Anda di halaman 1dari 15

KUMPULAN TUGAS SEKOLAH

MAKALAH / KLIPING / CERPEN / DONGENG / HIKAYAT / SRIPSI / PRAKERIN/ CERITA RAKYAT NANDAR
SUTISNA & TITIN SUHARTINI

Friday, 19 June 2015

Makalah Kewajiban Menuntut Ilmu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk
memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang
tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu
melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.

Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam
hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang
pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah.
Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan dunia rasanya
kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat. Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam
diwajibkan untuk menuntuk ilmu baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ilmu?

2. Apa yang dimaksud dengan menuntut ilmu ?

3. Mengapa manusia wajib menuntut ilmu ?

4. Apakah keutamaan orang yang berilmu ?


C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari ilmu

2. Untuk mengetahui pengertian menuntut ilmu

3. Untuk mengetahui kewajiban menuntut ilmu

4. Untuk mengetahui keutamaan orang yang berilmu

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ilmu

Ilmu berasal dari kata ‫ علما‬-‫ يعلم‬-‫ علم‬yang artinya mengetahui, lawan dari kata ‫جهل‬yang artinya bodoh.

Ilmu pengetahuan adalah terjemahan dari kata bahasa Inggris, Science, yang berarti pengetahuan. Kata
science itu sendiri berasal dari bahasa Yunani Scientia yang berarti pengetahuan. Namun pengertian
yang umum digunakan ilmu pengetahuan adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan
melalui proses pengkajian dan dapat diterima oleh rasio.

Imam Raghib al- Ashfahani dalm kitabnya, Mufradat Al –Qur’an, berkata, “ ilmu adalah mengetahui
sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Ia terbagi dua: pertama, mengetahi inti sesuatu itu (oleh ahli logika
dinamakan ahli tashawwur). Kedua, menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada (oleh ahli ligika
dinamakan tashdiq, maksudnya mengetahui hubungan sesuatu dengan sesuatu).”

Az-Zubaidi berkata dalam kamus Tajul-‘Arus, “Mayoritas ahli membedakan masing-masing term itu. Bagi
mereka ilmu adalah yamg paling tinggi karena ilmu itulah yang mereka perkenankan untuk dinisbatkan
kepada allah swt. Sementara, mereka tidak mengataknan: ‘Allah arif’ atau ‘Allah syair’. Perbedaan-
perbedaaan tersebut disebut dalahm karangan-karangan ahli basaha.
Al Manawi dalam kitab At-taufiq berkata , “ ilmu adalah keyakinan kuat yang tetap sesuai dengan
realita. Bisa juga bersifat yang membuat perbedaan tanpa kritik. Atau, ilmu adalah tercapainya bentuk
sesuatu dalam akal.”

B. Pengertian menuntut ilmu

Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku dan
perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan
meninggalkan kebodohan.

Seseorang harus memulai dengan ilmu sebelum beramal.Maksud dari beramal adalah melakukan
kegiatan atau melakukan suatu pekerjaan. Dalam melakukan pekerjaan manusia dituntut mengetahui
ilmunya dari pekerjaan tersebut. Karena dengan mengetahui ilmunya pekerjaan akan lebih terarah dan
tidak berantakan.

MenuntutilmumerupakanibadahsebagaimasabdaNabi Muhammad Saw.

Artinya :

Mu’adz bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena mengharapkan wajah Allah
itu mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya
adalah Jihad, mengajarnya untuk keluarga adalah Taqarrub.”

Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal yang
paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang lebih
baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu.

 Perbedaan Orang yang Berilmu dengan Orang Bodoh

Dalam Al- Qur’an Allah SWT. Berfirman,

Artinya: "(apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu
waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang dia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran."(Az-
Zumar:9)

Allah SWT membedakan antara orang yang berilmu dan orang yang jahil.Keduanya tidak sama. Terlepas
dari substansi ilmu pengetahuan, yang terpenting adalah antara orang yang berilmu dengan orang yang
bodoh jelas tidaklah sama.Seperti halnya antara orang yang buta dan orang yang melihat,kegelapan dan
cahaya, orang yang hidup dana mati, manusia dan hewan, serta antara penghuni surga dan penghuni
neraka.[3]

C. Kewajiban Menuntut Ilmu

Dasar hukum menuntut ilmu yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits nabi Muhammad saw. Banyak
sekali hadits dan ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang menuntut ilmu.

