Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

Penyebab utama abortus spontan pada kehamilan trimester pertama adalah


blighted ovum, terhitung sebesar 50% dari semua kejadian abortus pada kehamilan
trimester pertama. Diperkirakan kejadian blighted ovum salah satunya diakibatkan oleh
adanya infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Citomegalovirus, Herpes Simpleks).

Pada kasus blighted ovum yang disebabkan oleh infeksi TORCH, khususnya
toxoplasmosis sebagian besar orang yang terinfeksi tidak memperlihatkan gejala klinis
yang nyata. Infeksi T. gondii merupakan penyebab utama kematian janin karena
T. gondii dapat ditularkan ke janin melalui plasenta (transplasenta) dari ibu yang
terinfeksi atau saat melahirkan pervaginam. Mekanisme imunitas toxoplasmosis yang
seperti apa yang dapat mempengaruhi terjadinya blighted ovum sampai sekarang belum
diketahui secara pasti. Hal ini kemungkinan dikarenakan oleh sulitnya memperoleh
bahan biopsi yang cocok, penyelidikan gagal untuk memberikan data informatif pada
tahap infeksi dan pengaruh perlakuan yang diberikan. Faktor biaya juga tidak dipungkiri
menjadi kendala karena biasanya membutuhkan dana yang tidak sedikit baik dari segi
pegumpulan sampel maupun pada proses penelitiannya sendiri.

Blighted ovum merupakan suatu kelainan pada kehamilan yang baru terdeteksi
setelah berkembangnya ultrasonografi, yang pada mulanya diperkirakan sebagai abortus
biasa. Diperkirakan di seluruh dunia blighted ovum merupakan 60% dari penyebab
kasus keguguran, di ASEAN mencapai 51%, di Indonesia ditemukan 37% dari setiap
100 kehamilan (WHO, 2012).

Frekuensi berlipat dua dari 12% pada wanita berusia kurang dari 20 tahun
menjadi 26% pada mereka yang berusia lebih dari 40 tahun. Namun kembali lagi belum
diketahui apakah keguguran yang tidak disadari, juga dipengaruhi oleh usia dan paritas.
2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI SISTEM REPRODUKSI

(Gambar 2.1 Organ Reproduksi Wanita)


Uterus merupakan organ berongga dan berdinding tebal, terletak di tengah-
tengah rongga panggul di antara kandung kemih dan rektum.9,20,21 Uterus pada wanita
nulipara dewasa berbentuk seperti buah avokad atau buah pir dengan ukuran 7,5 x 5 x
2,5 cm.

Berat uterus normal lebih kurang 30 gram. Pada akhir kehamilan (40 minggu)
berat uterus menjadi 1000 gram, dengan panjang lebih kurang 20 cm dan dinding lebih
kurang 2,5 cm. Hubungan besarnya uterus dengan tuanya usia kehamilan sangat penting
diketahui, antara lain untuk membuat diagnosis apakah tersebut hamil fisiologik, atau
hamil ganda, atau mengalami hamil molahidatidosa dan sebagainya. Pada kehamilan 28
minggu fundus uteri terletak kira-kira 3 jari di atas pusat atau sepertiga jarak antara
pusat ke prosesus xipoideus.

Pada kehamilan 32 minggu fundus uteri terletak antara setengah jarak pusat dan prosesus
xipoideus. Pada kehamilan 36 minggu fundus uteri terletak kira-kira 1 jari dibawah
3

prosesus xipoideus. Bila pertumbuhan janin normal maka tinggi fundus uteri pada
kehamilan 28 minggu sekurangnya 25 cm, pada 32 minggu 27 cm, pada 36 minggu 30
cm. Pada kehamilan 40 minggu fundus uteri turun kembali dan terletak kira-kira 3 jari
dibawah prosesus xipoideus (Saifuddin, 2002).
Uterus terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu corpus uteri dan serviks uteri, dimana
kedua bagian tersebut menyatu pada bagian yang disebut ismus. Hampir seluruh dinding
uterus diliputi oleh serosa(peritoneum visceral) kecuali di bagian anterior dan di bawah
ostium histologikum uteri internum. Uterus mempunyai tiga lapisan sebagai berikut:

a) Lapisan Serosa
Lapisan serosa (peritoneum viseral). Di bawahnya terdapat jaringan ikat
subserosa; lapisan yang paling padat dan terdapat berbagai macam ligamen yang
memfiksasi uterus ke serviks.

