Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

BIOKIMIA II

PERCOBAAN V

ASPEK KUALITATIF ASAM LEMAK DARI MINYAK

DISUSUN OLEH

NAMA : SEKAR WANGI


NIM : E1M016063
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2019

1
ASPEK KUALITATIF ASAM LEMAK DARI MINYAK ATAU LEMAK

A. Abstrak
Prkatikum ini bertujuan untuk menentukan sifat asam lemak dalam
minyak atau lemak. Untuk mengetahui sifat asam lemak dalam minyak dalam
praktikum inidilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu uji bilangan iod
dan uji bilangan penyabunan. Sampel yang digunakan pada kedua uji ini adalah
minyak wijen minyak kelapa, minyak sawit, minyak kedelai dan minyak
jelantah. Pada uji bilangan iod dilakukan untuk mengetahui tingkat kejenuhan
asam lemak dalam minyak. Dalam percobaan ini di dapatkan hasil bilang iod
diurutkan dari yang terbesar ke yang terkecil yaitu minyak sawit 900 tetes,
minyak kedelai 360 tetes, minyak kelapa 200 tetes, minyak wijwn 59 tetes dan
minyak jelantah 30 tetes. Sehingga diketahui tingkat kejenuhan minyak sawit
paling tinggi. Sedangkan pada uji bilangan penyabunan dilakukan untuk
mengetahui kualitas minyak dimana dari hasil praktikum diketahui bahwa
minyak sawit dan minyak kelapa memiliki bilangan penyabunan paling rendah
yakni 38,475 dan 34,77 sedangkan minyak yang lain memiliki bilangan
penyabunan sebesar 122,55.

B. Pendahuluan
Lemak dan minyak adalah senyawa lipida yang paling banyak di alam.
Perbedaan antara keduannya adalah perbedaan konsistensi/sifat fisik pada suhu
kamar, yaitu lemak berbentuk padatan sedangkan minyak berbentuk cair.
Perbedaan titik cair dari lemak disebabkan karena perbedaan jumlah ikatan
rangkap, panjang rantai karbon, bentuk cis atau trans yang terkandung didalam
asam lemak tidak jenuh. Komponen dasar lemak adalah asam lemak dan
gliserol yang diproleh dari hasil hidrolisis lemak, minyak maupun senyawa
lipid lainnya. Asam lemak pembentuk lemak dapat dibedakan berdasarkan
jumlah atom C (karbon), ada atu tidaknya ikatan rangkap, jumlah ikatan
rangkap serta lemak ikatan rangkap. Berdasarkan struktur kimiannya, asam
lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh (saturated fatty acid/SFA) yaitu
asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Sedangkan asam lemak yang

2
memiliki ikatan rangkap disebut sebagai asam lemak tidak jenuh (unsaturated
fatty acids), dibedakan menjadi Mono Unsaturated Fatty Acid (PUFA) dengan
1 atau lebih ikatan rangkap (Syamsu, 2011: 93).
Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari
beberapa golongan yang berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang
dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa golongan, yaiutu asam lemak, lemak
dan fosfolipid. Lemak secara kimia diartikan sebagai ester dari asam lemakdan
gliserol. Rumus umum lemak yaitu: R1, R2 dan R3 adalah rantai hirdokarbon
dengan jumlah atom karbon dari 3 sampai 23, tetapi yang paling umum
dijumpai yaitu 15 dan 17 (salirawati, 2009: 51).
Asam lemak merupakan asam organic atas rantai hidrokarbon lurus
yang pada satu ujung mempunyai gugus karboksil (COOH) dan pada ujung lain
gugus metil (CH3). Asam lemak alami biasanya mempunyai rantai dengan
jumlah atom karbon genap yang berkisar antara empat sampai dua puluh dua
karbon. Asam lemak yang disimpan sebagai triasilgliserol berfungsi sebagai
bahan bakar dan merupakan sumber energy utama bagi tubuh.
Liserofosfolipiddan sfingolipid yang mengandung asam-asam lemak ester
ditemukan pada membrane dan didalam lipoprotein darah diantara muka
(interface) antara komponen lemak struktur-struktur tersebut dengan air
disekelilingnya, lemak-lemak membrane ini membentuk sawar hidrofobik
diantara kompartemen-kompartemen subseluler serta antar konstituen-
konstituen dan lingkungan eksternal (Martoharsono. 2016: 127).
Fungsi lipid seperti minyak dan lemak sebagai nutrisi dan juga
merupakan sumber energi utama yang digunakan sebagai energy cadangan
makanan yang disimpan pada jaringan adipose dalam tubuh, dalam bentuk
lipoprotein fosfalipid yang berfungsi sebagai pengangkut zat-zat yang
melewatimembran sel. Steroid senyawa-senyawa memiliki beberapa fungsi
misalnya kolestrol berferan dalam proses pengangkutan lemak dalam tubuh.
Estrogen berferan sebagai provitamin D (Sutresna, 2009: 81).
Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan,
sedangkan lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair pada suhu ruang.

