Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................


KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................
A. Definisi .......................................................................................
B. Etiologi .......................................................................................
C. Patofisiologi ................................................................................
D. Pathway ......................................................................................
E. Manifestasi ..................................................................................
F. Komplikasi ..................................................................................
G. Pemeriksaan Diagnostik .............................................................
H. Penatalaksanaan Medis ..............................................................

1
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Hipotiroid adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi
hormone tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur. Hipotirod merupakan
keadaan kurang aktifnya kelenjar tiroid yang menyebabakan sekresi hormon
tiroid tidak terjadi atau mengalami penurunan. Hipotiroid adalah suatu
penyakit akibat penurunan fungsi hormon tiroid yang dikikuti tanda dan
gejala yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Faktor penyebabnya
akibat penurunan fungsi kelanjar tiroid, yang dapat terjadi kongenital atau
seiring perkembangan usia. Pada kondisi hipotiroid ini dilihat dari adanya
penurunan konsentrasi hormon tiroid dalam darah disebabkan peningkatan
kadar TSH (Tyroid Stimulating Hormon).
Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala
kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada
dibawah nilai optimal. (Smeltzer, 2002)

B. Etiologi
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu :
1. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis
hormone yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal),
obat anti tiroid, pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme,
penyakit inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan
sarcoidosis.
2. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak
memadai dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid
stimulating hormone (TSH) meningkat, ini mungkin awal dari suatu mal
fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh
resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
3. Hipotiroid tertier / pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk
memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat
distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan
dengan suatu tumor / lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus. Ada dua
bentuk utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. Giter
endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine. Ini

2
mengalah pada "goiter belt" dengan karakteristik area geografis oleh
minyak dan air yang berkurang dan iodine.
Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya
disebabkan oleh :
 Kelainan genetik yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang
salah
 Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter
yang menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai, buah
persik, bayam, kacang polong, strowbery, dan lobak. Semuanya
mengandung goitogenik glikosida
 Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas (propylthiracil)
thocarbomen, (aminothiazole, tolbutamid).

C. Patofisiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan
pada pengobatan tirotoksikosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis
kelenjar tiroid dan atropi kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik. Prevalensi
penderita hipotiroidisme meningkat pada usia 30-60 tahun, empat kali lipat
angka kejadiannya pada wanita dibandingkan pria. Hipotiroidisme congenital
dijumpai satu orang pada empat ribu kelahiran hidup.
Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan
berkompensasi untuk meningkatkan kompensesi untuk meningkatkan
sekresinya sebagai sebagai respons terhadap rangsangan hormone TSH.
Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolisme
basal yang akan mempengaruhi semua system tubuh. Proses metabolik yang
dipengaruhi antara lain:
1. Penurunan produksi asam lambung (Aclorhidria)
2. Penurunan motolitas usus
3. Penurunan detak jantung
4. Gangguan fungsi neurologic
5. Penurunan produksi panas
Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak
dimana akan terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga
klien berpotensi mengalami atherosclerosis.

D. Pathway

3
E. Manifestasi klinis
1. Kulit dan rambut
- Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
- Pembengkakan tangan, mata dan wajah
- Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk
- Tidak tahan dingin
- Pertumbuuhna kuku buruk, kuku menebal
2. Muskuloskeletal
- Volume otot bertambah, glosomegali
- Kejang otot, kaku, paramitoni
- Artralgia dan efusi sinovial
- Osteoporosis
- Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
- Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis
- Kadar fosfatase alkali menurun
3. Neurologik
- Letargi dan mental menjadi lambat
- Aliran darah otak menurun
- Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang,
penurunan reflek tendon)
- Ataksia (serebelum terkena)
- Gangguan saraf (carfal tunnel)
- Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
4. Kardiorespiratorik
- Bradikardi, disritmia, hipotensi
- Curah jantung menurun, gagal jantung
- Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
- Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukan mendatar/inverse
- Penyakit jantung iskemic
- Hipotensilasi
- Efusi pleural
- Dispnea
5. Gastrointestinal
- Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
- Obstruksi usus oleh efusi perioneal
- Aklohidra, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
6. Renalis
- Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
- Retensi air (volume plasma berkurang)
- Hipokalsemia
7. Hematologi
- Anemia normokrom normositik
- Anemia mikrositik/makrositik
- Gangguan koagulasi ringan
8. Sistem endokrin
- Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/ masa
menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dan hiperprolektemi
- Gangguan fertilitas
- Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap
insulin akibat hipoglikemia
- Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun

4
- Insufisiensi kelenjar adernal autoimun
- Psikologis atau emosi: apatis, agitasi, derpesi, paranoid,menarik diri,
perilaku maniak
- Manifestasi klinis lain berupa: edema perordita, wajah seperti bulan (moon
face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas
terhadap opioid, haluaran urine menurun, lemah, ekspresi wajah kosong dan
lemah
F. Komplikasi
1. Koma meksedema adalah situasi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme, termasuk hipotermi tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hopiventilasi, dan penurunan kesadaran yang
meyebabkan koma.
2. Kematian dapat terjadi tanpa penggantian TH dan stabilisasi gejala.
3. Ada juga resiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Resiko ini
mencangkup penggantian hormone yang berlebihan, ansietas, atrofi otot,
osteoporosis, dan fibrilasi atrium.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratoruim yang didapat pada pasien hipotiroidisme didapatkan
hasil sebagai berikut:
1. T3 dan T4 serum menurun
2. TSH meningkat pada hipotiroid primer
3. TSH rendah pada hipotiroid sekunder
- Kegalan hipofisis: respon TSH terhadap TRH mendatar
- Penyakit Hipotalamus: TSH dan TRH meningkat
4. Titer autoantibody tiroid tinggi pada >80% kasus
5. Peningkat kolestrol
6. Pembesaran jantung pada sinar X dada
7. EKG menunjukan sinus bradikardi rendahnya voltase kompleks QRS dan
gelombang T datar atau inverse
H. Penatalaksanaan Terapi
Pada pasien yang sudah mendapatkan suplementasi levotiroksin
sebelumnya, dilakukan penilaian status fungsional tiroidnya. Selain dapat
diketahui dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, dapat pula dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Pada pasien yang baru dicurigai adanya
hipotiroidisme pada saat praoperasi, maka dilakukan pemeriksaan konsentrasi
FT4 dan TSH, juga perlu ditentukan apakah hipotiroidismenya tersebut ringan,
sedang atau berat. Pada hipotiroidisme yang berat, ditandai adanya koma
miksedema, gangguan status mental, gagal jantung atau konsentrasi hormon
tiroksin yang sangat rendah, maka sebaiknya operasi ditunda sampai kondisi
hipotiroidisme beratnya teratasi. Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan

5
kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat
mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain
adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang
serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal.
Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita. Pengobatan selalu
mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila
penyebab hipotiroidisme berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka
dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.Penggantian hormon
tiroid : levotiroksin ( Syinthroid), liotironin (Cytomel), tiroglobulin, liotrix
(Thyrolar), aktivitas : berhati-hati dengan olahraga kontak atau pekerjaan fisik
yang berat dan monitoring tanda vital, asupan / keluaran cairan dan hasil
laboratorium (kadar T3, T4 dan Natrium)

6
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Identitas klien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa / ras, pendidikan, bahasa yang dipakai,
pekerjaan, penghasilan dan alamat.

2) Keluhan utama

Keluhan utama yaitu kurang energi, manifestasinya sebagai lesu,


lamban bicara, mudah lupa, obstipasi. Metabolisme rendah menyebabkan
bradikardia, tidak tahan dingin, berat badan naik dan anoreksia. Kelainan
psikologis meliputi depresi, meskipun nervositas dan agitasi dapat terjadi.
Kelainan reproduksi yaitu oligomenorea, infertil, aterosklerosis meningkat.

