PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kehidupan kita tidak lepas dari
organisasi. Terdapat istilah from cradle to grave yang memiliki arti dari bayi
hingga kuburan, artinya adalah organisasi terlibat dalam kehidupan kita mulai
dari kita baru lahir di dunia hingga meninggal dunia. Salah satu contoh
organisasi yang selalu terlibat dalam hidup kita adalah keluarga, keluarga
merupakan contoh organisasi unit terkecil. Dalam pelaksanaan organisasi
tidak lepas dari adanya budaya organisasi. Budaya organisasi terbentuk seiring
dengan perkembangan dari suatu organisasi yang kemudian menjadi sumber
nilai-nilai dari organisasi tersebut.
Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam
cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya
mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan
yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan
bergulirnya waktu, budaya pasti terbentukdalam organisasi dan dapat
pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagiefektivitas
organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, untuk membahsa lebih lanjut
mengenai budaya organisasi penulis hendak menulis makalah yang berjudul
budaya organisasi.
1.2.Tujuan
a. Untuk menganalisis lebih dalam materi perkuliahan berupa budaya
organisasi
b. Sebagai bahan pembelajaran mata kuliah teori organisasi
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
sebagai sebuah kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan dan sebagainya. Wujud ini bersifat abstrak karena berada dalam alam
pikir manusia. Wujud pertama kebudayaan ini disebut dengan istilah sistem
budaya (cultural system), yang umumnya dikenal dengan istilah adat istiadat, (2)
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam suatu masyarakat. Wujud kedua ini disebut sistem sosial (social
system) yang meliputi seluruh aktivitas manusia dalam berinteraksi, berhubungan,
bergaul menurut pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan yang berlaku,
(3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia atau artefak
berwujud benda-benda seperti gedung, rumah, pakaian, dan lainnya
3
Sondang P. Siagian, mendefinisikan “organisasi ialah setiap bentuk
persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal
terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan
yang mana terdapat seseorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang/
sekelompok orang yang disebut dengan bawahan.” Sedangkan pengertian
organisasi menurut Thoha yang dikutip Silalahi dalam bukunya “Studi tentan Ilmu
Adminstrasi Konsep, Teori, dan Dimensi” (2003:124) mengemukakan bahwa :
4
kolektif disebarkan oleh sebuah kelompok sosial guna membantu mempertegas
cara mereka saling berinteraksi dan mempertegas mereka dalam merespon
lingkungan. Sementara menurut Tosi, Rizzo, Carrol (dalam Munanda: 2008:263)
budaya organisasi adalah cara berpikir, berperasaan, dan bereaksi berdasarkan
pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian
organisasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah suatu pola
atau sistem berupa sikap, nilai, norma perilaku, ritual yang dibentuk,
dikembangkan dan diwariskan kepada anggota organisasi sebagai kepribadian
organisasi tersebut yang membedakan dengan organisasi lain serta berfungsi
untuk mengatasi masalah di dalam organisasi tersebut baik internal maupun
eksternal.
1
Mondy, R. Wayne, Robert M. Noe, (1993). Human Resources Management.
Allyn and Bacon Inc, USA
2
Siagian, Sondang, P. (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta:
Rineka Cipta
5
1. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, artinya
budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara suatu organisasi
dengan organisasi lainnya
2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota
organisasi
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih
luas dari kepentingan diri individu seseorang
4. Budaya untuk meningkatkan kemantapan sistem sosial
5. Budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali
yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para pegawai3
2.3. Karakteristik Budaya Organisasi
Budaya organisasi merujuk pada suatu sistem makna bersama yang
dipegang oleh anggota-anggota suatu organisasi, yang membedakan organisasi
tersebut dengan organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini dalam pengamatan
yang lebih seksama merupakan serangkaian karakter penting yang menjadi suatu
organisasi.
Robbins (1996, h.289) menyatakan bahwa hasil-hasil penelitian yang
mutakhir menemukan bahwa ada tujuh karakteristik utama yang secara
keseluruhan mencakup esensi budaya organisasi, ketujuh karakteristik tersubut
adalah:
a. Inovasi dan keberanian mengambil risiko (Innovation and risk taking)
Yaitu sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap inovatif dan berani
mengambil resiko.
b. Perhatian terhadap detil (Attention to detail)
Yaitu sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan kecermatan, analisis
dan perhatian pada hal-hal detil.
c. Berorientasi kepada hasil (Outcome orientation)
Yaitu sejauh mana manajemen memusatkan perhatian pada hasil
dibandingkan pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai
hasil tersebut.
