Anda di halaman 1dari 7

Nama : Eri Addharu

Nim : A156170141

Perencanaan Wilayah Partisipatif dalam Kerangka Pengembangan Masyarakat


dan Pengembangan Wilayah

Perspektif pengembangan Masyarakat


Comunity Development telah dan akan terus menjadi inti dari penyelesaiaan masalah. Ide
pokok dari comdev fokus terhadap masyarakat untuk pendekatan yang proaktif terhadap
perubahan kondisi di dunia. Orang-orang mengalami perubahan tergantung pada struktur
sosial, akses terhadap sumberdaya, dan ketrampilan organisasi. Pengembangan masyarakat
bersifat interdisipliner yang tidak terikat pada paradigma teoritis tunggal. Pada tahun 1990an
telah terjadi kelahiran, revitalisasi pengembangan masyarakat di seluruh dunia. Wilkinson
menekankan bahwa tidak peduli seberapa rumit dan saling bergantungnta dunia, interaksi
manusia secara spasial akan memfokuskan aspirasi manusia untuk perkembangan kondisi akan
didasarkan pada partisipasi masyarakat secara keseluruhan.
Kompleksitas masyarakat yang semakin tumbuh dan saling tergantung pada
komunitas kecil membuat hampir tidak mungkin bagi seorang individu bekerja sendiri untuk
memulai,melakukan, dan mempertahankan perubahan. Namun dengan sedikit bantuan dari
orang lain, sekelompok orang yang bekerja sama akan mampu untuk memulai, melakukan, dan
mempertahankan upaya untuk memperbaiki situasi dan meningkatkan taraf sosial dan
kesejahteraan ekonomi mereka. Tujuan utama pengembangan masyarakat adalah untuk
membantu orang meningkatkan situasi sosial dan ekonomi mereka. Filosofi yang mendasari
ini semua adalah untuk membantu orang-orang menjadi subjek bukan menjadi objek, yang
harus bertindak pada situasinya bukan hanya bereaksi terhadapnya. Pengembangan masyarakat
dipadukan dengan kebijakan publik, tindakan pemerintah, kegiatan ekonomi, pembangunan
institusi dan jenis tindakan lain tidak hanya mempengaruhi orang tetapi juga dipengaruhi oleh
orang.
Pengembangan masyarakat menjadi lebih penting pada tahun 1990an dibandingkan
masa-masa sebelumnya dikarenakan makin kompleksnya sosietika dan meningkatnya
interdependensi dari sistem ekonomi dunia sehingga lebih sult bergantung pada pemerintah
untuk menangani masalah-masalah lokal. Pengembangan masyarakat dapat berdampak pada
lokalitas dikarenakan, 1) dapat merangsang keterlibatan orang-orang dalam proses membangun
sosial dan perubahan ekonomi, 2) membangun jaringan komunikasi yang dapat
mempromosikan solidaritas dan 3) meningkatkan sosial, ekonomi dan budaya yang baik dalam
warga masyarakat. Pengembangan masyarakat dapat memberikan dasar pemikiran untuk
bekerja dalam kemitraan antara pemimpin dan warga untuk memecahkan masalah lokal, dan
dapat berfungsi sebagai perkumupulan dan memulai proses aksi sosial dengan atau tanpa
bantuan pemerintah.
Pengembangan masyarakat terdiri dari dua kata yaitu pengembangan dan masyarakat
yang saling kontradiksi. Membangun solidaritas masyarakat dan meningkatkan situasi sosial
dan ekonomi masyarakat secara keseluruhan atau memperbaiki seituasi untuk kelompok
tertentu di masyarakat mungkin tidak terkait dengan upaya-upaya deregulasi bank;
deindustrialisasi area; membangun jalan raya atau pusat perbenlanjaan di pusat kota. Kadang-
kadang perkembangan sosial dan ekonomi dapat berjalan secara bersama-sama namun juga
tidak. Namun yang jelas adalah pembangunan ekonomi tanpa pembangunan manusia bukanlah
pengembangan.
Komunitas berasal dari kata “fellowship” yang berasal dari Yunani. Menurut Hillery
(1955) dan Wilis (1977) merangkum berbagai literatur mengenai definisi komunitas dan
menyarankan empat komponen utama dalam mendefinisikan konsep komunitas yaitu people,
Place or Teritory, Social Interaction dan Psychological Identification. Pertama dan yang paling
utama adalah komunitas melibatkan orang. Wilkinson berpendapat bahwa orang-orang hidup
bersama di dalam komunitas lokal dengan batas-batas wilayah yang kabur. Perspektif
komunitas didefinisikan sebagai orang yang hidup dalam wilayah yang dibatasi secara geografis
yang terlibat dalam interaksi sosial dan memiliki satu atau lebih hubungan psikologis satu sama
lain dan dengan tempat dia berada yang mereka tinggali. Komunitas adalah bukan hanya
kumpulan orang-orang tapi komunitas adalah kumpulan dari institusi atau kelembagaan. Bukan
orang melainkan lembaga yang bersifat final dan menentukan dalam membedakan komunitas
dari rasi sosial lainnya (Park 1936). Ciri-ciri suatu komunitas adalah 1.) sebuah populasi yang
memiliki teritorial yang terorganisir, 2.) lebih atau kurang sepenuhnya berakar pada tanah yang
ditempati, dan 3.) unit individu yang saling berketagantungan satu sama lain.