3
Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh,
sedangkan lemak cair atau yang basa disebut minyak mengandung asam lemak
tidak jenuh. Lemak hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak
yang berbeda-beda. Untuk menentukan derajad ketidakjenuhan asam lemak
yang terkandung didalamnya dapat diukur dengan bilangan iodium. Iodium
dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodium
mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karenanya memiliki
banyak ikatan rangkap, makin banyak pula iodim yang dapat bereaksi.
Dikehidupan sehari-hari kita mengenal lemak atau lipid, lemak dan minyak
banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai mentega dan
lemak hewan. Minyak umumnya berasal dari tumbuhan, contohnya minyak
jagung, minyak zaitun, minyak kacang, dan lain-lain. walaupun lemak
berbentuk padat dan minyak adalah cairan, keduanya memiliki struktur dasar
yang sama. Lemak dan minyak adalah trimester dari fliserol, yang dinamakan
trigliserida (Hart, 2017: 39).

C. Alat dan Bahan Praktikum


1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
a. Botol semprot
b. Buret
c. Erlenmeyer
d. Gelas kimia
e. Gelas ukur
f. Hotplate
g. Klem
h. Neraca analitik
i. Pipet tetes
j. Rak tabung reaksi
k. Statif
l. Stopwatch

4
m. Tabung reaksi
n. Wadah sampel minyak
2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
a. Aquadest
b. Kertas label
c. Larutan kloroform
d. Larutan iod
e. Larutan KOH 0,5 M
f. Larutan HCL 0,5 M
g. Larutan indikator pp
h. Minyak bekas
i. Minyak kedelai
j. Minyak kelapa
k. Minyak sawit (bimoli)
l. Minyak wijen
m. Plastic bening
n. Tissue

D. Prosedur Kerja
1. Bilangan Iod
a. Disiapkan bahan dan alat yang akan digunakan kemudian dicuci dengan
menggunakan aquadest dan dikeringkan dengan menggunakan tissue.
b. Dibuat larutan induk dari campuran 12 ml kloroform yang ditambah
dengan 3 tetes iod.
c. Dibagi larutan induk tersebut kedalam 5 tabung reaksi yang sudah
diberi label nama minyak yang akan ditambahkan nantinya kedalam
tabung tersebut.
d. Ditetesi sedikit-demi sedikit masing-masing sampel minyak kedalam
tabung yang sesuai hingga warna pada masing-masin tabung tersebut
menghilang.

5
e. Diamati dan dicatat jumlah tetesan yang digunakan untuk
menghilangkan warna pada larutan tersebut.
2. Bilangan Penyabunan
a. Disiapkan bahan dan alat yang akan digunakan kemudian dicuci dengan
menggunakan aquadest dan dikeringkan dengan menggunakan tissue.
b. Ditimbang sebanyak 1 grak semua sampel minyak pada neraca analitik
dengan menggunakan erlemneyer sebagai wadah tempat menimbang.
c. Ditambahkan sebanyak 25 ml sampel KOH 0,5 M kedalam sampel
minyak yang sudah di timbang tadi.
d. Ditutup erlenmeyer yang berisi sampel minyak dan KOH tersebut
menggunakan plastic bening.
e. Dipanaskan campuran tersebut selama ± 30 menit pada hotplate.
f. Didinginkan campuran tersebut didalam cairan es batu.
g. Ditambahkan beberapa tetes indicator pp kedalam erlenmeyer yang
sudah didinginkan tadi.
h. Dimasukkan larutan HCl 0,5M kedalam buret sebanyak 50 ml,
kemuduan buret dipasan pada statif dan klem.
i. Dititrasi campuran minyak dan KOH yang sudah ditambah indicator PP
tadi hingga terjadi perubahan warna pada sampel tersebut.
j. Diamati dan dicatat perubahan dan volume HCL yang digunakan.