3) Riwayat penyakit sekarang

 Pada orang dewasa, paling sering mengenai wanita dan ditandai oleh
peningkatan laju metabolik basal, kelelahan dan letargi, kepekaan
terhadap dingin, dan gangguan menstruasi. Bila tidak diobati, akan
berkembang menjadi miksedema nyata.

 Pada bayi, hipotiroidisme hebat menimbulkan kretinisme.

 Pada remaja hingga dewasa, manifestasinya merupakan peralihan


dengan retardasi perkembangan dan mental yang relatif kurang hebat
serta miksedema disebut demikian karena adanya edematus, penebalan

7
merata dari kulit yang timbul akibat penimbunan mukopolisakarida
hidrofilik pada jaringan ikat di seluruh tubuh.

4) Riwayat penyakit dahulu


Hipotiroidisme tidak terjadi dalam semalam, tetapi perlahan selama
berbulan-bulan, sehingga pada awalnya pasien atau keluarganya tidak
menyadari, bahkan menganggapnya sebagai efek penuaan. Pasien mungkin
kedokter ketika mengalami keluhan yang tidak khas seperti lelah dan
penambahan berat badan. Dokter akan meminta pemeriksaan laboratorium
yang tepat, yaitu kadar T4 rendah dan TSH yang tinggi, sehingga diagnosis
hipotirodisme dapat diketahui pada tahap awal ketika gejalanya masih ringan.

1). Pemeriksaan fisik


Inspeksi

- Ekspresi wajah tumpul


- Capek
- Mengantuk
- Berat badan meningkat
- Kelambanan mental
- Kurangnya pertumbuhan rambut
- Suara parau (seperti katak)
- Kulit bersisik
- Oedema seluruh tubuh
- Sakit kepala
- Mual
- Anoreksia
Palpasi

- Denyut nadi melemah


- Konstipasi
Aukskultasi

- Detak jantung lambat


- Tekanan darah menurun

8
Perkusi

- Suara perut dullness

2). Pemeriksaan Per Sistem


 Integumen
a) Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
b) Pembengkakan, tangan, mata dan wajah
c) Tidak tahan dingin
d) Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
 Muskuloskeletal
a) Volume otot bertambah, glossomegali
b) Kejang otot, kaku, paramitoni
c) Artralgia dan efusi sinovial
d) Osteoporosis
e) Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
f) Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis
g) Kadar fosfatase alkali menurun
 Neurologik
a) Letargi dan mental menjadi lambat
b) Aliran darah otak menurun
c) Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori,
perhatian kurang, penurunan reflek tendon)
d) Ataksia (serebelum terkena)
e) Gangguan saraf ( carfal tunnel)
f) Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
 Kardiorespiratorik
a) Bradikardi, disritmia, hipotensi
b) Curah jantung menurun, gagal jantung
c) Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
d) Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang
T mendatar/inverse
e) Penyakit jantung iskemic
f) Hipotensilasi
g) Efusi pleural

9
 Gastrointestinal
a) Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
b) Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
c) Aklorhidria, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
 Renalis
a) Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
b) Retensi air (volume plasma berkurang)
c) Hipokalsemia
 Hematologi
a) Anemia normokrom normositik
b) Anemia mikrositik/makrositik
c) Gangguan koagulasi ringan
 Sistem endokrin
a) Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti
amenore / masa menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore
dengan hiperprolaktemi
b) Gangguan fertilitas
c) Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH,
hipofisis terhadap insulin akibat hipoglikemi
d) Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
e) Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun
f) Psikologis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid,
menarik diri, perilaku maniak
g) Manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita, wajah
seperti bula (moon face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah
tebal, sensitifitas terhadap opioid, haluaran urin menurun, lemah, ekspresi
wajah kosong dan lemah.

