Anda di halaman 1dari 5

Teknologi Bahan Perkerasan (11 Mei 2019)

1. Klasifikasi Jenis Batuan dan Penjelasannya

Jenis Batuan Uraian Morfologi Batuan Beku


Batuan Beku Batuan yang terbentuk dari • Intrusive proses pembentukannya terjadi
magma yang membeku. di dalam kerak bumi atau di bawah
Menurut lokasi pembekuannya, permukaan bumi
batu beku dibedakan batuan • Ekstrusif terjadi di atas permukaan kerak
beku luar, batuan beku bumi karena adanya pencairan magma di
sela dan batuan beku dalam. dalam mantel atau kerak bumi
Magma ini bisa berasal dari • Hipabissal terbentuk diantara batuan
batuan setengah cair atau batuan plutonik dan vulkanik. Batuan ini
yang sudah ada, baik di kerak terbentuk karena adanya proses naik
atau mantap bumi turunnya magma di dalam mantel dan
kerak bumi
Jenis Batuan Uraian Klasifikasi Batuan Sedimen
Batuan Sedimen Jenis batuan yang terbentuk di • Sedimen Klasik jenis batuan yang terdiri
atas permukaan bumi dan dari silikat dan beberapa fragmen batuan
dibekukan pada suhu dan yang diangkut menggunakan sebuah fluida
tekanan udara yang rendah. nah kemudian material yang diangkut oleh
Batuan sedimen sebenarnya fluida ini akan terhenti dimana fluida ini
merupakan bentukan dari batuan juga terhenti
yang pernah ada sebelumnya • Sedimen Biokimia menggunakan jasa
yang sudah terkena berbagai dari berbagai organisme biasanya
jenis pelapukan dan erosi tanah. merupakan organism mikro yang ikut
mengangkut material sehingga berkumpul
pada tempat tertentu dan membentuk
sebuah batuan
• Sedimen Kimia batuan yang terbentuk
dari sebuha kejadian ketika kumpulan
material terperangkap di dalam sebuah
tempat dan kandungan mineral di dalam
larutannya menjadi jenuh dan membeku
dengan proses anorganik atau secara
kimiawi
• Sedimen Vulkanis terbentuk karena
beberapa hal diantaranya adalah adanya
arus piroklastik, breksi vulkanik, breksi
impact dan proses lainnya yang jarang
sekali ditemukan
Jenis Batuan Uraian Jenis-Jenis Batuan
Batuan Batuan yang mengalami • Metamorfosis Kontak Perubahan ini
Metamorf perubahan atau transformasi dari adalah perubahan besar dimana hampir
batuan lainnya yang sudah ada batuan yang terkena suhu yang sangat
sebelumnya dan dibersamai tinggi akan melakukan proses
dengan adanya proses metamorphosis
metamorfosa sehingga
membentuk bentuk baru yang • Metamorf Regional Sebagian besar
berbeda dengan jenis batuan batuan di bawah kerak bumi merupakan
sebelumnya batuan metamorf yang mengalami proses
metamorphosis ketika terjadinya tabrakan
lempeng benua ini
• Metamorf Katalastik Pada proses ini
tidak biasanya terjadi pada zona sempit
dimana terjadi pergerakan sesar secara
mendatar.
• Metamorf Hidrotermal dapat terjadi
karena adanya perbuhana suhu dan
tekanan udara yang sangat drastis karena
adanya cairan hidrotermal
• Metamorf Tindihan hasil dari batuan
yang tertimbun dalam kedalaman yang
sangat dalam hingga mencapai perubahan
suhu yang sangat drastic
• Metamorf Dampak Terjadi karena
adanya gempa bumi atau karena adanya
letusan gunung api yang sangat besar.
Karena adanya kejadian tersebut maka
mengakibatkan tekanan yang sangat tinggi
pada batuan-batuan yang terkena dampak
dari kejadian tersebut

