Anda di halaman 1dari 21

AWAL KEHIDUPAN DI INDONESIA

DI GUNAKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS


SEJARAH

MADRASAH ALIYAH NEGRI PADANGAN


KABUPATEN BOJONEGORO
2014/2015
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Puji syukur al-hamdulillah kehadirat Allah Swt.,yang menciptakan,mengatur dan


menguasai seluruh makhluk di dunia dan di akhirat.Semoga kita senantiasa mendapatkan limpahan
rahmat dari ridha-Nya.Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasullah Muhammad
Saw.,beserta keluarga yang telah membimbing manusia untuk menjadi orang yang selalu lurus
menuju kejayaan dan kemuliaan.

Fungsi penelitian sejarah untuk membentuk manusia di indonesia mengerti tentang


kesejarahan awal terbentuknya masyarakat indonesia dan di tujukan untuk memahami perkembangan
kesejarahan di indonesia serta mengamalkan nilai-nilai sejarah pada zaman awal.Untuk mengetahui
bagaimana kehidupan awal masyarakat indonesia maka kami disini membuat sebuah makalah tentang
kehidupan awal masyarakat di indonesia yang bertujuan untuk mengoptimalka potensi generasi agar
dapat mengetahui tentang definisi awal kehidupan masyarakat di indonesia.

Makalah ini memuat mulai dari mendiskripsikan,mengidentifikasikan dan menganalisis


kehidupan awal masyarakat indonesia.Semoga dengan adanya makalah ini kami harap pembaca dapat
mengerti bagaimana awal kehidupan masyarakat di indonesia.

Atas perhatian,kepedulian,kontribusi,bantuan dan budi baik dari semua pihak kami


mengucapkan terimakasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang.................................................................................................................1

Rumusanmasalah............................................................................................................1

Tujuan.............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

Terbentuknya peradaban awal masyarakatindonesia......................................................2

Ciri-ciri sosial,budaya,ekonomi dan kepercayaan pada masyarakat berburu dan

masyarakat pertanian.....................................................................................................10

Perkembangan teknologi awal masyarakat indonesia...................................................14

KESIMPULAN.......................................................................................................................iii

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iv

LAMPIRAN............................................................................................................................v

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia yang hidup pada zaman Praksara sudah berubah menjadi fosil.fosil
manusia yang di temukan di indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa
jenis.Penemuan-penemuan fosil ini banyak di sumbang dari indonesia.Hal ini di karenakan
indonesia mempunyai wilayah tropis dan iklim yang cocok di huni manusia kala itu.Di
lihat dari penemuan di indonesia,maka dapat di pastikan indonesia mempunyai banyak
sejarah peradapan manusia mulai saat manusia hidup.dengan begitu ilmu sejarah akan
terus berkembang sejalan dengan fosil-fosil yang di temukan.

Dimana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang kehidupan


manusia di indonesia.Itu sebabnya makalah ini di buat untuk mengetahui lebih jelas dan
terperinci mengenai pengertian manusia purba yang di temukan di indonesia serta
kehidupannya di masa itu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,maka dapat di rumuskan beberapa per


masalahan yang akan di bahas sebagai berikut:

1. Bagaimana kehidupan awal masyarakat indonesia ?


2. Bagaimana ciri-ciri sosial,budaya,ekonomi dan kepercayaan masyarakat berburu ?
3. Bagaimana menganalisis perkembangan sistem keprcayaan dan teknologi pada
masyarakat awal indonesia ?

C.Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas makalah ini bertujuan sebagai berikut:

1.untuk mengetahui definisi manusia pada awal kehidupan di indonesia.

2.untuk mengetahui kepercayaan dan teknologi pada awal perkembangan indonesia di


indonesia.

3.untuk mengetahui kehidupan sosial,budaya dan ekonomi pada awal perkembangan


indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN

I.TERBENTUKNYA PERADABAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA

Mendeskripsikan kehidupan manusia di masa lampau adalah dengan menganalisis


serangkaian peninggalan sejarahnya agar supaya kita mengetahui apa definisi dan bentuk
peninggalan sejarah itu. Dari peninggalan sejarah itulah, kita bisa merekonstruksi beragam
peristiwa yang terjadi pada masa lampau untuk dijadikan cerita sejarah. Begitu pula saat
kita hendak meneliti dan menulis kehidupan manusia dan masyarakat awal yang ada di
Kepulauan Indonesia. Melalui bantuan ilmu Arkeologi kita bisa mengungkap misteri
kehidupan manusia di masa lampau. Serangkaian penemuan fosil, baik menyangkut
manusia maupun hasil budayanya, bisa kita jadikan tahap awal untuk meneliti seperti apa
wujud kehidupan mereka itu.
Penemuan fosil itu memang bisa dijadikan pintu pembuka untuk mengungkap misteri
kehidupan manusia yang telah terselimuti kabut selama ratusan ribu tahun itu. Namun, itu
belum bisa menjamin bahwa rekonstruksi yang kita lakukan itu sesuai dengan faktanya.
Karena, sebuah fosil bisa dianalisis dan diinterpretasi menjadi beragam cerita sesuai
dengan visi, kepentingan, dan kejujuran para penelitinya. Inilah yang sering menimbulkan
polemik di antara para ilmuwan, seperti dalam kasus asal usul manusia modern. Apakah
manusia itu berasal dari Afrika lalu menyebar ke berbagai tempat di dunia atau muncul di
berbagai tempat secara sendiri-sendiri. Sebagai bagian dari masyarakat ilmiah, kita mesti
kritis di dalam menyikapi temuan-temuan itu. Pembelajaran berikut ini akan
mendeskripsikan teori-teori asal usul manusia di Indonesia, dilanjutkan dengan
menganalisis perkembangan kehidupan serta kebudayaan manusia dan masyarakat awal di
Indonesia

