Anda di halaman 1dari 7

STEP 5

1. Negara mana saja yang memperbolehkan euthanasia?


2. Bagaimana pandangan agama lain tentang euthanasia?
3. Apakah euthanasia di Indonesia dibolehkan? Mengapa?
4. Apa saja dasar hokum euthanasia?
5. Bagaimana standar professional mengenai euthanasia?
6. Bagaimana standar pelayanan mengenai euthanasia?
STEP 6
STEP 7

1. Pandangan negara lain tentang euthanasia yaitu :


a. Amerika
Euthanasia dinyatakan illegal di banyak negara bagian amerika, bahkan perbuatan
euthananasia dianggap melanggar hokum. Akan tetapi ada negara bagian di amerika
serikat yang hukumnya secara eksplisit mengizinkan pasien terminal (pasien yang
sudah tidak mungkin lagi disembuhkan) untuk mengakhiri hidupnya yaitu di negara
bagian Oregon yang pada tahun 1997 melegalisasikan kemungkinan dilakukannya
euthanasia dengan memberlakukan undang-undang kematian yang pantas. Di amerika
serikat, yang menganut aliran hukum anglo saxon melakukan euthanasia bukan sesuatu
yang dipermasalahkan, karena dalam sistem hukum yang demikian memungkinkan
seseorang meminta keputusan pengadilan untuk mengesahkan suatu tindakan.
California menjadi negara bagian yang membuat undang-undangnya telah
mengeluarkan suatu produk legislative perihal “hak untuk mati” dalam bentuk uu nya
yang diberi nama “the natural death act” (Fred Amien, 1987) pada beberapa tahun
terakhir ini, sebuah studi terbit tentang pelaksanaan uu Oregon. Sebuah lembaga jajak
pendapat terkenal yaitu gallup poll menunjukkan bahwa 60% orang amerika
mendukung adanya euthanasia.
b. Belgia
Parlemen belgia telah melegalisasi tindakan euthanasia pada akhir September 2002.
Belgia kini menjadi negara ketiga yang melegalisasi euthanasia. Senator Phillippe
mahauk dari partai sosialis yang merupakan salah satu penyusun rancangan undang-
undang tersebut mengatakan bahwa seorang pasien yang menderita secara jasmani dan
psikologis adalah merupakan orang yang memiliki hak penuh untuk memutuskan
kelangsungan hidupnya dan penentuan saat akhir hidupnya. (euthanasia, 2012)
c. Belanda
Legalisasi euthanasia dalam hokum belanda mendapat liputan dua pers internasional.
Diterimanaya uu euthanasia dinilai sebagai revolusi di bidang hokum. Belanda
menyatakan bahwa euthanasia dan permintaan bunuh diri tidak dapat dihukum jika
tindakan dokter berdasarkan kriteria kehati-hatian dan menyangkut permintaan pasien.
Undang-undang pemutusan kehidupan euthanasia dan permintaan bunuh diri mulai
berlaku 1 april 2002 yang melegalkan bunuh diri dengan cara euthanasia. Sejak tahun
1993, belanda secara hokum mengatur kewajiban para dokter untuk melapor semua
kasus euthanasia dan bunuh diri berbantuan. Pada tahun 2002, sebuah konversi
dikodifikasi oleh uu belanda dimana seorang dokter yang melakukan euthanasia pada
suatu kasus tidak akan dihukum (euthanasia, 2012)
d. Jepang
Jepang tidak memiliki suatu aturan hukum yang mengatur tentang euthanasia demikian
pula pengadilan tinggi jepang tidak pernah mengatur mengenai euthanasia tersebut.
Keputusan hakim terhadap sesuatu kasus telah membuntuk suatu kerangka hukum dan
suatu alasan pembenar dimana euthanasia secara aktif dan pasif boleh dilakukan secara
legal. Kasus tersebut adalah kasus yang terjadi di Nagoya pada tahun 1962 serta kasus
insiden di tokai university. Meskipun jepang memiliki kerangka hukum sementara
guna melakukan euthanasia, jika ada euthanasia yang dilakukan pada kedua kasus
tersebut adalah tetap dinyatakan melawan hukum, dimana dokter yang melakukan
dianggap merampas kehidupan pasien (euthanasia, 2012)
2. Euthanasia menurut pandangan agama selain islam adalah :
a. Euthanasia Menurut Agama Hindu
Apabila seseorang bunuh diri, maka rohnya tidak akan masuk neraka ataupun surge
melainkan tetap berada di dunia fana sebagai roh jahat dan berkelana tanpa tujuan.
b. Euthanasia Menurut Agama Budha
Euthanasia aktif atau pasif tidak dibenarkan dalam agama budha karena perbuatan
membunuh atau mengakhiri kehidupan seseorang ini, walaupun dengan alasan kasih
saying, tetap melanggar sila pertama dari Pancasila Budhis
c. Euthanasia Menurut Agama Katolik
Para Uskup Gereja Katolik mengukuhkan bahwa euthanasia itu pelanggaran berat
hokum allah, karena berarti pembunuhan manusia yang disengaja dan dari sudut
moril tidak dapat diterima (Evangelium Vitae, No. 65)