Pembangunan menyiratkan peningkatan pertumbuhan dan perubahan. Pertumbuhan
dan perubahan perkembangan ketika diperlakukan sebagai konsep normatif adalah identik
dengan perbaikan. Dalam konteks ini pembangunan berarti transformasi sosial ke arah
distribusi barang sosial yang lebih egalitarian seperti pendidikan, layanan kesehatan,
perumahan, partisipasi dalam pengambilan keputusan politik, dan dimensi lain dari peluang
kehidupan masyarakat. Pembangunan sebagai perbaikan cenderung lebih fokus pada
transformasi sosial dan psikologis dalam masyarakat dan pengembangan masyarakat karena
pertumbuhan melibatkan transformasi teknologi dan ekonomi. Pembangunan sebagai
pertumbuhan berfokus pada kemakmuran ekonomi termasuk transformasi kelembagaan
struktur untuk memfasilitasi kemajuan teknologi dan perbaikan dalam produksi dan distribusi
barang dan jasa. Pembangunan sebagai perubahan melibatkan perspektif yang lebih luas.
Perkembangan telah dianggap sebagai perubahan sosial. Sementara perubahan sosial dianggap
sebagai pembentukan konsep masyarakat, negara , dan pengembangan masyarakat dilihat
sebagai perubahan sosial yang direncanakan atau diarahkan.
Pembangunan sebagai bentuk perubahan sosial dapat dilihat lebih mudah dengan melihat pada
dua visi tatanan sosial. Pertama adalah pada mereka yang mematuhi hukum/ non intervensi.
Rothmar (1974) memformulasikan tiga model praktik yang mencakup perencanaan sosial,
pengembangan lokalitas, dan aksi sosial. Sedangkan Crowfoot dan Chesler (1974)
memformulasikan kontra budaya, teknis profesional, dan model politik. Chin benne (1976)
telah mengembangkan rasional empiris yang normatif-reedukatif dan model kekuasaan-
koersif.
Definisi pengembangan masyarakat atau Comunnity Development dari berabagai
pandangan. Menurut Cawley (1984) aktivitas perkembangan yang disengaja, demokratis,
terfokus pada pengelompokan sosial dan geografi yang ada yang berpartisipasi dalam
menyelesaikan masalah umum. Darby dan Morris (1975) menyatakan pendekatan pendidikan
yang akan meningkatkan tingkat kesadaran lokal dan meningkatkan kepercayaan diri dan
kemampuan kelompok masyarakat untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah mereka
sendiri. Dunbar (1972) menyatakan serangkaian perbaikan komunitas yang terjadi dari waktu
ke waktu sebagai hasil dari upaya bersama dari berbagai kelompok orang. Setiap peningkatan
kesuksesan adalah sebuah unit diskret dari perkembangan masyarakat. Kemudian Long (1975)
menyatakan bahwa suatu proses pendidikan dirancang untuk membantu orang dewasa di
tengah masyarakat untuk memecahkan masalah dengan pengambilan keputusan kelompok dan
aksi kelompok.
Definisi PBB mengenai pengembangan masyarakat juga telah berfungsi sebagai dasar
bagi pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat adalah proses dimana usaha dari
dirinya sendiri yang bersatu dengan kebijakan pemerintahan untuk mengembangkan ekonomi,
sosial, kondisi budaya dari masyarakat untuk berintegrasi kedalam kehidupan berbangsa dan
untuk bisa berkontribusi penuh pada kemajuan negara. Inti dari proses ini adalah terdiri dari
dua elemen penting yaitu partisipasi masyarakat itu sendiri dalam upaya meningkatkan taraf
hidup mereka dengan sebisa mungkin bergantung pada inisiatif masyarakat itu sendiri dan
penyediaan layanan teknis dengan cara mendorong inisiatif, membantu diri sendiri saling
membantu, dan menjadikan sesuatu lebih efektif.
Pengembangan Masyarakat dan Pengembangan Wilayah
Hal mendasar dalam perencanaan adalah harus bertujuan untuk kepentingan pembangunan
manusia secara berkelanjutan (Rustiadi et al., 2011:4) dengan mengarahkan pembangunan
wilayah pada terjadinya pemerataan (equity), pertumbuhan ekonomi (efficiency), dan
keberlanjutan (sustainability) seperti diungkapkan Anwar dalam Rustiadi et al. (2011:120) dimana
dalam proses pembangunan itu terjadi proses memanusiakan manusia yang ditentukan oleh
perubahan tata nilai dalam masyarakat, yaitu terjadinya perubahan keadaan sosial, ekonomi
serta realitas politik.
Definisi Pengembangan Masyarakat dan Pengembangan Wilayah berdasarkan
berbagai literatur telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Diantaranya menurut Ife dan
Tesoriero (2008) dalam bukunya yang berjudul “Community Development : Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi”, menjelaskan bahwa pengembangan
masyarakat sejatinya merupakan sebuah proses bukan hasil. Proses yang baik akan mendorong
masyarakat untuk menekankan tujuan dan tetap menguasai perjalanan selain tujuan akhir
sehingga dalam pengembangan masyarakat perlu diupayakan pembentukan cara berfikir yang
