Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era seperti ini persaingan yang terjadi di bidang bisnis semakin hari

semakin ketat. Seperti yang biasa kita lihat di Indonesia, banyak sekali perusahaan

yang akhirnya tidak sanggup lagi untuk bertahan hidup, sehingga akhirnya tidak

dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Untuk dapat berkompetisi ditengah era

seperti ini, suatu perusahaan dituntut untuk lebih memaksimalkan kinerjanya.

Maka dengan begitu sangat diperlukan suatu kebersamaan dari anggotanya, yaitu

pihak internal didalam perusahaannya. Apabila iklim kerja yang ada bersifat

kondusif, sudah tentu kinerja perusahaan akan baik pula. Pada dasarnya, kinerja

suatu perusahaan dapat dikatakan baik apabila komunikasi yang terjadi di

lingkungan perusahaan itu dapat terjalin dengan baik pula. Perusahaan

(organisasi) adalah sebuah kelompok individu yang diorganisaskin untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Dan untuk mencapai tujuannya itu, diperlukan

suatu sistem komunikasi yang baik. Untuk mencapai semua hal tersebut,

diperlukan suatu komunikasi internal yang efektif. Komunikasi internal yang baik

juga sangat diperlukan dalam melaksanakan sebuah konsep didalam suatu

perusahaan.

Beberapa fenomena yang menjelaskan kesulitan-kesulitan atau masalah-

masalah dalam komunikasi internal, disebabkan oleh adanya kesalahpahaman,

kurangnya keterbukaan, adanya tekanan-tekanan yang dirasakan oleh para

anggota organisasi menyebabkan komunikasi dua arah (two way communication)

menjadi terhambat dan dirasakan tidak harmonis. Ketidak harmonisan komunikasi

1
ini, dapat menimbulkan terjadinya hubungan kerja yang kurang baik, dan apabila

hal ini dibiarkan akan menimbulkan implikasi yang kurang baik terhadap gairah

kerja, motivasi kerja, konsentrasi kerja, dan pada akhirnya akan membawa

dampak negatif terhadap produktivitas kerjanya. Oleh karenanya, perlu menjaga

kondisi kerja yang kondusif di lingkungan kerja perusahaan dan menjaga

hubungan kerja yang harmonis antar anggota internal perusahaan sebagai salah

satu syarat kerja produktif. Upaya sedikit terhambat, karena banyak faktor yang

dapat mempengaruhi interaksi yang terjadi di dalam aktivitas internal kerja

karyawan, antara lain pendidikan, motivasi, disiplin kerja, lingkungan kerja,

teknologi, sarana, manajemen dan masih banyak yang lainnya. Beberapa faktor

penghambat tersebut dapat diminimalkan terjadi, jika pola komunikasi internal

dijalankan atas dasar keinginan bersama untuk saling membantu dan

mensejajarkan posisi antar individu yang tidak didasari oleh tingkatan posisi

jabatan. Salah satu perusahaan yang memandang pola komunikasi internal

tersebut, sebagai sebuah komponen yang penting adalah PT. Hindo H&M

Indonesia.

Sebelumnya telah dilakukan penelitian terdahulu mengenai Pengaruh

Gaya Kepemimpinan, Komunikasi Internal Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja

Karyawan oleh Siswandi (2013), Skripsi jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Universitas Dian Nuswantoro. Kesimpulan dari penelitian Siswandi menyatakan

bahwa Komunikasi Internal mempunyai hubungan/korelasi yang signifikan dengan

Kinerja Karyawan. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang di

tulis adalah, permasalahan yang berbeda dan juga tempat serta target penelitian.

Begitu juga dengan tujuan dari penelitian, yaitu ingin mengetahui apakah ada

hubungan komunikasi internal dengan kinerja karyawan karyawan PT. Hindo

2
H&M Indonesia Jakarta. Penggalian dari wacana penelitian terdahulu dilakukan

sebagai upaya memperjelas tentang variabel-variabel dalam penelitian ini,

sekaligus untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.

Umumnya kajian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti dari kalangan akademis dan

telah mempublikasikannya pada beberapa jurnal cetakan dan jurnal online

(internet). Penelitian mengenai komunikasi internal yang dilakukan peneliti

terdahulu antara lain: Rizal (2003), Loanda (2009). Rizal (2003) melakukan

penelitian dengan judul Pengaruh Komunikasi Internal dan Motivasi Kerja

terhadap Prestasi Kerja (Studi Pada PT Asuransi Jiwasraya Cabang Palembang).

Kesamaan dalam penelitian tersebut adalah dalam metode penelitian dilakukan

dengan metode sensus yang didukung dengan studi kasus dengan model analisis

regresi sederhana, sedangkan perbedaannya adalah variabel bebas yang diteliti

adalah 2 (dua) yaitu komunikasi dan motivasi sedangkan dalam penelitian ini

variabel bebasnya adalah komunikasi internal. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa komunikasi internal berpengaruh positif terhadap prestasi kerja karyawan

dan begitu juga bahwa motivasi kerja berpengaruh positif terhadap prestasi kerja

karyawan. Loanda (2009) melakukan penelitian dengan judul Hubungan

Komunikasi Organisasi dengan Kinerja Karyawan di PT. Asurnasi Jasa Indonesia

(Asuransi Jasindo). Kesamaan dalam penelitian tersebut adalah dalam metode

penelitian dilakukan dengan metode survey dan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data, analisis data dengan regresi linier sederhana. Sedangkan

perbedaannya adalah variabel bebas yang diteliti adalah 1 (satu) yaitu komunikasi

organisasi sedangkan dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah komunikasi

internal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara komunikasi organisasi dan kinerja karyawan PT. Asuransi Jasa

3
Indonesia (Asuransi Jasindo) kantor Cabang Supratman Bandung, jika komunikasi

organisasi baik maka kinerja karyawan PT. Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi

Jasindo) kantor cabang Supratman Bandung akan baik.

Berkenaan dengan beberapa hasil penelitian terdahulu dan latar belakang

masalah yang telah diuraikan di atas, maka menimbulkan ketertarikan penulis

untuk mengetahui kemungkinan apakah terdapat pengaruh komunikasi internal

terhadap kinerja karyawan pada PT. Hindo H&M Indonesia maka penelitian ini

dibuat. Sehingga penulis mengambil judul “Analisis Pengaruh Komunikasi

Internal Terhadap Kinerja Karyawan PT. Hindo H&M Indonesia.”

1.2. Masalah Penelitian

Penelitian yang akan dibahas adalah mengenai karyawan PT. Hindo H&M

Indonesia. Segala perencanaan strategi, perencanaan marketing, desain dan juga

pendistribusian barang yang telah jadi dilaksanakan di seluruh divisi kerja

internal PT. Hindo H&M Indonesia tanpa ada pihak eksternal yang menjalankan

operasional perusahaan. Semua lini yang ada di PT. Hindo H&M Indonesia

dituntut untuk bekerja sama dalam mencapai kinerja yang lebih baik. Namun,

pada kenyataannya komunikasi internal yang berlangsung dalam lingkungan kerja

PT. Hindo H&M Indonesia tidak secemerlang prestasi produktivitas perusahaan

yang telah diraihnya. Masih terjadinya miss komunikasi, ketidak disiplinan dan

juga kurang dekatnya anggota divisi satu dengan divisi lainnya. Komitmen

seharusnya menjadi pengikat dalam memberikan dorongan tenaga dan tanggung

jawab yang lebih guna meraih keberhasilan organisasi. Setiap anggota seharusnya

dapat terlibat secara aktif dan bekerjasama dalam berbagai pembuatan keputusan,

baik dengan pimpinan ataupun dengan sesama rekan kerja. Melalui kesamaan

4
tujuan dan nilai organisasi dengan tujuan anggota tentu akan tercipta komitmen

sehingga menghasilkan kinerja yang baik terhadap organisasinya. Komunikasi

organisasi merupakan salah satu fokus yang menarik untuk dibahas dalam industri

komunikasi dan organisasi, hal ini disebabkan oleh banyaknya gejala kinerja

karyawan yang negatif yang muncul pada organisasi terutama dalam hubungan

internalnya, seperti misalnya miss komunikasi, suasana kerja yang hambar, bolos

kerja, rasa tidak bergairah dalam bekerja dan ketidaksetiakawanan terhadap

perusahaan.

Berkenaan dengan beberapa uraian di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: ”Seberapa besar pengaruh komunikasi internal

terhadap kinerja karyawan PT. Hindo H&M Indonesia?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berkenaan dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan komunikasi internal dan

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan komunikasi internal

terhadap pemebentukan kinerja karyawan PT. Hindo H&M Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian dapat dibagi atas dua bagian yaitu kegunaan teoritis

dan kegunaan praktis.

1. Manfaat Akademis

Dengan diadakannya penelitian ini, maka dapat memberikan paradigma

baru tentang hal-hal yang berkaitan dengan teori komunikasi pada

5
umumnya terutama yang berkaitan dengan masalah kegiatan komunikasi

internal serta diharapkan pula dapat dijadikan referensi yang bermanfaat

bagi penelitian yang sejenis serta untuk membuktikan teori-teori yang

peneliti gunakan berhubungan dengan kenyataan yang ada di lapangan

(obyek penelitian).

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

sebagai bahan pertimbangan dan data lebih lanjut bagi manajemen PT.

Hindo H&M Indonesia yang akan membuat strategi komunikasi

internal dan kaitannya dengan pembentukkan kinerja karyawan.