3
Robbins, Stephen P., (2001), Organizational Behavior, New Jersey: Pearson
Education International
6
d. Berorientasi kepada manusia (People orientation)
Yaitu sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan
efek dari hasil tersebut pada orang-orang di dalam organisasi.
e. Berorientasi tim (Team orientation)
Yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja diorganisasikan pada tim tidak
hanya pada individu-individu.
f. Agresifitas (Aggressiveness)
Yaitu sejauh mana orang-orang dalam organisasi itu agresif dan kompetitif
daripada santai.
g. Stabilitas (Stability)
Yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan
dipertahankannya status quo dalam perbandingannya dengan
pertumbuhan.
7
Dalam budaya ini pemrosesan informasi kolektif (diskusi,
partisipasi, dan konsesus) diasumsikan untuk menjadi sarana bagi
tujuan kohesi (iklim, moral, dan kerja sama kelompok).
4. Budaya hierarkis
Dalam budaya ini pemrosesan informasi formal (dokumentasi,
komputasi, dan evaluasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan
kesinambungan (stabilitas, kontrol, dan koordinasi).
b. Berdasarkan Tujuannya
Ndraha (1997) membagi budaya organisasi berdasarkan tujuannya yaitu
budaya organisasi perusahaan, budaya organisasi publik, dan budaya
organisasi sosial.
a. Kebersamaan
Kebersamaan adalah sejauh mana anggota organisasi mempunyai
nilai-nilai inti yang dianut secara bersama. Derajat kebersamaan dipengaruhi
oleh unsur orientasi dan imbalan. Orientasi dimaksudkan pembinaan kepada
anggota-anggota organisasi khususnya anggota baru baik yang dilakukan
melalui bimbingan seorang senior terhadap anggota baru maupun melalui
program latihan.
Sedangkan imbalan dapat berupa kenaikan gaji, jabatan, promosi,
hadiah-hadiah, dan tindakan lainnya yang membantu memperkuat komitmen
nilai-nilai inti budaya organisasi.
b. Intensitas
Intensitas adalah derajat komitmen dari anggota-anggota organisasi
kepada nilai-nilai inti budaya organisasi. Derajat intensitas bisa merupakan
suatu hasil dan struktur imbalan. Keinginan pegawai untuk melaksanakan
nilai-nilai budaya dan bekerja semakin meningkat apabila mereka diberi
imbalan.
8
2.6. Budaya Organisasi Kuat dan Lemah
Menurut S.P Robbin (1997) budaya organisasi kuat adalah budaya dimana
nilai-nilai inti organisasi dipegang secara intensif dan dianut bersama secara
meluas anggota organisasi. Ada dua Faktor yang Menentukan Kekuatan Budaya
Organisasi, yaitu Kebersamaan dan Intensitas.
9
Menurut Robbins (2003) budaya kuat mempunyai dampak yang lebih
besar pada perilaku karyawan dan lebih langsung terkait dengan pengurangan
tingkat keluar masuknya karyawan. Dalam budaya kuat, nilai inti organisasi
dipegang secara mendalam dan dianut bersama secara meluas. Budaya kuat akan
mempuyai pengaruh yang besar pada perilaku anggota-anggotanya karena
tingginya tingkat kebersamaan dan intensitas akan menciptakan iklim internal atas
pengendalian perilaku yang tinggi.
Sebuah organisasi tidak hanya membutuhkan budaya yang kuat, namun
juga membutuhkan budaya yang sehat. Budaya kuat mempunyai dampak positif
ataupun negatif. Jika budaya kuat namun tidak sehat atau beracun (toxic) maka
budaya akan membawa bencana. Tetapi jika budayanya sehat (healthy) maka
budaya akan membawa kesejahteraan (Tjahjono, 2010).
Sebaliknya organisasi yang berbudaya lemah, nilai-nilai yang dianut tidak
begitu kuat sehingga jatidiri organisasi tidak begitu menonjol dan kemungkinan
besar nilai-nilai yang dianut pun berubah setiap pergantian pimpinan atau sesuai
dengan kebijakan pimpinan yang baru. Karakteristik khas dari sebuah budaya
perusahaan yang tidak sehat adalah memiliki ciri-ciri budaya kontraproduktif yang
berdampak buruk pada iklim kerja dan kinerja.