b) Miometrium
lapisan otot uterus dan lapisan paling tebal, terdiri atas serabut-serabut otot polos
yang dipisahkan oleh jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah. Miometrium
terdiri atas tiga lapisan, otot sebelah luar berjalan longitudinal dan lapisan sebelah dalam
berjalan sirkuler, di antara kedua lapisan ini otot polos berjalan saling beranyaman.
Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi. Ketebalan
miometrium sekitar 15 mm pada uterus perempuan nulipara dewasa.

c) Endometrium
lapisan terdalam yang terdapat di sekitar rongga uterus. Endometrium terdiri atas
epitel selapis kubik, kelenjar-kelenjar dan stroma dengan banyak pembuluh darah yang
berkelok-kelok. Endometrium mengalami perubahan yang cukup besar selama siklus
menstruasi. Bagian atas uterus disebut fundus uteri dan merupakan tempat tuba Falopii
kanan dan kiri masuk ke uterus.
4

2.2 KLASIFIKASI PERDARAHAN DALAM KEHAMILAN MUDA

2.2.1 Perdarahan Pada Kehamilan Muda

Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya Perdarahan.


Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering
dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan pada
kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan masing-masing,
setiap terjadinya perdarahan pada kehamilan maka harus selalu berfikir tentang akibat
dari perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan (Hadijanto,
2008).

1) Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram (Hadijanto, 2008). Menurut SDKI tahun 2007 penyebab
kematian ibu dikarenakan abortus (5%). Berdasarkan jenisnya Sujiyatini dkk (2009)
menyebutkan abortus dibagi menjadi:

(a) Abortus Imminens (threatened)


Suatu abortus imminens dicurigai bila terdapat pengeluaran vagina yang
mengandung darah, atau perdarahan pervaginam pada trimester pertama kehamilan.
Suatu abortus iminens dapat atau tanpa disertai rasa mules ringan, sama dengan pada
waktu menstruasi atau nyeri pinggang bawah. Perdarahan pada abortus imminens
seringkali hanya sedikit, namun hal tersebut berlangsung beberapa hari atau
minggu. Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan tidak adanya pembukaan
serviks. Sementara pemeriksaan dengan real time ultrasound pada panggul menunjukkan
ukuran kantong amnion normal, jantung janin berdenyut, dan kantong amnion kosong,
serviks tertutup, dan masih terdapat janin utuh.

(b) Abortus Insipien (inevitable)


Merupakan suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi ditandai dengan
pecahnya selaput janin dan adanya pembukaan serviks. Pada keadaan ini didapatkan
juga nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolek uterus yang hebat. Pada pemeriksaan
vagina memperlihatkan dilatasi osteum serviks dengan bagian kantung konsepsi
5

menonjol. Hasil Pemeriksaan USG mungkin didapatkan jantung janin masih berdenyut,
kantung gestasi kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong (3-5 minggu) atau perdarahan
subkorionik banyak di bagian bawah.

(c) Abortus Incompletus (incomplete)


Adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina,
canalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau kadang-
kadang sudah menonjol dari osteum uteri eksternum. Pada USG didapatkan
endometrium yang tipis dan ireguler.

(d) Abortus Completus (complete)


Pada abortus completus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, osteum uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak
mengecil. Selain ini, tidak ada lagi gejala kehamilan dan uji kehamilan menjadi
negatif. Pada Pemeriksaan USG didapatkan uterus yang kosong.

(e) Missed Abortion


Adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

(f) Abortus Habitualis (habitual abortion)


Adalah abortus spontan yang terjadi berturut- turut tiga kali atau lebih. Pada
umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum
28 minggu.

2) Kehamilan ektopik
Adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur telah dibuahi tidak
menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik
berada di saluran telur (tuba Fallopii). Kejadian kehamilan ektopik tidak sama diantara
senter pelayanan kesehatan. Hal ini bergantung pada kejadian salpingitis seseorang. Di
Indonesia kejadian sekitar 5-6 per seribu kehamilan. Patofisiologi terjadinya
kehamilan ektopik tersering karena sel telur yang telah dibuahi dalam perjalanannya
menuju endometrium tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai
6

kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim.