saling mengharagai interaksi antar masyarakat, saling mengharagai kualitas pengalaman
kolektif, serta memaksimalkan potensi dan mencapai prikemanusiaan secara utuh melalui
pengalaman proses masyarakat (Ife dan Tesoriero 2008).
Pengembangan wilayah yang dikaitkan dengan pembangunan secara sederhana
diartikan Ginanjar sebagai suatu proses ke arah yang lebih baik melalui upaya yang
dilakukan secara terencana, sedangkan secara lebih luas Riyadi dan Bratakusumah (2004:4)
mendefinisikannya sebagai suatu rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana dan dilakukan secara sadar oleh bangsa, negara dan pemerintah menuju
moderintas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Rustiadi et al. (2011:127)
mensyaratkan basis-basis dalam perencanaan wilayah untuk masa kini dan akan datang,
diantaranya: (i) sebagai bagian upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam melakukan
perubahan atau upaya untuk mencegah terjadinya perubahan yang tidak diinginkan, (ii)
menciptakan keseimbangan pembangunan antar wilayah, (iii) menciptakan keseimbangan
pemanfaatan sumberdaya di masa sekarang dan akan datang (pembangunan
berkelanjutan), dan (iv) harus sesuai dengan kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam
pelaksanaan perencanaan pembangunan. Kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam
pelaksanaan perencanaan pembangunan perlu selalu ditingkatkan dan dikembangkan
terutama di masyarakat agar pembangunan dapat dilaksanakan secara partisipatif.
Pergeseran paradigma pembangunan dari production centered development ke people centered
development telah merubah pola pembangunan dan strategi pelaksanaannya pada berbagai
Negara dengan mengutamakan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan
keterlibatan dari seluruh pihak. Partisipasi aktif dari semua stakeholder diharapkan untuk
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dengan didukung sebuah kelembagaan yang
berkelanjutan. Maka dalam sebuah pelaksanaan pengembangan wilayah yang harus
dilakukan terlebih dahulu adalah mengembangkan masyarakat, atau juga keduanya dapat
dilakukan secara simultan/beriringan.Pengembangan masyarakat melibatkan pemberdayaan
masyarakat untuk saling bekerja, mengembangkan struktur yang berarti orang-orang menjadi
lebih tergantung satu sama lain untuk mencapai segala sesuatu dan mencari cara untuk
memberi pengaruh kepada setiap orang dan dapat dihargai oleh orang lain (Ife dan Tesoriero
2008).
Dalam bukunya Riyadi dan Bratakusumah (2004) lebih fokus membahas peda
perencanaan pembangunan daerah, yang mana perencanaan pembangunan daerah diartikan
sebagai suatu proses perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan
perubahan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah dan lingkungannya
dalam wilayah atau daerah tertentu dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada dan harus
berorientasi secara menyeluruh, lengkap, dan berpegang pada azas prioritas. Hal ini
menunjukkan bahwa, perencanaan pembangunan daerah (PPD) akan memebentuk tiga hal
pokok yang meliputi: perencanaan komunitas, menyangkut suatu area (daerah), dan
sumberdaya alam yang ada didalamnya (Riyadi dan Bratakusumah 2004).
Ife dan Tesoriero (2008) menyebutkan beberapa prinsip dalam pengembangan masyarakat
yang harus dipegang dan dijadikan pegangan, antara lain prinsip ekologis; keadilan sosial
dan HAM; menghargai yang lokal; proses; serta global dan lokal. Hubungan antara
pengembangan masyarakat dan pengembangan wilayah dikaitkan dengan suatu bentuk
hubungan kelembagaan, dimana konsep pengembangan masyarakat mengandung makna
adanya “keterkaitan” yang tidak hanya secara ekologis dan ekonomis, tetapi juga secara
sosiologis (Nasdian, 2015). Beragam "keterkaitan" (level organisasi) tersebut berhubungan
secara fungsional karena dipandang sebagai suatu sistem kelembagaan lokal yang
berpengaruh terhadap kehidupan komunitas.
Berbagai pendapat yang telah dibahas sebelumnya dapat diketahui bahwa pengembangan
wilayah dalam proses dan tujuannya sangat mengutamakan pendekatan masyarakat dan
sosial budaya. Pengembangan wilayah dapat dilakukan dengan melakukan pengembangan
masyarakat terlebih dahulu atau keduanya dilaksanakan secara beriringan (Gambar 2).
Menjelaskan bahwa pengembangan wilayah yang bersifat top down harus sejalan dengan
pengembangan masyarakat yang bersifat bottom up. Hal ini agar kebijakan yang diambil
pemerintah tidak kontradiksi dengan institusi lokal yang sudah berkembang di masyarakat.
Framework logical hubungan konseptual pengembangan masyarakat dan pembangunan
daerah dalam kerangka pengembangan wilayah disajikan pada Tabel 1.