1.5. Batasan Penelitian

Untuk lebih memfokuskan penelitian yang akan dilakukan, maka penulis

membatasi penelitian pada pola komunikasi internal yang dilakukan oleh

perusahaan demi meningkatkan kinerja.

1.6. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam penyusunan tulisan penelitian ini adalah :

BAB I : Pendahuluan

Tentang latar belakang mengapa dilakukan penelitian dan

penjelasan sedikit mengenai aktivitas komunikasi internal di

PT. Hindo H&M Indonesia, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : Teori Penelitian

6
Menjelaskan tentang terori-teori yang akan digunakan di dalam

penelitian ini, terkait dengan teori konsep komunikasi terutama

konsep komunikasi internal dan kinerja.

BAB III : Metodologi penelitian

Beirisi tentang metode penelitian yang digunakan. Jenis

penelitian yang digunakan, Definisi Operasional Variabel

Penelitian, populasi, Teknik Pengambilan Sampel, Teknik

Pengumpulan Data, Pengujian Asumsi-Asumsi Model Regresi,

Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen, Teknik Analisis

Data dan Perumusan Hipotesis.

BAB IV : Profil subyek penelitian

Penjelasan singkat tentang profil perusahaan, struktur

organisasi, dan hubungannya dengan penelitian yang dilakukan.

BAB V : Hasil penelitian

Menuliskan hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai alur

berfikir, rumusan masalah, dan tujuan penelitian. Bab ini

mencakup analisis, rangkuman, dan hasil diskusi.

BAB VI : Kesimpulan dan saran

Tentang rangkuman jawaban yang didapat dari penelitian yang

dilakukan, dan saran yang melengkapi kekurangan-kekurangan

yang ada di dalam penelitian yang dilakukan.

BAB II

LANDASAN TEORI

7
2.1. Komunikasi

Setiap sisi kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan komunikasi.

Apapun bentuk kegiatannya, manusia selalu melakukan suatu proses yang

berjalan secara berkesinambungan dan tidak dapat dihindari yaitu proses

komunikasi. Melalui komunikasi manusia dapat menyampaikan segala

keinginannya, sehingga pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan fisik, baik

bagi dirinya sendiri maupun untuk lingkungan sosialnya.

Secara umum komunikasi merupakan proses kegiatan penyampaian pesan

dari komunikator kepada komunikan, isi pesan yang disampaikan berupa

lambang-lambang yang penuh arti dan bermakna.

‘Communication’, berasal dari kata Latin ‘communicatio’ yang bersumber

dari kata komunis yang berarti sama. Sama dalam artian, sama makna

sehingga pengertian komunikasi minimal harus mengandung kesamaan

makna di antara dua pihak yang terlibat.” (Effendy, 2003 p:6)

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kesamaan arti

dalam sebuah proses komunikasi merupakan faktor penting, karena bila hal ini

tidak tercapai maka komunikasi akan gagal. Kesuksesan sebuah proses

komunikasi bisa dilihat sejauh mana komunikan mengerti terhadap isi pesan yang

disampaikan oleh komunikator. Pesan tersebut bisa berupa lambang-lambang

yang mempunyai arti.

Komponen komunikasi, meliputi unsur-unsur :

8
1. Komunikator, yakni orang yang mengirimkan atau menyampaikan

pesan (message).

2. Pesan (message), yaitu ide, informasi, berita, opini dan lain-lain.

3. Saluran (channel atau media), adalah alat yang digunakan

komunikator untuk menyampaikan pesan.

4. Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan.

5. Efek, yaitu pengaruh dari proses atau kegiatan komunikasi yang

dilakukan komunikator kepada komunikan.” (Effendy, 2003 p:6)

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kelima

unsur komunikasi tersebut merupakan kesatuan yang utuh, apabila salah satu

unsur tidak ada, maka komunikasi tidak akan terjadi, dengan kata lain masing-

masing unsur saling berhubungan dan ada saling ketergantungan.

Menurut Arifin (2005 p:27), komunikasi memiliki tiga fungsi, yaitu:

1. Persuasif, yakni mempengaruhi orang lain untuk bertingkah laku

sesuai dengan keinginan kita.

2. Edukatif, yakni komunikasi yang dilakukan oleh komunikator

dilakukan untuk memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada

komunikan.

3. Informatif, yakni komunikasi yang dilakukan untuk komunikator di

maksudkan untuk memberikan informasi kepada komunikan.

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dengan

mengetahui fungsi komunikasi tersebut maka proses komunikasi akan terjadi dan

akibatnya terjadi interaksi antara komunikator dan komunikan.

9
2.2. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaaan berbagai

pesan organisasi di dalam kelompok forman maupun informal dari suatu

organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang

disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi dengan kepentingan

organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam

organisasi. Adapun komunikasi informal yaitu komunikasi yang disetujui secara

sosial. Orientasinya bukan kepada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya

secara individual.

Selain itu, dijelaskan pula komunikasi organisasi oleh Lois A. Allen

adalah:

Upaya yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk memastikan

bahwa seluruh karyawannya mengetahui dan memahami informasi

mengenai rencana perusahaan ke depan, perubahan kebijakan

perusahaan, dan status kinerja perusahaan dari waktu ke waktu.Upaya

tersebut dilakukan melalui berbagai cara, yaitu berinteraksi antar

pimpinan dengan bawahan, pertemuan rutin maupun sarana-sarana

lainnya. (Allen, 2001 p:327)

Komunikasi organisasi difokuskan kepada komunikasi yang

berlangsung di dalam organisasi guna mencapai tujuan. Pengertian dari

komunikasi organisasi menurut Goldhaber yang dikutip oleh Arni Muhammad

“Organizational communications is the process of creating and exchanging

10
messages within a network of independent relationship to cope with

environmental uncertainty” (Muhammad, 2004 p:66).

Secara umum alur komunikasi dalam organisasi juga dikelompokkan

menjadi saluran komunikasi formal dan saluran komunikasi informal. Pada

saluran komunikasi formal, menurut Jefkins (2006,p:72) komunikasi internal

dilakukan melalui beberapa jalur komunikasi yaitu :

1. Komunikasi ke bawah (downward communication), yakni komunikasi

dari pihak manajemen atau pimpinan perusahaan kepada para pegawai

(dari   atas   ke   bawah).   Komunikasi   ke   bawah   bertujuan   untuk

memberikan   informasi,   pengendalian   dan   pengawasan   kerja   serta

berbagai   pengarahan   agar   staf   dapat   memahami   apa   yang   harus

dikerjakan, bagaimana metode kerjanya, dan sebagainya. Komunikasi

ke   bawah   baik   secara   lisan   maupun   tertulis   dapat   berupa  job

description  (instruksi   tentang   pekerjaan),   perintah,   penjelasan,

petunjuk, teguran, pujian, dan pedoman tata kerja.

2. Komunikasi   sejajar   (sideways   communications),   yakni   komunikasi

yang   berlangsung   sesama   pegawai/pejabat   setingkat.   Komunikasi

sejajar   berlangsung   pada   pegawai   atau   pejabat   yang   masing­masing

mempunyai   level   hirarkhi   jabatan/kedudukan   setingkat.   Aliran

informasi   terjadi   atas   inisiatif   sendiri   dan   bertujuan   untuk

meningkatkan   kerjasama,   memupuk   fungsi   koordinasi   dan

mengupayakan konsolidasi demi kelancaran tugas. Wujud komunikasi

11
sejajar   dapat   berupa   konsultasi   pekerjaan,   tukar   menukar   informasi,

menyampaikan   dan   menerima   pertimbangan,   dan   meningkatkan

kerjasama lintas unit kerja.

3. Komunikas ke atas (upward communication), yakni komunikasi dari

pegawai   kepihak   manajemen/perusahaan   (dari   bawah   ke   atasan).

Komunikasi   ke   atas   bertujuan   untuk   memperoleh   informasi,

keterangan   tentang   kegiatan   dan   pelaksanaan   tugas/pekerjaaan   para

karyawan pada tingkat yang lebih rendah. Komunikasi ke atas dapat

berupa laporan, penyampaian aspirasi bawahan, usulan, kritikan, dan

keluhan. 

Pengertian di atas dijelaskan bahwa komunikasi organisasi adalah

proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan

yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak

pasti atau selalu berubah-ubah. Komunikasi organisasi tidak hanya mengatur

kehidupan pribadi tetapi juga meliputi kehidupan di antara anggota organisasi

tersebut. Hal ini berarti, proses inti yang sebenernya dalam organisasi adalah

bagaiman menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan dan komunikasi

merupakan alat untuk mencapai hal tersebut.

12
2.3. Komunikasi Internal

Komunikasi merupakan sarana penghubung bagi public internal

perusahaan guna mencapai suatu tujuan. Komunikasi bagi perusahaan merupakan

hal penting dan dapat membangun suatu koordinasi bagi organisasi.

Menurut Lawrence D. Brennan seperti yang dikutip oleh Onong Uchjana

Effendy, mendefinisikan komunikasi internal sebagai, “Petukaran gagasan

diantara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan

tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran

gagasan secara horizontal dan vertical di dalam perusahaan atau jawatan yang

menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan management).” (Effendy, 2005

p:122)

Sedangkan menurut Neni Yulianita, “Komunikasi internal yaitu

komunikasi yang terjadi diantara orang-orang yang berada dalam suatu

perusahaan.” (Yulianita, 2005 p:91)

Selanjutnya, menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Arni

Muhammad, mengatakan bahwa ”Komunikasi organisasi adalah suatu sistem

yang paling bergantung dan mencakup komunikasi internal dan eksternal.

Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri, seperti

komunikasi dari atas ke bawahan, komunikasi sesame karyawan yang sama

tingkatnya.” (Muhammad, 2004 p:67)

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi

internal merupakan proses pertukaran gagasan antara para anggota yang terjadi di

dalam perusahaan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung.

Selain itu, didalam organisasi perusahaan ”Komunikasi internal terdiri dari

13
komunikasi vertikal yang terbagi atas komunikasi dari atas ke bawah (downward

communications) dan komunikasi dari bawah keatas (upward communications),

komunikasi horizontal (komunikasi antar karyawan)” (Muhammad, 2004 p:67)

Terkait dengan bentuk komunikasi internal yang telah diuraikan di atas,

Arni Muhammad juga menambahkan bahwa bentuk transformasi komunikasi

internal dalam organisasi dapat berbentuk :

1. Alur komunikasi vertical dari atas ke bawah

(downwardcommunication).

Downward Communication adalah komunikasi yang dilaksanakan dari

atasan ke bawahan, dalam arti komunikasi ke bawah mengalir

daritingkatan manajemen puncak ke manajemen menengah kemudian

kemanajemen lebih rendah dan akhirnya sampai pada karyawan

operasional. Fungsi komunikasi dari atas kebawah adalah untuk :

 Instruksi (Perintah)

Dalam iklim kerja, instruksi merupakan hal yang sering

dilakukandalam konteks komunikasi dari atasan kepada bawahan.

Instruksi inidapat dilaksanakan baik secara lisan atau tertulis.

Perintah atau instruksi kerja dapat berupa pemberian pengajaran

sesuatu yang baru atau menyebarluaskan pada para karyawan

bagaimana melakukan suatu tugas khusus.

 Briefing (pengarahan)

Briefing adalah memberikan penjelasan-penjelasan secara singkat

atau pertemuan untuk memberikan penerangan secara ringkas.

Biasanya briefing digunakan oleh para manajer atau pimpinan yang

14
mengundang par karyawan atau tokoh-tokoh karyawan untuk

menerima penjelasan-penjelasan tertentu. Pada prinsipnya

pengarahan yang dilakukan adalah pengarahan yang ada kaitannya

demgan pelaksanaan tugas sesuai dengan tujuan organisasi.

 Pemberian informasi tentang kebijakan-kebijakan perusahaan

Pemberian

Informasi yang berorientasipada informasi yang dimiliki oleh

perusahaan, misalnya: tentang aturan-aturan organisasi, aplikasi

organisasi, prosedur, sejarah organisasi, dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan penyebarluasan informasi mengenai kebijakan

perusahaan yang perlu diketahui publiknya.

 Melakukan penilaian

 Penilaian dilakukan atas dasar evaluasi atau penilaian supervisor

terhadap pelaksanaan kerja karyawan. Pada tahap selanjutnya,

penilaian ini harus dapat di ekspresikan pada seluruh karyawan,

sehingga karyawan pun dapat mengetahui kondisi dirinya di mata

pimpinan.

 Penanaman ideologi

Penanaman ideologi pimpinan perusahaan terhadap bawahannya

merupakan penanaman ideologi yang sesuai dan telah disepakati

pihak perusahaan. Hal ini sebagai upaya pimpinan untuk

mencapaikan dan menanamkan dalam diri karyawan, sehingga akan

menumbuhkan Peningkatan semangat kerja, pengabdian, rasa

memiliki atau dukunganterhadap organisasi.

15
 Pemberian penghargaan

Pemberian penghargaan dapat dilakukan pada peristiwa-peristiwa

penting, misalnya: dalam rangka ulang tahun perusahaan atau hari-

hari lainnya Dalam hal ini, pimpinan perusahaan dapat memberikan

penghargaan bagi karyawan yang berprestasi.

 Melakukan teguran

Untuk keberhasilan suatu organisasi, seorang pemimpin berhak

danharus mampu memberikan teguran-teguran pada tingkatan

jabatanyang lebih rendah/atau bawahan yang lalai dalam

menjalankan tugas/instruksi, baik secara lisan atau tertulis.

 Pemberian insentif dan tunjangan

Pada waktu-waktu tertentu dan dirasa tepat, pimpinan dapat

memberikan insentif bagi karyawan yang telah dapat mencapai

target tertentu yang dirasa dapat menguntungkan pihak perusahaan.

Pimpinan perlu mempertimbangkan untuk pemberian insentif bagi

karyawan tertentu. Pemberian insentif atau tunjangan dapat

memberikan isyarat adanya perhatian, kepedulian dan kesadaran

seorang atasan akan pentingnya peran bawahan bagi perusahaan atua

organisasi.

2. Alur komunikasi vertical dari bawah ke atas (upward communication).

Aliran komunikasi upward communication adalah kebalikan dari

downward communication, dimulai dari hirarki wewenang yang lebih

rendah ke hirarki wewenang yang lebih tinggi, biasanya mengalir

sepanjang rantai komando. Dengan demikian ketika pimpinan atau

16
manajemen organisasi meminta informasi dari bawahan atau pada saat

pimpinan mendapatkan feedback dari bawahan berkaitan segala hal

yang berkaitan dengan organisasinya, atau jika para karyawan

menyatakan sesuatu pada atasanya mengenai permasalahan mereka

yang berkaitan dengan tugas dan metode-metode yang harus dilakukan,

serta menyatakan persepsi mereka tentang organisasi,maka semua itu

merupakan komunikasi yang mengalirdari pihak bawahan kepada atasan

yang disebut sebagai upward communication.

3. Komunikasi horisontal (komunikasi antar karyawan)

Komunikasi horisontal adalah komunikasi secara mendatar, misalnya

komunikasi antara karyawan dengan karyawan dan komunikasi ini

sering kali berlangsung tidak formal yang berlainan dengan komunikasi

vertikal yang terjadi secara formal(Muhammad, 2004 p:69)

Selain itu, Neni Yulianita menjelaskan bahwa komunikasi internal dalam

organisasi dan kaitan dengan aktivitas humas adalah sebagai berikut :

A. Komunikasi Vertikal

Komunikasi dari pimpinan ke staf dan dari staf ke pimpinan dengan

cara timbal balik (two way traffic communication). Komunikasi

vertikal dibagi menjadi dua jenis yaitu :

1. Komunikasi dari atas kebawah (Downward Communication)

Aliran komunikasi dari atas ke bawah adalah komunikasi yang

dilakukan dari atasan kepada bawahan, dalam arti komunikasi

kebawah mengalir dari tingkat manajemen puncak ke manajemen

17
menengah kemudian ke manajemen yang lebih rendah dan akhirnya

sampai kepada karyawan operasional.

Kegiatan komunikasi dari atas ke bawah (Downward

Communications) dapat berupa :

a. Bentuk perintah atau instruksi tugas

Pemberian pengajaran tugas baru atau pimpinan

menyebarluaskan kepada para karyawannya bagaimana

melakukan tugasnya masing-masing. Missal, pimpinan

memberikan instruksi atau perintah kepada karyawannya utuk

bertugas ke luar kota untuk mengadakan program CSR

perusahaan.

b. Pengarahan melalui Meeting Internal

Pertemuan yang dilakukan pimpinan dengan para karyawannya

pada setiap departemen. Pimpinan akan memberikan penjelasan,

pengarahan serta penerangan secara ringkas yang berkaitan

dengan pelaksanaan tugas sesuai tujuan organisasi. Misal,

pimpinan memberikan arahan kepada karyawannya untuk dapat

menerima tamu-tamu penting dengan baik dan sopan pada saat

menjelang acara formal di perusahaan.

c. Penyampaian progress tugas yang akan dikerjakan

Penjelasan dan penyampaian cara kerja karyawan secara detail.

Mulai dari tahap input hingga output. Pimpinan akan

18
menjelaskan mengenai mengapa tugas yang diberikan perlu

dilaksanakan. Misal, pimpinan menjelaskan kepada

karyawannya untuk melakukan pemeriksaan di salah satu

perusahaan di luar kota, apa yang diperlukan dan dilakukan

intansi pimpinan harus dijelaskan secara detail ketika

bawahannya sudah berada di luar kota, karyawannya sudah

mengetahui apa yang harus dilakukan dan dapat membawa hasil

pekerjaannya.

d. Pemberian tanggung jawab

Tanggung jawab seorang pimpinan kepada karyawannya dalam

berbagai hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Dalam suatu

instruksi pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan kepada

bawahannya, pimpinan wajib untuk bertangung jawab.

2. Komunikasi dari bawah keatas (Upward Communication)

Aliran komunikasi dari bawah ke atas adalah kebalikan dari

downward communication, dimulai dari wewenang yang lebih

rendah ke hirarki wewenang yang lebih tinggi, biasanya mengalir

sepanjang rantai komando. Komunikasi ini berfungsi sebagai balikan

bagi pimpinan memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatu

pesan yang disampaikan kepada bawahan dan dapat memberikan

stimulus kepada kawryawan untuk berpartisipasi dalam merumuskan

pelaksanaan kebijaksanaan bagi departemen atau organisasinya lebih

bebas dan penyedia dapat menafsirksn apa yang dimaksud oleh

19
pegawai dengan lebih cepat. Kegiatan komunikasi dari bawah ke

atas (upward communication) adalah sebagai berikut :

a. Permohonan bantunan dalam pengambilan keputusan

Karyawan meminta bantuan kepada pimpinan dalam

memutuskan sesuatu, ketika karyawan menghadapi kesulitan atau

permasalahan dalam pekerjaannya.

b. Saran dan kritikan

Saran-saran yang diajukan oleh karyawan yang menjadi

pertimbangan seorang pimpinan. Biasanya apa yang ingin

disarankan oleh karyawan biasanya dilakukan secara terbuka.