10
Aliran darah turun terus-
2. Diagnosa keperawatan Penurunan
Kontraksi curah
menerus jantung
jantung
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan volume sekuncup menurun
akibat bradikardi dan arteriosklerosi arteri koronia
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
3. Resiko Tinggi Terhadap Konstipasi berhubungan dengan Faktor Penurunan
peristaltik, penurunan tingkat aktivitas
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor
penurunan metabolisme sekunder terhadap hipotiroidisme
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan faktor penurunan metabolisme
sekunder terhadap hipotiroidisme
6. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan
erubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
3. Intervensi dan Rasional

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup akibat


brakikardi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam fungsi kardiovaskuler tetap
optimal yang ditandai dengan tekanan darah, irama jantung dalam batas normal.
Kriteria hasil : Denyut nadi klien normal.
Intervensi Rasional
Catat warna kulit dan kaji kualitas Sirkulasi perifer turun jika curah jantung
nadi turun. Membuat kulit pucat atau warna
abu-abu dan menurunnya kekuatan nadi
Dampingi pasien pada saat melakukan Penghematan energy membantu
aktivitas. menurunkan beban jantung
Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial Untuk hasil penunjang dan pengobatan
ECG, foto thorax, pemberian obat- lebih lanjut
obatan anti disritmia
Pantau tekanan darah, denyut dan Memudahkan menilai fungsi
irama jantung setiap 2 jam untuk kardiovaskuler.
mengidentifikasi kemungkinan
terjadinya gangguan hemodinamik
Jantung seperti hipotensi.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam Perbaikan status
respiratorius dan pemeliharaan pola napas menjadi normal.
Kriteria hasil : memperlihatkan perbaikan status pennafasan dan pemeliharaan pola

11
pernafasan yang normal, menarik nafas dalam dan batuk ketika di anjurkan,
menunjukan suara nafas yang normal tanpa bising tambahan pada auskultasi.
Intervensi Rasional
Pantau frekuensi; kedalaman, pola Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar
pernapasan; oksimetri denyut nadi dan untuk memantau perubahan selanjutnya
gas darah arterial dan mengevaluasi efektifitas intervensi.
Berikan oksigen tambahan Memaksimalkan sediaan oksigen untuk
pertukaran dan penurunan kerja napas
Ubah posisi secara periodik Meningkatkan pengisian udara seluruh
segment paru
o
Tinggikan posisi kepala 30 Mendorong pengembangan diafragma/
ekspansi paru optimal & meminimalkan
tekanan isi abdomen pada rongga thorak

3. Resiko Tinggi Terhadap Konstipasi berhubungan dengan Faktor Penurunan


peristaltik, penurunan tingkat aktivitas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam Pemulihan
fungsi usus menjadi normal.
Kriteria hasil : melaporkan pasase bentuk pases lunak, menyangkal peregangan
pada defekasi, melaporkan defekasi sedikitnya setiap tiga hari.
Intervensi Rasional
1. Intruksikan pasien untuk: Tindakan-tindakan ini membantu
a. Minum sedikitnya 2-3 liter cairan
melunakkan fases. Konstipasi menetap
setiap hari
dapat menandakan perlunya evaluasi
b. Meningkatkan masukan makanan
lebih lanjut untuk menentukan bila
tinggi serat (buah mentah, sayuran,
dosis obat harus di tingkatkan.
roti dari gandum, sereal, jus prem)
c. Gunakan pelunak fases bentuk bulk
seperti Metamucil
d. Gunakan laksatif bila terjadi
defekasi pada tiga hari
2. Tinjau ulang semua obat-obatan lain Banyak obat-obatan dapat
yang ditentukan untuk pasien untuk menyebabkan konstipasi. Orang dengan
menentukan potensial obat hipotiroidisme mempunyai toleransi
menyebabkan konstipasi rendah terhadap obat-obatan karena
penurunan metabolisme