Gambar 1. Hubungan Konseptual Perencaanaan Partisipatif, dalam Kerangka


Pengembangan Masyarakat dan Pengembangan Wilayah

Tabel 1. Framework Logical Hubungan Konseptual Perencanaan Partisipatif dalam Kerangka


Pengembangan Masyarakat dan Pengembangan Wilayah
Hubungan Konseptual Pengembangan Masyarakat Pengembangan Wilayah
Fokus: People Centered Humanisme, kemandirian, Menempatkan masyarakat dalam
Development kesadaran kritis, pemanfataan dan pengendalian
keterlibatan masyarakat sumberdaya alam
Kelembagaan Kemitraan dan penguatan Kebijakan/pengambil
berkelanjutan kapasitas masyarakat keputusan,insentif kelembagaan;
Partnership dan perencanaan Politik kekuasaan dan peran
bersama antara masyarakat sejajar stakeholder
dan berbagai pemangku
kepentingan
Ruang Lingkup Mikroskopis Makroskopis
Sistem Kebijakan Bottom up Top down
Cakupan Wilayah Komunitas setingkat desa, Pengembangan di tingkat
lokal/kecamatan dan kabupaten/kota atau provinsi
kelompok

Perencanaan partisipatif dalam kerangka pengembangan masyarakat dan


pembangunan adalah mendorong pembangunan yang berangkat dari bawah dengan
mengakomodir keinginan masyarakat, menciptakan keterlibatan masyarakat dalam bentuk
interaksi dan komunikasi, meningkatkan kapasitas kelembagaan dan penguatan
manajemen organisasi yang baik, sehingga diharapkan mampu meningkatkan
kesejahteraan sosial, ekonomi, dan budaya, dalam konteks pembangunan berkelanjutan
dengan berfokus pada masyarakat (people centered development), seperti diilustrasikan pada
Gambar 2.

