INDONESIA TAHUN
2045 MELALUI INDUSTRI 4.0
Untuk memenuhi tugas mata kuliah PL4008 Seminar Studi Futuristik
Oleh :
RUMUSAN MASALAH
2. Trend Analysis
Menurut Muktiadji (2009), analisis trend bertujuan untuk mengetahui tendensi atau
kecenderungan keadaan keuangan suatu perusahaan dimasa yang akan datang baik
kecenderungan akan naik,turun maupun tetap. Sedangkan Menurut Sunyoto (2011), besar
kecilnya perubahan tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya dan rangkaian
waktu (time series) dari variabel tertentu, sehingga dapat didefinisikan bahwa Analisis
Trend adalah suatu analisis yang menggambarkan atau menunjukkan perubahan rata-rata
suatu variabel tertentu dari waktu ke waktu.
ANALISIS SITUASI
Dalam menganalisa situasi terkini yang sedang terjadi di Indonesia, peneliti menggunakan
metode PESTEL atau Politic, Economic, Social, Technology, E. Indonesia dengan negara yang
memiliki populasi terbesar ke-4 didunia dengan luas terbesar ke-17 didunia memiliki banyak
perbedaan didalamnya. Berikut adalah pemaparan hasil analisis menggunakan metode PESTEL
Politik
Pemerintah telah menetapkan 10 langkah prioritas nasional dalam upaya
mengimplementasikan peta jalan Making Indonesia 4.0. Dari strategi tersebut, diyakini
dapat mempercepat pengembangan industri manufaktur nasional agar lebih berdaya saing
global di tengah era digital saat ini. 10 inisiatif tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, yakni perbaikan alur aliran barang dan material. Upaya ini akan memperkuat
produksi lokal pada sektor hulu dan menengah melalui peningkatan kapasitas dan
percepatan adopsi teknologi.
Kedua, mendesain ulang zona industri. Dari beberapa zona industri yang telah
dibangun di penjuru negeri, Indonesia akan mengop-timalkan kebijakan zona-zona industri
tersebut dengan menyelaraskan peta jalan sektor-sektor industri yang menjadi fokus dalam
Making Indonesia 4.0.
Ketiga, mengakomodasi standar-standar keberlanjutan. Indonesia melihat tantangan
keberlanjutan sebagai peluang untuk membangun kemampuan industri nasional, seperti
yang berbasis teknologi bersih, tenaga listrik, biokimia, dan energi terbarukan.
Keempat, memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hampir 70
persen, pelaku usaha Indonesia berada di sektor UMKM.
Kelima, yaitu membangun infrastruktur digital nasional. Indonesia akan melakukan
percepatan pembangunan infrastruktur digital, termasuk internet dengan kecepatan tinggi
dan meningkatkan kemampuan digital melalui kerja sama antara pemerintah dengan publik
dan swasta untuk dapat berinvestasi di teknologi digital seperti cloud, data center, security
management dan infrastruktur broadband.
Keenam, menarik minat investasi asing. Hal ini dapat mendorong transfer teknologi
ke perusahaan lokal. Guna meningkatkan investasi, Indonesia akan secara aktif melibatkan
perusahaan manufaktur global, memilih 100 perusahaan manufaktur teratas dunia sebagai
kandidat utama dan menawarkan insentif yang menarik, dan berdialog dengan pemerintah
asing untuk kolaborasi tingkat nasional.
Ketujuh, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Menurut Menperin, SDM
adalah hal yang penting untuk mencapai kesuksesan pelaksanaan Making Indonesia 4.0.
Indonesia berencana untuk merombak kurikulum pendidikan dengan lebih menekankan
pada Science, Technology, Engineering, the Arts, dan Mathematics (STEAM), serta
meningkatkan kualitas sekolah kejuruan.
Kedelapan, pembangunan ekosistem inovasi. Pemerintah akan mengembangkan cetak
biru pusat inovasi nasional, mempersiapkan percontohan pusat inovasi dan
mengoptimalkan regulasi terkait, termasuk di antaranya yaitu perlindungan hak atas
kekayaan intelektual dan insentif fiskal untuk mempercepat kolaborasi lintas sektor
diantara pelaku usaha swasta atau BUMN dengan universitas.