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor


penurunan metabolisme sekunder terhadap hipotiroidisme

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan

12
kebutuhan nutrisi klien adekuat.
Kriteria hasil : Tidak terjadi penurunan berat badan, melaporkan peningkatan
masukan makanan, menyangkal sensitivitas dingin
Intervensi Rasional
Pantau: Untuk mengevaluasi keefektifan terapi.
a. Laporan JDL, khususnya SDM,
hemoglobin, hematokrit
b. Presentase makanan yang
dikonsumsi pada setiap makan
c. Berat badan setiap minggu
Pertahankan ruangan tetap hangat agar Untuk mencegah kehilangan panas.
tidak mengalami hipotermi. Biarkan Pada hipotiriodisme, produksi panas
pasien mengetahuibahwa toleransi dingin kurang karena penurunan metabolisme
berkurang setalah obat-obatan hormon
tiroid mulai menunjukkan efeknya,
biasanya 2-3 minggu.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan faktor penurunan metabolisme


sekunder terhadap hipotiroidisme
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam dapat
meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
Kriteria hasil : melaporkan sedikit lelah pada AKS, JDL menunjukkan takada
anemia
Intervensi Rasional
1. Pantau: Untuk mengevaluasi keefektifan terapi
a. Hasil laporan JDL, khususnya
JDL, dan hematokrit
b. Hasil kadar T3 dan T4 serum
2. Anjurkan aktivitas-aktivitas sesuai Pada hipotiroidisme, penurunan laju
toleransi. Anjurkan pasien untuk metabolisme menyebabkan penurunan
istirahat dengan interval selama produksi energi, meningkatan kelelahan
sehari. Jelaskan bahwa penggantian istirahat membantu menghemat energi.
hormon tiroid mulai menunjukkan Frustrasi kurang mungkin terjadi bila
efeknya pasien merasakan mampu
menyeleseikan aktivitas

6. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan


perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam proses berpikir
klien kembali ketingkat yang optimal
Kriteria hasil : Napas klien kembali normal.

13
Intervensi Rasional
Orientasikan pasien terhadap waktu, Meningkatkan pola pikir dan daya ingat
tempat, tanggal dan kejadian disekitar klien tentang sesuatu
dirinya.
Berikan stimulasi lewat percakapan dan Memudahkan stimulasi dalam batas-batas
aktifitas yang tidak bersifat toleransi pasien terhadap stres.
mengancam.
Kolaborasi dengan ahli Psikologi Memperbaiki proses berpikir
tentang terapy yang cocok untuk
masalah Proses Berpikir

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang di karakteristikan oleh produksi hormon tiroid
yang abnormal rendahnya. Hipotiroid adalah suatu keadaan hipometabolik akibat
defisiensi hormone tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur. Ada banyak
kekacauan-kekacauan yang berkaitan padaHipotiroid.Kekacauan-kekacauan ini
mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid.Karena hormon
tiroid mempengaruhi pertumbuhan. Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan
menjadi tiga tipe, yaitu :
1. Hipotiroid primer
2. Hipotiroid sekunder
3. Hipotiroid tertier / pusat
Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan
oleh :
 Kelainan genetik yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah

14
 Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter yang
menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai, buah persik, bayam,
kacang polong, strowbery, dan lobak. Semuanya mengandung goitogenik
glikosida
 Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas (propylthiracil) thocarbomen,
(aminothiazole, tolbutamid).

B. Saran
Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya juga, untuk
itu penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca.
Dengan adanya makalah ini penulis mengaharapkan agar para pembaca bisa
memahami apa yang sudah dijelaskan sehingga dapat bermanfaat bagi semuanya
dan agar lebih dapat mengaplikasikan dalam merawat pasien dan mampu dalam
pembuatan asuhan keperawatan yang tepat yang banyak melibatkan orang terdekat
klien, mulai dari keluarga, kerabat sampai teman pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Media Action.
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Bandung : EGC.
Hartono, Andri. 2012. Medikal Bedah Buku Saku Keperawatan Pasien dengan
Gangguan Fungsi Endokrin. Tangerang Selatan : BINAPURA AKSARA
publisher.
Universitas Sumatra Utara. (2014). <BAB II Tinjauan Pustaka Hipotiroid
[Internet].http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40615/4/Chapter
%20II.pdf >. [Diakses tanggal 07 Maret 2015. Jam 12.34]

15
16

Anda mungkin juga menyukai