Misal, karyawan menyarankan pimpinannya untuk tegas kepada

karyawannya terhadap peraturan-peraturan yang berlaku di

perusahaan.

c. Laporan presentasi kerja (performance report)

Laporan presentasi karyawan yang disampaikan kepada

pimpinannya dengan tujuan agar kegiatan di dalam perusahaan

tetap berjalan lancar. Penyampaian laporan presentasi kerja ini

dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis. Misal, karyawan

menyampaikan laporan kerjanya berupa proposal dan kliping

mengenai program CSR instansi kepada pimpinan.

20
B. Komunikasi horizontal atau komunikasi ke samping (Horizontal

or Lateral Communication)

Aliran komunikasi horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara

bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar atau sederajat dalam

suatu organisasi atau lembaga. Tujuan komunikasi ini adalah untuk

melakukan persuasi, mempengaruhi dan memberikan informasi

kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar.

Kegiatan komuniasi ini dapat berupa :

a. Rapat mingguan antar karyawan / divisi departemen

Rapat ini dilaksanakan khusus para karyawan pada setiap

departemen dalam setiap minggunya. Tujuannya adalah agar

adanya kerjasama yang baik antar karyawan demi tujuan

perusahaan.

b. Dukungan dan interaksi antar karyawan demi kepentingan

perusahaan

Dukungan perlu dilakukan sesama karyawan, begitu juga

interaksi melalui komunikasi yang baik dan lancer. Tujuannya

adalah agar tercipta hubungan yang harmonis. Misal, di Biro

Humas, karyawan saling berinteraksi satu sama lain dengan

saling support dalam pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan.

c. Berkoordinasi dalam pemecahan masalah

Kerja sama yang baik antar sesame karyawan dapat memecahkan

suatu permesalahan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan saling

bertukar pikiran dan berbagi informasi.

21
d. Keterbukaan dan kepercayaan kepada rekan kerja dalam

upaya penyelesaian masalah pekerjaan

Permasalahan pekerjaan di perusahaan akan mudah diselasaikan

apabila ada suatu keterbukaan dan kepercayaan satu sama lain

termasuk public internal perusahaannya. Terutama bagi sesame

karyawan yang tingkat atau derjatnya sama, harus dapat saling

membantu satu sama lain dalam penyelesaian suatu masalah.

Mereka harus dapat terbuka dan saling percaya agar

permasalahan dapat terselesaikan dengam baik.

C. Komunikasi Diagonal/Silang (Cross-Channel Communications)

Aliran komunikasi diagonal atau silang yang melibatkan antara dua

kedudukan dalam struktur organisasi yang berbeda dan tidak

mempunyai garis komando dalam melakukan kegiatan komunikasi.

Dalam berorganisasi terkadang muncul keinginan karyawan untuk

berbagi informasi melewati bats-batas fungsional dengan individu

lainnya yang tidak menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka.

Kegiatan komunikasi diagonal atau silang (Cros-Channel

Communications) ini dapat berupa :

a. Memberikan masukan

Kegiatan ini merupakan pemberian masukan atau nasihat kepada

manager mengenai pekerjaan karyawan di semua bagian divisi

perusahaan. Misal, karyawan Biro Humas memberi masukan

kepada kepala Biro Kepegawaian agar keluhan-keluhan para

karyawan terhadap masalah.

22
b. Melakukan Koordinasi tugas atau pekerjaan

Kegiatan koordinasi yang sering dilakukan antara karyawan

dengan manager pada divisi lain bertujuan untuk kepentingan

perusahaan. Biasanya hal ini dilakukan untuk memohon bantuan

dari karyawan kepada manager ataupun sebaliknya.

c. Interaksi komunikasi dengan karyawan divisi lain dalam

mengembangkan hubungan interpersonal

Mengenal satu sama lain merupakan kewajiban bagi karyawan.

Baik karyawan yang tingkatnya sama, lebih tinggi ataupun lebih

rendah. Terutama berinteraksi dengan karyawan yang berbeda

divisinya perlu dikembangkan. Tujuannya untuk meningkatkan

hubungan interpersonal. Agar member kemudahan jika karyawan

mengalami permasalahan pekerjaan, karyawan lain dapat

membantu. Misal, dalam komunikasi internal di perusahaan,

biasanya komunikasi dilakukan anatara dua orang atau lebih,

komunikasi ini dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a. Komunikasi tatap muka (face to face communications),

komunikasi personal tatap muka langsung berlangsung secara

dialogis sambil saling menatap sehingga terjadi kontak

pribadi (personal contact). Ini disebut komunikasi

antarpersonal (interpersonal communications)

b. Komunikasi bermedia (mediated communication),

komunikasi yang menggunakan alat, seperti email atau

telepon. Karena melalui alat, maka antara kedua orang

tersebut tidak terdapat kontak pribadi. (Yulianita, 2005 p:92)

23
2.3.1 Tujuan Komunikasi Internal

Selanjutnya, H. Frazier Moore mengemukakan bahwa ”Komunikasi

internal dalam lembaga atau organisasi bertujuan untuk mengusahakan agar para

karyawan mengetahui apa yang sedang dipikirkan manajemen dan mengusahakan

agar manajemen mengetahui apa yang sedang dipikirkan karyawannya.” (Moore,

2002 p:80) Selain itu, untuk meningkatkan sense of belonging dan motivasi kerja

karyawan serta mempererat hubungan antara pimpinan dengan karyawan maupun

sesama karyawan.

Ruslan (2004, p:256) mengatakan bahwa tujuan dari komunikasi internal

adalah:

1. Sebagai   sarana   komunikasi   internal   secara   timbal   balik   yang

dipergunakan dalam suatu organisasi/perusahaan

2. Untuk   menghilangkan   kesalahpahaman   atau   hambatan   komunikasi

antara manajemen perusahaan dengan karyawannya.

3. Sebagai sarana saluran atau alat komunikasi dalam upaya menjelaskan

tentang   kebijakan,   peraturan   dan   ketatakerjaan   dalam   sebuah

organisasi. 

4. Sebagai   sarana   saluran   atau   alat   komunikasi   internal   bagi   pihak

karyawan   untuk   menyampaikan   keinginan­keinginan   atau   sumbang

saran dan informasi serta laporan kepada pihak manajemen perusahaan

(pimpinan).

24
2.3.2 Fungsi Komunikasi Internal

Fungsi komunikasi internal yaitu agar terciptanya saling memahami

(mutual understanding) dan kerjasama diantara sesama karyawan, dimana dalam

kondisi tersebut yang nantinya akan memberikan motivasi pada setiap individu

atau karyawan dalam bekerja sesuai dengan tujuan perusahaan. Kegiatan

komunikasi internal itu dapat dikatakan efektif apabila :

1. Adanya keterbukaan manajemen perusahaan (management system)

terhadap karyawannya.

2. Saling menghormati atau menghargai (mutual appreciation) antara

satu sama lain, baik ia bertindak sebagai pimpinan atau sebagai

bawahan demi tercapainya tujuan perusahaan.

3. Adanya kesadaran atau pengakuan dari pihak perusahaan akan nilai-

nilai dari arti pentingnya suatu komunikasi timbal balik dengan

karyawannya.

4. Keberadaan seorang humas yang tidak hanya memiliki kemampuan

(skill) dan pengalaman sebagai komunikator, mediator hingga

persuader, tetapi juga harus didukung dengan sumber-sumber daya

teknis yang canggih sekaligus sebagai media komunikasinya.

(Suminar, 2004 p:122)

Dengan penjelasan diatas, maka bisa dikatakkan bahwa komunikasi

internal merupakan suatu kebutuhan yang paling utama bagi perusahaan. Karena

komunikasi ini dapat meningkatkan sifat saling pengertian antara pimpinan dan

karyawannya, selain itu dapat pula meningkatkan koordinasi dan berbagai macam

kegiatan atau tugas yang berbeda. Apabila karyawan tidak memahami dengan baik

25
apa yang diinformasikan oleh pimpinan, maka mereka tidak akan mengerti apa

yang seharusnya dilakukan atau dikerjakannya, serta tidak mampu menjalankan

fungsi dan peranannya. Penyampaian informasi tersebut dapat dikatakan tidak

efektif karena kurangnya pengertian atau pemahaman dari karyawan.

2.4. Kinerja

Kinerja merupakan terjemahan dari istilah Inggris “Performance yang

berarti prestasi kerja, pelaskanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja atau

untuk kerja atau penampilan kerja.” (Suwarno, 2007:135) Sedangkan Berbaddin

dan Russel yang dikutip oleh Agus Suwarno, memberi batasan ‘Performance’

sebagai “…The Record of Out Comes Produced on A Specified Function or

Activity During A Specified Time Periode” (catatan outcome yang dihasilkan dari

fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu).”

(Suwarno, 2007 p:135).

Sementara itu, Wahyosumidjo (2004 p:117) mendefinisikan “Kinerja

sebagai hasil interaksi yang terjadi antara persepsi dan motivasi seseorang yang

dapat dilihat dari perilaku manusia.” Jadi kinerja merupakan hasil atau output dari

suatu proses. Jika output tersebut berasal dan atau sebagai hasil kerja karyawan.

