Anda di halaman 1dari 2

Antasid

Antasid telah digunakan selama berabad-abad untuk mengobati pasien dengan


dispepsia dan gangguan asam-peptik. Obat-obat ini dahulu adalah terapi utama
gangguan asam-peptik sampai ditemukannya antagonis reseptor H2 dan inhibitor
pompa proton. Mereka masih digunakan sampai saat ini oleh pasien sebagai terapi
nonresep untuk mengatasi heartburn dan dyspepsia berkala.

Antasid adalah basa lemah yang bereaksi dengan asam hidroklorida lambung
untuk membentuk garam dan air. Mekanisme kerja utamanya adalah mengurangi
keasaman intralambung. Setelah makan terjadi sekresi asam hidroklorida sekitar 45
mEq/jam. Satu dosis antasid 156 mEq yang diberikan 1jam setelah makan secara
efektif menetralkan asam lambung hingga 2 jam. Namun, kapasitas berbagai sediaan
antasid dalam menetralkan asam sangat bervariasi, bergantung pada laju kelarutan
(tablet versus cairan), kelarutan dalam air, kecepatan reaksi dengan asam, dan
kecepatan pengosongan lambung

Natrium bikarbonat (mis., baking soda , Alka Seltzer) cepat bereaksi dengan
asam hidroklorida (HCI) untuk menghasilkan karbon dioksida dan natrium klorida.
Pembentukan karbon dioksida menyebabkan peregangan lambung dan berserdawa.
Basa yang tidak bereaksi cepat diserap, berpotensi menyebabkan alkalosis metabolik
jika diberikan dalam dosis tinggi atau kepada pasien dengan insufisiensi ginjal.
Penyerapan natrium klorida dapat menyebabkan eksaserbasi retensi cairan pada
pasien dengan gagal jantung, hipertensi, dan insufisiensi ginjal. Kalsium karbonat
(mis., Tums, Os-Cal) kurang larut dan bereaksi lebih lambat daripada natrium
bikarbonat dengan HCI untuk membentuk karbondioksida dan kalsium klorida
(CaC12). Seperti natrium bikarbonat, kalsium karbonat dapat menyebabkan
berserdawa dan alkalosis metabolik. Kalsium karbonat digunakan untuk sejumlah
indikasi selain dari sifat antasidnya (lihat Bab 42). Pemberian berlebihan natrium
bikarbonat atau kalsium karbonat dengan produk-produk susu yang mengandung
kalsium dapat menyebabkan hiperkalsemia, insufisiensi ginjal, dan alkalosis
metabolik (sindrom susu-alkali)

Sediaan yang mengandung magnesium hidroksida atau aluminum hidroksida


bereaksi secara lambat dengan HCI untuk membentuk magnesium klorida atau
aluminum klorida dan air. Karena tidak diha-silkan gas, tidak terjadi serdawa.
Alkalosis metabolik juga jarang ka-rena efisiensi reaksi netralisasi. Karena garam-
garam magnesium yang tidak diserap dapat menyebabkan diare osmotik dan garam
aluminum dapat menyebabkan konstipasi, kedua obat ini umumnya diberikan
bersama-sama dalam sediaan paten (mis., Gelusil, Maalox, Mylanta) untuk
mengurangi dampak pada fungsi usus. Baik magnesium maupun aluminum diserap
dan diekskresikan oleh ginjal Oleh sebab itu, pasien dengan insufisiensi ginjal
seharusnya tidak menggunakan obat-obat ini dalam jangka-panjang. Semua antasid
dapat memengaruhi penyerapan obat lain dengan mengikat obat (mengurangi
penyerapannya) atau dengan meningkatkan pH intralambung sehingga kelarutan atau
disolusi obatnya (khususnya obat asam atau basal lemah) berubah. Karena itu, antasid
seharusnya tidak diberikan dalam 2 jam setelah pemberian tetrasiklin, fluorokuinolon,
itrakonazol, dan besi

Anda mungkin juga menyukai