A. Asal Usul dan Persebaran Manusia

1. "Hawa Mitokondria" dan "Adam Kromosom Y" Asal Mula Manusia Modern

Selama berpuluh-puluh tahun petunjuk satu-satunya dalam penelitian persebaran


manusia purba adalah fosil-fosil dan artefak-artefak yang ditinggalkan dalam
pengembaraan mereka. Penelusuran asal usul manusia seperti mendapatkan darah baru,
setelah penerapan teknologi genetika dengan menggunakan DNA mitokondria (mtDNA)
untuk mencari tahu hubungan kekerabatan antarpopulasi. Terobosan itu membuka pintu
gerbang menuju pengungkapan cikal-bakal manusia modern atas dasar persamaan genetik.
Setiap tetes darah manusia berisi buku sejarah yang ditulis dalam bahasa genetika. Kode-
kode genetika manusia atau genom, adalah 99,9 persen identik di seluruh dunia.
Selebihnya ialah DNA yang bertanggungjawab terhadap perbedaan individual, seperti
warna mata, resiko penyakit, dan beberapa DNA yang tidak begitu jelas fungsinya.
Suatu ketika dalam perubahan genetika yang langka, mutasi acak dan tidak berbahaya
dapat terjadi dalam salah satu DNA yang tak berfungsi tersebut, yang kemudian
2
diwariskan ke semua keturunan orang itu. Namun, mutasi-mutasi yang memberikan
petunjuk tetap terlindungi. Salah satunya adalah DNA mitokondria (mtDNA), yang
diteruskan utuh dari ibu ke anak. Demikian juga sebagian besar kromoson Y, yang
menentukan laki-laki, berpindah utuh dari ayah ke anak laki-laki.
Berdasarkan penelitian mtDNA dari berbagai populasi, para ilmuwan menyimpulkan,
bahwa manusia modern sekarang ini semua merupakan satu keturunan dari satu nenek
moyang ("Hawa" mitokondria). Hawa mitokondria segera bergabung dengan "Adam
kromosom Y". Semua umat manusia terkait dengan Hawa mitokondria melalui rantai para
ibu yang tak terpatahkan.
Oleh karena itu, DNA Mitokondria dapat digunakan untuk merekonstruksi sejarah
asal usul dan persebaran manusia dari sisi ibu (maternal). Orang-orang di dari berbagai
belahan dunia memiliki garis keturunan berbeda, tetapi mereka mtDNA dan kromoson Y
purba yang setara. Untuk mempelajari persebaran manusia purba/ penelitian DNA
mitokondria ini menggunakan sumber genetik yang dapat bertahan dalam waktu lama,
yaitu tulang-belulang yang sudah menjadi fosil.
Kesimpulan itu membuka cakrawala baru bahwa manusia modern bukanlah keturunan dari
manusia purba semacam Homo Sapiens yang hidup 500.000 tahun lalu, atau bahkan,
spesies yang lebih tua seperti Homo Habilis (2,5-1,6 juta tahun lalu), Homo Ergaster (1/8-
1,4 juta tahun lalu), dan Homo Erectus (1,5 juta tahun lalu).

2. Folimorfisme

Polimorfisme adalah sifat keragaman sel yang disebabkan oleh adanya sejumlah
mutasi yang terjadi secara alamiah dan tidak membawa akibat buruk yang memunculkan
variasi individu-individu yang khas. Sifat keberagaman gen (polimorfisme) ini juga dapat
digunakan dalam rangka penelusuran asal usul manusia dan hubungan kekerabatan antara
berbagai ras dan suku, dan untuk membedakan ras yang satu dengan yang lain. Rangkaian
informasi genetik yang terkandung dalam DNA mitokondria dapat juga menggambarkan
karakteristik suatu populasi.
Oleh karena, itu jauh-dekatnya kekerabatan suatu kelompok suku bangsa dapat dilihat dari
persamaan variasi dari suku bangsa tersebut. Semakin besar jumlah variasi yang
memisahkan dua kelompok etnik, semakin jauh jarak kekerabatan antara kedua kelompok
tersebut. Sebaliknya jika ada dua orang yang mtDNA-nya persis sama, maka kekerabatan
di antara keduanya sangat dekat, mungkin satu ibu, satu nenek, atau satu nenek moyang

2.DaerahAsal Manusia

Pada pertengahan tahun 1980-an Allan Wilson dan rekan-rekan di University of


California, Barkeley, menggunakan mtDNA untuk mengidentifikasikan tempat asal nenek
moyang umat manusia. Mereka membandingkan mtDNA dari wanita-wanita di seluruh
dunia dan menemukan bahwa wanita-wanita keturunan Afrika menunjukkan
keanekaragaman dua kali lebih banyak daripada kaum wanita lain.
Max Ingman, doktor genetik asal Amerika Serikat mengungkapkan hal senada dengan
pendapat bahwa manusia modern berasal dari salah satu tempat di Afrika antara kurun
waktu 100 - 200 ribu tahun lalu. Dari situ moyang manusia masa kini itu lantas menyebar
dan mendiami tempat-tempat di luar Afrika. Gen manusia modern ini tidak bercampur
dengan gen spesies manusia purba.

3
Sekitar 50.000 hingga 70.000 tahun silam, satu gelombang kecil manusia yang mungkin
hanya berjumlah seribu orang dari Afrika menuju pantai-pantai Asia bagian Barat. Ada
dua jalur tersedia menuju Asia. Pertama mengarah ke Lembah Sungai Nil, melintasi
Semenanjung Sinai lalu ke utara lewat Levant. Namun, jalur yang satunya juga
mengundang untuk dijelajahi, yaitu melintasi Laut Merah. Pada saat itu (70.000 tahun
yang lalu) bumi memasuki zaman es terakhir dan permukaan laut menjadi lebih rendah
karena air tertahan dalam gletser. Pada bagian tersempit di muara Laut Merah hanya
berjarak beberapa kilometer. Dengan menggunakan perahu primitif, manusia modern
dapat menyeberangi laut untuk pertama kalinya.
Setelah berada di Asia, bukti genetis memperkirakan populasi terpecah. Satu kelompok
tinggal sementara di Timur Tengah, sementara kelompok lain menyusuri pantai sekitar
Semenanjung Arab, India dan wilayah Asia yang lebih jauh. Setiap generasi mungkin
bergerak hanya beberapa kilometer lebih jauh.
Para pengembara telah mencapai Australia Barat Daya 45.000 tahun lalu. Hal ini terbukti
dengan penemuan fosil seorang pria di Lake Mungo. Fosil-fosil lain yang belum terungkap
di dalam tanah mungkin berusia lebih tua yaitn sekitar 50.000 tahun yang lalu. Hal ini
menjadi bukti paling awal manusia modern yang berada jauh dari Afrika.
Tidak ada jejak fisik berupa fosil orang-orang ini sepanjang sekitar 13.000 kilometer dari
Afrika ke Australia. Semua mungkin sudah lenyap saat air laut naik sesudah zaman es.
Namun jejak genetika berlangsung terus. Beberapa kelompok pribumi pada kepulauan
Andaman dekat Myanmar, Malaysia dan Papua Nugini, serta orang Aborigin di Australia
memiliki tanda garis keturunan mitokondria purba.

B. Asal Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia

Kehidupan manusia di mana pun dia berada, tidak pernah terlepas dari alam yang
melingkunginya. Interaksi antara manusia dengan alam itulah yang bisa mendorong
lahirnya kebudayaan. Oleh karena itu, cara paling baik untuk mengetahui bagaimana
kehidupan manusia pada masa-masa awal, bisa dimulai dengan menganalisis struktur dan
umur bumi. Dan hal ini bisa diawali dengan meneliti fosil yang ditemukan. Dari situlah,
kita bisa mengetahui seperti apa wujud manusia, kapan dia hidup, berapa umurnya, dan
bagaimana bentuk kebudayaannya.
Untuk bisa mengetahui bagaimana karakteristik bumi dari zaman ke zaman itu, kita perlu
bantuan ilmu geologi dan geografi. Menurut ilmu geologi, bumi itu dibagi menjadi
beberapa zaman.

1. Zaman Arkhaicum atau Zaman Tertua


Periode mi terjadi kira-kira beberapa puluh juta tahun Sebelum Masehi. Zaman ini
berlangsung kira-kira 2500 juta tahun yang lalu. Pada masa ini, belum ada binatang-
binatang yang bertulang, yang hidup hanyalah binatang-binatang rendah.
2. Zaman Palaeozoicum atau Zaman Pertama
Periode ini terjadi kira-kira 340 juta tahun Sebelum Masehi. Hidup pada masa ini ikan
dan binatang yang hidup di darat maupun di air.
3. Zaman Mesozoicum atau Zaman Kedua
Periode ini terjadi kira-kira 140 juta tahun Sebelum Masehi. Pada masa ini telah hidup
binatang reptil yang besar, ikan-ikan yang besar, dan beberapa binatang yang menyusui.
4. Zaman Neozoicum
Zaman ini terbagi lagi menjadi beberapa zaman, yaitu:

4
a. Zaman Ketiga
Periode ini terjadi kira-kira 60 juta tahun yang lalu. Pada periode ini, sudah banyak
ditemukan binatang menyusui. Bahkan pada akhir zaman ini sudah, ada beberapa kera
seperti manusia, misalnya gorila, orang utan, dan se-bagainya.
b. Zaman Keempat
Periode ini terjadi kira-kira 600.000 tahun yang lalu. Manusia dipastikan telah ada pada
masa ini. Zaman ini terbagi menjadi dua periode, yaitu Diluvium atan zaman es dan
Alluvium yaitu zaman yang kita alami sekarang, yang terdiri atas diluvium tua, tengah, dan
muda. Dalam ilmu Geologi, zaman diluvium disebut juga zaman pleistosen atau zaman
glasial atau zaman es. Sedangkan zaman alluvium disebut juga zaman Holosen di mana
mulai hidup Homo sapiens.

Kepulauan Indonesia sendiri pada zaman pleistosen yaitu saat manusia telah hidup dan
berkembang, masih bersatu dengan daratan Asia Tenggara. Coba kamu amati peta Asia
Tenggara pada zaman pleistosen. Karena air yang ada di Kutub Utara dan Selatan
membeku hingga sampai ke lintang 60°, maka permukaan air laut turun sampai 70 meter
dari keadaan sekarang. Salah satu akibatnya adalah wilayah Indonesia bagian barat bersatu
dengan daratan atau kontinen Asia dan wilayah Indonesia bagian timur bersatu dengan
Benua Australia. Kamu tentu bisa menghubungkan fenomena ini dengan kemiripan flora
dan fauna yang ada di kedua bagian Indonesia itu, dengan yang ada di kedua benua
tersebut. Kebanyakan binatang yang ada di Indonesia bagian barat mempunyai kesamaan
dengan yang ada di daratan Asia, sementara yang berada di kawasan Indonesia Timur
mempunyai kemiripan dengan binatang yang ada di Benua Australia. Mungkinkah
fenomena itu juga bisa digunakan untuk merunut asal usul manusianya?

C. Perkembangan Manusia Purba di Indonesia

1. Jenis Manusia Purba di Indonesia


Seperti telah kamu ketahui, bahwa manusia purba itu mempunyai bentuk dan sifat
yang berbeda bila di-bandingkan dengan manusia zaman sekarang. Tengkorak manusia
purba cenderung lebih kecil namun memanjang, rahangnya tebal namun tidak berdagu
serta tidak mempunyai dahi. Perbandingan semacam ini bisa kita peroleh setelah kita
menganalisis serangkaian penemuan fosil, baik yang berupa tengkorak maupun tulang-
tulang anggota badan lainnya.
Begitu pula saat kita nanti mendeskripsikan hasil-hasil budayanya. Data-data tentang hasil
budayanya itu bisa kita peroleh setelah kita menganalisis fosil yang berwujud beragam
bentuk peralatan yang diduga pernah mereka gunakan. Lalu, untuk menentukan usia fosil
itu kita harus menganalisis lapisan bumi di ' mana fosil itu ditemukan, tentu dengan
bantuan ilmu Geologi. Dengan cara inilah, kita sekarang bisa mengklasifikasi jenis dan
budaya manusia purba di Indonesia.
Penemuan manusia purba di Indonesia terjadi pada akhir abad XIX. Bermula dari
dugaan Eugene Dubois bahwa manusia purba, monyet, dan kera itu biasanya hidup di
daerah tropis, karena iklimnya tidak banyak mengalami perubahan. Ada tiga dasar teori
yang digunakan Dubois sebagai acuan. Teori pertama, bahwa pencarian missink link dalam
evolusi manusia berasal dari daerah tropik. Alasannya, berkurangnya rambut pada tubuh
manusia purba hanya bisa terjadi pada daerah tropika yang hangat. Teori kedua, Dubois

5
mencatat bahwa dalam dunia binatang, umumnya mereka tinggal di daerah geografis yang
sama dengan asal nenek moyangnya. Dari segi biologi, hewan yang paling mirip dengan
manusia adalah kera besar. Oleh karena itu, Dubois menduga bahwa nenek moyang kera
besar mempunyai hubungan kekerabatan (kinship) dengan manusia. Teori ketiga, Dubois
percaya bahwa Asia Tenggara merupakan asal usul manusia. Alasannya, di sana ada orang
utan dan siamang.
Penelitian pun dilakukan oleh sejumlah peneliti luar negeri di berbagai tempat. Secara
umum penelitian itu terbagi menjadi tiga tahap yaitu periode 1889-1909, periode 1931-
1941, serta periode 1952 sampai sekarang. Dunia ilmu pengetahuan (terutama
Palaeoantropologi dan ilmu Hayat) menjadi gempar saat tahun 1889 Dubois berhasil
menemukan sejumlah fosil atap tengkorak di Wajak, Tulungagung, Kediri, yang kemudian
diikuti dengan penemuan-penemuan lain di Kedungbrubus dan Trinil. Fosil itu disebut
dengan Pithecanthropus erectus.
Namun sayangnya, sebagian besar fosil tersebut kini tersimpan di Leiden, Belanda.
Fosil lain berhasil ditemukan oleh ter Haar, Oppenoorth, dan von Koenigswald di
Ngandong, Blora, antara tahun 1931-1933, berupa tengkorak dan tulang kering yang
disebut Pithecanthropus soloensis. Pada tahun 1936-1941, von Koenigswald kembali
berhasil menemukan fosil rahang dan gigi yang bemkuran besar serta tengkorak manusia
purba di Sangiran, yang kemudian disebut Meganthropuspalaeojavanicus. Selanjutnya,
penelitian pascakemerdeka-an banyak melibatkan ahli-ahli Indonesia, terutama di kawasan
Sangiran. Berikut ini adalah jenis manusia purba di Indonesia.

a. Meganthropus atau Manusia Raksasa

Meganthropus berasal dari kata mega yang berarti besar dan anthropus yang berarti
manusia. Memang, apabila fosil makhluk itu kamu amati, pasti kamu akan terperangah:
besar rahang bawahnya melebihi rahang gorila laki-laki. Fosilnya yang terdiri atas rahang
bawah, rahang atas,''serta gigi-gigi lepas ditemukan oleh von Koenigswald di Pucangan
tahun 1936-1941, dalam lapisan bumi pleistosen tua. Fosil ini kemudian disebut
Meganthropus Paleojavanicus atau manusia besar dari Jawa zaman kuno.
Selanjutnya, rahang bawah yang lain ditemukan oleh Marks di Kabuh tahun 1952. Namun,
sejauh ini di kalangan ilmuwan nasih merasa kesulitan untuk menempatkan Meganthropus
di dalam evolusi manusia. Apakah tergolong Pithecanthropus, Homo, atau
Australopithecusl. Pakar palaeoan-tropologi kita, Prof. Dr. Teuku Jacob, berpendapat
bahwa Meganthropus me-rupakan bentuk khusus (yang lebih besar) dari Pithecanthropus.
Alasan teorinya adalah ia berevolusi dengan cara adaptif, akibat pengaruh lingkung-an
alam'pada masa tertentu. Mungkin, seandainya rahang bawah itu ditemukan bersama-sama
dengan rahang atas dan tengkoraknya, misteri kehidupan Meganthropus baru bisa terbuka.

b. Pithecanthropus atau Manusia Kera

Pithecanthropus berasal dari kata pithekos yang berarti kera dan anthropus yang
berarti manusia. Kebanyakan fosil jenis inilah yang berhasil ditemukan di Indonesia.
Mereka hidup pada zaman pleistosen awal, tengah, dan akhir. Makhluk ini mempunyai
ciri-ciri tinggi badannya 165-180 cm, tubuh dan badannya tegap, gerahamnya masih besar,
rahangnya kuat, tonjolan kening tebal (melintang pada dahi dari pelipis ke pelipis),
tonjolan - belakang kepalanya nyata, belum berdagu, serta berhidung lebar. Volume
otaknya berkisar antara 750 sampai 1.300 cc.

6
Makhluk jenis Pithecanthropus juga ditemukan di kawasan yang lain. Di Cina Selatan
ditemukan Pithecanthropus lautianensis dan di Cina Utara disebut Pithecanthropus
Pekinensis. Mereka hidup 800.000 hingga 500.000 tahun yang lampau. Makhluk sejenis juga
ditemukan di Tanzania, Kenya, dan Aljazair di Afrika, serta di Eropa seperti di Jerman Barat,
Jerman Timur, Prancis, Yunani, dan Hongaria. Namun, kebanyakan ditemukan di Indonesia.
Ada beberapa jenis manusia purba yang tergolong ke dalam Pithecanthropus, antara lain
sebagai berikut.

1) Pithecanthropus Mojokertensis ( Manusia Kera dari Mojokerto)


Jenis ini diduga merupakan manusia purba tertua yang ada di Indonesia dan di-
temukan tahun 1936 di Pucangan serta Mojokerto, berupa tengkorak anak-anak berusia 6
tahun. Isi otaknya berkisar 650 cc. Fosil ini ke-mudian disebut Pithecanthropus
mojokertensis atau Pithecanthropus robustus (robustus artinya besar). Dari hasil
penelitian, bisa di-simpulkan bahwa makhluk ini hidup pada 2,5 sampai 1,25 juta tahun
yang lampau. Makhluk ini mempunyai spesifikasi: berbadan tegap, tonjolan keningnya
tebal, tulang pipinya kuat, dan mu-kanya menonjol ke depan. Makhluk ini hidup bersama-
an dengan Meganthropus, namun sulit menghubung-kan evolusi keduanya.
2) Pithecanthropus Erectus (Manusia Kera yang Berjalan Tegak)
Jenis ini merupakan generasi kedua manusia purba di Indonesia. Yang fenomenal
dari jenis ini adalah selain fosilnya ditemukan paling awal, juga memiliki wilayah
penyebaran yang cukup luas. Fosil jenis ini terdiri atas atap tengkorak, tulang paha, serta
beberapa fragmen tulang paha yang ditemukan di Trinil tahun 1891. Fosil ini merupakan
kepunyaan laki-laki dengan isi otak kira-kira 900 cc. Dari penelitian terhadap
tengkoraknya, Dubois member! nama Pithecanthropus atau manusia kera dan dari tulang
pahanya ia member! nama erectus atau berjalan tegak. Tidak kurang dari 23 jenis fosil
berhasil ditemukan di berbagai daerah di kawasan Sangiran. Maka, tidak aneh bila fakta
dan cerita tentang kehidupan Pithecanthropus lebih banyak kita peroleh dibandingkan
dengan manusia purba dari jenis yang lain. Misalnya, makhluk ini hidup sekitar sejuta
hingga setengah juta tahun yang lalu, mempunyai tinggi badan 160-180 cm dengan berat
badan 80 sampai 100kg.
Yang membedakan Pithecanthropus erectus dengan
Pithecanthropus Mojokertensis adalah besar isi tengkorak, tebal atap tengkorak, bentuk
tonjolan belakang kepala dan tonjolan kening, serta daerah telinga. Dari fosi1
Pithecanthropus orectus yang berhasil ditemukan, kebanyakan berjenis kelamin laki-laki.
Diduga jenis perempuannya banyak yang meninggal saat kehamilan dan persalinan.
3). Pithecanthropus Soloensis (Manusia Kera dari Solo)
Nama Pithecanthropus soloensis diberikan oleh ilmuwan kita Prof. Dr. Teuku Jacob
setelah meneliti 14 jenis fosi1 dari Desa Ngandong di Lembah Bengawan Solo sebelah
utara Trinil. Jenis ini merupakan generasi ketiga manusia purba di Indonesia. Dari
penemuan fosil yang ada di Sangiran dan Sambungmacan, makhluk ini mempnnyai ciri
khas: volume otak 1.000 sampai 1.300 cc, tengkoraknya lonjong, tebal dan masif, tonjolan
keningnya cukup nyata, dahinya lebih terisi, serta tengkoraknya lebih tinggi dibanding
kedua manusia terdahulu. Tanda-tanda yang lain adalah akar hidungnya lebar dan rongga
matanya sangat panjang, tinggi badannya 165 sampai 180 cm, serta tulang keringnya
tegap. Dari identifikasi ini bisa disimpulkan bahwa meskipun letak kepalanya di atas
tulang belakang, namun belum seperti letak kepala manusia saat ini.
Pithecanthropus soloensis yang hidup kira-kira 900.000 hingga 300.000 tahun yang lalu