2. Perbedaan HRS-Base dengan AC-Base

Perbedaan HRS-Base AC-Base


Gradasi Senjang Menerus
Komposisi Campuran Membutuhkan Aggregat halus lebih Tidak membutuhkan terlalu
banyak banyak Aggregat halus
Biaya Membutuhkan biaya lebih besar Membutuhkan biaya minim
Sifat Campuran Mempunyai nilai stabilitas rendah Mempunyai nilai stabilitas yang
tinggi
Beban Lalu lintas Menerima Beban lalu lintas rendah Menerima Beban Lalu lintas
Tinggi

3. Penjelasan Berat Jenis Curah, Berat Jenis Kering (SSD), dan Berat Jenis Semu

Berat Jenis Uraian


Berat Jenis Curah (Bulk Specific Gravity) Mengetahui berat agregat dalam keadaan kering
dan seluruh volume agregat
Berat Jenis Kering (Saturated Surface Dry) Mengetahui berat agregat dan berat air yang
dapat meresap kedalam pori agregat dan seluruh
volume agregat
Berat Jenis Semu (Apparent Specific Gravity) Berat jenis semu adalah menghitung berat
agregat dalam keadaan kering dan volume
agregat yang tak dapat diresapi oleh air
4. Penjelasan Marshall Test
Marshall Test dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik campuran, menentukan ketahanan atau
stabilitas terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal.

Hubungan antara ketahanan (stabilitas) dan kelelehan plastisitas (flow) adalah berbanding lurus,
semakin besar stabilitas, semakin besar pula flownya, dan begitu juga sebaliknya. Jadi semakin
besar stabilitasnya maka aspal akan semakin mampu menahan beban, demikian juga sebaliknya.
dan jika flow semakin tinggi maka aspal semakin mampu menahan beban.
Dari hasil pengamatan pada pengujian Marshall keudian dibuat grafik hubungan antara presentase
kadar aspal dengan presentase rongga terisi aspal (VFA), presentase rongga dalam campuran
(VIM), kelelehan (flow), stabilitas, dan perbandingan antara stabilitas dan kelelehan (MQ). Berikut
ini penjelasan dari kata-kata di atas :

• Void Filled With Asphalt (VFA). VFA adalah rongga terisi aspal oada campuran setelah
mengalami proses pemadatan yang dinyatakan dalam persen terhadap rongga antar butiran
agregat (VMA), sehingga antara nilai VMA dan VFA mempunyai kaitan yang sangat erat.
Faktor – faktor yang mempengaruhi VFA antara lain kadar aspal, gradasi agregat, energy
pemadat (jumlah dan temperatur pemadatan), dan absorpsi agregat. Mengecilnya nilai VMA
pada kadar aspal yang tetap, berakibat memperbesar presentase rongga terisi aspal;

• Void in the Mix (VIM). VIM menunjukkan presentase rongga dalam campuran. Nilai VIM
berpengaruh terhadap keawetan dari campuran aspal agregat, semakin tinggi nilai VIM
menunjukkan semakin besar rongga dalam campuran sehingga campuran bersifat porrus;

• Kelelehan (flow) adalah deformasi vertikal yang terjadi mulai awal pembebanan sampai kondisi
stabilitas menurun, yang menunjukkan besarnya deformasi yang terjadi pada lapis perkerasan
akibat menahan beban yang diterimanya. Besarnya nilai flow dinyatakan dalam mm atau 0,01”.
Nilai flow dipengaruhi oleh kadar aspal, viskositas aspal, gradasi agregat, jumlah dan temperatur
pemadatan;

• Stabilitas merupakan kemampuan lapis perkerasan menerima beban lalu-lintas tanpa


mengalami perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) seperti gelombang, alur (rutting),
maupun mengalami bleeding. Nilai stabilitas dipengaruhi oleh kohesi atau penetrasi aspal, kadar
aspal, gesekan (internal friction), sifat saling mengunci (interlocking) dari partikel-partikel
agregat, bentuk dan tekstur permukaan, serta gradasi agregat;