Bila kemudian tempat nidasi tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan
besarnya buah kehamilan, akan terjadi rupture dan menjadi kehamilan ektopik
terganggu (Hadijanto, 2008). Tanda dan gejala pada kehamilan muda, dapat atau tidak
ada perdarahan pervaginam, ada nyeri perut kanan/kiri bawah. Berat atau
ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
Dari Pemeriksaan fisik didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor
didaerah adneksa. Adanya tanda- tanda syok hipovolemik yaitu hipotensi, pucat dan
ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut yaitu perut tegang bagian
bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen. Dari Pemeriksaan dalam serviks
teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uterus kanan dan kiri.

3) Mola hidatidosa
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana
tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa
degenerasi hidropik. Secara makroskopik, molahidatidosa mudah dikenal yaitu berupa
gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran
bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 cm.
Menurut Hadijanto (2008) pada permulaannya gejala mola hidatidosa tidak
seberapa berbeda dengan kehamilan biasa yaitu mual, muntah, pusing, dan lain-lain,
hanya saja derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat,
sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar dari umur kehamilan. Ada pula kasus-
kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar walaupun jaringannya belum
dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangan jaringan trofoblas tidak begitu aktif
sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya dying mole. Perdarahan merupakan
gejala utama mola. Biasanya keluhan perdarahan inilah yang menyebabkan mereka
datang ke rumah sakit.
Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh
dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan bias intermiten, sedikit-sedikit atau
sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian. Karena perdarahan ini
umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan anemia.

4) Kehamilan anembrionik (blighted ovum)


7

Kehamilan anembrionik merupakan suatu keadaan dimana tidak ada


perkembangan embrio di dalam kandungan ketika kantung gestasi memiliki rata-rata 20
mm (Sullivan, 2009).

2.3 BLIGHTED OVUM

A. Definisi

Blighted ovum disebut juga kehamilan anembrionik merupakan suatu keadaan


kehamilan patologi dimana janin tidak terbentuk. Dalam kasus ini kantong kehamilan
tetap terbentuk. Selain janin tidak terbentuk kantong kuning telur juga tidak terbentuk.
Kehamilan ini akan terus dapat berkembang meskipun tanpa ada janin di
dalamnya.Blighted ovum ini biasanya pada usia kehamilan 14-16 minggu akan terjadi
abortus spontan.(Sarwono, 2009).
Blighted ovum merupakan kehamilan dimana kantung gestasi memiliki diameter
katung lebih dari 20 mm akan tetapi tanpa embrio. Tidak dijumpai pula adanya denyut
jantung janin. Blighted ovum cenderung mengarah pada keguguran yang tidak terdeteksi
(Manuaba, 2010).
Blighted ovum adalah kehamilan di mana sel berkembang membentuk kantung
kehamilan, tetapi tidak ada embrio di dalamnya. Telur dibuahi dan menempel ke
dinding uterin, tetapi embrio tidak berkembang. Dalam pemeriksaan urin diperoleh
hasil positif hamil. Hasil pembuahan akan terjadi keguguran saat trimester pertama
kehamilan (Hummel, 2005).

Sumber : www.babymed.com

Dapat disimpulkan Blighted Ovum (BO) merupakan kehamilan tanpa embrio.


Dalam kehamilan ini kantung ketuban dan plasenta tetap terbentuk dan berkembang,
8

akan tetapi tidak ada perkembangan janin di dalamnya (kosong). Kehamilan ini akan
berkembang seperti kehamilan biasa seperti uterus akan membesar meskipun tanpa ada
janin di dalamnya.

B. Etiologi

Blighted ovum terjadi saat awal kehamilan. Penyebab dari blighted ovum
saat ini belum diketahui secara pasti, namun diduga karena beberapa faktor. Faktor-
faktor blighted ovum (Dwi W., 2013)
 Adanya kelainan kromosom dalam pertumbuhan sel sperma dan sel telur.
 Meskipun presentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi
TORCH, kelainan imunologi, dan diabetes melitus yang tidak terkontrol.
 Faktor usia dan paritas. Semakin tua usia istri atau suami dan semakin banyak
jumlah anak yang dimiliki juga dapat memperbesar peluang terjadinya kehamilan
kosong.
 Kelainan genetik
 Kebiasaan merokok dan alkohol.

C. Patofisiologi

Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat
berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang
sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta
tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human
chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur
(ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di
dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan
seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena
tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar
hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon
kehamilan.

D. Manifestasi klinik
Menurut (Sanders, 2007), beberapa tanda dan gejala blighted ovum meliputi :
9

 Pada awalnya pemeriksaan awal tes kehamilan menunjukkan hasil positif.


