Anda di halaman 1dari 10

KEGIATAN BELAJAR 3

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HEWAN

URAIAN MATERI
A. Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses penyatuan atau peleburan inti sel ovum (ovum) dengan inti sel
spermatozoa yang membentuk makhluk hidup menjadi zigot. Meskipun zigot masih dalam
bentuk satu sel, namun makhluk hidup ini tetap disebut makhluk hidup baru, karena zigot
adalah bentuk yang paling awal dari semua mkhluk hidup yang berkembang menjadi embrio.
Dari zigot inilah yang akan berkembang menjadi embrio pada tahap kedua, keempat, morula,
blastula, dan akan terus berkembang dan berdiferensiasi membentuk organ-organ tubuh sampai
menjadi fetus dan lahir. Saat mencapai puncak pada pubertas, maka aktivitas reproduksi akan
dimulai kembali melalui proses gametogenesis dan fertilisasi sehingga membentuk suatu siklus
yang berkaitan.
a. Macam-macam fertilisasi
Fertilisasi dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Fertilisasi eksternal, merupakan gamet-gamet yang dikeluarkan dari dalam tubuh sebelum
fertilisasi.
2. Fertilisasi internal, merupakan proses reproduksi yang proses pembuahannya terjadi
didalam tubuh. Setelah proses pembuahan sel telur akan membentuk membran fertilisasi
untuk merintangi datangnya sperma lebih lanjut. Terkadang sperma itu diperlukan untuk
mengaktifkan sel telur.
b. Fungsi utama fertilisasi
Fungsi utama dari fertilisasi, yaitu:
1. Fungsi reproduksi
Fertilisaasi memungkinkan perpindahan unsur-unsur genetik. Jika pada gametogenesis
terjadi reduksi unsur genetik.maka pada proses reproduksi ini akan mengalami pemisahan
genetik menjadi n. Setelah terjadi peleburan anatara sel jantan dan betina akan membentuk
2n.
2. Fungsi perkembangan
Fertlisasi menyebabkan rangsangan pada sel telur untuk menyelesaikan proses meiosisnya.
Peleburan sel jantan dan beina akan membentuk zigot yang akan berkembang menjadi
embrio, fetus, lahir, dan dewasa. Jika fertilisasi tidak terjadi maka sel telur akan bertahan
pada tahapan metafase II yang akan berdegradasi tanpa mengalami proses perkembangan
selanjutnya.
c. Tahapan fertilisasi
Tahapan-tahapan yang terjadi pada fertilisasi, yaitu:
1. Kapasitasi dan pematangan spermatozoa
Kapasitasi spermatozoa merupakan tahapan awal dalam fertilisasi. Sperma yang
dikeluarkan oleh tubuh dapat membuahi ovum apabila terjadi proses kapasitasi. Proses ini
dapat ditandai dengan perubahan protein pada seminal plasma, reorganisasi lipid dan protein
membran plasma, influx ca, AMP meningkat, dan pH intrasel menurun.
2. Perlekatan spermatozoa dengan zona pellucida
Zona pellucida merupakan zona terluar dari ovum. Syarat agar sperma dapat menempel pada
zona pellucida adalah jumlah kromosom yang sama, baik ovum maupun sel sperma. Karena
hal ini menunjukkan salah satu ciri apabila keduanya adalah indivisu yang sejenis.
Perlengakapn sperma dengan ovum dipengaruhi adanya reseptor sperma yaitu protein.
Glikoprotein pada sperma memiliki fungsi yang sama sebagai reseptor yang menstimulasi
fusi membran plasma dengan membran akrosom luar. Sehingga terjadi interaksi anatara
respetor dan lignin. Hal ini terjadi pada spesies yang spesifik.
3. Reaksi akrosom
Reaksi akrosom ini terjadi dekat dengan oosit. Sel sperma yangtelah menjalani kapasitasi
yang terpengaruh dengan zat-zat dari korona radiata ovum. Sehingga isi akrosom dari dari
daerah kepala sperma akan terlepas dan behubungan langsung dengan korona radiata. Pada
fase ini hialuronidae yang dapat melarutkan korona radiata, trypsine-like agent dan lysin-
zone yang dapat melarutkan dan membantu sperma melewati zona peluucida untuk
mencapai ovum. Reaksi tersebut akan terjadi apabila sperma masuk ke ovum. Reaksi
akrosom akan terjadi pada pangkal akrosom. Hal ini terjadi karena pada lisosom anterior
kepala sperma terdapat enzim digesti yang berfungsi sebagai penetrasi zona pellucida.
Pada sperma, bagian akrosom sperma mengeluarkan:
a) Hialuroidase, suatu enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona
radiata.
b) Akrosin, suatu enzim protease yang dapat menghancurkan senyawa glukoprotein pada
zona pelusida.
c) Antifertilizin, antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada
oosit sekunder.