Kesembilan, insentif untuk investasi teknologi. Pemerintah akan mendesain ulang
rencana insentif adopsi teknologi, seperti subsidi, potongan pajak perusahaan, dan
pengecualian bea pajak impor bagi perusahaan yang berkomitmen untuk menerapkan
teknologi industri 4.0. Selain itu, Indonesia akan meluncurkan dana investasi negara untuk
dukungan pendanaan tambahan bagi kegiatan investasi dan inovasi di bidang teknologi
canggih.
Kesepuluh adalah harmonisasi aturan dan kebijakan. Indonesia berkomitmen
melakukan harmonisasi aturan dan kebijakan untuk mendukung daya saing industri dan
memastikan koordinasi pembuat kebijakan yang erat antara kementerian dan lembaga
terkait dengan pemerintah daerah.
Economical
Tahun 2018 ini, dapat dikatakan negara Indonesia memiliki peluang yang baik dalam
pertumbuhan sistem ekonomi Indonesia. Melimpahnya tenaga kerja dan sarana
infrastruktur yang meningkat cukup baik membuat sistem ekonomi Indonesia pun ikut
membaik. Menurut Dody sebagai Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan
Ekonomi dan Moneter: “Di sisi permintaan domestik, investasi membaik ditopang proyek
infrastruktur pemerintah dan peran investasi swasta yang terus meningkat."
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 diperkirakan naik mencapai 5,3% menurut
Dana Moneter Internasional (IMF). Kenyataan yang terjadi bahwa peningkatan ekonomi
di Indonesia sudah mencapai 5,1% tahun ini. Faktor eksternal menjadi salah satu dorongan
utama pertumbuhan saat ini terutama melalui kenaikan harga komoditas. Selain itu, ada
faktor meningkatnya ekspor dan investasi yang diharapkan bisa memperkuat daya saing.
IMF menyarankan otoritas untuk menjaga stabilitas dan mendukung laju
perkembangan ekonomi yang sedang berjalan. Pada kasus rasio kredit bermasalah (Non
Performing Loan) masih aman terjaga, tetapi Bank Indonesia dan OJK (Otoritas Jasa
Keuangan) harus selalu mengawasi pergerakannya. Sedangkan pada sisi pemenuhan
kebutuhan lapangan kerja IMF melihat adanya kebijakan untuk meningkatkan penerimaan.
Hal tersebut sebagai cara membiayai keberlanjutan pembenahan dalam sektor tenaga kerja,
pasar keuangan dan produksi.
Sistem ekonomi Indonesia akan selalu meningkat bergantung dari bagaimana
pemerintah mengakumulasikan berbagai indikator. Seperti mendorong investasi swasta,
upaya pembangunan infrastruktur dan diperkirakan investasi sendiri berkontribusi
sebanyak 35% terhadap pertumbuhan ekonomi PDB 2017. Selain itu, melihat situasi
terhadap naiknnya harga minyak mentah dunia akan meningkatkan pemasukan negara pada
sektor minyak dan gas bumi. Perhitungan yang dilakukan oleh DBS Group Research, setiap
kenaikan harga minyak sebesar 10% akan memberikan tambahan anggaran Rp 6,7 triliun
dalam APBN.
Selain itu, terdapat fakta-fakta terkait sistem ekonomi Indonesia saat ini, yaitu:
Indonesia sebagai salah satu negara yang tidak mengambil keuntungan pada
permintaan produk manufaktur. Ekspor di negara Indonesia masih
mengandalkan sektor komoditas seperti batu bara sebesar 49%, minyak sawit
mentah 44%, dan migas 21%. Untuk ekspor produk manufaktur hanya tumbuh
2,5%.
Pemerintah melakukan upaya dalam mengurangi ketergantungan produk
komoditas dengan menerbitkan 16 paket reformasi kebijakan dalam dua tahun
terakhir. Hingga akhirnya Indonesia mendapatkan peringkat 72 dalam Ease of
Doing Business oleh World Bank.
Semakin baik kondisi makroekonomi global mendorong kinerja ekonomi Asia.
Selain itu, ASEAN terutama Indonesia mendorong laju iklim investasi dan
konsumsi masyarakat sehingga memperbaiki sistem ekonomi Indonesia.
Melihat nilai tukar rupiah saat ini juga sudah masuk dalam angka yang stabil.
Negara Asia saat ini, termasuk Indonesia sudah berhasil pegang kendali atas
market share manufaktur terbesar di dunia. Berada pada posisi 4 dari negara
China, Korea dan India pada market share manufaktur. Faktor yang
menyebabkan tingginya angka pertumbuhan di negara Asia karena adanya
penerapan global value change. Masing-masing negara memproduksi barang
yang kemudian saling bertukar satu sama lain.