• Marshall Quotient (MQ). Nilai MQ menyatakan sifat kekakuan suatu campuran. Bila nilai MQ
terlalu tinggi, maka campuran akan cenderung terlalu kaku dan mudah retak. Sebaliknya bila
nilai MQ terlalu rendah, maka perkerasan menjadi terlalu lentur dan cenderung kurang stabil.
5. Sifat-sifat kimia dan Sifat-sifat Fisik Aspal
Penjelasan
Sifat Kimia Aspal Sifat Fisik Aspal
Viskoelastisitas Aspal Durabilitas
sifatnya akan berubah tergantung pada kemampuan aspal mempertahankan sifat
temperatur atau waktu pembebanan. Sifat asalnya akibat pengaruh cuaca selama masa
viskoelastis aspal diketahui untuk menentukan pelayanan jalan
pada temperatur pencampuran aspal dengan
agregat harus dilakukan agar didapatkan
campuran yang homogen dimana semua
permukaan agregat dapat terselimuti oleh film
aspal secara merata dan aspalnya mampu
masuk ke dalam pori-pori agregat sehingga
membentuk ikatan kohesi yang kuat
Penuaan Aspal Kohesi
bahan pengikat yang bersifat organik, oleh kemampuan aspal untuk mengikat unsur-
sebab itu aspal akan mudah teroksidasi. unsur penyusun dari dirinya sendiri sehingga
Oksidasi yang terjadi akan merubah struktur terbentuknya aspal dengan daktilitas yang
dan komposisi molekul yang terkandung tinggi
dalam aspal sehingga aspal menjadi lebih Adhesi
keras dan getas kemampuan aspal untuk mengikat agregat
sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara
agregat dan aspal.
Kepekaan pada Temperatur
Dapat ditentukan suhu pemadatan jika
mengetahui kepekaan pada Temperatur dari
aspal untuk menghasilkan nilai stabilitas yang
baik
Kekerasan Aspal
Kekerasan aspal tergantung pada kekentalan
aspal pada proses pencampuran dipanaskan
dan dicampur dengan agregat sampai agregat
dilapisi aspal

6. Hubungan W/C Ratio dengan Strenght


Perbandingan air-semen dihitung dengan membagi berat (massa) dari air dengan berat (massa)
dari semen atau bahan semen gabungan (beton) dalam volume tertentu.
Dalam prakteknya umumnya kuat tekan beton pada usia tertentu tergantung pada dua hal yaitu
Rasio Faktor Air Semen dan Tingkat Pemadatan.

Efek jika Tingkat Perbandingan Air Efek jika Tingkat Perbandingan Air
Semen yang Tinggi Semen yang Rendah
Segregasi pada aggregat Meningkatkan Durabilitas
Meningkatkan risiko bleeding Rendah Permeabilitas
Workabilitas yang buruk Mengurangi potensi susut dan retak
7. Penjelasan Admixture dan Bahan Admixture yang sering dipakai pada Jalan Tol
Bahan ini adalah bahan tambahan yang bukan merupakan komponen wajib untuk beton. Additive
digunakan sebagai bahan untuk modifikasi sifat beton, misalnya
• Additive yang mempengaruhi waktu ikat semen (accelerator dan retarder)
• Water reducer dan superplasticizer, untuk mengurangi kebutuhan air tapi tetap memberikan
kelacakan (workability) baik.
• Pozzolan (silica reaktif) mengurangi retak micro akibat panas.
Dalam ASTM C 494 Admixture dibagi menjadi 7 jenis:

• Tipe A Water-reducing admixtures


• Tipe B Retarding admixtures
• Tipe C Accelerating admixtures
• Tipe D Water-reducing and retarding admixture
• Tipe E Water-reducing and accelerating admixtures
• Tipe F Water-reducing, high-range, admixtures
• Tipe G Water-reducing, high-range, and retarding admixtures
Bahan Admixture yang sering digunakan pada pembangunan Jalan Tol digunakan bahan admixture
Tipe F Water-reducing, high-range, admixtures. Bahan Tipe F dengan menggunakan
Superplasticizer diharapkan mampu mengurangi kandungan air pada beton 20-30% tanpa
mengurangi workability.

Anda mungkin juga menyukai