Sedangkan oosit sekunder mengeluarkan fertilizin, yang tersusun dari senyawa


glikoprotein. Fertilizin berfungsi:
a. Mengaktifkan sperma agar bergerak cepat.
b. Menarik sperma secara kemotaksis positif.
c. Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.

4. Penetrasi zona pellucida


Setelah terjadi proses akrosom, selanjutnya penetrai zona pellucida yaitu proses dimana
sprma menembus zona pellucida. Hal ini terjadi karena adanya jembatan yang terbentuk
protein actin , kemudian innti sperma akan masuk. Hal yang mempengaruhi keberhasilan
proses ini adalah kekuatan ekor sperma, dan kombinasi enzim autosomal.
5. Bertemunya sperma dan oosit
Apabila sperma telah berhasil menembus zona pellucida, sperma kan menempel pada
membran oosit. Penempelan ini terjadi pada bagian posterior sperma yang banyak
mengandung actin. Molekul sperma yang berperan berupa glikoprotein yang terdiri dari
proteinfertilin. Protein tersebut berfugsi untuk mengikat membran plasma oosit sehingga
menginduksi terjainya fusi. Sperma harus menembus korona radiata dan zona pelusida yang
membungkus oosit sekunder. Baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan
enzim dan zat tertentu yang saling mendukung sehingga sperma dapat menembus
pembungkus oosit sekunder. Bila sebuah sperma telah menembus oosit sekunder, sel-sel
granulosit di bagian kortek oosit akan mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan
zona pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lain. Adanya penetrasi sperma juga akan
merangsang penyelesaian meiosis 2 sehingga dihasilkan sebuah ovum yang fungsional dan
tiga buah polosit degeneratif.
Gambar : Fertilisasi berlangsung di dalam tuba falopii
Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti nukleus pada kepala sperma akan
membesar dan ekor sperma akan mengalami degenerasi, kemudian terjadi penyatuan inti
sperma yang mengandung kromosom haploid dan ovum yang haploid sehingga terbentuk
zigot yang mengandung kromosom diploid atau 46 buah kromosom.

Gambar : Terjadi penyatuan sperma dan ovum


Kurang lebih 24 jam setelah fertilisasi, zigot mengalami proses pembelahan (cleavage)
menjadi morula dan selanjutnya menjadi blastula. Mula-mula zigot membelah menjadi
beberapa buah sel dengan ukuran sama berbentuk bulat menyerupai buah arbei yang
disebut morula. Morula terus membelah hingga membentuk rongga yang disebut
blastocoel, pada fase ini embrio disebut blastula. Blastula akan menempel dan
terimplantasi pada endometrium. Sel-sel bagian dalam blastula akan berkembang menjadi
embrio yang terdiri atas tiga lapis jaringan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm.
Ketiga lapis jaringan tersebut akan mengalami organogenesis atau berkembang menjadi
berbagai macam organ.