Untuk mewujudkan sistem ekonomi Indonesia agar dapat berekspansi ke
negara trading partners, pemerintah menekankan peran aktif dari para pihak
swasta. Terutama perbankan dalam mendukung permodalan bagi sektor
manufaktur di Indonesia. Bagi para pelaku usaha tahun ini, akan adanya
peluang dan semangat baru karena perbaikan indikator makroekonomi.
Socio-cultural
Menurut definisi World Economic Forum, revolusi industri 4.0 adalah disrupsi
teknologi internet ke dalam proses produksi agar proses pengolahan barang dan jasa bisa
lebih efisien, cepat, dan massal. Hal ini ditandai dengan penggunaan teknologi robotik,
rekayasa intelektual, Internet of Things (IoT), nanoteknologi, hingga sistem yang disebut
sistem komputasi awan (cloud computing).
Memasuki abad 20, revolusi industri memasuki tahapan ketiga berupa penggunaan
teknologi dan otomatisasi di dalam mekanisasi produksi. Meski agak mirip dengan revolusi
industri ketiga, revolusi industri 4.0 memiliki perbedaan tersendiri. Hal itu terutama dalam
hal penggunaan internet dan kecepatan produksi yang jauh lebih kencang dibanding
revolusi industri ketiga.
Di dalam laporan berjudul The Future of Jobs yang dirilis World Economic Forum
(WEF) 2016 lalu, ditekankan bahwa industri mulai beralih menggunakan rekayasa
intelektual, mesin belajar (machine learning), transportasi otomatis, dan robotik sangat
pintar sudah mulai mendominasi proses produksi hingga 2020 mendatang.
Mengutip laporan yang sama, WEF memprediksi akan ada 4,75 juta pekerja
administrasi di 18 negara terancam dirumahkan karena disrupsi teknologi hingga 2020
mendatang. Tak ketinggalan, pekerja di bidang manufaktur sebanyak 1,6 juta orang juga
berpotensi kehilangan pekerjaannya.
Di sisi lain, permintaan tenaga kerja yang membutuhkan ahli dan keterampilan tinggi
akan semakin membludak di masa depan. Sebut saja ahli matematika, ahli komputer,
hingga ahli pemasaran. Ini lantaran pekerjaan yang punya tingkat keterampilan rendah
sudah digantikan oleh otomatisasi.
Hal serupa juga diutarakan oleh riset yang disusun Mckinsey Global Institute berjudul
A Future That Works: Automation, Employment and Productivity. Sesuai laporan tersebut,
gaji yang dikeluarkan industri di seluruh dunia bagi pekerja fisik sebanyak US$15 triliun
per tahun bisa dihemat jika pekerjaan mereka digantikan oleh otomatisasi. Hal ini akan
berdampak sedikitnya terhadap 360 juta pekerja di seluruh dunia.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri
Firdaus mengatakan hal inilah yang menjadi alasan pentingnya masyarakat memahami
revolusi industri 4.0. Revolusi industri keempat adalah sebuah keniscayaan, semua negara
tentu akan memasuki fase tersebut. Namun, itu juga mengundang ancaman serius, yakni
jutaan tenaga kerja bisa menganggur dengan seketika.
Terlebih, Indonesia dipandang rentan terpapar hal tersebut karena profil
ketenagakerjaan Indonesia didominasi tenaga kerja berpendidikan rendah. Data Badan
Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2018 mencatat jumlah penduduk bekerja sebanyak
88,43 juta. Hanya saja, 40,69 persen diantaranya hanyalah lulusan Sekolah Dasar (SD).
Kemudian sebanyak 22,4 juta orang atau 18,09 persen penduduk bekerja merupakan
lulusan SMP.
Indonesia juga tengah memasuki masa bonus demografi. Jika angkatan kerja terus
bertambah sementara pekerja hanya memiliki tingkat pendidikan rendah, kenaikan tingkat
pengangguran tentu bisa menjadi ancaman.
