Anda di halaman 1dari 7

Gambaran Penyakit Jantung Bawaan di Neonatal Intensive Care Unit

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 2013 - 2017

1
Berry R. Manopo
2
Erling D. Kaunang
2
Adrian Umboh

1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: berryricardomanopo@yahoo.com

Abstract: Congenital heart disease (CHD) is a structural heart defect that results from
abnormal embryological heart development, or persistence of some parts of the fetal
circulation at birth. Congenital heart disease is divided into two categories, namely non-
cyanotic congenital heart disease and cyanotic congenital heart disease. Congenital heart
disease is caused by interactions between predisposing exogenous factors and endogenous
factors. This study was aimed to obtain the profile of CHD in the Neonatal Intensive Care Unit
(NICU) of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado in the period 2013 - 2017. This was a
retrospective descriptive study using medical record data of patients suffering from CHD in
NICU from 2013 to 2017. The results showed that there were 27 patients suffering from CHD
consisting of 24 non-cyanotic CHD patients (88.89%) and 3 cyanotic CHD patients (11.11%),
and the highest incidence was Atrial Septal Defect (ASD) as many as 17 babies (62.96%).
Congenital heart disease was more common in males as many as 18 babies (66.67%). In this
study, the clinical symptoms oftenly found was shortness of breath (48.15%) and the most
common diagnosis was pneumonia (48.15%). Conclusion: The most common CHD was non-
cyanotic CHD. The most commonly found defect was ASD. Clinical symptoms that often
arised was shortness of breath, pneumonia was the most common comorbid diagnosis, and the
dominant gender of CHD was male.
Keywords: non-cyanotic CHD, cyanotic CHD, atrial septal defect

Abstrak: Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan defek jantung struktural yang terjadi
akibat perkembangan jantung embriologis yang abnormal, atau persistensi dari beberapa
bagian dari sirkulasi fetus saat lahir. Penyakit ini dibagi menjadi dua kategori yaitu penyakit
jantung bawaan non sianosis dan yang sianosis. Penyakit jantung bawaan disebabkan oleh
interaksi antara predisposisi faktor eksogen dan faktor endogen. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran penyakit jantung bawaan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 2013-2017. Jenis penelitian ialah deskriptif
retrospektif dengan menggunakan data rekam medik pasien yang menyandang penyakit
jantung bawaan di NICU periode 2013-2017. Hasil penelitian mendapatkan dari 27 pasien
dengan PJB, ditemukan PJB non sianotik berjumlah 24 bayi (88,89%) dan PJB sianotik
berjumlah 3 bayi (11,11%) dengan angka kejadian terbanyak pada atrial septal defek (ASD)
berjumlah 17 bayi (62,96%). Penyakit jantung bawaan paling banyak terjadi pada bayi yang
berjenis kelamin laki-laki yaitu berjumlah 18 bayi (66,67%). Gejala klinis yang sering muncul
ialah sesak napas (48,15%) dan diagnosis penyerta terbanyak yaitu pnemonia (48,15%).
Simpulan: Penyakit jantung bawaan non sianosis merupakan diagnosis terbanyak, jenis ASD,
dengan gejala klinis yang sering muncul yaitu sesak napas. Pneumonia merupakan diagnosis
penyerta terbanyak. PJB tersering pada jenis kelamin laki-laki.
Kata kunci: PJB sianotik, PJB, non sianotik, atrial septal defek

87
88 Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 6, Nomor 2, Juli-Desember 2018