Wanita merasakan gejala-gejala hamil, dalam seperti mudah lelah, merasa
ada yang lain pada payudara atau mual-mual.
 Hasil pemeriksaan USG saat usia kehamilan lebih dari 8 minggu rahim masih
kosong.
 Meskipun tidak ada perkembangan embrio, tetapi kadar HCG akan terus
diproduksi oleh trofoblas di kantong.
 Keluar bercak perdarahan dari vagina.

E. Diagnosis

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan Fisik

3. Pemeriksaan Penunjang (USG) diagnosis pasti, Blighted ovum dapat segera


terdeteksi segera pada pemeriksaan ultrasonografi pada minggu 6, karena tidak
tampaknya fetus. Pada usia 7 minggu dipastikan tidak ada fetus. Pencitraan USG
dapat dilakukan transabdominal maupun transvaginal, namun cara yang kedua lebih
akurat pada usia kehamilan yang sangat dini.

Pada usia 8 dan 9 minggu, jika perhitungan HPHT tepat, detak jantung bayi
atau pulsasi sudah dapat terdeteksi. Kantung gestasi mulai tampak pada pertengahan
minggu ke 4, dan yolk sac normalnya tampak pada minggu 5. Sehingga, embrio dapat
terlihat jelas mulai pertengahan minggu 5 pada pemeriksaan USG tranvaginal.

(Gambar 2. Gambaran perbandingan Hasil USG Blighted Ovum dengan Kehamilan


Normal)
10

Tidak ditemukan fetal pole, dengan kantung gestasi (ges sac) diameter lebih
dari 10 mm tanpa yolk sac, diameter 15 mm tanpa mudigah pada USG transvaginal atau
lebih dari 25 mm pada USG transabdominal. Sedangkan pada gambar di sebelah kanan
tampak gambaran hiperechoic berupa fetal pole di dalam ges sac.
Pemeriksaan kadar hormon pada kehamilan dapat juga membantu pemeriksaan
dimana beta-hCG dibentuk oleh plasenta. Normalnya, pada pemeriksaan darah hormon
ini dapat dideteksi pada hari 11 setelah konsepsi, dan pada tes urin pada hari ke 12-14
hari. Produksi hormone ini akan menjadi 2 kali lipat tiap 72 jam. Kadarnya akan
mencapai jumlah tertinggi pada kehamilan usia 8-11 minggu lalu menurun. Jika
penurunan kadar beta-hCG ini terjadi lebih dini, dapat dicurigai terjadinya blighted
ovum.

Diagnosis Perdarahan Pada Kehamilan Muda

(Gambar 3. Tabel Diagnosis Perdarahan Pada Kehamilan Muda)

E. Penatalaksanaan.

Terminasi kehamilan dengan dilatasi serviks dan dilanjutkan dengan


kuretase (Sarwono, 2009). Aborsi bedah sebelum usia kehamilan 14 minggu dilakukan
dengan cara mula-mula membuka serviks, kemudian mengeluarkan kehamilan secara
mekanis yaitu dengan mengerok isi uterus (kuretase tajam) , dengan aspirasi vakum
(kuretase isap) atau keduanya. Sedangkan jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu
dilakukan dilatasi dan evakuasi (D&E). Tindakan ini berupa pembukaan serviks secara
lebar diikuti oleh destruksi mekanis dan evakuasi bagian janin, setelah janin
dikeluarkan secara lengkap maka digunakan kuret vakum berlubang besar untuk
11

mengeluarkan plasenta dan sisa jaringan. Dilatasi dan Ekstrasi (D&X), hampir sama
dengan (D&E) yang membedakan pada (D&X) sebagian dari janin di ekstrasi melalui
serviks yang telah membuka (Leveno, 2009).