7
itu, secara evolutif lebih dekat dengan Pithecanthropus Mojokertensis dibandingkan
dengan Pithecanthropus Erectus.
Para ilmuwan menduga bahwa kedua makhluk itu memang mem-punyai kaitan dalam hal
evolusi. Yang membedakannya dengan kedua manusia purba terdahulu adalah besarnya
tengkorak, tonjolan kening, dan tonjolan belakang kepala, daerah telinga dan daerah
hidung. Hanya saja, volume otaknya semakin bertambah, demikian pula otak kecilnya.
Kamu tentu mengetahui apa dampak yang muncul di balik berkembangnya volume otak
ini. Dengan otak yang semakin berkembang itu, Pithecanthropus Soloensis mulai
menemukan dan mempunyai cara hidup yang baru. Perubahan inilah yang menyebabkan
berkembangnya kebudayaan manusia-manusia purba di Indonesia. Oleh karena itu, ada
beberapa ahli yang mengelompokkan Pithecanthropus Soloensis ini ke dalam kelompok
Homo Neandertalensis. Bahkan, ada pula yang memasukkan-nya ke dalam kelompok
Homo Sapiens. Namun, sejauh ini para ilmuwan belum mencapai kesepakatan.
4) Homo ( Manusia)
Jenis Homo ini mulai mendekati dengan bentuk manusia. Hidup pada zaman
pleistosen muda. Sementara itu, dari serangkaian fosi1 yang ditemukan diduga mereka
hidup 200.000 tahun yang lalu. Selain banyak jumlahnya dan ditemukan di berbagai
tempat, fosilnya tidak hanya berupa tengkorak melainkan juga berupa kerangka yang
lengkap. Ada beberapa jenis manusia purba dari kelompok Homo ini, antara lain sebagai
berikut.
a). Homo Neandertalensis (Manusia dan Lembah Neander)
Fosil makhluk ini ditemukan tahun 1856 di Lembah Sungai Neander dekat Kota
Dusseldorf, Jerman. Fosil sejenis juga ditemukan di Francis, Belgia, Jerman, Italia,
Yugoslavia, serta berbagai negara di Eropa. Di Palestina, fosil itu ditemukan di Gua
Tabun dekat Mount Carmel, sehingga disebut HomoPalestinensis. Semula, makhluk ini
hanya dianggap sebagai evolusi manusia yang kandas. Namun, setelah penemuan
Homo neandertalensis, para ilmuwan sepakat bahwa makhluk ini merupakan nenek
moyang salah satu ras manusia.
Yang cukup mengagumkan dari penemuan fosil-fosil ini adalah ditemukan-nya
beragam peralatan batu dan sisa-sisa kebudayaan lama di dekat lokasi fosil. Hal itu
menunjukkan, bahwa tingkat kehidupan mereka sudah akrab dengan kebudayaan.
Bahkan, di Eropa sering ditemukan bekas-bekas api di sekitar penemuan fosil, yang
diduga sebagai solusi atas dinginnya iklim di daerah Glasial. Dari penelitian terhadap
peralatan yang berhasil ditemukan menunjukkan bahwa mereka sudah berburu.
Peralatan batu selain digunakan untuk senjata juga digunakan untuk memotong.
b). Homo Sapiens (Manusia Sekarang)
Generasi pertama dari manusia sekarang mula-mula hidup pada lapisan pleistosen
muda atau zaman glasial terakhir (sekitar 80.000 tahun yang lampau). Mulai saat itu,
tidak ditemukan lagi makhluk-makhluk dari dua jenis terdahulu. Karena sejak zaman
holosen, fosil manusia yang berhasil ditemukan menunjukkan perbedaan empat ras
pokok yang saat itu ada di muka bumi. Keempatnya sebagai berikut.
(1) Ras Australoid yang kini sisa-sisanya bisa kamu temukan di pedalaman Benua
Australia. Fosil manusia dari jenis ini ditemukan oleh Rietschoten tahun 1889 di
Desa Wajak Kab. Tulungagung Jawa Timur, di Lembah Sungai Brantas dalam
lapisan pleistosen muda. Fosil ini berupa tengkorak, fragmen rahang bawah, dan
beberapa buah ruas leher. Pada tahun berikutnya ditemukan pula fragmen tulang
tengkorak, rahang atas dan bawah serta tulang paha dan tulang kering. Dari hasil
penelitian terhadap fosil itu diperoleh beberapa kesimpulan. Tengkorak manusia