Dewasa ini perkembangan penyakit non ditandai dengan sianosis dan memiliki
infeksius semakin meningkat, hal tersebut kebocoran pada sekat jantung disertai
dikarenakan perubahan gaya hidup dan dengan adanya pirau atau tidak. Contoh
tingkat sosial ekonomi yang mengubah dari pada PJB sianotik ialah tetralogi Fallot
pola munculnya penyakit. Penyakit non (TOF), transposisi arteri besar, dan atresia
infeksius seperti penyakit kongenital saat trikuspid, sedangkan contoh PJB asianotik
ini semakin dikenal. Penyakit jantung dan ialah defek septum ventrikel, defek septum
pembuluh darah di Indonesia kini semakin atrium, atau tetap terbukanya pembuluh
meningkat dan menyebabkan kecacatan darah seperti seperti pada duktus arteriosus
bahkan kematian.1 Penyakit jantung bawa- persisten.7
an (PJB) atau defek jantung bawaan Penyakit jantung bawaan sangat sulit
merupakan kelainan struktur jantung dan untuk dideteksi, hanya sekitar 30% bayi
pembuluh darah yang muncul sejak lahir dengan gejala yang timbul pada minggu
dan menjadi penyebab utama kematian pertama dan sekitar 30% pada masa
anak dari semua kelainan bawaan.2 neonatal yang dapat menyebabkan kema-
Secara umum PJB di negara maju tian pada minggu-minggu pertama apabila
maupun negara berkembang sekitar 6-10 tidak terdeteksi dan ditangani sedini
kejadian dari 1000 kelahiran, dengan rerata mungkin.8 Anamnesis perlu dilakukan sejak
persentase sekitar 8 anak setiap 1000 sebelum bayi lahir karena kebanyakan ano-
kelahiran hidup.3 Prevalensi PJB di Eropa mali terjadi sejak bulan keenam kehidupan
akhir-akhir ini dilaporkan oleh 2 makalah intrauterin, yang mungkin menjadi bayi
utama, dari data pusat untuk 29 populasi di yang lahir hidup.9
16 Negara menunjukkan prevalensi 8 per Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
1000 kejadian. Diperkirakan di Eropa, adalah suatu unit yang melakukan perawat-
sekitar 3600 anak lahir dengan PJB dan an intensif pada bayi yang baru lahir, yang
3000 meninggal dikarenakan PJB. Di memiliki masalah seperti berat badan lahir
Indonesia sendiri terdapat sekitar 40.000 rendah, pernapasan yang kurang sempurna,
sampai 50.000 bayi lahir dengan cacat bayi lahir prematur, bayi yang mengalami
jantung bawaan.4 Menurut Perimpunan kesulitan saat lahir, bayi yang memiliki
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia kelainan jantung, dan memiliki gejala dan
(PERKI), penyakit jantung menempati tanda yang mengkhawatirkan sehingga
peringkat pertama dari semua penyakit membutuhkan perawatan atau perlakuan
yang menyerang bayi.5 Pada penelitian khusus.10 Bayi yang dirawat di NICU ialah
sebelumnya di Bagian Ilmu Kesehatan bayi neonatus yang baru lahir hingga 4
Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou minggu awal kehidupan, yang memiliki
Manado sepanjang tahun 2009-2013 dida- kelainan-kelainan bawaan dan penyakit
patkan dari 53 anak, dengan 34 anak tertentu sehingga memerlukan perawatan
berjenis kelamin laki-laki dan 19 anak intensif agar bayi tetap hidup.11
berjenis kelamin perempuan, usia 1-6 tahun Penelitian ini bertujuan untuk menda-
merupakan penderita terbanyak, dengan patkan gambaran bayi yang didiagnosis
jenis PJB yang paling banyak diderita ialah PJB di NICU Bagian Ilmu Kesehatan Anak
jenis Atrial Septal Defect (ASD) yaitu RSUP Prof. R. D. Kandou Manado periode
34,0%, diikuti oleh Ventricle Septal Defect 2013-2017.
(VSD) 28,3 %.6
Penyakit jantung bawaan dibagi men- METODE PENELITIAN
jadi dua kelompok yaitu PJB dan PJB non Jenis penelitian ini ialah deskriptif
sianotik (asianotik). PJB sianotik merupa- retrospektif dengan desain potong lintang
kan penyakit jantung pada anak yang untuk mendapatkan gambaran PJB di
ditandai dengan adanya sianosis sentral NICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
dikarenakan adanya pirau dari kiri ke kanan Manado periode 2013-2017. Populasi pene-
sedangkan PJB asianotik pada anak tidak litian ialah data rekam medik pasien yang
Manoppo, Kaunang, Umboh: Gambaran penyakit jantung bawaan ... 89