E. Hasil dan Pembahasan


A. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
a. Table hasil pengamatan
 Bilangan Iod
Jumlah tetesan minyak Perubahan warna
Nama Minyak
untk berubah warna minyak
Minyak jelatah 30 tetes Oranye
Minyak kedelai 360 tetes Kuning
Minyak kelapa 200 tetes Kuning

6
Minyak sawit 900 tetes Kuming
Minyak wijen 59 tetes Emas
 Bilangan Penyabunan
Nama minyak Volume titrasi Perubahan warna
Minyak jelatah 2 ml Putih
Minyak wijen 2 ml Putih
Minyak sawit 31,5 ml Putih keruh
Minyak kedelai 2 ml Putih
Minyak kelapa 32,8 ml Putih
b. Persamaan Reaksi
 Bilangan Iod

 Bilangan Penyabunan

7
c. Perhitungan
 Bilangan Iod
Minyak jelatah = 30 tetes
Minyak kedelai = 360 tetes
Minyak kelapa = 200 tetes
Minyak sawit = 900 tetes
Minyak wijen = 59 tetes

 Bilangan Penyabunan
a. Minyak Jelatah

Diketahui : Massa minyak jelatah = 1 gram

V HCL = 2 ml
V Blanko = 45 ml
Ditanya : Bilangan Penyambunan ?
Jawan :
28,5 (𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏− 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠)
Bilangan penyambunan = 𝑥 0,1
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
28,5(45−2)
= 𝑥 0,1
1 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 122,55
Jadi, bilangan penyabunan minyak jelantah sebesar 122,55
b. Minyak Wijen
Diketahui : massa minyak wijen = 1 gram
V HCL = 2 ml
V blanko = 45ml
Ditanya : Bilangan Penyambunan ?
Jawab :
28,5 (𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏− 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠)
Bilangan penyambunan = 𝑥 0,1
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
28,5(45−2)
= 𝑥 0,1
1 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 122,55

8
Jadi, bilangan penyabunan minyak wijen sebesar 122,55.

c. Minyak Sawit
Diketahui : massa minyak wijen = 1 gram
V HCL = 31,5 ml
V blanko = 45 ml
Ditanya : Bilangan Penyambunan ?
Jawab :
28,5 (𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏− 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠)
Bilangan penyambunan = 𝑥 0,1
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
28,5(45−31,5)
= 𝑥 0,1
1 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 38,475
Jadi, bilangan penyabunan minyak sawit sebesar 38,475.

d. Minyak kedelai

Diketahui : massa minyak wijen = 1 gram

V HCL = 2 ml
V blanko = 45 ml
Ditanya : Bilangan Penyambunan ?
Jawab :
28,5 (𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏− 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠)
Bilangan penyambunan = 𝑥 0,1
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
28,5(45−2)
= 𝑥 0,1
1 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 122,55
Jadi, bilangan penyabunan minyak kedelai sebesar 122,55.

e. Minyak Kelapa
Diketahui : massa minyak wijen = 1 gram
V HCL = 32,8 ml
V blanko = 45 ml

9
Ditanya : Bilangan Penyambunan ?
Jawab :
28,5 (𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏− 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠)
Bilangan penyambunan = 𝑥 0,1
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
28,5(45−32,8)
= 𝑥 0,1
1 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 34,77
Jadi, bilangan penyabunan minyak kedelai sebesar 34,77.

Percobaan pertama yang dilakukan adalah uji binlangan iod.


Uji bilangan iod digunakan untuk menghitung ketidak jenuhan
minyak atau lemak, semakin besar angka iod, maka asam lemak
tersebut semakin tidak jenuh. Iodum dapat bereaksi dengan ikatan
rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodium mengadakan
reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karenanya makin
banyak ikatan rangkap, makin banyak pula iodium yang dapat
bereaksi.