Selain itu, menurut Suyadi Prawirosentono, “Kinerja yaitu hasil kerja

yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi, sesuai dengan tanggung jawab masing-masing dalam rangka usaha

mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hak

dan sesuai moral maupun etika.” (Prawirosentono, 2006 p:2)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa kinerja mengandung makna hasil kerja seseorang atau sekelompok orang

26
dalam menangani tugasnya baik itu tugas fungsional maupun perilaku yang

dilakukan selama periode tertentu.

Kinerja karyawan berhubungan dengan individual variabel dan

situational variabel. Mereka berpendapat bahwa perbeadan individu akan

menghasilkan kinerja yang berbeda pula. Individual variabel adalah variabel yang

berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan, milsanya: kemampuan,

kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan tertentu. Sedangkan yang dimaksud

dengan situational variabel adalah variabel yang bersumber dari situasi pekerjaan

yang lebih luas (lingkungan organisasi), misalnya pelaksanaan supervisi, iklim

organisasi, hubungan dengan rekan kerja sekerja dan sistem pemberian imbalan.

Standar kinerja merupakan tolak ukur dari suatu perbandingan antara apa

yang telah dilakukan dengan apa yang diharapkan atau ditargetkan sesuai dengan

pekerjaan atau jabatan yang telah dipercayakan kepada seseorang. Standar kinerja

dapat pula dijadikan bagi pertanggung jawaban terhadap apa yang telah

dilakukan.

Standar kinerja untuk masing-masing orang mempunyai perbedaan sesuai

jenis pekerjaan, organisasi atau profesi. Standar kinerja merunjuk pada tujuan

organisasi yang dijabarkan kedalam tugas-tugas fungsional. Standar kinerja

karyawan akan berbeda dengan standar kerja guru, seniman atau pekerja lainnya.

Karena masing-masing memiliki spesifikasi tugas atau pekerjaan yang berbeda.

Sedangkan Gary Desier mengatakan bahwa:

Ada tiga cara langkah untuk melakukan penilaian kinerja. Pertama,

mendefinisikan pekerjaan, yang artinya memastikan bahwa pimpinan dan

bawahan sepakat tentang tugas-tugasnya dan standar jabatan. Kedua,

menilai kinerja, berarti membandingkan kinerja aktual; bawahan dengan

27
standar-standar yang telah ditetapkan; ini menyangkut jenis formulir

yang telah ditetapkan. Ketiga, umpan balik, yaitu kinerja dan kemajuan

bawahan di bahas dan rencana-rencana dibuat untuk perkembangan apa

saja yang bisa dituntut. (Subagyo, 2008 p:3).

Penilaian kinerja merupakan proses penilaian yang dilakukan organisasi

terhadap para pegawai yang dapat memberikan umpan balik, sehingga organisasi

dapat mengidentifikasi secara tegas perbaikan atau penyesuaian yang diperlukan

dalam rangka perbaikan kinerja karyawan. Dalam melakukan penilaian kinerja

karyawan, terlebih dahulu dijelaskan bahwa perusahaan mencapai dalam

mencapai tujuan yang ditetapkan harus melalui sasaran dalam bentuk organisasi

yang digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagai perilaku

dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan. Tercapainya tujuan

perusahaan hanya dimungkinkan karena upaya para pelaku yang terdapat pada

perusahaan tersebut. Dalam hal ini terdapat hubungan yang erat antara kinerja

perorangan dengan kinerja perusahaan. Dengan kata lain apabila kinerja

karyawan baik, maka kemungkinan besar kinerja perusahaan juga baik. Kinerja

seorang karyawan akan baik mempunyai harapan masa depan yang lebih baik.

Roberth L. Mathis dan John H. Jackson juga mengatakkan, bahwa ”kinerja

merupakan kualitas dan kuantitas dari sebuah hasil kerja individu maupun kelompok

dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami yag diperoleh

dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.”

Secara umum, didalam menentukan faktor penilaian kinerja karyawan

digunakan dua kinerja utama, yakni bahwa faktor tersebut harus relevan dengan

28
pelaksanaan tugas-tugas jabatan serta dapat diukur. Selain kinerja tersebut,

Richard Williams yang dikutip oleh Jiwo Wungu & Hartanto Brotoharsojo, juga

menunjuk Perfomance atau perstasi kerja sebagai suatu yang dihasilkan oleh tiga

hal, yaitu :

1. Kemampuan (Ability) dalam wujudnya sebagai kapasitas untuk

berprestasi (capacity to Perform).

2. Kemauan, semangat, hasrat atau motivasi dalam wujudnya sebagai

kesediaan untuk berprestasi (Opportunity to Perform).

3. Kesempatan untuk berprestasi (Willingness to Perform).

(Wungu & Brotoharsojo, 2007 p:49)

Bila sekelompok karyawan dan atasannya mempunyai kinerja yang

baik, maka akan berdampak pada kinerja perusahaan yang baik pula. Adapun

faktor-faktor penilaian kinerja antara lain :

1. Prestasi Kerja, mencakup kecakapan, keterampilan, kesungguhan

dalam bekerja dan hasil kerja

2. Tanggung jawab terhadap pekerjaan, seperti pelaksanaan tugas,

dedikasi dan keberanian mengambil resiko.

3. Ketaatan meliputi : Disiplin, sopan santun, dan ketentuan jam kerja.

4. Kejujuran, meliputi : Keikhlasaan menjalankan tugas dan

penggunaan wewenang.

5. Kerjasama, meliputi : penyesuaian pendapat, menghargai pendapat

orang lain.

29
6. Kepemimpinan, meliputi : koordinasi, komunikasi, penentuan

prioritas, kemampuan pengambilan keputusan dll. (Wungu &

Brotoharsojo, 2007 p:51)

Terkait dengan beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

untuk mengukur kinerja karyawan, dapat diukur berdasarkan Prestasi Kerja,

Tanggung jawab terhadap pekerjaan, Ketaatan Kejujuran, Kerja sama,

Kepemimpinan. Apabila salah satu diatas tersebut tidak dilakukan maka kinerja

seorang karyawan akan menjadi lambat.

2.4.1 Pengukuran Kinerja

Ada perbedaan yang berbeda yang diharapkan dari setiap organisasi dalam

menentukan aspek atau unsur dalam menilai kinerja. Hal tersebut disebabkan karena

adanya perbedaan yang diharapkan dari masing­masing organisasi.

Blumbergh dan Pringle (2003) mengajukan sebuah model untuk memprediksi

kinerja pegawai. Model tersebut melibatkan variable individual dan lingkungan yang

saling berinteraksi dan terdiri atas tiga komponen, yaitu : kesempatan, kapasitas, dan

kemauan untuk berprestasi. 

Kinerja dapat juga digunakan untuk mengukur hasil organisasi, alat, ataupun

hasil yang diperoleh oleh karyawan, tetapi dalam penelitian ini hanya melihat pada

kinerja yang diperoleh oleh karyawan dan sekelompok karyawan. Kinerja karyawan

30
dapat   terbentuk   dari   hasil   kegiatan   dari   sejumlah   faktor   yang   ada,   baik   faktor

eksternal, faktor internal karyawan, dan faktor internal yang ada dalam organisasi. 

Dalam   proses   pencapaian   kinerjanya,   karyawan   dan   pimpinan   memiliki

tanggung   jawab   nya   masing­masing.   Karyawan   memiliki   tanggung   jawab   untuk

berjanji  agar menyelesaikan tugasnya dalam mencapai tujuan bersama yang sudah

ditetapkan   oleh   karyawan   dan   juga   perusahaan,   berkomunikasi   secara   terbuka,

mengumpulkan data kinerja kepada pimpinan, juga mempersiapkan kinerja yang rutin

dikerjakan sebelum diadakannya evaluasi kinerja.

2.5. Kerangka Pemikiran

Penelitian mengenai pengaruh dari variabel komunikasi internal terhadap

kinerja   karyawan   menunjukkan   bahwa   komunikasi   internal   secara   positif   dan

signifikan   berpengaruh   terhadap   kinerja   karyawan,   menurut   teori   dari   Davis

(Sutrisno, 2011:96) yang mengatakan bahwa komunikasi yang efektif di dalam

suatu organisasi akan mendorong motivasi dan timbulnya prestasi kerja (kinerja).

Hal ini juga didukung oleh penelitian dari Masithoh (2008), dalam penelitiannya

yang   menunjukan   hasil   bahwa   komunikasi   internal   berpengaruh   positif   dan

signifikan terhadap kinerja karyawan.

Komunikasi intermal dan komunikasi organisasi merupakan faktor yang

penting bagi pencapaian kinerja dalam pencapaian tujuan setiap perusahaan. Hal

31
tersebut juga memberikan pengaruh sekaligus hal penting untuk karyawan agar

fokus meningkatkan proses kinerja nya.

Penulis akhirnya menyimpulkan bagan kerangka pemikiran independen

yang menggambarkan hubungan antara komunikasi internal dalam organisasi

dengan kinerja karyawan. Gambar sebagai berikut:

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

Komuikasi Internal Kinerja

1. Komunikasi Vertikal 1. Prestasi Kerja


2. Komunikasi Horizontal 2. Tanggung jawab
3. Komunikasi Diagonal terhadap Pekerjaan
3. Ketaatan
4. Kejujuran
5. Kerjasama
6. Kepemimpinan

Sumber : Pemikiran Penulis

32
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Menurut Sugiyono (2008, p:4) metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada
gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi
masalah. Pendekatan atau metodologi penelitian yang dipakai dalam penelitian
ini adalah kuantitatif yaitu berdasarkan pendekatan positivisme.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut
Sugiyono (2008, p:38) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif untuk dapat mengukur pengaruh kegiatan komunikasi internal
terhadap pembentukan kinerja karyawan PT. Hindo H&M Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah survey.