Gambar : Pembelahan zigot


B. Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio
Pertumbuhan dan perkembangan embrio pada hewan terjadi di seluruh bagian tubuh
hewan, berbda halnya dengan tumbuhan yang hanya terjadi pada bagian meristem saja.
Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan diawali pada proses pembuahan hingga mencapai
usia dewasa. Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan hewan memgalami 2 fase
yaitu:
Pada fase embrionik zigot yang terbentuk dari hasil pertemuan sperma dan ovum akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan proses pembelahan sel.
1. Fase Morula. Pembelahan zigot yang terjadi secara mitosis. Hingga membentuk
sekumpulan seperti buah anggur yang disebut morula. Pembelahan ini terus terjadi hingg
membentuk bagian rongga disebut blastosoel.

Tahap pembelahan 2 sel hingga 32 sel


sumber: http://abisjatuhbangunlagi.wordpress.com/2012/12/30/pertumbuhan-dan-perkembangan

Tahap Morula Akhir


sumber: http://abisjatuhbangunlagi.wordpress.com/2012/12/30/pertumbuhan-dan-perkembangan-

2. Fase Blastula . Blastulasi adalah proses yang menghasilkan blastula yaitu campuran sel-
sel blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan sebagai blastocoel. Pada akhir blastulasi, sel-
sel blastoderm akan terdiri dari neural, epidermal, notochordal,mesodermal, dan endodermal yang
merupakan bakal pembentuk organ-organ.Dicirikan dua lapisan yang sangat nyata dari sel-sel datar
membentuk blastocoeldan blastodisk berada di lubang vegetal berpindah menutupi sebagian
besar kuning telur. Pada blastula sudah terdapat daerah yang berdifferensiasimembentuk organ-
organ tertentu seperti sel saluran pencernaan, notochord syaraf eksoderm, ectoderm, mesoderm, dan
endoderm.
Pada manusia, hasil pembelahan berbentuk suatu bola padat (morulla).Lapisan luar dari blastula
ini membentuk lapisan yang mengelilingi embriosebenarnya, sedangkan embrio dibentuk dari
bagian morulla (inner cells mass ataumasa sel dalam)./lapisan luar (tropoblast) pada satu sisi masa
sel dalammelepaskan diri, membentuk suatu bentuk yang mirip suatu blastula dan struktur ini
disebut sebagai blastokista embrio akan menempel dan menetap pada dinding uterus untuk periode
waktu tertentu, ditempat dimana embrio akan mendapatkan makanan sampai dilahirkan. Berikut
gambar terkait blastulasi
Fase awal Blastula
sumber: www.ehd.org

Pembentukan rongga blastocoel


sumber: www.bittyduck.com

3. Gastrula, Gastrulasi merupakan proses dimana sel-sel berkembang dan bermigrasi dalam
embrio untuk mengubah masa sel dalam tahap blastokista menjadi embrio yang berisi tiga
lapisan germinal primer.. Ketiga lapisan ini akan berkembang hingga membentuk organ .
Migrasi sel-sel tersebut terjadi secara terintegrasi yang dilakukan melalui berbagai macam
gerakan-gerakan morfogenik. Hasil penting gastrulasi adalah bahwa beberapa sel pada atau
dekat permukaan blastula berpindah ke lokasi baru yang lebih dalam.hal ini akan
mentransformasikan blastula menjadi embrio berlapis tiga yang disebut dengan gastrula.
Saat blastula terimplantasi di uterus, masa sel bagian dalam membentuk cakram pipih
dengan lapisan sel bagian atas (epiblast) dan lapisan sel bagian bawah (hipoblast). Lapisan-
lapisan ini homolog dengan lapisan pada cakram embrio burung.
Seperti pada burung, embrio manusia akan berkembang secara keseluruhan dari sel-sel
epiblast, sementara sel-sel hipoblast membentuk kuning telur (yolk sac). Gastrulasi terjadi
melalui pergerakan ke arah dalam sel-sel lapisan atas melalui primitive streak untuk
membentuk mesoderm dan endoderm.
Lapisan germinal embrio