Di dalam Islam, menuntut ilmu merupakan perintah sekaligus kewajiban. Manusia diperintahkan untuk
menuntut ilmu, karena dengan ilmu pengetahuan kita bisa mencapai apa yang dicita-citakan baik di
dunia maupun di akhirat. Apalagi sebagai seorang muslim itu wajib hukumnya seperti dalam sebuah
hadits disebutkan bahwa :

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.”

(Hadits sahih, diriwayatkan dari beberapa sahabat diantaranya: Anas bin Malik, Ibnu Abbas, Ibnu Umar,
Ali bin Abi Thalib, dan Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu Anhum. Lihat: Sahih al-jami: 3913)

Maka jelas kiranya bahwa menuntut ilmu pengetahuan memang diwajibkan. Dengan ilmu kita bisa
meraih dunia, dengan ilmu kita dapat meraih akhirat dan dengan ilmu pula kita bisa meraih kedua-
duanya.

Firman Allah pada surat Al-Alaq ayat 1-5 , berbunyi :

Artinya : “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan , Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
( Al-Alaq : 1-5)

Ini ayat pertama yang turun kepada Rasulullah. Ayat ini berisi perintah untuk membaca,menulis, dan
juga belajar. Allah telah memberikan manusia sifat fitrah dalam dirinya untuk bisa belajar dan menggapai
bermacam ilmu pengetahuan dan keterampilan hingga dapat menambah kemampuannya untuk
mengembanamana[4]t kehidupan di muka bumi ini.

Rasulullah sering berbicara tentang keutamaan ilmu dan bahkan mewajibkan umatnya untuk menuntut
ilmu. Perintah untuk menuntut ilmu ini merupakan salah satu pusat perhatian Islam bagi para
pemeluknya.

Manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu karena hal ini sebenarnya telah dijawab oleh Al-Qur’an
sendiri. Dimana menurut Al-Qur’an, Allah menciptakanmanusia dalam keadaan vakum dari ilmu, lalu
Allah memberinya perangkat ilmu agar mampu menggali ilmu dan mempelajarinya. Karena memang
ilmu itu harus digali, dipelajari, dan diamalkan sebagaimana firman-Nya:
Artinya : "Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun. Dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan dan hati agar kalian bersyukur”.(Q.S. An
Nahl: 78)

Pendengaran, penglihatan dan hati atau akal adalah merupakan perangkat atau alat untuk menuntut
ilmu. Perangkat ilmu yang Allah berikan kepada manusia merupakan sebuah potensi yang tiada ternilai
harganya, dengan penglihatan, pendengaran dan hati (akal) manusia mampu menggali ilmu. Karena
kemampuannya menalar dan mempunyai bahasa untuk mengkomunikasikan hasil pemikiran yang
abstrak..

Pengetahuan itu diperoleh manusia bukan hanya dengan penalaran, melainkan juga dengan kegiatan
berfikir lainnya, dengan perasaan dan intuisi. Lain halnya dengan hewan yang tidak memiliki potensi
tersebut karena hewan tidak mampu berbuat seperti apa yang dapat dicapai oleh manusia. Maka sangat
beralasan jika Allah memerintahkan manusia untuk menggali lautan ilmu-Nya.

Seberapapun tingginya ilmu dan pengetahuan manusia, hanyalah merupakan sebagian kecil saja dari
ilmu Allah. Namun kesempatan untuk memperoleh sebagian-sebagian dari ilmu Allah yang lain tetaplah
ada selama manusia mempunyai kemauan, kemampuan dan usaha.

Dalam mencari ilmu pengetahuan, hendaklah yang dapat memberikan manfaat bagi kebaikan di dunia
dan di akhirat baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain.Mengajarkan ilmu kepada orang lain
merupakan sadaqoh, sesuai dengan sabda Nabi,

Selagi ada kesempatan untuk mencari ilmu dan sebelum Allah mencabut atau mengangkat ilmu dari
manusia, maka carilah ilmu sebanyak-banyaknya untuk kita manfaatkan serta kita amalkan di jalanNya.
Sebab ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu amal jariyah yang tak akan terputus.