F. Komplikasi post kuretase

1. Robekan serviks yang disebabkan oleh tenakulum, Penanganan : Jika terjadi


perdarahan, serviks yang robek dijahit kembali untuk menghentikan perdarahan.
2. Perforasi yang disebabkan oleh sonde uterus, abortus tank, dan alat kuretnya,
Penanganan : Hentikan tindakan dan konsultasi dengan bagian bedah bila ada
indikasi untuk dilakukan laparatomi.
3. Perdarahan post kuretase yang disebabkan oleh atonia uteri, trauma dan sisa hasil
konsepsi perdarahan memanjang, Penanganan :Profilaksis dengan pemberian
uterotonika, konsultasi dengan bagian bedah dan kuretase ulang. Profilaksis
menggunakan metergin dengan dosis Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari
dan IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam bila perdarahan hebat. Jika terjadi
atonia uteri dilakukan penanganan atonia uteri yaitu memposisikan pasien
trendelenburg, memberikan oksigen dan merangsang kontraksi uterus dengan cara
masase fundus uteri dan merangsang puting susu, memberikan oksitosin, kompresi
bimanual ekternal, kompresi bimanual internal dan kompresi aorta abdominalis.
Jika semua tindakan gagal lakukan tindakan operatif laparatomi dengan pilihan
bedah konservatif (mempertahankan uterus) atau dengan histerektomi (Sarwono,
2009).
4. Infeksi post tindakan ditandai dengan demam dan tanda infeksi lainnya, Penanganan:
Berikan profilaksis dengan pemberian uterotonika. Profilaksis menggunakan
metergin dengan dosis Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari dan IV / IM
0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam bila perdarahan hebat. (Manuaba, 2010)
12

G. Pencegahan
Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan
seharusnya melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran berulang di
awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali, dan jarang terjadi
lebih dari satu kali pada wanita. Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat
dilakukan beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella
pada wanita yang hendak hamil, bila menderita penyakit disembuhkan dulu,
dikontrol gula darahnya, melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas
35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik,
memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.
13

BAB III
KESIMPULAN

Pada kasus ini pasien yang merasa hamil 11-3 minggu datang ke poli dengan
keluhan keluar darah tanpa disertai lendir melalui jalan lahir. Dari gejala tersebut
dimungkinkan bahwa pasien mengalami abortus. Akan tetapi perlu dipastikan melalui
pemeriksaan penunjang USG mengenai kondisi dalam rahim ibu sehingga dapat
disimpulkan diagnosis pasti yang ada.

Pada pemeriksaan USG terlihat kantung kehamilan tanpa massa intrauterin


didalamnya. Disimpulkan diagnosis dari kasus ini adalah blighted ovum atau kehamilan
kosong dimana terbentuk kantung kehamilan dan plasenta tetapi tidak ada pembentukan
embrio. Blighted ovum pada awalnya tidak dapat dibedakan gejalanya dari kehamilan
biasa hingga terjadi abortus spontan dan telah dilakukan pemeriksaan USG.

Pada kasus ini etiologi yang paling mungkin dalah faktor usia ibu. Usia pasien
41 tahun merupakan usia resiko tinggi untuk terjadinya kehamilan. Semakin tinggi
usia semakin besar resiko kerusakan ovum.

Setelah dicapai diagnosis pasti blighted ovum, tindakan selanjutnya adalah


kuretase jaringan untuk menghentikan membersihkan jaringan, mencegah infeksi,
sehingga rahim siap untuk kehamilan berikutnya.
14

DAFTAR PUSTAKA
15

LAPORAN KASUS

 Identitas
Nama : Ny. W
Umur : 41 Tahun
Alamat : Suak ribe
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Tanggal masuk : 10 september 2018

 Anamnesis
Keluhan utama : Os mengeluhkan keluar darah dari vagina sejak 4 hari
 Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dari Poli rujukan dari
Puskesmas dengan keterangan G5P4A0, UK = 11 minggu mengeluh keluar
darah dari vagina sejak 4 hari . Pasien merasa hamil 3 bulan. Pasien
mengatakan sudah melakuakan cek urin dan hasil PP test (+).

 Riwayat Penyakit Dahulu


a) Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
b) Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal.
c) Riwayat asma : disangkal.
d) Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal.
e) Riwayat diabetes : disangkal.

 Riwayat Penyakit Keluarga


a) Riwayat asma : disangkal.
b) Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal.
c) Riwayat diabetes : disangkal.
 Riwayat Penggunaan Obat-obatan
(-)
16

 Riwayat Menstruasi
a) Menarche : 11 tahun
b) Lama haid : 5-6 hari
c) Siklus : 28-30 hari
d) Dismenore: (-)
 Riwayat Obstetri : G5P4A0
1. Anak 1 : Perempuan 15 tahun, 3,4 kg, normal di bidan
2. Anak 2 : perempuan, 14 tahun, 3,2 kg, normal di bidan
3. Anak 3 : Laki- laki,13 tahun, 2,9 kg, normal di bidan
4. Anak 4 : Laki- laki,9 tahun, 3,3 kg, normal di bidan
5. Anak 5 : hamil ini
HPHT : 20 juni 2018
UK : 11 minggu
 Riwayat Kontrasepsi
Pasien menggunakan KB suntik perbulan

 Riwayat Antenatal Care


a) Kontrol 1 kali ke puskesmas selama hamil
b) TD selama hamil 110/70mmHg s/d 110/80mmHg
c) BB ibu sebelum hamil 65 kg, TB 160 cm
 Riwayat Kebiasan Sosial
Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 10 September 2018

 Keadaan umum : Baik


 Kesadaran : compos mentis
 Vital sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit,

Frekuensi Pernapasan : 18 x/menit

Suhu : 36,8˚C
17

 Status gizi
BB : 66 kg

TB : 160 cm

a. Status Internus
Kepala : Normocephal.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-)
Hidung : Deviasi (-),secret (-)
Telinga : Nyeri tarik (-), nyeri tekan (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), faring hiperemis (-)
Leher : deviasi (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Torak :
- Kor :
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS IV linea midclavicularis sinistra, nyeri
tekan (-).
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal.
Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan.
- Pulmo :
Inspeksi : statis, dinamis, retraksi (-).
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri.
Perkusi : sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-.

- Ekstremitas
Superior : akral dingin (-/-), udem kedua tangan (-/-)
Inferior : akral dingin (-/-), udem kedua kaki (-/-)
b. Pemeriksaan Obstetri
 Abdomen :
Inspeksi : terdapat jaringan parut bekas operasi, striae gravidarum (-), linea
nigra (-),
Palpasi : soepel (+), massa (-), nyeri tekan (-), turgor baik
18

 Leopold : ( -)
Auskultasi : bising usus (+), normal

Pemeriksaan genitalia eksterna :

Inspeksi : Perdarahan pervaginam (+), tanda peradangan (-)

Pemeriksaan genitalia interna :

 Vulva/vagina : tidak ada kelainan / tidak ada kelainan


 Portio : lunak, tebal
 Pembukaan : tertutup
 Ketuban :-
 Bagian terdepan :-
 Penurunan :-
 Pelepasan : lendir darah (+)

DIAGNOSIS
G5P4A0 + Blighted Ovum

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 10 September 2018.

 Darah rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 11,9 11,7-15,5
Leukosit 10 3,6 -11
Eritrosit 4,75 3,8 – 5,2
Hematokrit 37,6 35 – 42
Trombosit 345 150-440
MCV 85 80-100
MCH 30 26-34
MCHC 33 32-36
RDW 12,3 11,5-14,5
MPV 9,7 7-11
Limfosit 1,22 17- 35
Monosit 0,67 0,16-1
19

Neutofil 9,63 5-7

 Golongan darah: O
 Kimia klinik
Glukosa sewaktu : 143 < 200

TERAPI
a. IVFD RL 20 tpm
b. Misoprostol
c. Amoxicilin
d. Asam Mefenamat
e. Methergin

Rencana Operatif : Curretage

Laporan Operasi
1. General anastesi.
2. Ibu diposisikan litotomi diatas tempat tidur
3. Asepsis dan antisepsis daerah vulva dan sekitarnya
4. Pasang duk steril, kecuali daerah tindakan
5. Pasang speculum pada daerah posterior, jepit portio anterior dengan tenaculum
6. Sonde ± 10 cm, antefleksi kuretase endometrium, sesuai hasil konsepsi ± 5 cm
sistematis keluar jaringan.
7. Kurretase selesai
8. Lepas alat
19
FOLLOW UP

Tanggal/jam Keadaan Umum Tindakan

10-09-2018 S : keluar darah dari vagina sejak 4 Ivfd RL 20tpm


hari yang lalu Observasi keadaan umum
O : K/U sedang, TD : 110/80 mmHg, Pro kuretase
T : 36 C, RR : 20x/I, Nadi : 80x/i Misoprostol 1x2tab

11-09-2018 S : keluar darah dari vagina Ivfd RL 20tpm


O : : K/U sedang, TD : 120/7 mmHg, Dilakukan kuretase jam
T : 36 C, RR : 22x/I, Nadi : 80x/i 10.00
Post kuretase
Amoxicillin 3x1tab
Asam mefenamat 3x1 tab
Methergin iv
Observasi keadaan umum

12-09-2018 S : keluar darah dari vagina tinggal Ivfd RL 20tpm


sedikit Observasi keadaan umum
O : : K/U sedang, TD : 110/70 mmHg, Post kuretase H+1
T : 36 C, RR : 23x/I, Nadi : 82x/i
Pasien di perbolehkan
pulang

Anda mungkin juga menyukai