Ketiga lapisan yang di hasilkan oleh gastrulasi itu adalah jaringan embrio yang disebut
sebagai ektoderm, endoderm dan mesoderm yang secara kolektif disebut juga jarngan germinal
embrio. Ektoderm membentuk lapisan luar gastrula, endoderm melapisi saluransaluran
pencernaan embrio dan mesoderm mengisi sebagai ruangan diantara ektoderm dan endoderm.
Pada akhirnya, ketiga lapisan tersebut berkembang menjadi bagian tubuh individu dewasa.
Sebagai contoh, lapisan saraf manusia berasal dari ektoderm, lapisan paling luar saluran
pencernaan kita dan organ-organnya berasal dari endoderm dan sebagian besar organ dan
jaringan lain, seperti ginjal, jantung dan otot berasal dari lapisan mesoderm.
Dalam proses gastrulasi terjadi beberapa gerakan morfogenik. Gerakan-gerakan morfogenik
tersebut antara lain epiboli, involusi, konvergensi, invaginasi, evaginasi, delaminasi,
divergensi dan extensi.
Adapun hasil akhir dari proses gastrulasi ini adalah :
 Menghasilkan gastrula, embrio berlapis tiga (3 lapisan germinal) dengan rongga
pencernaan rudimenter (arkenteron),
 Tiga lapisan germinal hasil gastrulasiakan menjadi ciri umum perkembangan pada
sebagian filumhewan, yaitu tipe tubuh tripoblastik. Ketiga lapisan tersebut (ektoderm,
endoderm dan mesoderm) akan berkembang menjadi berbagai jaringan dan organ
dalam sistem tubuh dewasa.

4. Organogenesis, merupakan proses pembentukan organ yang berasal dari tiga lapisan
embrionik yaitu lapisan ektodermis, mesodermis, dan endodermis. Ketiga lapisan jaringan
tersebut akan mengalami diferensiasi dan spesialisasi membentuk organ dan sistem organ.

a. Lapisan ekstroderm akan membentuk organ-organ seperti saraf, hidung, mata, kelenjar
kulit dan berkembang menjadi jaringan epidermis.
b. Lapisan mesoderm akan berkembang membentuk organ ginjal, limpa, kelenjar kelamin,
jantung, pembuluh darah, getah bening, tulang dan otot.
c. Lapisan endoderm akan membentuk organ hati, pankreas, saluran pencernaan, saluran
pernapasan, kelenjar gondok, dan anak gondok .
Fase ini terjadi pada minggu ke-4 s.d. minggu ke-8. Pada saat janin berusia 14 minggu,
organ sudah terbentuk lengkap. Janin terus mengalami pertumbuhan dan
penyempurnaan pada bagian-bagian organ tubuhnya, hingga usia 9 bulan 10 hari
sebagai usia yang normal bagi bayi untuk dilahirkan
1.

C. Perkembangan Pasca Embrionik


Pada tahapa pasca embrionik, terjadi pertumbuhan dan perkembangan menjadi individu
dewasa. Individu dewasa, artinya invidu yang telah siap menghasilkan keturunan atau
bereproduksi. Beberapa hewan invrtebrata mengalami regenerasi atau metamorfosis selama
pertumbuhan dan perkembangannya. Sedangkan hewan vertebrata mengalami pertumbuhan
dan perkembangan dari hewan muda menjadi hewan dewasa.

Regenerasi
Regenerasi adalah proses perbaikan tubuh yang luka atau rusa. Proses ini ditentukan oleh sel-
sel batang dalam tubuh hewan yang belum mengalami diferensiasi. Pada organisme yang
berkembang biak secara aseksual, regenerasi berarti juga sebagai proses reproduksi atau
berkembangbiak. Contohnya: planaria. Cacaing pipih (platyhelminthes) memiliki kemampuan
regenerasi yang sangat tinggi. Apabila tubuhnya dipotong, setia dari potongan akan menjadi
individu baru dan lengkap.