menderita PJB di NICU RSUP Prof. Dr. R. 24 bayi (88,89%) dan PJB sianotik berjum-
D. Kandou Manado dari 1 Januari 2013 lah 3 bayi (11,11%).
sampai dengan 31 Desember 2017. Peng- Tabel 1 menampilkan jenis PJB
ambilan sampel penelitian ini mengguna- dengan bayi yang menderita ASD berjum-
kan teknik total sampling. Data yang diam- lah 17 bayi (62,96%), VSD berjumlah 6
bil merupakan data terakhir kontrol pasien. bayi (22,22%), TOF berjumlah 2 bayi
(7,41%), transposition of great arteries
HASIL PENELITIAN (TAG) berjumlah 1 bayi (3,70%), dan ASD
Penelitian ini menampilkan kejadian disertai VSD berjumlah 1 bayi (3,70%).
PJB di NICU RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado dari tahun 2013 hingga Tabel 1. Jenis penyakit jantung bawaan
2017. Dari hasil penelitian didapatkan 27
Variabel Jumlah %
pasien yang dirawat dengan diagnosis PJB
ASD 17 62,96
baik sianotik maupun non sianotik.
Distribusi frekuensi berdasarkan tahun VSD 6 22,22
memperlihatkan tahun 2013 sebanyak 640 TOF 2 7,41
bayi neonatus yang dirawat di NICU dan TAG 1 3,70
yang menderita PJB berjumlah 5 bayi ASD + VSD 1 3,70
(0,78%); tahun 2014 sebanyak 596 bayi Total 27 100
neonatus yang dirawat di NICU, dan yang
menderita PJB berjumlah 5 bayi (0,67%); Dari data rekam medis yang diambil
tahun 2015 sebanyak 412 bayi neonatus terdapat beberapa penyakit penyerta bersa-
yang dirawat di NICU dan yang menderita maan dengan PJB pada bayi neonatus yaitu:
PJB berjumlah 9 bayi (2,18%); tahun 2016 pnemonia (48,15%), sepsis (37,04%),
sebanyak 440 bayi neonatus yang dirawat dekompensatio cordis (18,52%), gagal napas
di NICU dan yang menderita PJB (14,81%), hiperbilirubinemia (14,81%), post
berjumlah 6 bayi (1,59%); dan pada tahun colostomi ec. atresia ani (7,41%), gawat
2017 sebanyak 304 bayi neonatus yang napas (3,70%), prematur (3,70%), kejang
dirawat di NICU dan yang menderita PJB (3,70%), blefarokonjungtivitis (3,70%),
berjumlah 2 bayi (0,66%) (Gambar 1). mesocardia (3,70%), caput succedaneum
(3,70%), paresis n. brachialis (3,70%), lesi
upper plexus brachialis (3,70%), hipoalbu-
minemia (3,70%), MAS (3,70%), TI ringan
(3,70%), post ileostomy ec. atresia ani
(3,70%), kolestasis (3,70%), HMD (3,70%),
hipoglikemia (3,70%), syok septik (3,70%),
pulmonal stenosis (3,70%), Erb’s paralisis
(3,70%), hiponatremia (3,70%), broncho-
pulmonary dysplasia (3,70%), candidiasis
oral (3,70%), dan BBLR (3,70%) (Tabel 2).
Dari 27 bayi neonatus dirawat di NICU
Gambar 1. Distribusi PJB pada bayi berdasar- yang menderita PJB dengan penyakit
kan tahun penyerta, didapatkan status kepulangan
dengan persentase sembuh penyakit penye-
Pada distribusi sampel menurut jenis rta berjumlah 22 bayi (81,48%) dan yang
kelamin didapatkan 18 bayi dengan jenis meninggal berjumlah 5 bayi (18,52%).
kelamin laki-laki (66,67%) dan 9 bayi Tabel 3 memperlihatkan distribusi
dengan jenis kelamin perempuan (33,33%) sampel menurut gejala klinis yang menun-
dari total 27 kasus PJB pada bayi di NICU. jukkan bahwa dari 27 bayi yang menderita
Dari hasil penelitian didapatkan bayi PJB, gejala klinis yang ditemukan ialah
yang menderita PJB non sianotik berjumlah sesak napas (48,15%), demam (37,04%),
90 Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 6, Nomor 2, Juli-Desember 2018