d. Euthanasia Menutut Agama Kristen Protestan


Mengakhiri hidup dengan alasan apapun juga adalah bertentangan dengan maksud
dan tujuan pemberian tersebut.

3. Euthanasia sesungguhnya bisa diterapkan di Indonesia selama ada aturan dan batasan
yang jelas. Euthanasia boleh dilakukan asal sudah memenuhi berbagai syarat, melihat
kondisi medis dan dilakukan berdasar persetujuan yang sudah disepakati semua pihak
termasuk keluarga. Namun faktanya euthanasia memang dilarang di Indonesia karena
adanya HAM yang membatasi.

4. Dasar hukum tentang euthanasia adalah :


a. Pasal 304 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seseorang dalam
keadaan sesngsara padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena
persetujuan dia wajib memberi kehidupan, perawatan, pemeliharaan kepada orang
itu, diancam dengan pidana paling lama 2 tahun 8 bulan atau pidana denda paling
banyak 4.500
b. Pasal 344 KUHP
Barangsiapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang
jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam pidanapenjara paling lama 12
tahun.
c. Pasal 338 KUHP
Barangsiapa dengan siapa merampas nyawa orang lain karena pembunuhan dengan
pidana penjara paling lama 15 tahun.
d. Pasal 340 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nayawa
orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun.
e. Pasal 345 KUHP
Barangsiapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam
perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya utnuk itu diancan dengan pidana
penjara paling lama 4 tahun kalua orang itu bunuh diri.
f. Pasal 359 KUHP
Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang lain mati, diancam dengan
pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana kurungan paling lama 1 tahun.
g. Pasal 4 UU No.39 tahun 1999
Hak untuk hidup, hak untuk tidak disika, hak kebabasan pridadi dan persamaan
dihadapan hukum, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk tidak
dapat dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.
h. Pasal 9 UU No.39 tahun 1999
Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya
i. Pasal 33 ayat 2 UU No.39 tahun 1999
Setiap orang berhak bebas dari penghilangan paksa dan penghilangan nyawa

5. Apabila seorang pasien menderita penyakit dalam stadium terminal, yang menurut
pendapat dokter tidak mungkin lagi disembuhkan, maka kadang-kadang pihak keluarga
meminta kepada dokter untuk menghentikan pengobatan. Ini sering dilakukan di
Indonesia setelah pertimbangan dari dokter.
“Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi yang tertinggi”
Dalam hal ini dokter berupaya semaksimal mungkin untuk kesembuhan pasien,
mengusahakan tidak ada penggunaan hak euthanasia jika perlu. Namun apabila sang
keluarga sudah menghendaki untuk dilakukannya euthanasia pasif dikarenakan biaya,
maka dokter mengizinkan.

6. Standar pelayanan euthanasia, yaitu berupa pelayanan atau perawatn paliatif. Dimana
perawatan paliatif diperuntukkan bagi seseorang yang sudah sakit sangat lama dan sulit
untuk disembuhkan atau biasa disebut dengan pasien terminal dimana penyakitanya itu
sudah dalam tahap stadium akhir. Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi penyakit
yang mengancam jiwa melalui pencegahan, penialaian, dan pengobatan dan masalah
fisik. Jadi jika seorang menderita penyakit kronis lebih baik dilakukan atau diusahakan
dengan perawatan paliatif daripada euthanasia.

DAFTAR PUSTAKA

Harvani, A. 02 Januari, 2018. STANDAR PROFESI DOKTER. Scribd

Lustiaji, M. 05 September, 2013. PMK No. 1438 Tentang Standar Pelayanan Kedokteran. Scribd

Manzaf. 01 April, 2010. Euthanasia Dalam Medis Dan Hukum Indonesia. Scribd

Jurnal Lex et Sociatis, Vol IV/No.7/Juli/2016

Jurnal.um.ac.id

Anda mungkin juga menyukai