Abstrak— Urban Heat Island (UHI) adalah suatu fenomena merupakan salah satu kecenderungan pola penggunaan lahan di
dimana suhu udara pada wilayah yang padat bangunan atau kawasan perkotaan. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa
kawasan perkotaan lebih tinggi daripada suhu udara di wilayah fenomena Urban Heat Island dapat diamati perkembangan dan
dengan ruang terbuka yang lebih banyak atau wilayah pedesaan.
intensitasnya berdasarkan dinamika perubahan temperatur
Salah satu cara untuk mengamati terjadinya fenomena UHI
adalah dengan mengamati dinamika suhu permukaan yang permukaan di wilayah tersebut
terdapat pada suatu wilayah dalam beberapa periode. Penelitian Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada beberapa kota
ini menggunakan analisis remote sensing untuk dapat besar di Amerika Serikat, peningkatan temperatur permukaan
mengkonversikan nilai-nilai digital number pada citra satelit terjadi seiring dengan semakin luasnya kota tersebut
LANDSAT masing-masing periode menjadi nilai land surface berkembang dan maju. Hal tersebut ditandai dengan semakin
temperature/suhu permukaan suatu wilayah serta analisis
banyaknya lahan yang dimanfaatkan sebagai lahan terbangun
overlay untuk mengetahui dinamika perubahan suhu permukaan
dari beberapa periode waktu yang telah ditentukan. tanpa memperhatikan proporsi ruang terbuka. Selain itu, pada
Berddasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat kota-kota yang mengalami peningkatan temperatur permukaan
peningkatan yang cukup signifikan yaitu selama periode tahun terdapat kecenderungan memiliki suhu yang lebih tinggi 3-4°C
2001-2016 telah terjadi peningkatan sebesar 6,612°C atau sekitar dibandingkan dengan wilayah di sekitarnya. Selain itu, kota
25,41% dari nilai suhu permukaan rata-rata pada tahun 2001. tersebut juga lebih rawan terkena serangan gelombang panas
Daerah yang memiliki intensitas peningkatan suhu permukaan
(heatwave) pada musim panas.
tertinggi merupakan bagian timur dan selatan wilayah Surabaya
Timur. Pada penelitian ini lokasi yang digunakan sebagai studi
kasus adalah Kota Surabaya, lebih tepatnya wilayah Surabaya
Kata Kunci—Urban Heat Island, Suhu Permukaan, Remote Timur dimana dalam 15 tahun terakhir ini mengalami
Sensing. perkembangan yang cukup pesat dan terdapat banyak
pembangunan. Fenomena Urban Heat Island yang terjadi di
I. PENDAHULUAN Kota Surabaya ditunjukkan dengan rata-rata suhu udara di Kota
Surabaya yaitu sekitar 24°C pada rata-rata minimum dan 35°C
U RBAN Heat Island (UHI) adalah suatu fenomena dimana
suhu udara pada wilayah yang padat bangunan atau kawasan
pada rata-rata maksimum. Kondisi suhu udara di Kota
Surabaya secara umum mengalami peningkatan sebesar 1-1,4%
perkotaan lebih tinggi daripada suhu udara di wilayah dengan sejak 5 tahun terakhir. Berdasarkan hasil analisis tren suhu
ruang terbuka yang lebih banyak atau wilayah pedesaan. Pada yang dilakukan oleh BMKG, wilayah Kota Surabaya memiliki
umumnya suhu udara yang tertinggi akan terdapat di pusat kota tren peningkatan suhu yang tertinggi, yaitu sebesar 0,5°C/10
dan menurun secara bertahap kearah pinggir kota sampai ke tahun [13].
rural area (wilayah pedesaan). Urban Heat Island atau pulau Kenaikan temperatur di Kota Surabaya ini membuat
panas perkotaan terjadi karena adanya perbedaan dalam perbedaan temperatur di Kota Surabaya dengan wilayah di
pemakaian energi, penyerapan, dan pertukaran panas antara sekitarnya menjadi lebih besar, antara lain dengan Kabupaten
daerah perkotaan dengan pedesaan [4][6][9]. Urban Heat Island Gresik yang memiliki suhu rata-rata maksimum sebesar 33°C
dapat berdampak pada berkurangnya kenyamanan hidup pada dan Kabupaten Sidoarjo dengan suhu rata-rata maksimum
suatu kota akibat suhu udara yang semakin meningkat. Selain sebesar 33,3°C. Kenaikan tersebut diiringi dengan
itu, Urban Heat Island (UHI) juga dapat menyebabkan kecenderungan intensitas Urban Heat Island yang semakin
perubahan iklim secara mikro akibat adanya perubahan suhu, meningkat dan luasan area terdampak yang semakin besar.
kelembapan, dan tekanan udara di wilayah tersebut. [2][3],
Salah satu faktor penyebab Urban Heat Island adalah Terjadinya akselerasi pembangunan yang cukup cepat di
wilayah padat bangunan dan minim ruang terbuka sehingga Wilayah Surabaya terutama pada Surabaya Timur
mempengaruhi material penutup permukaan lahan yang menyebabkan semakin banyaknya terjadi peningkatan luasan
menyebabkan meningkatnya temperatur permukaan, hal ini lahan terbangun tanpa diimbangi dengan proporsi lahan terbuka
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. X, (200X) ISSN: XXXX (XXXX Print) 2
yang cukup. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya suhu QCALmax = Nilai kalibrasi maksimum dari nilai piksel
permukaan oleh karena lahan terbangun memiliki penutup citra
tanah yang cenderung menyerap dan sulit melepaskan panas QCALmin = Nilai kalibrasi minimum dari nilai piksel citra
sehingga akan semakin meningkatkan intensitas dan luasan ML = Band-specific multiplicative rescaling factor
terjadinya fenomena Urban Heat Island. Oleh karena itu, Konversi nilai Spektral Radian menjadi nilai Brightness
penelitian ini perlu dilakukan untuk mengamati kecenderungan Temperature
perubahan temperatur permukaan pada wilayah Surabaya Brightness Temperature merupakan nilai suhu permukaan
Timur seiring dengan semakin pesatnya pembangunan yang berdasarkan pengukuran satelit sebelum dilakukan
terjadi. penghitungan lebih lanjut menggunakan nilai emisivitas.
Nilai brightness temperature dihitung dengan formula
berikut:
II. METODE PENELITIAN
1. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data citra Dimana:
satelit LANDSAT 7 untuk mendapatkan nilai temperatur Tb = Temperatur kecerahan (oC)
permukaan pada periode tahun 2001, 2006, dan 2011 serta K1 = Konstanta kalibrasi
LANDSAT 8 untuk mendapatkan nilai temperatur permukaan K2 = Konstanta kalibrasi
pada periode tahun 2016. Pengumpulan data dilakukan melalui Lʎ = Spektral Radian dalam (watts/(m2*srad*µm)
survei sekunder dengan melakukan pengunduhan citra Nilai 273,15 yang terdapat pada formula tersebut
LANDSAT pada https://earthexplorer.usgs.gov/ berdasarkan merupakan nilai yang dimasukkan untuk melakukan
periode waktu yang telah ditentukan konversi satuan pengukuran suhu dari Kelvin menjadi
2. Metode Analisis satuan derajat Celcius.
Terdapat 2 tahapan Menghitung nilai suhu permukaan
analisis yang dilakukan Nilai suhu permukaan dihitung berdasarkan nilai brightness
dalam penelitian ini, yaitu temperature yang kemudian dilakukan penghitungan lebih
pengolahan citra satelit lanjut dengan memperhatikan nilai emisivitas. Nilai suhu
LANDSAT 7 dan 8 untuk permukaan Surabaya Timur dihitung dengan formula
mendapatkan nilai suhu berikut:
permukaan dan analisis
overlay untuk mengetahui
perubahan suhu Dimana:
permukaan pada wilayah Tb = Brightness Temperature hasil rekaman citra satelit
Surabaya Timur. w = Panjang gelombang dari emitted radiance (11,5 µm)
p = h*c/s (1,438*10-2mK)
Gambar 1: Alur Analisis Penelitian ε = emisivitas
h = Konstanta Planck (6,626*10-34Js)
A. Identifikasi Nilai Suhu Permukaan Surabaya Timr c = velocity of light (2,998*108m/s)
Untuk memperoleh nilai suhu permukaan dari data citra s = Konstanta Boltzman (1,38*10-23J/K)
LANDSAT terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan,
yaitu dengan mengekstrak nilai DN (Digital Number) dari band QC QC
Band TIR Lmax Lmin ALm ALm K1 K2
thermal yang memiliki kepekaan terhadap geothermal (Band 6
ax in
VCID 1 danVCID 2 pada LANDSAT 7 serta Band 10 dan 11 666, 1282,
6 VCID 1 17,04 0,00 255 1
pada LANDSAT 8) [5][7]. 09 71
Konversi nilai DN menjadi Spektral Radian 6 VCID 2 12,65 3,20 666, 1282,
Nilai spektral radian merupakan fluks radian per unit pada 255 1
09 71
sudut tertentu yang diradiasikan oleh suatu objek ke arah
tertentu. Nilai spektral radian pada LANDSAT 7 dihitung Tabel 1: Unit Conversion Coefficient LANDSAT 7
dengan rumus berikut:
QC QC
Band TIR Lmax Lmin ALm ALm K1 K2
Sedangkan untuk LANDSAT 8 sebagai berikut: ax in
6 VCID 1 17,04 0,00 666, 1282,
255 1
Dimana: 09 71
Lʎ = Spektral radian Band x (watts/(m2*srad*µm) 6 VCID 2 12,65 3,20 666, 1282,
255 1
09 71
QCAL = Nilai piksel citra satelit band x (DN)
Lmax = Spektral radian QCALmin Tabel 2: Unit Conversion Coefficient LANDSAT 8
Lmin = Spektral radian QCALmax
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. X, (200X) ISSN: XXXX (XXXX Print) 3
No. Tahun LST Presentase (%) Gambar 4: Persebaran Suhu Permukaan Tahun 2006
1. 2001 <18 °C 0.120
18-23 °C 24.927
23-28 °C 69.627
28-33 °C 5.326
>33 °C 0.000
2. 2006 <18 °C 0.000
18-23 °C 15.554
23-28 °C 74.968
28-33 °C 9.477
>33 °C 0.000
3. 2011 <18 °C 0.000
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. X, (200X) ISSN: XXXX (XXXX Print) 4
permukaan pada tahun 2006, serta pada periode tahun 2011 – Climatic Effect Of Urbanization," International
2016 terjadi peningkatan suhu permukaan yang paling Journal of Remote Sensing, pp. 1663-1681, 1975.
signifikan yaitu sebesar 4,496°C atau sekitar 14,22% dari [10] F. J. Sabins, Remote Sensing, Principles And
suhu permukaan pada tahun 2011. Peningkatan suhu Interpretation, San Fransisco: W.H. Freeman And
permukaan ini memiliki suatu pola tersendiri yaitu Co., 1978.
peningkatan yang terjadi lebih besar dan lebih pesat [11] B. Stone, "The City And The Coming Climate:
cenderung terjadi pada bagian timur dan selatan Surabaya Climate Change In The Places We Live,"
Timur. Bagian timur merupakan wilayah yang awalnya Computers, Environment, And Urban Systems, pp.
berupa pertambakan dan banyak berubah menjadi kawasan 170-188, 2012.
permukaan, sedangkan pada bagian selatan merupakan [12] Sutanto, Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Dalam
kawasan industri SIER. Perencanaan Kota, Yogyakarta: Fakultas Geografi
UGM, 1981.
UCAPAN TERIMA KASIH [13] B. P. d. P. K. Surabaya, Rencana Tata Ruang
Penulis A.J mengucapkan banyak terima kasih kepada Wilayah Kota Surabaya 2013-2033, Surabaya:
Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Surabaya serta Bappeko Surabaya, 2013.
berbagai pihak lain yang telah memberikan bimbingan dan
bantuan selama proses penyusunan jurnal ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] "Overlay Analysis," Selasa Mei 2016. [Online].
Available:
http://resources.esri.com/help/9.3/arcgisdesktop/co
m/gp_toolref/geoprocessing/overlay_analysis.htm.
[2] E. S. Adiningsih, S. H. Soenarmo and S. Mujiasih,
"Kajian Perubahan Distribusi Spasial Suhu Udara
Akibat Perubahan Penutup Lahan," Pemantauan
Sumber Daya Alam Dan Lingkungan LAPAN, pp.
30-45, 2000.
[3] A. H. Aditiyanti, L. M. Sabri and B. Sasmito,
"Analisis Pengaruh Perubahan NDVI Dan Tutupan
Lahan Terhadap Suhu Permukaan Di Kota
Semarang," Jurnal Geodesi UNDIP, pp. 10-19,
2013.
[4] A. M. Bernales, "Modelling The Relationship
Between Land Surface Temperature And Landscape
Patterns of Land Use Land Cover Classification
Using Multi Linear Regression Models," The
International Archives of the Photogrammetry,
Remote Sensing and Spatial Information Sciences,
pp. 851-856, 2016.
[5] J. B. Campbell, Introduction to Remote Sensing,
Taylor & Francis: London, 1996.
[6] N. Debbage and M. Shepherd, "The Urban Heat
Island Effect And City Contiguity," Computers,
Environment, And Urban Systems, pp. 181-194,
2015.
[7] T. M. Lillesand and R. W. Kiefer, Penginderaan Jauh
Dan Interpretasi Citra, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1997.
[8] W. P. Lowry, "Empirical Estimation Of Urban
Effects On Climate: A Problem Analysis," Journal
Of Applied Meteorology, pp. 129-135, 1977.
[9] T. W. Owen, T. N. Carlson and R. R. Gillies,
"Assessment Of Satelite Remotely-Sensed Land
Cover Parameters In Quantitively Describing The