Menurut Sugiyono (2008, p:52) survei digunakan untuk mendapatkan data dari
tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan
perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner,
dan wawancara terstruktur. Sedangkan, menurut Kriyantono (2006, p:81) survei

33
adalah metode riset dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen
pengumpulan datanya. Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang
sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu.
Selain itu, penulis ini juga menggunakan penelitian yang bersifat
asosiatif karena penulis ingin menghubungkan atau mencari sebab akibat antara
dua variabel yaitu kegiatan komunikasi internal yang menjadi variabel
independen (X) pengaruh kinerja karyawan sebagai variabel dependen (Y).
Oleh karenanya, penelitian ini bersifat asosiatif dengan maksud untuk
menjelaskan pengaruh (korelasi) antar variabel. (Kriyantono, 2006, p:90).

3.2. Definisi Operasional


Untuk memperoleh pengertian yang mendalam mengenai variabel-
variabel penelitian yang seringkali bersifat abstrak, maka penulis akan
mendefisikannya agar penelitian yang dilakukan kedepannya tidak menyimpang
dari pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, dan dapat
terselesaikan. Adapun definisi operasionalnya adalah sebagaimana berikut ini :

1. Komunikasi Internal
Komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi di dalam
perusahaan, dalam penelitian ini adalah PT. Hindo H&M Indonesia.
Dalam penelitian ini, komunikasi internal menjadi variabel
independent, dimana terdapat beberapa faktor yang menjadi
indikator dalam variabel ini, yaitu :
a. Komunikasi dari atas kebawah (Downward Communication)
Aliran komunikasi dari atas ke bawah adalah komunikasi yang
dilakukan dari atasan di dalam PT. Hindo H&M Indonesia
kepada karyawan nya. Kegiatan komunikasi dari atas kebawah
(Downward Communication) adalah sebagai berikut :
 Pimpinan selalu aktif melakukan pemberian pengajaran tugas
baru atau menyebarluaskan kepada para karyawannya
bagaimana melakukan tugasnya masing-masing
 Pimpinan selalu melakukan pertemuan yang dilakukan
pimpinan dengan para karyawannya pada setiap departemen

34
dengan memberikan penjelasan, pengarahan serta penerangan
secara ringkas yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas
sesuai tujuan organisasi.
 Pimpinan selalu memberikan penjelasan dan penyampaian
cara kerja secara detail dan akan menjelaskan mengenai
mengapa tugas yang diberikan perlu untuk dilaksanakan
 Pimpinan selalu menunjukkan tanggung jawab kepada
karyawannya dalam berbagai hal yang berkaitan dengan
pemberian instruksi pekerjaan.
b. Komunikasi dari bawah keatas (Upward Communication) Aliran
komunikasi dari bawah ke atas adalah kebalikan dari downward
communication, dimulai dari wewenang yang lebih rendah ke
hirarki wewenang yang lebih tinggi. Kegiatan komunikasi dari
bawah ke atas (upward communication) adalah sebagai berikut :
 Karyawan memiliki kesempatan untuk meminta bantuan
kepada pimpinan dalam memutuskan sesuatu, ketika
menghadapi permasalahan dalam pekerjaannya
 Karyawan memiliki kesempatan mengajukan saran-saran
yang akan menjadi pertimbangan pimpinan untuk tegas
kepada karyawannya terhadap peraturan-peraturan yang
berlaku di perusahaan.
 Karyawan memiliki kesempatan untuk memberikan laporan
presentasi dalam bentuk lisan maupun tertulis yang
disampaikan kepada pimpinan dengan tujuan agar kegiatan di
dalam perusahaan tetap berjalan lancar.
2. Komunikasi horizontal atau komunikasi ke samping
Merupakan komunikasi ke samping, atau komunikasi antar
pegawai di PT. Hindo H&M Indonesia yang memiliki
kedudukan setingkat/sama. Kegiatan komuniasi ini dapat
berupa :
 Aktivitas rapat yang dilaksanakan khusus para karyawan pada
setiap departemen dalam setiap minggunya agar adanya
kerjasama yang baik antar karyawan demi tujuan perusahaan

35
 Karyawan mampu memberikan dukungan kepada sesama
karyawan agar tercipta hubungan yang harmonis untuk
mencapai suatu tujuan.
 Karyawan mampu melakukaukan kerja sama yang baik antar
sesama karyawan dengan saling bertukar pikiran dan berbagi
informasi untuk memecahkan suatu permasalahan
 Permasalahan pekerjaan di perusahaan akan mudah
diselasaikan apabila ada suatu keterbukaan dan kepercayaan
antara Karyawan dengan karyawan lainnya.
3. Komunikasi Diagonal/Silang
Aliran komunikasi diagonal atau silang yang melibatkan antara dua
kedudukan yang berbeda dan tidak mempunyai wewenang langsung
dalam melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi diagonal
atau silang (Cros-Channel Communications) ini dapat berupa :
 Setiap karyawan memiliki peluang untuk pemberian masukan atau
nasihat kepada manager mengenai pekerjaan karyawan dan
keluhan-keluhan terhadap masalah di semua bagian divisi
perusahaan.
 Setiap karyawan dapat berkoordinasi dengan manager pada divisi
lain yang bertujuan untuk kepentingan perusahaan dan memohon
bantuan dari karyawan kepada manager ataupun sebaliknya.
 Setiap karyawan memiliki peluang untuk mengenal karyawan yang
tingkatnya sama, lebih tinggi ataupun lebih rendah untuk
meningkatkan hubungan interpersonal agar memberi kemudahan
jika mengalami permasalahan pekerjaan.
4. Kinerja
Kinerja yaitu hasil kerja yang dapat dicapai oleh karyawan kepada
perusahaan dalam hal ini PT. Hindo H&M Indonesia, sesuai dengan
tanggung jawab masing-masing dalam rangka usaha mencapai tujuan
organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hak dan
sesuai moral maupun etika. Oleh karenanya kinerja mengandung
makna hasil kerja seseorang atau sekelompok orang dalam
menangani tugasnya baik itu tugas fungsional maupun perilaku yang

36
dilakukan selama periode tertentu, yang dilihat dari dimensi Prestasi
Kerja, Tanggung Jawab terhadap pekerjaan, Ketaatan, Kejujuran,
Kerjasama, Kepemimpinan.
a. Prestasi Kerja
 Karyawan memiliki kemampuan untuk menunjukkan kecakapan
dalam menjalankan aktivitas kerja sehari-hari
 Karyawan mampu menunjukkan keterampilan yang sesuai dengan
bidang yang dikuasainya untuk menunjang aktivitas kerja sehari-
hari
 Karyawan mampu menunjukkan kesungguhan dalam bekerja
sehari-hari
 Karyawan memiliki kemampuan untuk menunjukkan hasil kerja
yang berkualitas kepada pimpinan dan rekan kerja
b. Tanggung Jawab terhadap pekerjaan
 Karyawan memiliki kemampuan untuk menunjukkan pelaksanaan
tugas secara optimal sesuai instruksi pimpinan
 Karyawan memiliki kemampuan untuk menunjukkan dedikasi
terhadap pekerjaan dan lingkungan divisi kerja.
 Karyawan memiliki kemampuan untuk menunjukkan keberanian
mengambil resiko dalam menjalankan tugas kerja yang
diinstruksikan oleh pimpinan
c. Ketaatan
 Karyawan memiliki kemampuan untuk menunjukkan disiplin kerja
untuk selalu berada pada tempat kerja sesuai dengan jam
operasionalisi kerja
 Karyawan memiliki kemampuan untuk menunjukkan sopan santun
untuk menjaga interaksi dengan pimpinan dan rerkan kerja serta
publik eksternal
 Karyawan memiliki kemampuan untuk mentaati peraturan masuk
dan pulang kerja yang sesuai dengan ketentuan jam kerja
d. Kejujuran
 Karyawan memiliki kemampuan untuk menunjukkan keikhlasaan
dalam menjalankan tugas dari pimpinan atau rekan kerja.

37
 Karyawan memiliki kemampuan untuk menunjukkan kejujuran
untuk penggunaan wewenang sesuai tingkatan jabatan tanpa
menyalahi aturan

e. Kerjasama
 Karyawan memiliki kemampuan untuk melakukan penyesuaian
pendapat degan pimpinan dan rekan kerja
 Karyawan memiliki kemampuan untuk menunjukkan sikap dalam
menghargai pendapat orang lain
f. Kepemimpinan
 Karyawan memiliki kemampuan untuk berkoordinasi dengan
seluruh staff di satu divisi atau divisi lainnya
 Karyawan memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan
seluruh staff pada berbagai tingkatan jabatan.
 Karyawan memiliki kemampuan untuk menentukan prioritas dalam
setiap aktivitas kerja sehari-hari.
 Karyawan memiliki kemampuan untuk pengambilan keputusan
yang tepat pada setiap aktivitas kerja.
Variabel Bebas (X)
Komunikasi Internal
Dimensi Indikator Skala

38
Komunikasi Komunikasi dari atas kebawah Inteval
Vertikal (Downward Communication) (Likert)
 Pimpinan selalu aktif
melakukan pemberian Sangat Setuju = 5
pengajaran tugas baru atau Setuju = 4
menyebarluaskan kepada para Ragu-Ragu = 3
karyawannya bagaimana Tidak Setuju = 2
melakukan tugasnya masing- Sangat Tidak Setuju = 1
masing
 Pimpinan selalu melakukan
pertemuan yang dilakukan
pimpinan dengan para
karyawannya pada setiap
departemen dengan
memberikan penjelasan,
pengarahan serta penerangan
secara ringkas yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugas
sesuai tujuan organisasi.
 Pimpinan selalu memberikan
penjelasan dan penyampaian
cara kerja secara detail dan
akan menjelaskan mengenai
mengapa tugas yang
diberikan perlu untuk
dilaksanakan
 Pimpinan selalu
menunjukkan tanggung jawab
kepada karyawannya dalam
berbagai hal yang berkaitan
dengan pemberian instruksi
pekerjaan

39
Komunikasi dari bawah keatas
(Upward Communication)
 Karyawan memiliki
kesempatan untuk meminta
bantuan kepada pimpinan
dalam memutuskan sesuatu,
ketika menghadapi
permasalahan dalam
pekerjaannya

 Karyawan memiliki
kesempatan mengajukan
saran-saran yang akan
menjadi pertimbangan
pimpinan untuk tegas kepada
karyawannya terhadap
peraturan-peraturan yang
berlaku di perusahaan.
 Karyawan memiliki
kesempatan untuk
memberikan laporan
presentasi dalam bentuk lisan
maupun tertulis yang
disampaikan kepada
pimpinan dengan tujuan agar
kegiatan di dalam perusahaan
tetap berjalan lancar.

40
Komunikasi  Aktivitas rapat yang
horizontal dilaksanakan khusus para
karyawan pada setiap
departemen dalam setiap
minggunya agar adanya
kerjasama yang baik antar
karyawan demi tujuan
perusahaan
 Karyawan mampu
memberikan dukungan
kepada sesama karyawan agar
tercipta hubungan yang
harmonis untuk mencapai
suatu tujuan.
 Karyawan mampu
melakukaukan kerja sama
yang baik antar sesama
karyawan dengan saling
bertukar pikiran dan berbagi
informasi untuk memecahkan
suatu permasalahan
 Permasalahan pekerjaan di
perusahaan akan mudah
diselasaikan apabila ada suatu
keterbukaan dan kepercayaan
antara Karyawan dengan
karyawan lainnya.

41
Komunikasi  Setiap karyawan memiliki
Diagonal peluang untuk pemberian
masukan atau nasihat kepada
manager mengenai pekerjaan
karyawan dan keluhan-
keluhan terhadap masalah di
semua bagian divisi
perusahaan.
 Setiap karyawan dapat
berkoordinasi dengan
manager pada divisi lain yang
bertujuan untuk kepentingan
perusahaan dan memohon
bantuan dari karyawan
kepada manager ataupun
sebaliknya.
 Setiap karyawan memiliki
peluang untuk mengenal
karyawan yang tingkatnya
sama, lebih tinggi ataupun
lebih rendah untuk
meningkatkan hubungan
interpersonal agar memberi
kemudahan jika mengalami
permasalahan pekerjaan

Variabel Terikat (Y)


Kinerja Karyawan
Dimensi Indikator Skala

42
Prestasi Kerja  Karyawan memiliki Inteval
kemampuan untuk (Likert)
menunjukkan kecakapan dalam Sangat Setuju = 5
menjalankan aktivitas kerja Setuju = 4
sehari-hari Ragu-Ragu = 3
 Karyawan mampu Tidak Setuju = 2
menunjukkan keterampilan Sangat Tidak Setuju = 1
yang sesuai dengan bidang
yang dikuasainya untuk
menunjang aktivitas kerja
sehari-hari
 Karyawan mampu
menunjukkan kesungguhan
dalam bekerja sehari-hari.

 Karyawan memiliki
kemampuan untuk
menunjukkan hasil kerja yang
berkualitas kepada pimpinan
dan rekan kerja

43
Tanggung jawab  Karyawan memiliki
terhadap pekerjaan kemampuan untuk
menunjukkan pelaksanaan
tugas secara optimal sesuai
instruksi pimpinan
 Karyawan memiliki
kemampuan untuk
menunjukkan dedikasi terhadap
pekerjaan dan lingkungan divisi
kerja.
 Karyawan memiliki
kemampuan untuk
menunjukkan keberanian
mengambil resiko dalam
menjalankan tugas kerja yang
diinstruksikan oleh pimpinan
Ketaatan  Karyawan memiliki
kemampuan untuk
menunjukkan disiplin kerja
untuk selalu berada pada
tempat kerja sesuai dengan jam
operasionalisi kerja
 Karyawan memiliki
kemampuan untuk
menunjukkan sopan santun
untuk menjaga interaksi dengan
pimpinan dan rerkan kerja serta
publik eksternal
 Karyawan memiliki
kemampuan untuk mentaati
peraturan masuk dan pulang
kerja yang sesuai dengan
ketentuan jam kerja

44
Kejujuran  Karyawan memiliki
kemampuan untuk
menunjukkan keikhlasaan
dalam menjalankan tugas dari
pimpinan atau rekan kerja.

 Karyawan memiliki
kemampuan untuk
menunjukkan kejujuran untuk
penggunaan wewenang sesuai
tingkatan jabatan tanpa
menyalahi aturan
Kerjasama  Karyawan memiliki
kemampuan untuk melakukan
penyesuaian pendapat degan
pimpinan dan rekan kerja
 Karyawan memiliki
kemampuan untuk
menunjukkan sikap dalam
menghargai pendapat orang
lain

45
Kepemimpinan  Karyawan memiliki
kemampuan untuk
berkoordinasi dengan seluruh
staff di satu divisi atau divisi
lainnya
 Karyawan memiliki
kemampuan untuk
berkomunikasi dengan seluruh
staff pada berbagai tingkatan
jabatan.
 Karyawan memiliki
kemampuan untuk menentukan
prioritas dalam setiap aktivitas
kerja sehari-hari.
 Karyawan memiliki
kemampuan untuk pengambilan
keputusan yang tepat pada
setiap aktivitas kerja

3.3. Populasi
Menurut Hamidi (2007, p:126):

Populasi adalah keseluruhan satuan analisis (unit of analisis) yang hendak


diteliti, dalam hal ini adalah individu-individu responden. Unit analisis
suatu penelitian dalam kajian komunikasi bisa berupa individu, kelompok
individu, teks media massa.

Sedangkan menurut (Martono, 2011, p:197):

Populasi juga merupakan “keseluruhan objek atau subjek yang berada


pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan
masalah penelitian. Keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup
yang akan diteliti.”

46
Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi dalam penelitian ini
melibatkan seluruh karyawan PT. Hindo H&M Indonesia. Sesuai dengan data
yang didapat dari HRD PT. Hindo H&M Indonesia, saudara Annisa
Norumadhany. Menerangkan bahwa jumlah keseluruhan karyawan tetap PT.
Hindo H&M Indonesia, yaitu sebanyak 29. Sehingga dalam penelitian ini populasi
nya berjumlah 29 orang.

3.4. Teknik Pengambilan Sampel


Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dijadikan objek dalam
melakukan penelitian dan pengujian data. Metode yang digunakan dalam
penarikan sampel ini adalah sampling jenuh atau sensus. Pengertian dari sampling
jenuh atau sensus menurut Sugiyono (2008:122), adalah “sampling jenuh atau
sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel.”
Berdasarkan dari pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa
sampling jenuh atau sensus, teknik penentuan sampel dengan menggunakan semua
anggota populasi. Dalam penelitian ini karena jumlah populasinya sedikit
(terbatas), yaitu sebanyak 29 orang. Sehingga tidak memungkinkan untuk
menggunakan sampel, sehingga peneliti mengambil jumlah sampel sama dengan
jumlah populasi atau disebut dengan sensus, yaitu 29 orang karyawan tetap PT.
Hindo H&M Indonesia.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Angket (Questioner)
“Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.” (Winardi, 2001, p:77). Responden yang diberi
koesioner adalah karyawan tetap PT. Hindo H&M Indonesia, dan telah
ditetapkan untuk dijadikan sampel pada penelitian ini. Untuk memberikan
kadar penilaian data jawaban responden dipergunakan skala Likert. Menurut
Sugiyono (2006, p:86), “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan pendapat persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

47
fenomena sosial”. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala
Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang
dapat berupa kata-kata untuk keperluan analisis kuantitatif. Jawaban setiap
item diberi skor (Sugiyono,2006, p:87):

1. Sangat Setuju / Selalu / Sangat Positif (skor 5)


2. Setuju / Sering / Positif (skor 4)
3. Ragu-ragu / Kadang-kadang / Negatif (skor 3)
4. Tidak Setuju / Hampir Tidak Pernah / Negatif (skor 2)
5. Sangat Tidak Setuju / Tidak Pernah / Sangat Negatif (skor 1)

Untuk memudahkan responden dalam mengisi kuesioner yang


diberikan, peneliti menggunakan skala Likert dengan kategori jawaban,
seperti “Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak Setuju. Sangat Tidak
Setuju”
b. Studi Kepustakaan
Rakhmat (2004, p:107), menyatakan bahwa: “Studi kepustakaan digunakan
untuk memberikan dasar teoritis bagi peneliti, tujuan tinjauan pustaka adalah
menghubungkan penelitian dengan konteks penelitian yang lebih luas.” Studi
kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat menunjang
penelitian dan penulisan.
Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan buku-buku yang ada
hubungannya dengan komunikasi serta bahan-bahan lain untuk memperoleh
teori maupun data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Diharapkan
studi kepustakaan dapat melengkapi isi dari penelitian ini.