napas cepat (22,22%), kebiruan (22,22%), Kekuningan 3 11,11


kekuningan (11,11%), muntah (7,41%), Muntah 2 7,41
perut kembung (7,41%), kelumpuhan Perut kembung 2 7,41
ekstremitas (7,41%), kejang (3,70%), Kelumpuhan 2 7,41
berlendir (3,70%), merintih (3,70%), tidak ekstremitas
sadar (3,70%), kelemahan (3,70%), BAB Kejang 1 3,70
cair (3,70%). Berlendir 1 3,70
Merintih 1 3,70
Tabel 2. Distribusi diagnosis penyerta Tidak sadar 1 3,70
Diagnosis penyerta Jumlah % Kelemahan 1 3,70
Pneumonia 15 48,15 BAB cair 1 3,70
Sepsis 10 37,04
Decompensatio 5 18,52 BAHASAN
cordis Bayi yang menderita PJB yang dirawat
Gagal napas 4 14,81 di NICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Hiperbilirubunemia 4 7,41 Manado selama tahun 2013-2017 sebanyak
Post colostomi ec 2 3,70 31 pasien dan hanya 27 pasien yang
atresia ani memenuhi kriteria inklusi penelitian ini.
Gawat napas 1 3,70 Empat rekam medik lainnya tidak ditemu-
Prematur 1 3,70 kan oleh karena sudah terlalu lama atau
Kejang 1 3,70 telah hilang sehingga tidak dapat menentu-
Blefarokonjungtivitis 1 3,70 kan jenis PJB. Kejadian PJB paling banyak
Mesocardia 1 3,70 terdapat pada tahun 2015 berjumlah 9 bayi
Caput succedaneum 1 3,70 neonatus, diikuti tahun 2016 bejumlah 6
Paresis n. Brachialis 1 3,70 bayi neonatus, 2013 berjumlah 5 bayi
Lesi upper plexus 1 3,70 neonatus, 2014 bejumlah 5 bayi neonatus
brachialis dan 2017 berjumlah 2 bayi neonatus.
Hipoalbuminemia 1 3,70 Berdasarkan jenis kelamin, PJB paling
MAS 1 3,70 sering ditemukan pada bayi laki-laki
TI ringan 1 3,70 (66,67%) dibandingkan pada bayi perem-
Post ileostomi ec 1 3,70 puan (33,33%). Hasi penelitian ini sejalan
atresia ani dengan yang dilaporkan oleh Hermawan et
Kolestasis 1 3,70 al.12 di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
HMD 1 3,70 periode Januari 2013-Desember 2015 yang
Hipoglikemia 1 3,70 mendapatkan 85 anak penderita PJB
Syok septik 1 3,70 dengan 46 anak berjenis kelamin laki-laki
Pulmonal stenosis 1 3,70 dan 39 anak berjenis kelamin perempuan.
Erb’s paralkysis 1 3,70 Dari 27 sampel yang didapat, ditemu-
Hiponatremia 1 3,70 kan 24 bayi neonatus menderita PJB non
Bronchopulmonary 1 3,70 sianotik dan 3 bayi neonatus menderita PJB
dysplasia sianotik. Jenis yang paling banyak yaitu
Candidiasis oral 1 3,70 ASD (62,96%), diikuti dengan VSD
BBLR 1 3,70 (22,22%), TOF (7,41%), TAG (3,70%),
dan ASD disertai VSD (3,70%). Hasil
Tabel 3. Distribusi gejala klinis tersebut tidak jauh berbeda dengan pene-
litian Liu et al.13 yang melaporkan bahwa
Gejala klinis Jumlah %
VSD (29%), ASD (21%), dan PDA (14%)
Sesak napas 13 48,15
merupakan lesi terbanyak.
Demam 10 37,04 Pada status kepulangan didapatkan
Napas cepat 6 22,22 sebanyak 5 bayi meninggal dunia (18,52%)
Kebiruan 6 22,22
Manoppo, Kaunang, Umboh: Gambaran penyakit jantung bawaan ... 91

dan 22 bayi sembuh (81,48%) dengan aliran empedu dan menyebabkan terham-
beberapa persyaratan yaitu ada yang sem- batnya cairan empedu. Keadaan ini dapat
buh total dan ada yang perlu untuk melaku- menyebabkan kondisi ikterus atau keku-
kan kontrol kembali di poliklinik bila ningan pada kulit bayi.22 Walaupun kadang,
ditemukan gejala-gejala seperti demam, keadaan ikterus dapat dipengaruhi oleh
sesak napas dan sianosis. karena gagal jantung melalui terjadinya
Pada penelitian ini, gejala klinis berupa kongesti pasif pada hati atau hepatitis
sesak napas, demam, napas cepat, kebiruan, iskemik akut.23,24
kekuningan, muntah, perut kembung, pem- Pnemonia menempati urutan pertama
bengkakan ekstremitas, kejang, merintih, penyakit penyerta pada pasien penyakit
tidak sadar, kelemahan, dan berlendir jantung bawaan di NICU RSUP Prof. Dr.
ditemukan bervariasi karena PJB itu sendiri R. D. Kandou Manado periode 2013-2017.
atau oleh karena penyakit penyerta lainnya. Penderita kelainan PJB yang disertai
Kinsey dan White14 menyatakan bahwa ga- peningkatan aliran darah ke paru yang
gal jantung secara langsung dapat menye- bermakna seringkali menderita infeksi
babkan terjadinya demam oleh karena saluran napas bagian atas maupun pneumo-
peningkatan metabolisme, walaupun keba- nia berulang. Infeksi tersebut dapat dise-
nyakan demam disebabkan karena infeksi babkan oleh virus, bakteri atau mikro-
dari paru. Penyakit jantung menyebabkan organisme yang lain. Hal tersebut disebab-
terjadinya demam dengan mekanisme kan antara lain karena saluran napas
peningkatan metabolisme (hipermetabolis- penderita menjadi basah sehingga fungsi
me) yaitu melalui peningkatan kerja dari dari toilet bronkial menjadi terganggu.25
miokardium dan respirasi, serta ekskresi Owayed et al.26 menyatakan bahwa PJB
ketokolammin yang berlebihan.15 Salah satu merupakan salah satu faktor risiko terjadi-
penyakit yang menyebabkan tumpang nya pneumonia berulang pada anak.26
tindihnya gejala khas gagal jantung ialah
sepsis neonatorum yang dapat menimbulkan SIMPULAN
gejala demam, distres pernapasan, sianosis, Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
apneu, dan gejala tidak spesifik lainnya.16-17 disimpulkan bahwa jenis penyakit jantung
Pneumonia pada bayi yang baru lahir juga bawaan yang sering ditemukan ialah
dapat menimbulkan gejala yang mirip penyakit jantung bawaan non sianotik
dengan gagal jantung seperti takikardia, dengan penyebab ASD, diikuti VSD, TOF,
retraksi, hipoksemia, dan grunting.18 Gejala dan TAG. Jenis kelamin yang terbanyak
sianosis pada gagal jantung oleh karena ditemukan ialah laki-laki dan gelaja klinis
kurangnya perfusi pada jaringan tubuh yang sering ditemukan ialah sesak napas.
karena kegagalan jantung memompa darah Pneumonia merupakan diagnosis penyerta
ke seluruh jaringan.19 Gejala sesak napas terbanyak. Status kempulangan pasien
pada gagal jantung dapat terjadi disebabkan paling banyak dengan keadaan sembuh.
oleh adanya perubahan patologik pada
denyut jantung dan saturasi oksigen sehing- DAFTAR PUSTAKA
ga terjadi kesulitan dan terhentinya napas.20 1. Primasari D. Perbedaan perkembangan pada
Hiperbilirubinemia fisiologik dapat anak dengan penyakit jantung bawaan
terjadi pada seorang bayi baru lahir sampai sianotik dan non sianotik [Karya Tulis
minggu pertama kehidupan, bayi tampak Ilmiah]. Semarang: Fakultas Kedok-
ikterus, dan setelah itu ikterus tidak tampak teran Universitas Diponegoro; 2012.
2. Bernier PL, Stefanescu A, Samoukovic G,
lagi, tetapi bila ikterus tetap bertahan dan
Tchervenkov C. Pediatric cardiac
muncul setelah usia tersebut, maka dapat surgery annual: the challenge of
dicurigai adanya kelainan hati pada bayi.21 congenital heart disease worldwide.
Ikterus pada sampel ditemukan karena Epidemiologic and Demographic Facts.
kolestasis yang disebabkan oleh sepsis. 2010;13(1): 26-34.
Kolestasis yaitu terjadinya obstruksi pada 3. Wisnuwardhana M. Manfaat pemberian diet
92 Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 6, Nomor 2, Juli-Desember 2018

terhadap pertumbuhan pada anak 1940;65(1):163-170.


dengan penyakit jantung bawaan 15. Lees MH, Bristow JD, Griswold HE,
[Disertasi]. Semarang: Universitas Olmsted RW. Relative hypermeta-
Diponegoro; 2006. bolism in infant with congenital heart
4. Burch M, Dedieu N. Congenital Heart disease and undernutrition. [cited 2018
Disease: the national society journals Nov 28]. Available from: https://www.
present selected research that has ncbi.nlm. nih.gov/pubmed/14320026.
driven recent advances in clinical 16. Bonadio WA, Hennes H, Smith D, Ruffing
cardiology. 2012. R, Melzer-Lange M, Lye P,
5. Roebiono PS. Diagnosis dan tatalaksana Isaacman D. Reliability of observation
penyakit jantung bawaan [internet]. variables in distinguishing infectious
[cited 2018 Aug 15]. Jakarta. Available outcome of febrile young infants.
from: http://staff.ui.ac.id/system/files/ Pediatr Infect Dis J. 1993;12:111-4.
users/poppy.roebiono/material/diagnosi 17. Gardes JS. Clinicopathologic approach to
sdantatalaksanapjb-2.pdf the diagnosis of neonatal sepsis. Clin
6. Maramis PP, Kaunang ED, Rompis J. Perinatol. 1991;18:361-81.
Hubungan penyakit jantung bawaan 18. Bennett NJ. Pediatric pnemonia clinical
dengan status gizi pada anak di RSUP presentation, Medscape. [cited 2018
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun Nov 28]. Available from:
2009-2013. eCl. 2014;2(2). http://emedicine.medscape.com/article/
7. Djer MM, Madiyono B. Tatalaksana penyakit 967822-clinical.
jantung bawaan. Sari Pediatri. 2000; 19. Diller GP, Gatzoulis MA. Pulmonary
2(3):155-62. vascular disease in adults with
8. Rahman MA, Ontoseno T. Deteksi dini congenital heart disease. Circulation.
penyakit jantung bawaan pada 2007;115:1039-1050.
neonatus: diagnosis dan saat rujukan. 20. Aggarwal R, Sighal A, Deorari AK, Paul
2006. [cited 2018 Aug 15]. Available VK. Apneua in Newborn. Departemen
from: https://dokumen.tips/download/ of Pediatrica all India Institude of
link/deteksi-dini-penyakit-jantung- Medical Sciences Ansari Nagar. [cited
bawaan-pada-neonatus 2018 Nov 28]. Avaiable from:
9. Wahab AS. Kardiologi Anak: Penyakit http://www.newbornwhocc.org/pdf/Ap
Jantung Kongenital yang Tidak nea.pdf.
Sianotik. Jakarta: EGC, 2009;p. 1-6. 21. Porter ML Dennis BL. Hyperbilirubinemia
10. Departemen Kesehatan RI. Pedoman in the Term Newborn. Am Fam
Pelayanan Ruang Rawat Intensif. Physician. 2002;65(4):599-607.
Jakarta: Direktorat Jendral Bina 22. Herrine SK. Cholestasis. Merk Manuals.
Pelayanan Medik, 2003. [cited 2018 Nov 28]. Available from:
11. Koniak-Griffin D, Martin LL, Reeder SJ. http://www.merckmanuals.com/home/li
Maternity Nursing: Family, Newborn, ver-and-gallbladder-disorders/
and Women’s Health Care (18th ed). manifestations-of-liver-disease/
(Afiyanti et al, penerjemah). USA: cholestasis.
Lippicott William & Wilkins Inc., 2003 23. Van Lingen R, Warshow U, Dalton HR,
(sumber asli diterbitkan tahun 1997). Hussaini SH. Jaundice as a presenta-
12. Hermawan BJ, Hariyanto D, Aprilia D. tion of heart failure. J R Soc Med. 2005
Profil penyakit jantung bawaan di ;98(8):357-9.
Instalasi Rawat Inap Anak RSUP Dr. 24. Agata ID, Balistreri WF. Evaluation of liver
M. Djamil Padang periode Januari disease in the pediatric patient. [cited
2013-Desember 2015. J Kes Andal. 2018 Nov 28]. Avaiable from:
2018;7(1):142-8. http://www.columbia.edu/itc/hs/nursing
13. Liu F, Yang Y, Xie X, Li X, Ma X, Fu Z. /m6638/2003_2/session03/liver_disease
Prevalence of congenital heart disease .pdf. Pada tanggal 28 November 2018.
in Xinjiang multi-ethnic region of 25. Hasan R, Alatas H. Buku Kuliah Ilmu
China. Plos One. 2015;10(8). Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu
14. Kinsey D, White PD. Fever in congestive Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
heart failure. Arch Intern Med (Chic). Universitas Indonesia, 1991.
Manoppo, Kaunang, Umboh: Gambaran penyakit jantung bawaan ... 93

26. Owayed AF, Campbell DM, Wang EE. pneumonia in children. Arch Pediatr
Underlying causes of recurrent Adolesc Med. 2000:190-4.

Anda mungkin juga menyukai