Pada percobaan uji ketidakjenuhan tiap sampel ditambahi


dengan larutan kloroform dan iod. Buckle (2010) menjelaskan
fungsi penambahan kloroform adalah untuk melarutkan lemak
dalam bahan. Menurut (Budimarwati, 2000) lipid larut dalam
pelarut organic seperti benzene, eter, aseton, kloroform dan karbon
tetra klorida. Sedangkan fungsi penambahan iod adalah untuk
mengoksidasi asam lemak yang berikatan rangkap pada molekulnya
menjadi berikatan tunggal. Sulastri (2011) menjelaskan bahwa iodin
dapat direduksi oleh asam lemak tidak jenuh. Warna merah muda
yang hilang menandakan bahwa asam lemak tak jenuh telah
mereduksipereaksi iod.

Mekanisme uji ketidakjenuhan dengan pereaksi iod, yaitu


kloroform digunakan untuk melarutkan minyak agar dapat
tercampur sempurna dengan larutan, iod digunakan untuk indicator
perubahan warna. Iod menyebabkan larutan berwarna merah muda.

10
Iod akan mengadisiikatan rangkap pada minyak yang ditandai
terjadiperubahan warna menjadi bening atau menjadi warna asli dari
minyak yang diuji. Banyak tetes minyak yang diberikan berarti
semakin jenuh minyak tersebut karena hanya sedikit ikatan rangkap
yang harus diputuskan iod.

Berdasarkan percobaan dapat diketahui bahwa setelah


kloroform ditambahkan dengan iod sehingga warna larutannya
menjadi merah muda dibutuhkan 30 tetes minyak untuk merubah
warna tersebut menjadi orange bening, 59 tetes minyak wijen untuk
berubah warna menjadi kuning keemasan, 200 tetes minyak
sehingga menjadi warna kuning, 360 tetes minyak kedelai agar
menjadi kuning jernih dan 900 tetes minyak sawin agar warnanya
berubah menjadi kuning kembali. Angka iod menjelaskan
ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak dan lemak. Asam
lemak tidak jenuh mampu mengikat iod dan membentuk senyawa
yang jenuh. Banyaknya iod yang diikat menunjukkan banyaknya
ikatan rangkap. Sehingga apabila iod ditetesi pada asam lemak tak
jenuh akan membutuhkan jumlah tetes iod yang lebih besar
daripada jumlah iod yang ditetesi pada asam lemak jenuh. Sehingga
semakim banyak tetes minyak yang biderikan berarti semakin jenuh
minyak tersebut karena hanya sedikit ikatan rangkap yang harus
diputus oleh iod (Sudarmadji, 2010).

Bersdasarkan teori tersebut maka dapat diketahui minyak


sawit, minyak kedelai dan minya kelapa merpakan asam lemak
lemak jenuh dikarenakan bilangan iodnya yang melebihi 100.
Kemudian minyak wijen merupakan asam lemak takjenuh karena
hanya dibutuhkan 59 tetes untuk menghilangkan warna merah muda
pada larutan tersebut. Sedangkan minyak jelantah (bekas)
seharusnya merupakan asam lemak jenuh dikarenakan pada
minyakjelantah yang sudah mengalami pemanasan yang ckup tinggi

11
ikatan rangkapnya sudah habis terputus, sehingga sudah tidak ada
lagi ikatan rangkap yang akan di potong oleh iod. Akan tetapi hasil
percobaan menunjukkan sebaliknya pada minyak jelantah hanya
dibutuhkan 30 tetes untuk menghilangkan warna merah muda pada
larutan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan berbagai factor seperti
minyak jelantah yang di uji hanya mengalami sedikit proses
pemanasan sehingga masih memiliki banyak ikatan rangkap,
kemudian tidak diketahui dengan pasti jenis minyak jelantah yang
diuji kandungannya yang berasal dari minyak apa sehingga tingkat
kejenuhannya tinggi.