Gambar 2. Alur Konsep Peranan Perencanaan Partisipatif dalam Kerangka Pengembangan


Masyarakat dan Pengembangan Wilayah
Pembangunan berkelanjutan sangat tergantung pada kualitas dan kuantitas fungsi
kelembagaan di suatu negara, dalam hal ini pembangunan berkelanjutan erat kaitannya dengan
kelembagaan berkelanjutan. Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan ini dilakukan dengan
partisipasi dan pemberdayaan dalam upaya mengembangkan masyarakat dan pembangunan
daerah. Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2005:35), masyarakat seharusnya dilibatkan secara
langsung dalam proses perencanaan dan pengawasan pelaksanaan pembangunan baik dari segi
kuantitas maupun kualitasnya. Langkah-langkah untuk mengikutsertakan peran serta
masyarakat secara penuh dalam pembangunan dapat dilakukan dengan jalan:
1. Merumuskan dan menampung keinginan masyarakat yang akan diwujudkan melalui
upaya pembangunan;
2. Dibuatkan alternatif perumusan dari berbagai keinginan tersebut dengan dibantu
pendamping dari lembaga advokasi masyarakat;
3. Merancang pertemuan seluruh masyarakat yang berminat dan berkepentingan yang
membicarakan cost dan benefit dari pelaksanaan pembangunan;
4. Memilih tokoh masyarakat atau perwakilan masyarakat untuk turut serta dalam
proses selanjutnya.
Pengembangan masyarakat yang dilakukan secara partisipatif membawa pengaruh
dalam suatu daerah/wilayah, diantaranya: merangsang daerah dengan melibatkan
masyarakat dalam proses perubahan sosial dan ekonomi; membangun jaringan komunikasi
yang mengedepankan solidaritas; dan meningkatkan aspek sosial, ekonomi, dan budaya
serta kesejahteraan masyarakat (Christenson dan Robinson, 1989:17).

Studi Kasus

Studi kasus yang dibahas dalam makalah ini berjudul Peran institusi lokal dalam kegiatan
pengembangan masyarakat: kasus punggawa ratu pasundan dalam program desa wisata di desa
sukaratu kecamatan gekbrong kabupaten cianjur yang ditulis oleh Rudi Saprudin Darwis , Risna
Resnawaty , Maulana Irfan, dan Apep Risman dari jurnal Social Work, Volume 6 No.2 Hal 154-
272.

Hubungan Konseptual Pengembangan Masyarakat Pengembangan Wilayah


Fokus: People Centered Karakteristik terjaganya aspek lingkungan
Development pengembangan desa hidup hasil dari penerapan
Sukaratu sebagai desa pengembangan masyarakat
wisata oleh PRP dibangun yang berbasis lokal
berdasarkan potensi dan
kondisi lokal.
Kelembagaan PRP adalah institusi lokal di Pembentukan PRP di inisiasi
berkelanjutan Desa Sukaratu yang dari program PNPM Mandiri
menjadi penggerak Pariwisata (Pemerintah) yang
pembangunan melalui masuk ke Desa Sukaratu
kegiatan wisata lokal.
PRP telah melakukan
empat peran yang
mendukung kepada proses
pengembangan masyarakat
yang dilakukan di Desa
Sukaratu melalui program
desa wisata, yakni: peran
fasilitatif, mediasi,
penyampai informasi dan
pendayagunaan gotong
royong.
Ruang Lingkup Interaksi antar komunitas Pembentukan Desa Sukaratu
terjadi antara anggota PRP sebagai desa wisata budaya
dan warganya dengan pihak melalui pemanfaatan program
luar desa PNPM Mandiri Pariwisata
Sistem Kebijakan Walaupun kurang Kurangnya dukungan dari local
dukungan pemerintah desa governance dengan belum
kegiatan-kegiatan yang mengesahkan pengurus PRP
dilakukan oleh kelompok sehingga kegiatan kepengurusan
penggerak pariwisata yang tidak berjalan
tergabung didalam PRP
masih dapat dijumpai dan
diminta untuk melayani
berbagai macam kebutuhan
masyarakat karena kegiatan
yang mereka lakukan adalah
bagian dari kehidupan
mereka yang diandalkan
untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-
hari
Cakupan Wilayah Terbentuknya lembaga Pengembangan di tingkat
pengelola desa wisata kabupaten/kota atau provinsi
(PRP)

Anda mungkin juga menyukai