8
ini tergolong besar dengan volume otak 1.630 cc, mukanya datar dan lebar. Akar
hidungnya lebar, dahinya agak miring, di atas rongga mata ada busur kening yang
nyata. Tinggi manusia itu kira-kira 173 cm diteliti dari tulang pahanya. Manusia
yang kerrtudian disebut Homo Wajakensis itu diperkirakan hidup 40.000 tahun
yang lampau, tersebar di Paparan Sunda dan sebagian Indonesia Timur.
Prof. Dr. Teuku Jacob mengajukan sebuah teori, bahwa di daerah Papua (Irian
Jaya), telah berkembang suatu ras khusus dari ras Wajak dan menjadi nenek
moyang penduduk asli Australia sekarang. Salah satu kemungkinan mengapa
terjadi arus migrasi dari Irian ke Australia adalah, masih utuhnya daratan di kedua
bagian bumi itu. Laut saat itu belum terbentuk, sehingga mobilitas manusia bisa
merambah ke wilayah yang luas. Nah, dari sinilah kita bisa merunut mengapa ras
Wajak mampu menyebar hirigga ke Irian. Bahkan, menurut Teuku Jacob, dari ras
Wajak ini pulalah berkembang menjadi penduduk Irian dan Melanesia.
(2) Ras Mongoloid adalah ras yang paling besar jumlahnya dan luas wilayah
penyebarannya, bahkan hingga saat ini. Fosil manusia dari jenis ini ditemukan di
Gua Chou-Kou-Tien (sebelah barat Beijing) Tiongkok antara tahun 1927 dan
1937. Fosil yang berhasil ditemukan itu membuktikan bahwa manusia ini
memiliki kemiripan dengan Pithecanthropus yang ada di Indonesia. Fosil ini
kemudian diberi nama Pithecanthropus pekinensis. Dari hasil penelitian terhadap
fosilnya, diperoleh data bahwa ternyata tengkoraknya lebih besar bila
dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus, dengan volume otak kira-kira 900
hingga 1.000 cc. Berarti volume otaknya telah mendekati volume otak manusia
sekarang. Apalagi di sekitar penemuan fosilnya ditemukan serangkaian peralatan
yang menunjukkannya telah memiliki kebudayaan. Bermula dari manusia inilah,
kemudian berkembang menjadi beragam ras Mongoloid di Asia Timur, Asia
Tenggara, Asia Tengah, Asia Utara, Asia Timur Laut, bahkan hingga Benua
Amerika Utara dan Selatan. Mereka diperkirakan hidup antara 40.000 hingga
30.000 tahun yang lampau. Kamu kini tentu bisa merunut, bangsa-bangsa mana
sajakah yang nenek moyangnya berasal dari Pithecanthropus Pekinensis ini.
(3) Ras Kaukasoid yang menjadi cikal bakal bangsa-bangsa di Eropa, Afrika bagian
utara Gurun Sahara, Asia Barat Daya, Australia serta Benua Amerika Utara dan
Selatan. Fosil manusia yang berhasil ditemukan di Desa Les Eyzies, Dordogne di
Prancis, diperkirakan berasal dari 60.000 tahun yang lampau. Fosil manusia yang
menjadi nenek moyang penduduk Eropa sekarang itu kemudian disebut Homo
Sapiens Cromagnonensis. Fosil yang ditemukan itu mempunyai bentuk yang
indah, tinggi, dan besar, mukanya selaras dengan bentuk dahinya. Sisa-sisa
manusia ini bisa dijumpai pada bangsa Kabyl di Afrika Utara.
(4) Homo Sapiens yang mula-mula menunjukkan ciri-ciri ras Negroid, ditemukan di
Asselar sebelah timur laut Timbuktu (di tengah-tengah Gurun Sahara). Fosil
manusia ini oleh para ahli palaeoantropologi diberi nama Homo Sapiens Asselar,
diperkirakan hidup 14.000 tahun yang lampau. Ras Negroid ini dianggap oleh
para peneliti manusia purba sebagai ras manusia yang paling muda

Dari keempat jenis nenek moyang ras itulah, manusia berevolusi dan berkembang biak
menjadi besar serta beragam sifatnya. Masing-masing ras mempunyai spesifikasi dan
membentuk satuan sosial sendiri-sendiri.1

1
Http.blogspotperkembanganawalmasyarakat.com
II.CIRI-CIRI SOSIAL,BUDAYA,EKONOMI,DAN KEPERCAYAAN PADA
MASYARAKAT BERBURU DAN MASYARAKAT PERTANIAN

Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Di dunia ini mustahil manusia dapat hidup seorang diri. Manusia akan selalu
membutuhkan orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Dalam ilmu
sosiologi kita telah pelajari tentang interaksi sosial dan tentang sosialisasi. Di situ
dipelajari bahwa hidup seseorang akan terkucil, sendirian, dan menjadi gila jika tidak
mampu bersosialisasi dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
Di samping itu, manusia tidak dapat dipisahkan dari kelompok masyarakat, karena
memang manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu
berinteraksi dalam hal-hal tertentu dengan masyarakat. Manusia mempunyai naluri hidup
bersama dengan orang lain. Naluri hidup bersama itu disebut gregariousness.
Jadi dapat dikatakan bahwa manusia disebut sebagai makhluk sosial (homo socialis)
karena selalu berinteraksi dengan manusia lainnya dalam melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari.

Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi

Walaupun manusia membutuhkan manusia lainnya dalam melakukan aktivitas


kehidupan sehari-hari, tetapi manusia tetap memiliki otonomi untuk menentukan nasibnya
sendiri. Secara pribadi, manusia harus memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya.
Kita tentu paham bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam.
Setiap manusia butuh makan dan minum agar tetap hidup. Manusia membutuhkan pakaian
untuk dapat bergaul dengan baik dengan manusia lainnya. Manusia juga butuh rumah
sebagai tempat berlindung. Pendidikan, kesehatan, hiburan, dan kebutuhan lainnya juga
diperlukan manusia agar hidup lebih layak.
Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut, manusia butuh uang. Untuk mendapatkan
uang, manusia harus bekerja. Setelah bekerja dan mendapatkan uang, uang itu kemudian
digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Di samping itu, uang tersebut ditabung untuk
kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. Jadi, manusia selalu penuh perhitungan dalam
hidupnya. Karena itulah manusia disebut makhluk ekonomi (homo economicus) karena
manusia selalu memikirkan upaya untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan prinsip-
prinsip ekonomi.

Makna manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi yang bermoral

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkin hidup sendiri dalam memenuhi
kebutuhannya tanpa bantuan orang lain, karena memang manusia diciptakan Tuhan untuk
saling berinteraksi, bermasyara kat / bersilaturahmi dengan sesama serta dapat saling
tolong menolong dalam memenuhi kebutuhannya.

Kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkumpul dengan sesama merupakan kebutuhan


dasar (naluri) manusia itu sendiri yang dinamakan Gregariousness. Maka dengan demikian
manusia merupakan makhluk sosial ( Homo Socius) yaitu makhluk yang selalu ingin
berinteraksi dengan sesama/ bergaul. Adapun ilmu yang mempelajari manusia sebagai
makhluk yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama sesamanya dinamakan
ilmu sosiologi. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya di ungkapkan oleh Adam Smith (
1723-1790) dalam bukunya yang berjudul “ An Inquiry into the nature and causes of the
wealth of nations”, yaitu Manusia merupakan makhluk ekonomi ( Homo Economicus)
yang cenderung tidak pernah merasa puas dengan apa yang diperolehnya dan selalu
berusaha secara terus menerus dalam memenuhi kebutuhannya. (self Interest).

Sebagai makhluk ekonomi manusia selalu bertindak Rasional artinya selalu


memperhitungkan sebab akibat (untung- rugi) dalam mengambil suatu keputusan dalam
rangka memenuhi kebutuhannya sehingga tidak merugikan diri sendiri. Namun demikian
makhluk ekonomi bukanlah makhluk egois yang hanya. Manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mencapai kemakmuran.mementingkan diri sendiri dan merugikan
orang lain. Makhluk ekonomi cenderung menggunakan prinsip prinsip ekonomi dalam
aktifitasnya

 Homo homini lupus = manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya (maksudnya
manusia merugikan /membuat kelicikan/ kejahatan terhadap manusia lainnya.
 Homo homini socius = manusia menjadi kawan bagi manusia lainnya.
 Aristoteles (seorang filsuf yunani ) menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
selalu hidup bermasyarakat. (zoon politicon).