Percobaan yang kedua adalah uji penyabunan. Pada uji


penyabunan, lemak dan minyak dapat terhidrolisis menjadi asam
lemak dan gliserol. Proses hidrolisis salah satunya bisa dilakukan
dengan penambahan basa kuat, seperti NaOH dan KOH, melalui
pemanasan dan menghasilkan gliserol dan sabun (Yazid, 2016:13).
Proses terbentuknya sabun dan gliserol dapat dilihat dari larutnya
sampel minyak yang digunakan dalam KOH dan terbentuknya busa
serta tidak terdapat endapan.

Titrasi dilakukan dengan menggunakan larutan HCl.


Analisis ini mengunakan metode asidimetri, suatu metode analisis
asam basa yang menggunakan asam sebagai penitratnya. Penentuan
bilangan penyabunan berperan dalam proses identifikasi kualitas
dari minyak. Besarnya bilangan penyabunan tergantung dari massa
molekul minyak, semakin besar molekul minyak maka semakin
rendah bilangan penyabunannya, hal ini dapat dijelaskan dengan
semakin panjang rantai karbon suatu minyak maka akan semakin
kecil propagasi gugus karbohidrat yang akan bereaksi dengan basa.
Berdasarkan hasil praktikum hanya minyak sawit dan minyak
kelapa yang memiliki bilangan penyabunan dibawah 122,55 dengan
besar bilangan penyabunan secara berturut-turut sebesar 38,475 dan

12
34,77 hal ini menandakan kualitas minyak sawit dan minyak kelapa
tidak terlalu baik.

F. Simpulan
Dari tujuan praktikun, hasil pengamatan, analisis data dan pembahasan
maka dapat disimpulkan bahwa untuk menguji asfek kualitatif asam lemak dari
minyak dapat dilakukan dengan cara uji bilangan iod dan uji bilangan
penyabunan. Sedan uji bilangan iod dapat diketahui tingkat kejenuhan atau
ketidak jenuhan asam lemak yang terkadung dalam sampel minyak. Dari hasil
praktikum dapat diketahui bahwa minyak sawit, minyak kedelai dan minyak
kelapa merupakan minyak yang mengandung asam lemak jenuh karena
bilangan iodnya yang besar berada diatas 100. Sedangkan minyak wijen
merupakan minyak yang mengandung asam lemah yang tidak jenuh karena
bilangan iodnya yang sedikit yaitu 59 tetes. Kemudian untuk mengetahui
dengan pasti tingkat kejenuhan dari minyak jelantah minyak yang diuji ada
baiknya merupakan minyak yang sudah digunakan beberapa kali agar diketahui
pengaruh pemanasan pada minyak jelantah terhadap ikatan rangkap yang
terkadung dalam minyak tersebut. Kemudian untuk menguji kualitas dari
minyak dapat dilakukan dengan uji bilangan penyabunan dengan melarutkan
minyak dalam basa kuat KOH kemudian dipanaskan dan di titrasi dengan asam
kuat HCL sehingga larutannya menjadi netral dan menghasilkan hasil akhir
gliserol dan minyak yang ditandai dengan adnya gelembung dan warna larutan
menjadi putih. Dari uji bilangan penyabunan dapat diketahui bahwa minyak
kelapa dan minyak sawit merupakan minyat dengan bilangan penyabunan
paling kecil sehingga kualitasnya juga tidak terlalu baik.

G. Daftar Pustaka
Budimarwati. (2000). Analisi Lipida Sederhana dan Lipida Kompleks. Jakarta:
UI-Press.
Buckle, K.A. (2010). Ilmu Pangan. Jakarta: UI-Press.
Hart, Harold. (2017). Kimia Organik Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Martoharsono, S. (2016). Biokimia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

13
Syamsu. (2011). Kimia Organik Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara.
Salirawati. (2009). Kimia Dasar. Jakarta: Grasindo.
Sutresna, Nana. (2009). Kimia. Bandung: Grafindo.
Sudarmadji, slamet. 2010. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: PT Liberty.
Sulastri, Delmi. (2011). Kimia Makanan. Bandung: ITB.
Yazid, Estein. (2016). Penentuan Praktikum Biokimia. Yogyakarta: ANDI.

14
LAMPIRAN LAMPIARAN

15
16
17

Anda mungkin juga menyukai