“Sesungguhnya dunia adalah terkutuk dan terkutuklah semua penghuninya kecuali orang-orang yang
mengingat Allah,para wali Allah,para orang-orang yang berilmu dan juga orang orang yang belajar untuk
mendatkan ilmu” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah)

Rosulullah selalu antusias dalam menyebut ilmu dan orang-orang yang mempelajarinya dengan gigih.
Rosulullah selalu menyerukan kepada semua kaum muslimin untuk mempelajari berbagai macam
ilmudan mengajarkannya kepada manusia sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwa
rosulullah bersabda

Artinya belajarlah akan suatu ilmu dan lalu ajarkanlah (ilmu tersebut) kepada manusia. Pelajarilah ilmu
faroidh (ilmu waris) dan lalu ajarkan kepada manusia. Pelajarilah al-qur’an dan lalu ajarkanlah kepadda
manusia.

D. Keutamaan ilmu

Selain Al-Qur’an banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan ilmu dan kedudukan ulama, baik
dimata Allah maupun dimata manusia, di dunia maupun di akhirat. Ulama di hargai demikian tingginya
tak tertandingi oleh siapapun, dan tak mungkin dapat dikejar, kecuali melalui ilmu.

Berikut beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan As-Sunnah:

1. kelebihan ilmu dibanding ibadah

Salah satu fadhilah ilmu dari ibadah adalah bahwa kebanyakan manfaat ibadah terbatas pada pelakunya.
Orang yang melakukan salat atauberpuasa, haji, zikir dan ibadah yang lai, akan mendapat kebaikan-
kebaikan amal perbuatannya dan peningkatan derajatnya. Tetapi, masyarakat lain tidak akan mndapat
ganjaran mereka sedikitpun secara langsung. Berbeda dengan ilmu; ia bermanfaat jauh melampui si
pilaku itu sendiri, sampai pada orang yang mendengarnya, atau membacanya. Ilmu tidak mengenal
ikatan, tidak pula mengakui adanya dinding dan jurang pemisah. Lebih-lebih pada zaman kita sekarang,
ketika ilmu tersebar luas melalui radio dan televisi yang dapat ditangkap dalam beberapa detik dan
bahkan dalam seketika itu juga para pendengar dan para pemirsa yang ada diberbagai tempat.

2. Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat

Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat, dan ilmu tidak mati dengan kematian pemiliknya. Tetapi
bagi orang yang salat, atau berpuasa, atau membayar zakat,berhaji, berumroh, bertasbih, bertahlil,
berzikr, dan bertakbir, semua amal ini mendapat balasandari allah, tetapi balasan itu terputus lantaran
selesai atau berakhirnya amala tertentu. Adapun ilmu, ia terus berpengaruh selama orang masih
memanfaatkanya.[6]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

"Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal:
shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo'akannya." (HR.
Muslim no.1631)
Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu berupa pahala dan kebaikan-
kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi akan terus mengalir kepadanya tanpa terputus selama ilmunya
disampaikan oleh murid-muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan selama kitab-kitabnya dan
tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai negeri, dan seperti inilah pahala dan
ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai kepadanya setelah kematiannya dengan sebab ilmu yang
telah dia tinggalkan untuk manusia, di mana mereka mengambil manfaat terhadap ilmunya.

3. Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba

Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu syar’i, itu
menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, dan membimbingnya menuju
kepada hal-hal yang diridhai-Nya.

Kehidupannya menjadi berarti, masa depannya cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah dirasakan di
dunia pun akan diraihnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan difahamkan tentang
agamanya.”

(Muttafaq Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu anhuma)

4. Orang yang berilmu akan ditinggian derajatnya

Sesungguhnya allah akan meningkatkan derajat orang-orang yang mau menuntut ilmu sebagaimana
firmannya:

Artinya :Hai orang orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “ Berlapang lapanglah dalam
majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan
berdirilah kamu maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan” ( Q.S Al-Mujaadalah:11)

Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya keutamaan, dan
ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan tingginya kedudukan dan bagusnya
suara (artinya dibicarakan orang dengan kebaikan) dan mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang
dirasakan oleh tubuh dan panca indera) di akhirat dengan tingginya kedudukan di jannah. (Fathul Baarii
1/141)

Allah pun akan meninggikan derajat orang orang yang berilmu sebagaimana diri-Nya memuliakan diri-
Nya dan mengagungkan kekuasaan-Nya, lalu setelahnya Dia memuliakan malaikat dan kemudian
memuliakan orang orang yang berilmu, sebagaimana firman-Nya:

Artinya :“ Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” Q.S Ali
Imran:18

5. menuntut ilmu merupakan ibadah dan akan dipermudah jalan menuju syurga

Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan paling utama, sehingga
Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah, sebagaimana firmanNya dalam surat At
Taubah 122

Artinya :tidak sepatutnya bagi mu’min itu pergi semuanya (medan perang), mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk member peringatan pada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya

Rosulullah bersabda

Artinya: barang siapa menempuh jalan demi mengharapkan suatu ilmu, maka allah akan mempermudah
jalan baginya menuju syurga. Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya karena
keridhaannya akan pencari ilmu. Sesungguuhnya semua yang ada di langit dan di bumi dan bahkan
lumba-lumba di lautan sekalipun, akan selaly memintakan ampunan bagi orang yang berilmu

6. ilmu adalah kehidupan dan cahaya

Dalam banyak ayat, Al qur’an menganggap ilmu sebagai kehidupan dan cahaya, sedangkan kebodohan
merupakan kematian dan kegelapa. Seperti diketahui semua bentuk kejahatan disebabkan oleh
ketiadaan kehidupan dan cahaya,dan semua kebaikan disebabkan oleh cahaya dan kehidupan.

 Syarat-syarat menuntut ilmu

Dalam kitab “Ta’lim al-Muta’allim” yang ditulis oleh Imam Al-Zarnuji, beliau menulis bahwa syarat-syarat
mencari ilmu itu ada 6 yaitu:

1. Cerdas (Dzakaun)

Kecerdasan merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi oleh thalibul ilmi. Imam Ghazali pernah
mengatakan bahwa orang yang pintar adalah orang yang mengetahui bahwa ia tidak tahu akan sesuatu
dan karenanya dia mau belajar.

Maksud cerdas disini bukanlah tingkatan kepintaran, melainkan tidak gila. Orang tersebut haruslah
waras, dapat membedakan mana angka satu dan dua, mana hitam dan putih, mana baju dan celana.

2. Rakus (hirsun)

Rakus adalah (punya kemauan dan semangat untuk berusaha mencari ilmu)
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa yang
telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.

“Tidak cukup teman belajar di dalam negeri atau dalam satu negeri saja, tapi pergilah belajar di luar
negeri, di sana banyak teman-teman baru pengganti teman sejawat lama, jangan takut sengsara, jangan
takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan sesudah menderita.” (diambil dari kitab Sejarah
Hidup dan Silsilah Syekh Kiyai Muhammad Nawawi Tanara Banten yang ditulis oleh H. Rofiuddin. Hal. 4).

3. Sabar

Seorang yang menuntut ilmu sudah barang tentu akan menghadapi macam-macam gangguan dan
rintangan. Selain berusaha maka bersabarlah untuk menghadapi semua itu, dan perlu diketahui bahwa
sabar adalah sebagian dari Iman, “As-Shobru mina al-iman”. Dan Sabar disini mengandung arti tabah,
tahan menghadapi cobaan atau menerima pada perkara yang tidak disenangi atau tidak mengenakan
dengan ridha dan menyerahkan diri kepada Allah Swt, akan tetapi kesabaran disini harus diartikan dalam
pengertian yang aktif bukan dalam pengertian yang pasif. Artinya nrimo (menerima) apa adanya tanpa
usaha untuk memperbaiki keadaan.

4. Modal/bekal

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan wajib hukumnya bagi setiap muslim, dan dijelaskan
lagi dalam hadis “Tuntutlah ilmu mulai dari rahim ibu sampai liang lahat”. Dari hadis tersebut kita bisa
mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut ilmu. Pendidikan bukan hanya pendidikan formal
tetapi non formal pun ada. Rasul menjanjikan kepada para penuntut ilmu,

“Sesungguhnya Allah pasti mencukupkan rezekinya bagi orang yang menuntut ilmu” Dan yakinkanlah
bagi para penuntut ilmu walaupun dengan segala kekurangan (biaya) pasti mampu atau bisa
menyelesaikan pendidikan. Karena pasti akan ada jalan lain selama manusia berusaha dan yakin
terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah Al-Yaqinu Lâ Yuzâlu bi as-Syak Artinya: ”keyakinan tidak bisa
dihilangkan oleh keragu-raguan”. Dan akhirnya maka tidak ada alasan orang tidak bisa menuntut ilmu
karena biaya, seperti keterangan sebelumnya carilah jalan lain, solusi lain untuk bisa menuntut ilmu.

5. Petunjuk guru

Banyak orang yang tersesat karena belajar tanpa guru, seoarng tholibul ilmi hendaklah mempunyai
seorang guru sebagai petunjuk, walaupun ada yang mengatakan bahwa buku adalah guru yang besar,
tapi buku tidak bisa mituturi (memberi nasihat)

6. Karena ilmu sangat luas dan tidak memiliki akhir maka sudah barang tentu membutuhkan waktu
yang sangat lama. Pepatah Arab mengatakan :”Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat” seorang
pelajar harus mengulang-ulang pelajaran yang telah didapat, jadi dalam mencari ilmu tidaklah cukup
dalam waktu yang singkat.Seperti contoh seorang untuk menjadi Doktor harus melalui SD, SMP, SMA,
hingga perguruan tinggi, dan itu bukanlah waktu yang singkat.
 Adab mencari ilmu

1. Niat

Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah. Hendaknya diringi dengan hati yang ikhlas
benar-benar karena Allah. Bukan untuk menyombongkan diri, menipu orang lain ataupun pamer
kepandaian, tetapi untuk mengeluarkan diri dari kebodohan dan menjadikan diri kita bermanfaat bagi
orang lain

2. Bersungguh-sungguh

Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti. Allah mengisyaratkan
dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami pastilah akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”

3. Terus menerus

Hendaklah kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan sehingga kita enggan untuk mencari
lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang disampaikan oleh Sofyan bin Ayyinah : “Seseorang akan tetap
pandai selama dia menuntut ilmu. Namun jika ia menganggap dirinya telah berilmu (cepat puas) maka
berarti ia bodoh.” Allah lebih menyukai amalan yang sedikit tapi dilakukan secara terus menerus
dibandingkan amalan yang banyak tetapi hanya dilakukan sehari saja.

4. Sabar dalam menuntut ilmu

Salah satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu adalah sabar terhadap
gurunya seperti kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidr as (QS Al Kahfi : 66-70). Kita jangan cepat putus asa
dalam menuntut ilmu jika mendapatkan kesulitan dalam memahami dan mempelajari ilmu.

5. Menghormati dan memuliakan orang yan menyampaikan ilmu

Di antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya pada saat yang
tepat dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan penuh khidmat, dan
memperhatikan ketika beliau menerangkan, dan sebagainya.

6. Baik dalam bertanya

Bertanya hendaknya untuk menghilangkan keraguan dan kebodohan diri kita, bukan untuk meremehkan,
menjebak, mengetes, mempermalukan guru kita dan sebagainya.l Aisyah ra tidak pernah mendengar
sesuatu yang belum diketahuinya melainkan sampai beliau mengerti. Orang yang tidak mau bertanya
berarti menyia-nyiakan ilmu yang banyak bagi dirinya sendiri. Allah pun memerintahkan kita untuk
bertanya kepada orang yang berilmu seperti dalam firman-Nya dalam QS An-Nahl:43
Artinya : dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu
kepada mereka; maka bertanyalah pada orang-orang yang memiliki pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.

Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi. Seorang muslim
diwajibkan untuk menuntut ilmusyar’i. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam bersabda :

E. Kandungan Hadits

1. Hadits tentang hukum menuntut ilmu

Hadits tentang hukum menuntut ilmu merupakan penjelasan tentang hukum mencari ilmu bagi setiap
orang Islam laki laki maupun perempuan, yang telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan lain lain.
Akan tetapi hadits tersebut diberi tanda lemah oleh imam Syuyuti.

Adapun hukum menuntut ilmu menurut hadits tersebut adalah wajib. Karena melihat betapa pentingnya
ilmu dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Manusia tidak akan bisa menjalani kehidupan ini tanpa
mempunyai ilmu. Bahkan dalam kitab taklimul muta’allim dijelaskan bahwa yang menjadikan manusia
memiliki kelebihan diantara makhluk – makhluk Allah yang lain adalah karena manusia memilki ilmu.[3]

Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadits, maka terdapatlah beberapa suruhan yang
mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka
tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya
berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Perintah
kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadits Nabi Muhammad saw.

Dan janganlah memberikan ilmu kepada orang yang enggan menerimanya, karena orang yang enggan
menerima ilmu tidak akan mau untuk mengamalkan ilmu itu bahkan mereka akan menertawakannya.[4]

Dalam hadits lain juga telah disebutkan bahwa :

(‫ )رواه مسلم‬0 ‫اطلب العلم من المحد الى اللهد‬

“Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat” (H. R. Muslim)

2. Hadits tentang anjuran menjaga ilmu

Rosulullah mengucapkan hadits ini pada saat Haji Wada’. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh
Ahmad dan Tabrani dari hadits Abu Umamah bahwa pada saat haji Wada’ Nabi bersabda :“Pelajarilah
ilmu sebelum datang masa punahnya ilmu”.

Arabi berkata “Bagaimanakah cara ilmu itu datang dan dimusnahkan? Beliau bersabda : “Punahnya ilmu
itu dengan punahnya para ulama ( orang yang menguasai ilmu)”
Hadits ini berisi anjuran menjaga ilmu, peringatan bagi pemimpin yang bodoh, dan peringatan bahwa
yang berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar – benar mengetahui dan larangan bagi
orang-orang yang berani mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan. Hadits ini juga
dijadikan alasan oleh para ulama bahwa pada zaman sekarang ini tidak ada lagi seorang mujtahid.[5]

Dalam hadits lain juga disebutkan anjuran untuk memelihara ilmu pengetahuan, diantaranya yaitu hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim:

‫ و‬.‫ فاكتبه فانى خفت دروس العلم و ذهب العلمآء‬.‫م‬.‫ انظر ما كان من حديث رسول ا ص‬:‫و كتب عمر بن عبد العزيز الى ابى بكر ابن حزم‬
(‫ )متفق عليه‬.‫ فأن العلم ل يهلك حتى يكون سرا‬.‫ و التجلس حتى يعلم من ل يعلم‬.‫ و التفشو العلم‬.‫م‬.‫ل تقبل ال حديث النبي ص‬

Umar bin Abdul aziz menulis surat kepada Abu bakr bin Hazm” kumpulkan hadits – hadits Nabi yang kau
temukan dan tulislah, aku khawatir akan hilangnya ilmu dan perginya para ulama (meninggal)janganlah
engkau terima selain hadits Nabi. Pelajarilah ilmu dengan seksama sampai mengetahui sesuatu yang
tidak diketahui,ilmu tidak akan rusak kecuali setelah menjadi rahasia (H.R. Bukhori-Muslim).[6]

3. Hadits tentang keutamaan menuntut ilmu

Adapun munasabah yang berkaitan tentang keutamaan menuntut ilmu yaitu,

Dari Anas bin Malik Rasulallah SAW bersabda:“barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di
jalan Allah sehingga ia kembali. (HR. Tirmidzi).

Dalam hadits yang kedua Rasulullah menegaskan bahwa menuntut ilm itu dinilai sebagaai berjuang
di jalan Allah, sehingga barang siapa yang mencari ilmu dengan sungguh-sungguh dia akan mendapatkan
pahala yang berlipat ganda bahkan bila sesorang meninggal dunia saat mencari ilmu dia akan
mendapatkan surganya Allah karena dinilai sama dengan mati syahid.

4. Hadits tentang peran ilmu terhadap pendidikan

Rosulullah SAW memerintahkan untuk mendidik anak-anaknya dengan tiga perangai :

a. Cinta terhadap Nabinya, karena cinta terhadap Nabi adalah lebih utama dari pada cinta terhadap
kedua orang tuanya bahkan terhadap dirinya sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits :

‫ ل يؤمن احدكم حتى اكون احب اليه من والده وولده والناس‬: ‫ قال النبي صلى ا عليه وسلم‬. ‫عن انس بن مالك رضى ا عنه انه قال‬
(‫ )رواه البخارى‬.‫اجمعين‬

Dari Anas r.a. bahwasanya dia berkata, Nabi SAW bersabda,” Seseorang diantara kamu tidak beriman,
sehingga aku lebih dicintai daripada orang tua, anak-anak dan manusia seluruhnya.” ( H.R. Bukhori )[7]
b. Cinta kepada keluarga Nabi, karena barang siapa cinta kepada seseorang maka ia akan cinta kepada
apa yang dicintai oleh seseorang tersebut dan keturunanya. Sesungguhnya keluarga Nabi adalah lebih
berhak mendapatkan cinta, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 33 :

‫انما يريد ا ليذهب عنكم الرجس اهل البيت و يطهركم تطهيرا‬

Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

c. Memberikan pengajaran Al-Qur’an terhadap anak, belajar Al-Qur’an dan mengamalkanya adalah
yang paling penting dan utama, karena dengan Al-Qur’an manusia menjadi umat yang paling mulya,
sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dari sahabat Ustman r.a. Rosulullah SAW
bersabda :

(‫ )رواه البخارى‬.‫عن عثمان بن عفان رضى ا عنه عن النبى صلى ا عليه وسلم قال ان افضلكم من تعلم القراان و علمه‬

Dari Ustman bin Affan r.a., dari Nabi SAW,beliau bersabda : Sesungguhnya orang termulia diantara kamu
adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. (H.R. Bukhari)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan hadits – hadits diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Menuntut ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim dan jangan memberikan ilmu agama kepada
orang yang enggan menerima ilmu

2. Ilmu akan musnah jika sudah tidak ada lagi para ulama sehingga banyak para pemimpin yang memberi
fatwa tanpa menggunakan ilmu pengetahuan, sehingga mereka saling menyesatkan satu sama lain

3. Bahwa dengan ilmu manusia akan mendapatkan kebahagiaan didunia maupun diakherat. Orang yang
menempuh perjalanan untuk mencari ilmu sama dengan orang yang sedang menempuh perjalanan
menuju surga, Hal ini merupakan kemuliaan yang diberikan Allah kepada orang yang mencari ilmu.

4. Ilmu mempunyai peranan sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana pendidikan adalah
Universal, ada keseimbangan antara aspek intelektual dan spiritual, antara sifat jasmani dan rohani.
Dengan pendidikan yang benar dan akhlak yang kuat, maka akan tumbuh generasi penerus bangsa yang
beradab dan bermartabat.

B. Penutup

Kita sebagai golongan terpelajar jangan hanya menjadikan kitab- kitab hadits sebagai buku hiasan saja
atau buku pelengkap referensi, tetapi hendaklah kita baca, maknai, dan ditafsiri dengan baikdan
selanjutnya di amalkan dengan segenap kemampuan.

Dan kiranya makalah kami ini sangat jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan demi meningkatkan kesempurnaan makalah yang kami tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Abdillah Muhammad Bin Ismail al-bukhori al-Jufri, Shohih Bikhori.

Abu ar-Rahman Ahmad Bin Syu’aib al-Nisa’i, Sunan al-Nisa’i

Abu Daud Sulaiman Ibn al-Asy’as al-Sjastani al-Azdi, SunanAbu Daud.

Al Qur’an Al Karim

Al-asqolani, Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah. Jakarta. Pustaka Azzam

Al-Mundiri Hafidz. 2000. Terjemah Attarghib wat tarhib. Surabaya. Al-Hidayah

As Shobuni, Muhammad ‘Ali, 1420 H-1999 M, Min Kunuz As Sunnah, Jakarta, Dar Al Kutub Al Islamiyah.

Az-zarnuzi. Ta’limul Muta’allim. Surabaya: Al-Hidayah

[1] Abuddin Nata. Al-Qur’an dan Hadits,( Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan,1992),h.117

[2] Yusuf Qardhawi. Al-Qur’an berbica akal dan ilmu pengetahuan, (Jakarta:Gema Insani,1998),h.88

[3]Yusuf Qardhawi. Al-Qur’an berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan,(Jakarta : Gema Insani),h.93s

[4]

[5]Musfir bin Said Az-zahrani.Konseling terapi,(Jakarta:Gema Insani,2005)h.295

[6] Saifuddin.Metode dan Etika Pengembangan Ilmu. (Bandung:CV Rosda.1989). h24BAB I

Anda mungkin juga menyukai