Metamorfosis
Metamorfosis adalah perubahan ukuran, bentuk, dan bagian-bagian tubuh hewan dari suatu
stadium ke stadium berikutnya. Metamorfosis merupakan proses pertumbuhan dan
perkembangan hewan khususnya serangga dan amfibi menuju dewasa. Dalam siklus hidupnya,
hewan memiliki struktur dan fungsi tubuh yang berbeda pada setiap stadium. Di bawah
perngaruh hormon, ukuran tubuh hewan bertambah, jaringan terorganisasi, dan bagian-bagian
tubuh kembali.

Metamorfosis serangga (insecta)


Berdasarkan tidak terjadinya atau terjadinya tahap metamorfosis yang dialami, serangga
dibedakan menjadi kelompok serangga ametabola, holometabola, dan hemimetabola.
a. Ametabola
Ametabola merupakan organisme yang tidak mengalami metamorfosis sempurna. Stadium
yang dimiliki adalah stadium telur dan stadium imago (dewasa). Contohnya kutu buku yang
bertelur kemudian berkembang menjadi dewasa tanpa melakukan metamorfosis.
b. Holometabola
Holometabola merupakan organisme yang mengalami metamorfosis sempurna. Hewan ini
memiliki stadium telur, larva, pupa, imago (dewasa). Contoh hewan yang mengalami
metamorfosis sempurna adalah kupu-kupu. Stadium telurnya dapat kita amati pada daun,
telur menjadi larva yang sangat aktif mencari makan dengan cara memakan daun. Stadium
larva terjadi beberapa kali pergantian kulit yang disebut dengan ekdisis. Stelah itu, larva
akan berubah menajdi kepompong (pupa). Fase pupa merupakan fase istirahat. Setelah itu,
pupa akan berkembang menjadi kupu-kupu yang mampu terbang dan berkembangbiak
kembali. Contoh: kumbang, ngengat, semut, dan lebah.
c. Hemimetabola
Hemimetabola merupakan organisme yang mengalami metamorfosis tidak sempurna.
Stadium yang dimiliki oleh hewan ini adalah telur, larva (nimfa), semi-imago, dan imago
(dewasa). Contoh kumbang, belalang, walang sangit, dan kecoa.
Walaupun ada beberapa jenis serangga yang dalam perkembangan hidupnya tidak
mengalami metamorfosis, namun pada umumnya serangga mengalami metamorfosis.
Metamorfosis serangga dapat dibedakan menjadi dua, yakni metamorfosis sempurna dan
metamorfosis tidak sempurna.
Serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna misalnya belalang, jangkrik, kecoa,
dan lain-lain. Embrio dalam telur yang telah matang akan keluar menjadi individu baru yang
bentuknya menyerupai dewasanya, tetapi sayapnya belum tumbuh dan belum berfungsi.
Serangga muda ini disebut nympa. Selanjutnya, secara bertahap nympa ini akan mengalami
pertumbuhan dan lima kali pergantian kulit hingga akhirnva menjadi dewasa. Jadi tahapan
metamorfosis tidak senlpurna pada serangga adalah sebagai berikut.
telur  nympa imago/serangga dewasa
Untuk. lebih mengenal perkembangan metamortosis tidak sempurna pada belalang, perhatikan
Gambar dibawah ini!
Serangga yang mengalami metamorfosis sempurna misalnya kupu-kupu, lebah, dan kumbang.
Telur serangga yang mengalami metamorfosis sempurna, setelah matang akan menetas
menjadi serangga muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasanya. Serangga muda
ini disebut larva. fase larva ini sering disebut fase makan, karena pada fase ini serangga muda
hanya hidup untuk mencari makan. Makanan itu sangat penting untuk pertumbuhan tubuhnva.
Setelah pertumbuhan mencapai ukuran tertentu, larva akan berubah menjadi kepompong atau
pupa. Setelah pupa matang maka serangga dewasa yang lemah akan keluar. Beberapa waktu
kemudian telah berubah menjadi serangga dewasa yang sempurna. Jadi tahapan metamorfosis
sempurna pada serangga adalah sebagai berikut:
telur larva  pupa imago
Untnk memahami perkembangan metamorfosis sempurna serangga, perhatikan gambar
metamorfosis dibawa ini!