2.7. Contoh Penerapan Budaya Organisasi
Contoh dari penerapan budaya organisasi tercermin dalam salah satu
organisasi, yaitu KPP Pratama Depok Sawangan. Sebuah budaya organisasi
diterapkan seperti sanksi non-administrasi berupa papan kejujuran yang berfungsi
sebagai hukuman moril bagi pegawai. Papan kejujuran ini memuat beberapa
kertas yang berisi pengakuan keterlambatan dengan menuliskan nama dan
permintaan maaf. Papan kejujuran ini merupakan salah satu program
Internalisation Corporate Value (ICV) yang dibentuk oleh DJP sebagai langkah
pembentukan karakter pegawai DJP yang sesuai dengan nilai-nilai kementerian
keuangan, antikorupsi, budaya kementerian keuangan, dan budaya DJP. Program
ICV ini memuat berbagai kegiatan yang bertujuan membentuk kepribadian
pegawai DJP sesuai nilai-nilai kementerian keuangan, antikorupsi, budaya
10
kementerian keuangan, dan budaya DJP. ICV harus dilaksanakan oleh semua unit
kerja di seluruh Indonesia. Seluruh kegiatannya dipantau dan didokumentasikan,
ada agenda yang harus dilakukan setiap hari, setiap pekan, setiap 3 bulan sekali,
dan setiap tahun. Salah satu agenda harian yang dilakukan adalah papan kejujuran
dengan tujuan agar terbentuk sumber daya manusia yang memiliki standar
karakter pegawai Kementerian Keuangan dan menaikkan integritas pegawai agar
disiplin terhadap dirinya sendiri. Program ICV wajib dilaporkan setiap caturwulan
kepada Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan.
11
Program ICV ini juga berguna dalam membangun semangat kerja KPP
Pratama Depok Sawangan. Beberapa program yang dijalankan memupuk rasa
kebersamaan dan semangat kerja antarpegawai untuk meningkatkan kinerja di
tahun berikutnya. Salah satu program ICV ini adalah Pajak Bertilawah. Pajak
Bertilawah merupakan kegiatan mengkhatamkan Al-Quran secara nasional oleh
para pegawai pada satuan kerja Direktorat Jenderal Pajak di penghujung tahun
1438 H. Kegiatan Pajak Bertilawah ini awalnya dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan rohani para pegawai pajak, terutama yang beragama Islam. Namun,
kegiatan ini juga menjadi wadah bagi para pegawai berkumpul dan berdoa
bersama untuk DJP dan pencapaian target penerimaan pajak. Di KPP Pratama
Depok Sawangan sendiri terdapat kegiatan Kajian Islam yang dilakukan di
Musholla Salahhuddin yang bertempat di KPP Pratama Depok Sawangan.
Kegiatan ini dilakukan setiap hari Rabu, Ba’da Ashar, dan terbuka untuk umum.
Kegiatan ini mengundang sejumlah Ustadz dan Ustadzah yang mengisi materi
kajian Islam. KPP Pratama Depok Sawangan juga memiliki motto “JUARA” yang
memiliki kepanjangan jujur, ulet, amanah, rukun, dan aktif. Motto sangat
berpengaruh dalam membangun KPP Pratama Depok Sawangan untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Selain gaji dan tunjangan, pegawai pajak KPP Pratama Depok Sawangan
juga mendapat apresiasi dari Kementerian Keuangan dengan menggelar
Penganugerahan Penghargaan Kinerja DJP. Dalam acara ini, Menteri Keuangan
Sri Mulyani mengapresiasi pegawai pajak yang berprestasi di tingkat nasional
dengan menilai potensi dan pencapaian masing-masing pegawai pajak. Reward
tak hanya diberikan kepada pegawai pajak tetapi juga kepada instansi pajaknya.
Salah satunya adalah diselenggarakannya Penganugerahan Penghargaan Kantor
Pelayanan Terbaik Kanwil DJP Jawa Barat III, dalam acara ini KPP Pratama
Depok Sawangan meraih runner up pada program Kantor Pelayanan Terbaik
Tahun 2017 untuk wilayah Jawa Barat III dan meraih penghargaan Zero
Pengaduan di tahun 2017.
12
Tak hanya pegawai KPP Pratama Depok Sawangan, seluruh pegawai KPP
diwajibkan untuk menerapkan Nilai-Nilai Kementrian Keuangan yang mencakup:
(1) Integritas, yaitu bersikap jujur, tulus, dan dapat dipercaya; (2) Profesionalisme,
yaitu mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas dan bekerja dengan hati;
(3) Sinergi, yaitu memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati, serta
menemukan dan melaksanakan solusi terbaik; (4) Pelayanan, yaitu melayani
dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan dan bersikap proaktif
dan cepat; (5) Kesempurnaan, yaitu melakukan perbaikan terus menerus dan
mengembangkan inovasi dan kreatifitas. Pimpinan dan pegawai KPP Pratama
Depok Sawangan sendiri telah menerapkan kode etik dan nilai-nilai kementrian
keuangan dengan baik.
13
BAB III
KESIMPULAN
14
Daftar Pustaka
15