Hubungan Antara Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Makhluk Ekonomi yang
Bermoral

Bagaimanakah menghubungkan ciri manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk


ekonomi di atas? Bisakah manusia melakukan dua ciri itu sekaligus dalam kehidupan
sehari-hari? Jawabannya tentu saja bisa. Lalu bagaimana caranya?
Jika manusia dalam usaha memenuhi keinginan dan kebutuhan pribadinya menggunakan
segala cara tanpa memperdulikan apakah cara yang ditempuh itu halal atau haram,
merugikan orang lain atau dengan jalan yang tidak baik, maka manusia itu akan menjadi
serigala bagi manusia lainnya. Manusia yang sudah menjadi serigala bagi manusia lainnya
akan menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginannya. Mereka sering
mengorbankan orang lain. Mereka tidak peduli apakah orang lain itu rugi akibat
perbuatannya. Mereka tidak malu untuk mencari uang dan kekayaan meskipun dengan
cara yang curang. Manusia yang menjadi serigala bagi manusia lain disebut homo homini
lupus.
Sedangkan kita tahu, manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini. Dalam melakukan
aktivitas, termasuk bekerja dan usaha mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, kita selalu membutuhkan bantuan dan kerja sama dari orang lain. Karena itu,
kita tidak boleh berlaku seenaknya sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bukankah
kita hidup bermasyarakat? Maka kita harus memiliki moral dan akhlak ketika kita
menjalankan fungsi sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi.

Ciri Ciri Manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral.

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki naluri untuk saling tolong menolong, setia
kawan dan toleransi serta simpati dan empati terhadap sesamanya. Keadaan inilah yang
dapat menjadikan suatu masyarakat yang baik, harmonis dan rukun, hingga timbullah
norma, etika dan kesopan santunan yang dianut oleh masyarakat. Bila hal hal diatas
dilanggar atau terabaikan maka terjadilah yang dinamakan penyimpangan sosial.
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki 2 harat yaitu:

1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia yang lain di sekelilingnya (


Masyarakat).
2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekitarnya. Manusia

Manusia sebagai makhluk ekonomi memiliki Ciri- ciri yaitu:

1. Cenderung melakukan tindakan ekonomi atas dasar kepentingan sendiri


2. Cenderung melakukan tindakan ekonomi secara efisien. ( selalu memikirkan
perbandingan antara apa yang dikorbankan/ dikeluarkan dengan apa yang akan
dicapai / hasilnya.).
3. Cenderung memilih suatu kegiatan /aktifitas yang paling dekat dengan pencapaian
tujuan yang diinginkan.

Ketiga kecenderungan ini disebabkan karena kebutuhan atau keinginan manusia yang
selalu bertambah sedangkan sumberdaya / pemuas kebutuhan sifatnya terbatas.
Adapun faktor yang mempengaruhi perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya
adalah:

Faktor Intern:

 Sikap dan gaya hidup


 Selera
 Pendapatan
 Intensitas kebutuhan

Faktor Ekstern

 Lingkungan
 Adat istiadat
 Kebijakan pemerintah
 Mode / Trend
 Kemajuan teknologi dan kebudayaan
 Keadaan alam

Hubungan antara manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi yang
bermoral.

Manusia dalam memenuhi kebutuhannya tak lepas dari hubungannya dengan orang
lain, karena dengan adanya hubungan tersebut maka apa yang dibutuhkan mungkin dapat
terpenuhi, sebagai contoh; Manusia membutuhkan makan nasi maka ia harus pergi ke
pasar untuk membeli beras pada penjual beras, adapun penjual beras tentunya
mendapatkan beras (membelinya) dari para petani di desa. Hubungan jual beli ini tentunya
akan lebih baik dengan mengindahkan etika dan norma (Moral) yaitu tidak melakukan
kecurangan dalam transaksi jual belinya. Seperti mengurangi timbangan atau transaksi
dengan menggunakan sebagian uang palsu dan berbagai bentuk kecurangan lainya.

Bila terjadi kecurangan kecurangan tentunya hubungan antar manusia tidak akan
harmonis. Walau manusia sebagai makhluk ekonomi yang selalu ingin mementingkan diri
sendiri dalam memenuhi kebutuhannya namun tidak dibenarkan untuk melakukan
kecurangan dalam memperoleh apa yang diinginkannya.
Manusia tidak boleh mengabaikan etika dan nilai nilai moral didalam hubungannya
dengan manusia lain (homo socius) dan dalam memenuhi kebutuhannya (homo
economicum).2

2
Suprihartoyo dkk, 2009, Ilmu Pengetahuan Sosial 1 : untuk SMP dan MTs Kelas VII,
Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 99 – 102.
III.PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MASYARAKAT AWAL INDONESIA

1. Keadaan alam lingkungan kehidupan manusia


Dalam kehidupan menetap manusia sudah dapat menghasilkan sendiri kebutuhan-
kebutuhan hidupnya, walaupun tidak seluruhnya. Namun demikian, dalam kehidupan
menetap pola pikir manusia terus berkembang dan semakin maju. Manusia mulai memikirkan
berbagai hal untuk dapat melengkapi kehidupanya. Pada masa ini, manusia telah mengenal
teknologi meski teknologi itu masih terbatas pada upaya untuk memenuhi peralatan-peralatan
sederhana yang dibutuhkan dalam aktifitas kehidupanya. Pengenalan teknologi dalam
kehidupan manusia pada masa itu terlihat jelas pada teknik pembuatan tempat tinggal atau
peralatan-peralatan yang mereka gunakan untuk membantu upaya memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Dalam perkembangan teknologi awal ini, masyarakat indonesia juga mulai mengenal
benda-benda atau peralatan-peralatan yang berasal dari logam perunggu ini merupakan logam
campuran antara logam tembaga dengan timah. Hal ini dibuktikan dengan penemuan benda-
benda yang berasal dari perunggu di beberapa wilayah di indonesia.
Benda-benda yang terbuat dari perunggu ini ada yang dibuat di wilayah Indonesia oleh
mayarakat indonesia sendiri, terbukti dengan penemuan alat-alat cetak untuk membuat
berbagai perkakas. Bahkan cara pembuatan benda-benda dari perunggu yang dilakukan oleh
masyarakat Indonesia menggunakan cara-cara yang sangat sederhana seperti alat cetak dari
batu atau tanah liat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seiring dengan mulai
mengenalnya logam, pola pikir dan teknologi manusia juga berkembang. Dalam hal ini
manusia mulai memanfaatakan alat-alat dari logam untuk membantu upaya memenuhi
kebutuhan hidupnya.

2. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat


Kehidupan pada manusia telah mengenal logam dikenal sebagai masa perundagian. Masa
perundagian sangat penting artinya dalam berkembangan sejarh Indonesia, karena pada masa
itu terjalin hubungan dengan daerah-daerah di sekitar kepulauan Indonesia. Hubungan ini
terjadi karena bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat alat-alat dari logam tersedia
secara terbatas ditempat tertentu, dan untuk mendapatkanya dilakukan dengan sisitem tukar-
menukar atau barter.
Masa perundagian juga menjadi dasar bertumbuh-kembangnya kerajaan-kerajaan di
Indonesia seperti kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram dan kerajaan-kerajaan
lainnya. Peninggalan-peninggalan masa perundingan menujukkan kekayaan dan
keanekaragaman budaya bangsa Indonesia. Berbagai macam bentuk benda yang dimiliki nilai
seni dan benda-benda upacara menujukkan masyarakat pada masa itu sudah memiliki selera
yang tinggi dan sudah hidup teratur serta makmur.
Masyrakat persawahan terus berkembang, karena mereka hidup menetap dan adanya
persediaan bahan pangan yang cukup. Mereka sudah mengenal perdagangan yang dapat
meningkatkan hidup mereka maupun masyarakat lainnya. Pada masa ini kegiatan
perdagangan atau perekonomian masyarakat terjalin tidak hanya terbatas pada masyarakat
dari suatu daerah yang sama, tetapi telah meluas sampai kepada masyarakat dari daerah yang
lebih jauh. Kegiatan perdagangan ini membuktikan bahwa masyarakat dalam suatu daerah
belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya sendiri, sehingga perlu memperolehnya
dari masyarakat pada daerah-daerah lainnya.
3. Kehidupan Budaya Masyarakat
Peninggalan-peninggalan budaya masyarakat Indonesia yang berasal dari benda-benda
logam merupakan kekayaan dan keanekaragaman budaya yang telah tumbuh dan berkembang
pada masa itu. Benda-benda peninggalan bangsa Indonesia yang terbuat dari logam
diantaranya:
Nekara perunggu nekara merupakan sebuah benda kebudayaan yang terbuat dari perunggu.
Bentuknya seperti sebuah dandang yang tertelungkup. Nekara berfungsi sebagai pelengkap
upacara untuk memohon turunannya hujan dan sebagai genderang perang. Untuk upacara
memohon turunnya hujan, nengkara itu dipukul-pukul dengan sekuat tenaga oleh sekelompok
masyarakat, baegitu pula untuk generang perang, nekara juga dipukul dengan sekuat tenaga
kuatnya. Semakin kuat pukulan pada nekara itu, semakin bersemangat para prajurit untuk
berperang, sebaliknya semakin lemah pukulan pada nekara itu, maka semangat perang
semakin menurun.
Kapak perunggu bentuk kapak perunggu beraneka ragam, ada yang berbentuk pahat, jantung
atau tembilang. Pola hiasannya berupa topang mata dan pola geometri. Tipe kapak dari pulau
rote merupakan jenis kapak yang sangat indah bentuknya dan di Indonesia hanya ditemukan
tiga buah, dua buah disimpan di Meseum Pusat Jakarta, sedangkan satu lagi terbakar saat
dipamerkan di paris pada tahun 1931.
Bejana perunggu bejana perunggu bentunya mirip gitar sepanyol, tetapi tanpa tokai. Pola
hiasan adalah hiasan anyaman dan menyerupai huruf “J”. Hingga saat sekarang di Indonesia
berhasil ditemukan dua buah oleh para ahli yaitu di daerah Madura dan Sumatera.
Perhiasan Perhiasan yang terbuat dari perunggu, emas, dan besi, banyak di temukan di
wilayah Indonesia. Biasanya perhiasan ditemukan sebagai bekal kubur. Bentuk perhiasan
beraneka ragam dan digunakan sebagai gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, bandul,
kalung dan lain-lain. Benda-benda itu banyak ditemukan di daerah bogor, bali dan malang.3

3
http.blogspotteknologi.com
KESIMPULAN

Mendeskripsikan kehidupan manusia di masa lampau adalah dengan menganalisis


serangkaian peninggalan sejarahnya agar supaya kita mengetahui apa definisi dan bentuk
peninggalan sejarah itu. Dari peninggalan sejarah itulah, kita bisa merekonstruksi beragam
peristiwa yang terjadi pada masa lampau untuk dijadikan cerita sejarah. Begitu pula saat
kita hendak meneliti dan menulis kehidupan manusia dan masyarakat awal yang ada di
Kepulauan Indonesia.

Di situ dipelajari bahwa hidup seseorang akan terkucil, sendirian, dan menjadi gila
jika tidak mampu bersosialisasi dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
Di samping itu, manusia tidak dapat dipisahkan dari kelompok masyarakat, karena
memang manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu
berinteraksi dalam hal-hal tertentu dengan masyarakat. Manusia mempunyai naluri hidup
bersama dengan orang lain. Naluri hidup bersama itu disebut gregariousness.
Jadi dapat dikatakan bahwa manusia disebut sebagai makhluk sosial (homo socialis)
karena selalu berinteraksi dengan manusia lainnya dalam melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari.

Namun demikian, dalam kehidupan menetap pola pikir manusia terus berkembang dan
semakin maju. Manusia mulai memikirkan berbagai hal untuk dapat melengkapi
kehidupanya. Pada masa ini, manusia telah mengenal teknologi meski teknologi itu masih
terbatas pada upaya untuk memenuhi peralatan-peralatan sederhana yang dibutuhkan
dalam aktifitas kehidupanya. Pengenalan teknologi dalam kehidupan manusia pada masa
itu terlihat jelas pada teknik pembuatan tempat tinggal atau peralatan-peralatan yang
mereka gunakan untuk membantu upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.

v
DAFTAR PUSTAKA

Http.blogspotperkembanganawalmasyarakat.com

Suprihartoyo dkk, 2009, Ilmu Pengetahuan Sosial 1 : untuk SMP dan MTs Kelas VII, Jakarta
: Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 99 – 102.

Http.blogspotteknologi.com

vi
LAMPIRAN

NAMA KELOMPOK:

 VIKKI AULIA NOFIANTI


 ALVI NAIMATUZ ZULFA
 ELVIANA SYAHRINI
 MELIA SAROH
 SUSILOWATI

Anda mungkin juga menyukai