Direktur Eksekutif Center on Reform of Economics (CORE) Mohammad Faisal
menuturkan bahwa industri manufaktur memang diuntungkan dengan penggunaan
penggunaan teknologi dan internet. Namun, sesuai teorinya, industri manufaktur harus
menjadi penyerap tenaga kerja terbanyak di sebuah negara. Jangan sampai, revolusi
industri baru malah menciptakan bom waktu pengangguran. Namun terkadang, minimnya
penyerapan tenaga kerja akibat revolusi industri 4.0 bukan hanya disebabkan oleh
rendahnya keahlian tenaga kerja semata. Menurutnya, lapangan pekerjaan itu tentu harus
terbuka lebar. Sehingga, investasi dari dunia usaha tentu dibutuhkan.
Technological
Kementerian Perindustrian telah merancang Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah
roadmap (peta jalan) yang terintegrasi untuk mengimplementasikan sejumlah strategi
dalam memasuki era Industry 4.0. Guna mencapai sasaran tersebut, langkah kolaboratif ini
perlu melibatkan beberapa pemangku kepentingan, mulai dari institusi pemerintahan,
asosiasi dan pelaku industri, hingga unsur akademisi. “Sejak tahun 2011, kita telah
memasuki Industry 4.0, yang ditandai meningkatnya konektivitas, interaksi, dan batas
antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya yang semakin konvergen melalui
teknologi informasi dan komunikasi,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto
padaacara Sosialisasi Roadmap Implementasi Industry 4.0 di Jakarta, Selasa (20/3).
Menperin menjelaskan, revolusi industri generasi pertama ditandai oleh penggunaan
mesin uap untukmenggantikan tenaga manusia dan hewan. Kemudian, generasi kedua,
melalui penerapan konsepproduksi massal dan mulai dimanfaatkannya tenaga listrik. Dan,
generasi ketiga, ditandai denganpenggunaan teknologi otomasi dalam kegiatan industri.
“Pada revolusi industri keempat, menjadi lompatan besar bagi sektor industri, dimana
teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya.Tidak hanya dalam proses
produksi, melainkan juga di seluruh rantai nilai industri sehingga melahirkan model bisnis
yang baru dengan basis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk
yang lebih baik,” paparnya. Untuk itu, sektor industri nasional perlu banyak pembenahan
terutama dalam aspek penguasaan teknologi yang menjadi kunci penentu daya saing di era
Industry 4.0. Adapun lima teknologi utama yang menopang pembangunan sistem Industry
4.0, yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, Human–Machine Interface, teknologi
robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing.
Berdasarkan Global Competitiveness Report 2017, posisi daya saing Indonesia berada
di peringkat ke-36 dari 100 negara. “Walaupun telah naik sebesar 5 peringkat
dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi perlu terus dilakukan perubahan secara sistematis
dan strategi yang jelas untuk berkompetisi,” ujar Airlangga.
Menperin juga menyampaikan, semua negara masih mempelajari implementasi sistem
Industry 4.0, sehingga dengan penyiapan peta jalannya, Indonesia berpeluang menjadi
pemain kunci di Asia. “Kitamelihat banyak negara, baik yang maju maupun berkembang,
telah menyerap pergerakan ini ke agenda nasional mereka dalam rangka merevolusi
strategi industrinya agar semakinberdaya saing global. Dan, Indonesia siap untuk
mengimplementasikan,” tegasnya.
Implementasi Industry 4.0 tidak hanya memiliki potensi luar biasa dalam merombak
aspek industri, bahkan juga mampu mengubah berbagai aspek dalam kehidupan manusia.
“Kita punya pasar dalam negeri yang kuat, dan punya banyak talenta dari jumlah
universitas yang ada, sehingga tersedianya pool of talent,” kata Menperin.
Jadi, langkah dasar yang sudah diawali oleh Indonesia, yakni meningkatkan
kompetensi sumber daya manusia melalui program link and matchantara pendidikaan
dengan industri. Upaya ini dilaksanakan secara sinergi antara Kemenperin dengan
kementerian dan lembaga terkait seperti Bappenas, Kementerian BUMN, Kementerian
Ketenagakerjaan, Kemeneterian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Dengan menerapkan Industry 4.0, Airlangga
menargetkan, aspirasi besar nasional dapat tercapai. Aspirasi tersebut secara garis besar,
yaitu membawa Indonesia menjadi 10 besar ekonomi di tahun 2030, mengembalikan angka
net export industri 10 persen, peningkatan produktivitas tenaga kerja hingga dua kali lipat
dibanding peningkatan biaya tenaga kerja, serta pengalokasiaan 2 persen dari GDP untuk
aktivitas R&D teknologi dan inovasi atau tujuh kali lipat dari saat ini.