3.6. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Uji validitas dan reabilitas digunakan untuk menguji sumber data dengan
menggunakan data primer yang berasal dari kuesioner.

3.6.1. Uji Validitas


Menurut Arikunto (2010, p:56):

48
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesalahan suatu
instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian yang valid mempunyai
validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah.

Berdasarkan definisi tersebut maka dapat peneliti simpulkan bahwa uji


validitas ini berguna untuk mengetahui apakah suatu indikator yang berupa
pertanyaan berada pada variabel yang tepat. Suatu penelitian dianggap mempunyai
validitas yang tinggi jika instrumen pengukurannya benar-benar mengukur konsep
penelitian yang dimaksud atau dikehendaki, dan konsep diukur secara akurat. Angka
validitas yang tinggi menandakan tingkat kesalahan pada instrumen yang kecil.
Sedangkan angka validitas yang rendah menrespondenkan kesalahan pada
instrumen kemungkinan besar akan muncul. Untuk menghitung validitas hasil
penyebaran kuesioner pada 29 responden, analisa akan dilakukan dengan
membandingkan jumlah keseluruhan pertanyaan dengan rtabel. Menurut Arikunto
(2004, p:58) “...jika nilai ritung > dari nilai rtabel maka keseluruhan data dapat dikatakan
valid.”
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti melakukan beberapa langkah dalam
menguji validitas, yaitu:
 Menentukan nilai rtabel
Nilai r di sini menunjukkan koefisien korelasi antara butir-butir pertanyaan
dengan total jawaban responden. Dalam penelitian ini, untuk nilai rtabel
disesuaikan dengan jumlah responden (n =29) dengan tingkat signifikansi
5%.
 Mencari rhitung
Di sini nilai rhitung untuk tiap item (variabel) dapat dilihat pada kolom
Corrected Item – Total Correlation. Di mana, semua item memiliki rhitung
harus lebih besar dari rtabel.
 Mengambil keputusan
Jika rhitung positif, serta rhitung > rtabel, maka butir tersebut valid. Sedangkan
jika rhitung negatif, serta rhitung < rtabel, maka butir tersebut tidak valid.

3.6.2. Uji Reliabilitas


Reliabilitas menurut Rakhmat, (2011, p:139) adalah:

49
Keterandalan indikator. Maksud dari keterrespondenlan tersebut yaitu ketika
indikator atau pengukuran yang digunakan reliable atau reliabilitasnya tinggi,
berarti indikator ini apabila diulang kembali penelitiannya akan memberi hasil
akhir yang sama.

Berdasarkan definisi tersebut maka dapat peneliti simpulkan bahwa


reliabilitas merupakan bentuk penilaian Kehandalan sebuah nilai dari
indikator yang diteliti.
Bailey (2012, p:36), menyatakan bahwa:
Reliabilitas merupakan tingkatan sejauh mana pengukuran yang dilakukan
memperoleh hasil yang konsisten (antar waktu, antar pengamat, antar
indikator, dsb), sehingga dengan kata lain reliabilitas merupakan the
consistency of a measure.

Berdasarkan definisi tersebut maka dapat peneliti simpulkan bahwa


reliabilitas sebuah pertanyaan yang reliable, mungkin saja tidak valid, namun jika
sebuah pertanyaan tidak reliable maka pastilah tidak valid. Hal ini berarti reliabilitas
merupakan kondisi penting bagi validitas.
Bailey (2012, p:39), juga menyatakan bahwa:
Uji reliabilitas dilakukan dengan perhitungan Alpha Cronbach karena skala
yang digunakan berupa interval, menunjukkan bahwa indikator yang
digunakan untuk mengukur konsep dalam penelitian ini reliable. Nilai Standar
minimum alpha yang dapat diterima sebagai indikator yang reliable adalah
0,5. Hal tersebut menrespondenkan bahwa pertanyaan berstruktur sebagai
indikator penelitian memiliki konsistensi internal yang baik.

Hasil uji realibilitas yang didapat berdasarkan hasil penyebaran kepada 76


responden berdasarkan nilai Cronbach’s alpha yang dapat dibandingkan dengan
koefisien reliabilitas di atas 0,5.

3.7. Teknik Analisis Data

50
Menurut Subagyo (2001, p:106), “Pada dasarnya analisa data adalah
kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh kebenaran atau
ketidakbenaran dari suatu hipotesa.” Teknik analisis data menggunakan bantuan
program SPSS versi 21 (Statistical Package For Social Science) melalui tahap–
tahap sebagai berikut:
a. Editing :
Tahap ini untuk memeriksa dan membetulkan jawaban-jawaban terhadap
kuesioner oleh responden yang salah, tetapi tidak menyalahi obyektifitas
penelitian dan membuang jawaban-jawaban yang tidak bisa dipakai.
b. Coding :
Setelah data diedit lalu diberi tanda-tanda atau kode. Pengkodean berupa
pemberian simbol yaitu angka pada masing-masing jawaban yang diperoleh
dari responden, dengan maksud agar data tersebut mudah dibaca.
c. Tabulating atau Classifieng :
Data yang jelas dibaca kemudian diinput kedalam komputer lalu
ditabulasikan dalam bentuk tabel tunggal, dijelaskan secara rinci sesuai jenis
dan sifatnya.
d. Interpreting :
Kesimpulan dari keseluruhan hasil data yang telah dianalisa (Sarwono,
2006, p:21).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat penulis jabarkan bahwa, setelah
melakukan editing pada jawaban responden pada lembar kuesioner dan pemberian
kode (coding) pada hasil jawabannya maka langkah selanjutnya adalah melakukan
tabulating atau classifieng dalam bentuk tabel tunggal yang menjelaskan secara
rinci keseluruhan hasil jawaban responden. Terakhir adalah melakukan
interpreting. Pada tahap ini peneliti menganalisa setiap tabel yang dan
memberikan kesimpulan dari hasil yang didapatkan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data kuantitatif.
Menurut Sudjana (2005, p:154)
Tehnik analisis data kuantitatif merupakan tehnik analisa data yang dapat
diukur secara langsung atau dapat dihitung adalah data kuantitatif,
sedangkan data yang hanya dapat diukur secara tidak langsung termasuk
jenis data kualitatif.

51
Sedangkan rumus yang digunakan untuk menganalisa data-data mengenai
penelitian asosiatif atau korelasi antara variabel-variabel maka menggunakan data
yang diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Package
For Social Science). Tehnik yang digunakan analisa kuantitatif berdasarkan
presentase menurut skor kumulatif. Sedangkan Rumus yang digunakan untuk
menganalisa data-data mengenai hubungan/korelasi antara variabel-variabel
memakai Korelasi Product Moment Pearson.
Rencana analisis yang digunakan untuk mencari hubungan dan
membuktikan Hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel
berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih
adalah sama. (Sugiyono, 2005 : 106)

n . ( XY) - (X . Y)


r=
n X2 – (X) 2 n . Y2 _ (Y) 2

Dimana ;
rxy : Koefisien korelasi
n : Jumlah subyek
X : Skor setiap item
Y : Skor total
(X)2 : Kuadrat jumlah skor item
X2 : Jumlah kuadrat skor item
Y2 : Jumlah kuadrat skor total
(Y)2 : Kuadrat jumlah skor total”

Teknik analisisnya juga menggunakan bantuan program SPSS (Statistical


Package For Social Science) untuk menguji hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat. Sedangkan untuk memberikan penafsiran koefisien korelasi yang
ditemukan besar atau kecil, maka berpedoman pada ketentuan yang tertera pada
tabel sebagai berikut :
Pedoman untuk memberikan Interpretasi terhadap
Koefisien Korelasi (Sugiyono, 2005 : 107)

52
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
“0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat”

Sedangkan, untuk mengetahui pengaruh digunakan rumus regresi dengan


metode Koefisien Determinasi (KD), sebagai berikut :

KD = R2 X 100 %

Selanjutnya, untuk mengetahui hubungan fungsional ataupun kausal satu


variabel independent dengan satu variabel dependent rumus Regresi sederhana.
Dampak dari penggunaan analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah
naik dan menurunnya variabel dependent dapat dilakukan melalui menaikkan dan
menurunkan keadaan variable independent (Sugiyono, 2005 : 244) persamaan umum
regresi linier sederhana adalah :

Y = a+bX

Untuk mendapatkan nilai Ŷ maka penulis mencari nilai a dan nilai b dapat
menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Package For Social Science)

3.8. Perumusan Hipotesis


Hipotesis dalam penelitian ini merupakan dugaan awal/kesimpulan sementara
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen sebelum dilakukan
penelitian dan harus dibuktikan melalui penelitian. Dugaan tersebut diperkuat melalui
teori/jurnal yang mendasarinya. Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis di atas,
hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0:
Diduga tidak ada pengaruh dari kegiatan komunikasi internal terhadap
pembentukan kinerja karyawan PT. Hindo H&M Indonesia.
Ha:
Diduga ada pengaruh dari kegiatan komunikasi internal terhadap pembentukan
kinerja karyawan PT. Hindo H&M Indonesia.

53
54

Anda mungkin juga menyukai