Metamorfosis Katak
Katak termasuk hewan amfibia, yakni hewan yang pada masa muda atau larvanya hidup
di air dan bernapas dengan insan, sedangkan dewasanya hidup di lingkungan darat dan
beniapas dengan paru-paru. Di samping itu sistem peredaran larva katak atau berudu juga
menyerupai ikan, sehingga untuk menuju ke kedewasaan, katak mengalami metamorfosis.
Secara sederhana, metamorfosis pada katak
adalah sebagai berikut. Saat baru menetas,
katak bernapas dengan tiga pasang insang luar.
Selanjutnva insang luar ini berangsur-angsur
menyusut diganti oleh insang dalam. Pada
umur 9 hari insang dalam telah terbentuk.
Bersamaan dengan itu terbentuk pula tutup
insang, yang telah tampak sempurna pada
umur 12 hari. Tungkai belakang tumbuh pada
umur 2,5 bulan hingga 3 bulan, bersamaan ini
ekor lambat laun menvusut karena tertarik oleh
badan.
Metamorfosis katak akan berakhir
setelah 3 bulan. Dan katak menjadi dewasa
setelah berumur sekitar 1 tahun. Proses meta-
morfosis ini dipengaruhi oleh suhu
lingkungan. Untuk memahami tahapan
metamorfosis dan daur hidup katak, perhatikan
Gambar berikut.

D. Kematangan dan Kematian


Kematangan merupakan dari perubahan intracapsular (tempat terbatas) ke fase
kehidupan, hal ini penting dalam perubahan-perubahan yang terjadi secara morfologi pada
hewan.Evaluasi tingkat kematangan inti yang dinilai dengan cara menghitung jumlah oosit
pada setiap tahap pembelahan meiosis, mulai dari germinal vesicle break down (GVBD),
Metafase I (M I) dan Metafase II (M II). Tahap GVBD ditandai dengan robeknya membran inti
dan inti sudah tidak terlihat jelas; M I ditandai dengan adanya kromosom homolog yang
berpasangan dan paralel dengan bidang ekuator dan M II (oosit matang) ditandai dengan
adanya badan kutub I dan susunan kromosom yang sama dengan tahap M I.
Kematian (abortus) merupakan ketidakmampuan fetus untuk bertahan hidup sebelum
waktunya dilahirkan. Namun, fase terakhir pada tahapan perkembangan telah selesai
(organogenesis). Kematian wal dan pengeluaran embrio (fetus) umumnya diklasifikasi sebagai
infertilisasi. Kematian fetus ini dapat dihubungkan dengan siklus pembelahan yang tidak
normal. Siklus pembelahan yang terlalu lama dan tidak menentu dapat menyebakan fetus
abortus. Berbagai macam penyebab dari abortus ini. Salah satunya adalah fenimena dimana
jumlah fetus yang jlas terlihat pada hasil ultrasonografi pada kehamilan awal. Jaringan ini
mengindiksikan bahwa fetus mengalami autolisis dan dicerna(difagositosis)oleh sel-sel
pertahanan di dalam darah. Rangkaian scan ultasonografi pada pasien tersebut dapat
menunjukkan kematian da hilangnya fetus di dalam uterus, biasnya terlihat pada umur 4-5
minggu kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai