Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan pembangunan ekonomi (bersifat multidimensional)adalah menciptakan
pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi,perubahan sosial, mengurangi atau
menghapuskan kemiskinan,mengurangi ketimpangan (disparity), dan pengangguran
(Todaro,2000). Sejalan dengan hal tersebut, maka pembangunan ekonomidaerah
menghendaki adanya kerjasama diantara pemerintah, privatsektor, dan masyarakat dalam
mengelola sumber daya yang dimilikioleh wilayah tersebut dalam rangka meningkatkan
pertumbuhanekonomi dan lapangan kerja seluas-luasnya.
Indikator keberhasilan pembangunan ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi
danberkurangnya ketimpangan baik di dalam distribusi pendapatanpenduduk maupun antar
wilayah. Berbagai masalah timbul dalamkaitan dengan pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi wilayah, danterus mendorong perkembangan konsep-konsep pertumbuhanekonomi
wilayah. Dalam kenyataannya banyak fenomena tentangpertumbuhan ekonomi wilayah.
Kesenjangan (ketimpangan) wilayahdan pemerataan pembangunan menjadi permasalahan
utama dalampertumbuhan wilayah, bahkan beberapa ahli berpendapat bahwapertumbuhan
ekonomi wilayah tidak akan bermanfaat dalam pemecahan masalah kemiskinan.
Beberapa perbedaan antara wilayah dapat dilihat dari beberapa persoalan seperti,
potensi wilayah,pertumbuhan ekonomi, investasi (domestik dan asing), luas wilayah,
konsentrasi industri, transportasi, pendidikan, budaya dan lainsebagainya. Pertumbuhan
ekonomi wilayah adalah pertumbuhanpendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi
di wilayahtersebut,yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi.
Pertumbuhan ekonomi yang cepat akan berdampak terhadapketimpangan dalam
distribusi pendapatan. Apalagi dengandiberlakukannya Undang-Undang No 32 dan 33 Tahun
2004, perananpemerintah daerah sangat dominan dalam menentukan kebijakan didaerahnya
sehingga memungkinkan ketimpangan regional terjadi.
Setiap daerah harus mempunyai sektor yang diunggulkan, namun perlu didukung
dengan sektor lainnya, sehingga apabila terjadikrisis dapat didukung oleh sektor pendukung
agar perekonomian tetap berjalan.

1
Perhitungan pendapatan regional melalui PDRB bertujuan untukmengetahui aktivitas
ekonomi suatu daerah serta mengetahui tingkatinflasi. Oleh karena itu, PDRB merupakan
ukuran aktivitas ekonomi(produktivitas), bukan ukuran kemakmuran(welfare).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya yaitu :


1. Bagaimana kontribusi dan rangking Kabupaten/Kota Sulawesi Tengah?
2. Bagaimana struktur ekonominya?
3. Bagaimana pertumbuhan ekonominya?
4. Bagaimana PDRB Kabupaten Morowali Utara ?

1.3 TujuanPenelitian
1 Untuk mengetahui kontribusi dan rangking Kabupaten/Kota Sulawesi Tengah
2 Untuk mengetahui struktur ekonomi Kabupaten/Kota Sulawesi tengah
3 Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan ekonominya
4 Untuk mengetahui bagaimana PDRB Kabupaten Morowali Utara

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Produk Domestik Bruto


PDB atau Produk Domestik Bruto dalam bahasa internasional disebut juga GDP atau
Gross Domestic Product. Menurut para ahli, PDB dapat diartikan bahwa jumlah produksi
baik barang atau jasa yang telah dihasilkan oleh unit produksi di suatu daerah pada saat
tertentu. Maka, PDB bisa dijadikan alat ukur dari pertumbuhan ekonomi suatu negara. Maka,
PDB bisa dikatakan sebagai indikator ekonomi suatu negara untuk mengukur jumlah total
nilai produksi dimana jumlah total ini dihasilkan oleh semua orang atau perusahaan baik yang
dimiliki oleh lokal atau asing di suatu negara.
Selain itu, yang perlu diketahui tentang PDB selain dari definisinya adalah tentang
komponen dan rumus untuk menghitung PDB. Berikut penjelasannya.

 Komponen PDB
Komponen dari PDB dapat dibagi menjadi 4, yakni;
1) Konsumsi Privat atau Private Consumption; menghitung konsumsi dari individu atau
rumah tangga untuk beberapa jenis barang seperti;
a. Durable Goods yakni barang yang awet atau tidak cepat rusak yang pada
umumnya memiliki umur yang relative panjang atau bisa dikatakan lebih dari
3 tahun. Contoh motor, mobil, elektronik dan lain-lain tapi tidak termasuk
untuk pembelian rumah baru.
b. Non-Durable Goods yakni barang yang langsung dikonsumsi dan habis
manfaatnya. Contoh, makanan, minuman, sepatu dan lain-lain.
c. Service yakni konsumsi untuk jasa. Contoh, jasa dokter,
2) Investasi atau Investment; menghitung suatu pengeluaran untuk barang modal.
Contoh: pembelian rumah, membangun pabrik baru, program baru dan berbagai jenis
investasi lainnya.
3) Pengeluaran Pemerintah atau Government Spending; menghitung semua pengeluaran
yang Pemerintah lakukan. Contoh: membayar gaji PNS atau pegawai pemerintah,
membeli peralatan militer, membangun jalan dan lain-lain.

3
4) Ekspor Bersih atau Net Export; menghitung selisih didapat dari Total Ekspor yang
dikurangi Total Impor

 Rumus Mencari PDB


Ada rumus untuk menghitung PDB adalah sebagai berikut :

Keterangan :

PDB = C + I + G + (X-M) PDB : Produk Domestik Bruto

C : Konsumsi rumah tangga

I : Investasi

G : Konsumsi pemerintah

X : Ekspor

M : Impor

Namun, ada juga yang menghitung PDB dengan rumus yang sederhana yakni Harga x
Volume. Contoh; Ada Negara O yang memiliki sumber ekonomi dari memproduksi, menjual
serta mengkonsumsi apel. Tahun lalu, sudah ada 1 milyar apel yang sudah terjual dalam
ekonomi negara tersebut di mana setiap apel dihargai 500 rupiah. Jika demikian, maka GDP
Negara O di tahun lalu bisa dinilai dengan Rp 500 milyar.

Kemudian di tahun ini, Negara O memproduksi 1.2 milyar apel. 1.1 apel kemudian
dikonsumsi penduduk negara tersebut. Maka, tersisa apel dengan jumlah 100 juta. Sisa ini
kemudian diekspor (dijual) ke negara tetangga. Semua apel yang sudah terjual dihargai 600
rupiah per apel. Maka bisa dikatakan bahwa GDP negara tersebut adalah Rp 600 milyar.
Maka, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan GDP Negara O adalah 20% mengingat di
tahun lalu PDB Rp 500 milyar dan di tahun ini meningkat ke Rp 600 milyar.

2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam
suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar
harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah
nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau

4
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (netto) yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi.
PDRB atas dasar haga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun dasar tertentu. Untuk menghitung angka-
angka PDRB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, dan dijelaskan sebagai berikut;

a) Pendekatan Produksi, PDRB adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan
oleh berbagai unit produksi di wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya
satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 17
lapangan usaha (kategori) yaitu:

No Lapangan Usaha

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

2 Pertambangan dan Penggalian

3 Industri Pengolahan

4 Pengadaan Listrik dan Gas


Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
5 Limbah dan Daur Ulang

6 Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
7 Mobil dan Sepeda Motor

8 Transportasi dan Pergudangan

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

5
10 Informasi dan Komunikasi

11 asa Keuangan dan Asuransi

12 Real Estate

13 Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
14 Jaminan Sosial Wajib

15 Jasa Pendidikan

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

17 Jasa lainnya

b) Pendekatan Pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-
faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah
upah dan gaji (balas jasa tenaga kerja), sewa tanah (balas jasa tanah), bunga modal (balas
jasa modal) dan keuntungan (balas jasa kewirausahaan/enterpreneurship); semuanya
sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini,
PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung netto (pajak tak langsung
dikurangi subsidi)
c) Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri
dari; (1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) Konsumsi
pemerintah, (3) Pembentukan modal tetap domestik bruto, (4) Perubahan stok, dan (5)
Ekspor netto (ekspor netto merupakan ekspor dikurangi impor).

Secara konsep tiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Jadi,
jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan
harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang

6
dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya
sudah dicakup pajak tak langsung netto.

2.3 Kegunaan Data PDRB


Data PDRB adalah salah satu indikator ekonomi makro yang dapat menunjukkan
kondisi perekonomian daerah setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara
lain dapat disebutkan berikut ini :
1) PDRB atas dasar harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya
ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan
kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu pula sebaliknya.
2) PDRB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati oleh
penduduk suatu daerah.
3) PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun
4) Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau
peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu daerah. Sektor-sektor ekonomi yang
mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu daerah
5) PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan produk barang dan jasa
digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar negeri
6) Distribusi PDRB menurut penggunaan menunjukkan peranan kelembagaan dalam
menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi
7) PDRB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju
pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri
8) PDRB dan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB dan
PDRB per kepala atau per satu orang penduduk
9) PDRB dan PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui
pertumbuhan nyata ekonomi per kapita suatu daerah

2.4 Menghitung PDRB


 Menghitung tingkat pertumbuhan PDRB, menggunakan rumus :

Keterangan :
Gt = (PDRBt – PDRBt-1)/PDRBt-1 x 100%
G = Tingkat pertumbuhan PDRB
(persen)

7
t = Tahun
 Menghitung rata-rata tingkat pertumbuhan

∑ 𝐺𝑡 Keterangan :
𝑆𝑖 =
𝑛
Si = Rata-rata tingkat pertumbuhan
PDRB

t = Tahun

n = Jumlah Tahun

 Menghitung tingkat kontribusi PDRB per sektor ekonomi dengan rumus:

𝑃𝐷𝑅𝐵𝑖
𝑆= x 100% Keterangan :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝐷𝑅𝐵

S = Tingkat Kontribusi PDRB


(Persen)

I = Sektor Ekonomi

 Menghitung indeks implicit (perubahan harga barang secara keseluruhan)

𝑋𝑖𝑡
𝐼𝑡 = X 100%
𝑌𝑖𝑡

Keterangan :

It = Indeks Implisit

𝑋𝑖𝑡 = PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun ke-t

𝑌𝑖𝑡 = PDRB atas dasar harga konstan pada tahun ke-t

8
BAB III

PEMBAHAN

3.1 GambaranUmum Kabupaten/Kota Sulawesi Tengah

3.1.1 Kontribusi dan Rangking

Selama periode tahun 2017 kegiatan perekonomian kabupaten/kota se Sulawesi


Tengah membentuk Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku (PDRB
ADHB) sebesar 136,45 triliun rupiah. PDRB ADHB masing-masing kabupaten/kota di
Sulawesi Tengah memiliki nilai yang beragam. Besaran PDRB ADHB kabupaten/kota di
Sulawesi Tengah bervariasi dari 2,02 triliun rupiah hingga 23,66 triliun rupiah.

Kabupaten/kota dengan PDRB ADHB tertinggi adalah Kabupaten Banggai, yang


kedua adalah Kota Palu yaitu sebesar 20,59 triliun rupiah, yang ketiga adalah Kabupaten
Morowali yaitu sebesar 17,55 triliun rupiah, sedangkan yang terrendah adalah Kabupaten
Banggai Laut. Sebagai perbandingan, rata-rata nilai PDRB ADHB dari 13 kabupaten/kota se
Sulawesi Tengah adalah sebesar 10,50 triliun rupiah. Hanya 5 kabupaten/kota yang nilai
PDRB-nya di atas rata-rata yaitu Kabupaten Banggai, Kota Palu, Kabupaten Morowali,
Kabupaten Parigi Moutong, dan Kabupaten Donggala.

Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama tahun 2017 mampu
merubah posisi beberapa kabupaten/kota di Sulawesi Tengah. Berdasakan urutan nilai PDRB
ADHB kabupaten/kota se Sulawesi Tengah tahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2013 ada
beberapa kabupaten/kota yang mengalami perubahan posisi, yaitu Kabupaten Banggai pada
tahun 2013 beradapada peringkat 3 menjadi peringkat 1 pada tahun 2017, Kota Palu berubah
dari peringkat 1 menjadi peringkat 2, Kabupaten Morowali berubah dari peringkat 5 menjadi
peringkat 3, Kabupaten Parigi Moutong berubah dari peringkat 2 menjadi peringkat 4,
Kabupaten Donggala berubah dari peringkat 4 menjadi peringkat 5, Kabupaten Poso dari
peringkat 8 menjadi peringkat 7, serta Kabupaten Sigi dari peringkat 7 menjadi peringkat 8.

3.1.2 Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi dapat tergambarkan melalui komposisi lapangan usaha kegiatan


ekonomi yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian di suatu wilayah. Struktur
ekonomi antar kabupaten/kota di Sulawesi Tengah pada tahun 2017 cukup bervariasi, hal

9
tersebut terlihat dari beragamnya komposisi 3 lapangan usaha kegiatan ekonomi yang
terbesar antar kabupaten/kota. Sebagai contoh struktur ekonomi di Kabupaten Banggai
Kepulauan diwarnai oleh 3 lapangan usaha yang dominan yaitu Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan (A), Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (G), Jasa
Pendidikan (P).

Dari 13 kabupaten/kota di Sulawesi Tengah, 5 diantaranya mengalami perubahan


komposisi 3 lapangan usaha ekonomi yang dominan yaitu Kabupaten Banggai, Kabupaten
Kabupaten Morowali, dan Kabupaten Morowali Utara. Di Kabupaten Banggai pada tahun
2013 lapangan usaha yang memberikan kontribusi perekonomian terbesar adalah Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan (A), kemudian pada tahun 2017 digeser oleh lapangan usaha
Industri Pengolahan (C). Di Kabupaten Morowali pada tahun 2013 lapangan usaha yang
memberikan kontribusi perekonomian terbesar adalah Pertambangan dan Penggalian (B),
kemudian pada tahun 2017 digeser oleh lapangan usaha Industri Pengolahan (C). Sedangkan
di Kabupaten Morowali Utara pada tahun 2013 lapangan usaha yang memberikan kontribusi
perekonomian terbesar adalah Pertambangan dan Penggalian (B), kemudian pada tahun 2017
digeser oleh lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (A).

3.1.3 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi pada hakekatnya merupakan indikator peningkatan produksi


dari kegiatan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan laju pertumbuhan PDRB
Atas Dasar Harga Konstan tahun berjalan terhadap tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan
kabupaten/kota di Sulawesi Tengah dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun (trend positif). Pada tahun 2017, pertumbuhan ekonomi pada
tingkat kabupaten/kota di Sulawesi Tengah menunjukkan besaran yang cukup bervariasi
antara 4,38 persen sampai dengan 14,42 persen. Kabupaten dengan pertumbuhan ekonomi
tertinggi adalah Kabupaten Morowali yaitu 14,42 persen, kemudian diikuti Kabupaten
Banggai sebesar 8,42 persen, dan yang terkecil adalah Kabupaten Buol dengan pertumbuhan
sebesar 4,38 persen (Tabel 2.3). Tingginya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Morowali
dan Kabupaten Banggai didukung oleh pertumbuhan pada lapangan usaha Pertambangan dan
Penggalian (B) dan Industri Pengolahan (C) di kedua kabupaten tersebut.

10
3.2 PDRB Kabupaten Morowali Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha 2013-2017 (Jutaan Rupiah)

Kategori 2013 2014 2015 2016 2017

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1,762,191 2,183,337 2,871,330 2,929,922 3,140,561


Pertambangan dan Penggalian 3,489,399 3,097,495 1,421,334 1,658,270 2,421,973
Industri Pengolahan 60,501 71,510 81,178 97,574 137,969
Pengadaan Listrik dan Gas 727 850 769 853 1,017
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 2,881 3,312 3,755 4,306 4,938
dan Daur Ulang
Konstruksi 131,364 205,056 2,192,857 2,260,986 1,892,649
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 343,447 424,130 498,354 572,708 641,277
dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 16,312 19,738 24,698 28,352 31,269
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 13,662 15,906 18,676 20,103 21,812
Informasi dan Komunikasi 113,291 136,709 150,735 165,182 182,041
Jasa Keuangan dan Asuransi 21,361 23,372 27,169 34,716 40,155
Real Estate 88,694 116,261 139,907 150,249 163,163
Jasa Perusahaan 856 970 1,087 1,231 1,410
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 117,475 135,920 158,374 184,604 205,588
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 78,112 93,200 110,087 124,492 137,357
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 45,784 52,595 60,711 70,863 80,640
Jasa Lainnya 31,063 37,693 43,966 51,857 61,237
Produk Domestik Regional Bruto 6,317,121 6,618 7,804,988 8,356,267 9,165,058
,054