Legal
Dalam mempersiapkan revolusi industri 4.0, Pemerintah mendukung kegiatan usaha
melalui kebijakan-kebijakan yang lebih dipermudah dari sebelumnya
Environmental
Revolusi industri 4.0 bisa menjadi harapan dan tantangan bagi Indonesia, khususnya
pada sektor kelestarian lingkungan hidup. Dijelaskan Jalal, pengamat tata kelola
perusahaan dan ekologi politik dari Thamrin School of Climate Change and Sustainbility,
pengertian industri 4.0 di sektor lingkungan ialah di mana semua elemen meningkatkan
dan berpihak kepada daya dukung lingkungan. Dalam hal ini, daya dukung lingkungan
adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan
makhluk hidup lain. Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara
mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan
manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup.
Menurut data Greenpeace, pada tahun 2017 batubara mendominasi pembangkit listrik
di Indonesia (58,3% total daya terpasang), diikuti oleh gas (23,2%) dan minyak bumi (6%).
Potensi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil sebagai sumber listrik tampaknya masih
akan terus berlanjut hingga tahun 2025. Hal ini terlihat jelas dari Rancangan Umum
Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL 2018-2027, Kemen ESDM), dimana porsi batubara
sebesar 54,4%. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia, Bambang
Brodjonegoro mengatakan bahwa esensi dari revolusi industri 4.0 ialah industri yang ramah
lingkungan dan sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Salah satunya
memastikan ketersediaan energi tidak lagi bergantung pada bahan bakar fosil.
Direktur Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),
Hariyanto mengatakan pencanangan industri 4.0 jelas dalam rangka mendukung rendah
emisi. Industri diminta lebih efisien dalam mengelola energi terbarukan dan tidak lagi
menggunakan energi dari batubara.
KECENDERUNGAN PERUBAHAN
Berdasarkan dari analisis dengan menggunakan metode PESTEL, dapat dilihat bahwa
transisi Indonesia kedepannya akan bagus apabila segala rencana dan kemungkinan yang
diestimasikan sesuai, terlebih lagi dari sisi teknologi dan ekonomi serta sosial-kultural, Indonesia
menurut kemenperin telah mempersiapkan strategi-strategi yang mumpuni dalam menghadapi
revolusi industri 4.0.
Kecenderungan perubahan Indonesia juga memiliki grafik bagus dalam hal IP-TIK.
Dengan menggunakan metode trend analysis, grafik IP-TIK Indonesia memiliki kenaikan.
Lalu dalam metode visioning, apabila kestabilan ekonomi pada zaman pak SBY dapat
dipertahankan dan lebih ditingkatkan kembali ddisertai dengan kemajuan ekonomi yang dialami
pada saat zaman pak Habibie, Indonesia diprediksi akan memiliki kesempatan besar untuk menjadi
negara yang maju dalam beberapa tahun kedepan.
PROGNOSIS
Berdasarkan fakta-fakta yang telah didapat dari metode PESTEL dalam analisis situasi dan
dilengkapi dengan metode trend analysis juga visioning, Indonesia dapat diprediksi akan mampu
bersaing di ranah revolusi industri 4.0 dengan strategi-strategi dan persiapan yang telah ada dengan
dibantu angkatan kerja yang ada juga dengan memaksimalkan bonus demografi 2045 yang mana
akan sangat mendongkrak perekonomian negara serta akan sangat berpengaruh besar dalam hal
mewujudkan negara Indonesia yang maju dan makmur.
SUMBER
https://www.itgov.id/revolusi-industri-4-0-di-indonesia/
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181217131013-92-354254/bps-sebut-indeks-
pembangunan-teknologi-ri-rendah
https://medium.com/@fikrihafiya/indonesia-dan-industri-4-0-121657c841c5
http://www.kemenperin.go.id/artikel/19169/Pemerintah-Keluarkan-10-Jurus-Jitu-Hadapi-
Revolusi-Industri-4.0
https://www.dbs.com/indonesia-bh/blog/live-smart/yuk-ketahui-seperti-apa-sistem-ekonomi-
indonesia-di-2018.page
http://www.kemenperin.go.id/artikel/18967/Making-Indonesia-4.0:-Strategi-RI-Masuki-
Revolusi-Industri-Ke-4
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190220125959-92-371114/bahaya-laten-revolusi-
industri-40-itu-bernama-disrupsi-sdm