah
1. M.tibialis anterior berfungsi untuk ekstensi kaki pada sendi
pergelangan kaki
2. M.extensor digitorum longus berfungsi untuk ekstensi jari dan ekstensi
kaki pada articulation talocruralis
3. M.peroneus terteus berfungsi untukekstensi kaki pada articulation
talocruralis
4. M.extensor hallucis longus berfungsi untuk ekstensi ibu jari kaki,
ektensi kaki pada articulation talocruralis
5. M. Extensor digitorum brevis berfungsi untuk ekstensi jari-jari kaki
d. Otot pada kompatemen fascial lateral tungkai bawah
1. M.pereneus longus berfungsi untuk plantar fleksi kaki pada
articulation talocruralis dan eversi kaki pada articulation subtalis dan
articulation tarsi tranversa
2. M.peroneus brevis berfungsi untuk plantar fleksi kaki pada
articulation talocruralis dan eversi kaki pada articulation subtalis dan
articulation tarsi tranversa
e. Otot pada kompartemen fascial posterior tungkai kaki

Kelompok superficial

1. M.gastrocnemius berfungsi untuk plantar fleksi kaki pada articulation


talocruralis dan fleksi articulation genus
2. M.plantaris berfungsi untuk plantar fleksi kaki pada articulation
talocruralis dan fleksi articulation genus
3. M.soleus berfungsi untuk plantar fleksi kaki pada articulation
talocruralis dan fleksi articulation genus

Kelompok profundal

1. M.popliteus berfungsi untuk fleksi tungkai bawah pada articulation


genus

16
2. M.flexor digitorum longus berfungsi untuk fleksi phlanx distalis empat
jari kaki lateral
3. M.flexor hallucis longus fleksi phlanx ibu jari
4. M.tibialis posterior berfungsi untuk plantar fleksi kaki pada
articulation telocruralis, inverse kaki pada articulation subtalaris dan
tarsi transversa
f. Otot pada telapak kaki

Lapisan pertama

1. M.abductor hallucis berfungsi untuk fleksi dan abduksi ibu jari kaki
2. M.flexor digitorum brevis berfungsi untuk fleksi empat jari kaki lateral
3. M.abductor digiti minimi berfungsi untuk fleksi dan abduksi jari kaki
kelima

Lapisan kedua

1. M.quadratus plantae berfungsi untuk membantu m.flexor digitorum


longus mengfleksikan empat jari kaki
2. M.lumbricalis berfungsi untuk ekstensi jari-jari kaki pada articulation
interphalangea
3. Tendon m. Flexor digitorum longus
4. Tendon m. Flexor hallucis longus

Lapisan ketiga

1. M.flexor hallucis brevis berfungsi untuk fleksi articulation


metatarsophalangea ibu jari
2. M.adductor hallucis berfungsi untuk fleksi articulation
metatarsophlangea ibu jari
3. M. Flexor digiti minimi brevis berfungsi untuk fleksi articulation
metatarsophlangea jari kelingking

17
Lapisan keempat

1. M.interossei dorsales berfungsi untuk abduksi jari-jari kaki, fleksi


articulatioa metatarsophlangea dan ekstensi articulation interphlangea
2. M. interossei platares berfungsi untuk aduksi jari-jari kaki, fleksi
articulation metatarsophlangea dan ekstensi interphlangea
3. Tendon m.peroneus longus
4. Tendon m.tibialis posterior

2.7 Kemungkinan Kelainan Akbibat Posisi Duduk

Posisi duduk yang tidak benar menyebabkan sirkulasi darah pada bagian
bawah sangat lemah, yang memungkinkan terjadi varises, selulit, pembengkakan
kaki, kelelahan, dan resiko penggumpalan darah di kaki. Duduk yang lama
menyebabkan terjadinya ketegangan otot dibagian pinggul. Dengan demikian
banyak posisi duduk yang tidak benar sangat merugikan setiap individu seperti
terganggunya kesehatan, waktu untuk bekerja tidak maksimal, dan daya tahan
tubuh yang lemah. Salah satu penyakit yang paling sering diderita karena sering
melakukan posisi duduk lama yaitu nyeri punggung bawah.
Ada beberapa kelainan-kelainan yang timbul akibat posisi duduk yang
tidak benar yaitu:

1. Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)


Nyeri punggung berdasar Studi National Institute of Neurological
Disorders and Stroke, adalah penyebab utama gangguan kerja di Amerika Serikat.
Pemicunya tidak lebih dari posisi duduk yang tidak benar. Posisi duduk yang
benar dapat mengurangi dan mencegah rasa nyeri pada punggung, cara ini jauh
lebih baik daripada mengobati sakit yang sudah kronis sebagai akibat dari posisi
tubuh yang tidak benar dalam tempo lama (Anonim, 2003).
Nyeri Punggung Bawah adalah suatu sindroma klinik yang ditandai
dengan gejala utama adanya rasa nyeri atau perasaan tidak enak di daerah tulang
punggung bawah (Murdana, 1998). Bantalan tulang belakang adalah struktur yang

18
kuat dan tidak menimbulkan rasa nyeri jika pembungkusnya masih utuh. Bantalan
ini sendiri bentuknya lunak, mirip jeli. Robeknya pembungkus bantalan
menyebabkan keluarnya inti dari bantalan tulang yang masuk ke dalam rongga
tulang belakang. Hal tersebut dapat menekan pembuluh darah balik, kantung saraf
maupun saraf itu sendiri. Sehingga menyebabkan iritasi penekanan dari bantalan
tulang, dapat terjadi rasa nyeri sampai kelumpuhan dari saraf yang tertekan.
Low Back Pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik
(Maher, Salmond & Pellino, 2002). LBP diklasifikasikan kedalam 2 kelompok
yaitu kronik dan akut. LBP akut terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu,
sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 3 bulan (Rogers, 2006).
Penelitian yang dilakukan Lam (1999), menyatakan bahwa duduk dengan
posisi badan membungkuk sangat membebani struktur jaringan lunak vertebra
pada diskus intervertebra, ligament dan otot. Melakukan aktivitas dengan posisi
duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, dalam sehari dapat pula
meningkatkan resiko timbulnya nyeri punggung (Anonim, 2007).

2. Rematik (Arthritis)
Rematik adalah istilah umum bagi peradangan/inflamasi dan
pembengkakan di daerah persendian. Penyakit ini cukup banyak menyerang
masyarakat Indonesia pada usia 25-74 tahun dengan prevalensi dan keparahan
yang meningkat dengan usia (Abdul, 2006).
Semua jenis rematik menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu. Biasanya
nyeri ini disertai peradangan berupa pembengkakan setempat dan suhu yang
tinggi dari pembengkakan tersebut. Dengan derita yang disandang itu, penderita
rematik akan terganggu semangat kerjanya. Gangguan fungsi seperti susah
berjalan menjadi keluhan utama dari rasa nyeri itu sendiri. Gejala yang mengiringi
rematik atau yang sering disebut nyeri rematik yaitu berkurangnya tenaga, adanya
rasa lelah, letih, dan lemah. Otot-otot yang lemah ini berkaitan erat dengan proses
patologi yang mengganggu anggota gerak. Gejala pengiring lainnya yaitu

19
kekakuan pada persendian dan ketegangan pada otot-otot di sekitar bagian yang
sakit.
Kondisi rematik sering bermula dari aliran darah yang kurang sehat. Salah
satu penyebabnya adalah posisi duduk yang tidak benar yang menyebabkan darah
yang tidak sehat kurang memiliki keseimbangan yang baik karena terlalu banyak
dibebani dengan sisa-sisa buangan sehingga persentase oksigen dan unsur-unsur
lainnya menjadi lebih kecil. Pada situasi ini otak dan sel saraf tidak mempunyai
kekuatan yang seharusnya dimiliki, karena telah tercampur dengan darah yang
tercemar.

3. Stress
Posisi duduk yang tidak benar pada sebagian kasus dapat menyebabkan
ketegangan otot yang merupakan manifestasi ketegangan mental. Reaksi tubuh
terhadap stress adalah ketegangan otot-otot tertentu secara reflektoris.
Pada setiap ketegangan pikiran, otot-otot menjadi tegang, terutama otot
leher dan bahu. Jika keadaan ini berlangsung terus-menerus, otot-otot tersebut
akan menjadi fibrotik, yaitu mengandung banyak serat jaringan pengikat di antara
serat-serat otot. Otot-otot yang terserang adalah otot di tepi dalam dan tulang
belikat.
Ketegangan otot dapat diakibatkan oleh stres mental ataupun stres fisik.
Stres fisik sering berkaitan dengan beban pekerjaan atau cara duduk yang tidak
benar. Sedangkan stres mental berhubungan dengan kondisi kejiwaan yaitu akibat
dari posisi duduk yang tidak benar menyebabkan tulang punggung memiliki
kelainan yang menyebabkan aliran darah terhambat serta oksigen berkurang untuk
sampai ke otak, menyebabkan manusia rentan terhadap stress.
Dari hal-hal tersebut yang telah diuraikan,dapat disimpulkan bahwa posisi
duduk yang tidak benar dapat menyebabkan kondisi buruk terhadap tubuh.

20
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Nama Kegiatan


Tugas Pengenalan Profesi dengan Topik Aplikasi Fungsi Tubuh Pada
Tukang jahit.

3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


TPP dilakukan pada tanggal Januari 2014 di Jl. Talang Banten

3.3 Subjek Tugas Mandiri


Objek yang akan kami observasi untuk tugas mandiri ini adalah tukang
jahit dan hasil wawancara.

3.4 Alat dan Bahan


1. Alat tulis
2. Laptop
3. Alat dokumentasi

3.5 Langkah Kerja


Tabel 1. Langkah kerja pelaksanaan TPP
No. Langkah kerja
1. Konsultasi pembimbing
2. Pembuatan proposal
3. Surat izin pelaksanaan TPP
4. Pelaksanaan TPP
Pembuatan laporan hasil pelaksanaan
5.
TPP

3.6 Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data dengan cara mengamati aplikasi fungsi tubuh yang
digunakan saat tukang jahit menjahit dan wawancara langsung.

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengumpulan Data


Pengamat mengumpulkan data dengan cara observasi dan wawancara
langsung. Didapat hasil dari 8 laki-laki dan 4 perempuan responden. Umur dari
responden bervariasi antara 25 – 55 tahun. Rata – rata responden sudah menjahit
selama lebih dari 5 tahun.
Bagian tubuh yang digunakan yaitu ekstremitas superior untuk melakukan
aktifitas menjahit seperti menggerakkan mesin penjahit dan mengatur kecepatan
mesin penjahit dibagian ektremitas inferior. Columna Vertebralis sebagai
penopang tubuh saat duduk.
Dari 12 responden, sebanyak 10 responden menyatakan ada keluhan pada
bagian tubuh tertentu setelah selesai menjahit. Sedangkan 2 responden
mengatakan tidak ada keluhan sama sekali.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Aplikasi Ekstremitas Superior

Ekstremitas superior dibagi menjadi beberapa regio, diantaranya : regio


infraclavicularis, regio deltoidea, regio scapularis, regio axilaris, regio brachii,
regio cubiti, regio antebrachii, regio carpus, regio manus, dan regio digiti.

22
DAFTAR PUSTAKA

Martini, Frederic H. 2007. Anatomy and Physiology 1st Edition. Jurong: Pearson
education South Asia Pte. Ltd.

Premkumar, Kalyani. 2004. The Massage Connection Anatomy and Physiology


2ndEdition. USA: Lippincott Williams and Wilkins.

Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudani. 2005. Fisiologi Manusia. Malang:
UM Press.

23
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

1. Siapa nama bapak/ibu?


- Pak Yasrul
2. Berapa umur bapak/ibu?
- 44 tahun
3. Sudah berapa lama bapak atau ibu bekerja sebagai tukang jahit?
- Sudah 20 tahun dek
4. Dalam satu hari, berapa lama waktu yang dihabiskan untuk menjahit?
- Sekitar 8 jam per hari
5. Bagian tubuh mana yang sering digunakan untuk menjahit?

24
- Biasanya tangan dan kaki
6. Apakah bagian tubuh tersebut sering sakit, pegal atau mengalami keluhan-
keluhan lainnya?
- Iya, seringnya ambeyen dan kesemutan. Karena jarang bergerak
7. Jika ya, seberapa sering terasa sakit, pegal atau atau mengalami keluhan-
keluhan lainnya?
-
8. Apakah keluhan yang dialami Bapak pernah membuat anggota tubuh
Bapak menjadi tidak normal seperti biasanya?
9. Bagaimana cara Bapak mengatasi keluhan yang Bapak alami saat bekerja?

25

Anda mungkin juga menyukai