Sumber :BPS Provinsi Sulawesi Tengah

11
3.3 PDRB Kabupaten Morowali Utara Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan
Usaha 2013-2017 (Jutaan Rupiah)

Kategori 2013 2014 2015 2016 2017

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1,427,449 1,662,279 2,139,600 2,154,314 2,244,618


Pertambangan dan Penggalian 3,118,185 2,734,531 1,203,197 1,476,338 2,067,335
Industri Pengolahan 53,992 60,586 65,972 76,604 97,665
Pengadaan Listrik dan Gas 721 840 937 989 1,055
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 2,440 2,622 2,851 3,136 3,490
dan Daur Ulang
Konstruksi 101,492 151,277 1,522,460 1,522,788 1,219,974
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 292,543 340,600 364,134 394,051 414,272
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 13,613 15,657 19,109 21,155 22,527
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 11,082 12,028 13,091 13,828 14,779
Informasi dan Komunikasi 104,694 124,867 133,202 145,698 158,367
Jasa Keuangan dan Asuransi 18,172 18,993 20,775 25,470 28,100
Real Estate 75,504 92,385 104,303 109,577 115,536
Jasa Perusahaan 700 769 832 911 998
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 99,284 113,116 121,961 129,971 138,674
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 65,296 71,660 78,382 83,694 89,475
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 36,850 40,428 44,115 48,678 53,782
Jasa Lainnya 25,681 29,923 32,386 35,444 38,834
Produk Domestik Regional Bruto 5,447,597 5,472,561 5,867,309 6,242,646 6,709,481
Sumber :BPS Provinsi Sulawesi Tengah

12
3.4 Menghitung PDRB Kabupaten Morowali Utara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun
2013-2017

 Tingkat Pertumbuhan PDRB Morowali Utara Atas Dasar Harga Berlaku


a. PDRB (2014)

Gt = (PDRBt – PDRBt-1)/PDRBt-1 x 100%

𝟔.𝟔𝟏𝟖.𝟎𝟓𝟒−𝟔.𝟑𝟏𝟕.𝟏𝟐𝟏
= × 𝟏𝟎𝟎%
𝟔.𝟑𝟏𝟕.𝟏𝟐𝟏

= 7,6%

b. PDRB (2015)

𝟕.𝟖𝟎𝟒.𝟗𝟖𝟖−𝟔.𝟔𝟏𝟖.𝟎𝟓𝟒
= × 𝟏𝟎𝟎%
𝟔.𝟔𝟏𝟖.𝟎𝟓𝟒

= 17%

c. PDRB (2016)

𝟖.𝟑𝟓𝟔.𝟐𝟕𝟔−𝟕.𝟖𝟎𝟒.𝟗𝟖𝟖
= × 𝟏𝟎𝟎%
𝟕.𝟖𝟎𝟒.𝟗𝟖𝟖

= 7%

d. PDRB (2017)

𝟗.𝟏𝟔𝟓.𝟎𝟓𝟖−𝟖.𝟑𝟓𝟔.𝟐𝟕𝟔
= × 𝟏𝟎𝟎%
𝟖.𝟑𝟓𝟔.𝟐𝟕𝟔

= 9,8%

13
 Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Morowali Utara Atas Harga Berlaku

7,6%+17%+7%+9,8%
Rata-rata =
4
= 10%

Rata-rata pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten Morowali Utara atas harga berlaku
yakni sebesar 10 %

 Tingkat Kontribusi PDRB Kabupaten Morowali Utara Atas Harga Berlaku

a. Tingkat Kontribusi PDRB Tahun 2013

𝑃𝐷𝑅𝐵𝑖
𝑆= x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝐷𝑅𝐵

6.317.121
= x 100%
38.261.488

= 16,51%

b. Tingkat Kontribusi PDRB Tahun 2014

6.618.054
x 100%
38.261.488

= 17,30%

c. Tingkat Kontribusi PDRB Tahun 2015

7.804.988
x 100%
38.261.488
= 20,40%

14
d. Tingkat Kontribusi PDRB Tahun 2016

8.356.267
x 100%
38.261.488

= 21,84%

e. Tingkat Kontribusi PDRB Tahun 2017

9.165.085
x 100%
38.261.488

= 23,95%

3.5 Menghitung PDRB Kabupaten Morowali Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun
2013-2017

 Tingkat Pertumbuhan PDRB Morowali Utara Atas Dasar Harga Konstan


a. PDRB (2014)

Gt = (PDRBt – PDRBt-1)/PDRBt-1 x 100%

𝟓.𝟒𝟕𝟐.𝟓𝟔𝟏−𝟓.𝟒𝟒𝟕.𝟓𝟗𝟕
= × 𝟏𝟎𝟎%
𝟓.𝟒𝟒𝟕.𝟓𝟗𝟕

= 0,4%

b. PDRB (2015)

𝟓. 𝟖𝟔𝟕. 𝟑𝟎𝟗 − 𝟓. 𝟒𝟕𝟐. 𝟓𝟔𝟏


× 𝟏𝟎𝟎%
𝟓. 𝟒𝟕𝟐. 𝟓𝟔𝟏

= 7,2%

15
c. PDRB (2016)

𝟔. 𝟐𝟒𝟐. 𝟔𝟒𝟔 − 𝟓. 𝟖𝟔𝟕. 𝟑𝟎𝟗


× 𝟏𝟎𝟎%
𝟓. 𝟖𝟔𝟕. 𝟑𝟎𝟗

= 6,4%

d. PDRB (2017)

𝟔. 𝟕𝟎𝟗. 𝟒𝟖𝟏 − 𝟔. 𝟐𝟒𝟐. 𝟔𝟒𝟔


× 𝟏𝟎𝟎%
𝟔. 𝟐𝟒𝟐. 𝟔𝟒𝟔

= 7.5%

 Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Morowali Utara Atas Harga Konstan

0,4%+7,2%+6,4%+7,5%
Rata-rata =
4
= 5,4%

Rata-rata pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten Morowali Utara atas dasar harga
konstan yakni sebesar 5,4 %

 Tingkat Kontribusi PDRB Kabupaten Morowali Utara Atas Harga Konstan

a. Tingkat Kontribusi PDRB Tahun 2013

𝑃𝐷𝑅𝐵𝑖
𝑆= x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝐷𝑅𝐵

5.447.597
= x 100%
29.739.594

= 18,32%

16
b. Tingkat Kontribusi PDRB Tahun 2014

5.472.561
x 100%
29.739.594

= 18,40%

c. Tingkat Kontribusi PDRB Tahun 2015

5.867.309
x 100%
29.739.594

= 19,73%

d. Tingkat Kontribusi PDRB Tahun 2016

6.242.646
x 100%
29.739.594

= 21%

e. Tingkat Kontribusi PDRB Tahun 2017

6.709.481
x 100%
29.739.594

= 22,56%

Tingkat kontribusi PDRB pada Kabupaten Morowali Utara dari tahun ke tahun
mulai dari harga berlaku sampai dengan harga konstan mengalami peningkatan.

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Selama periode tahun 2017 kegiatan perekonomian kabupaten/kota se Sulawesi


Tengah membentuk Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku (PDRB
ADHB) sebesar 136,45 triliun rupiah. PDRB ADHB masing-masing kabupaten/kota di
Sulawesi Tengah memiliki nilai yang beragam. Besaran PDRB ADHB kabupaten/kota di
Sulawesi Tengah bervariasi dari 2,02 triliun rupiah hingga 23,66 triliun rupiah. Tingkat
kontribusi PDRB pada Kabupaten Morowali Utara dari tahun ke tahun mulai dari harga
berlaku sampai dengan harga konstan mengalami peningkatan.

4.2 Saran

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun demi tercapainya laporan yang lebih baik di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah

18

Anda mungkin juga menyukai