A. Pengertian
C .Klasifikasi
2.Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi
atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen
intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial
yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang
bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di
samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid
dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada
daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga
terjadi nekrosis jaringan otak.
D.ETIOLOGI
a. Trombosis iskemi jaringan otak serta udema dan bendungan sekitar
trombus muncul pada saat klien sedang tidur / istirahat
b. Emboli dapat berupa serpihan-serpihan darah yang beku, tumor, lemak /
udara
c. Perdarahan intracerebral ruptur dinding pembuluh darah cerebral
perdarahan pada jaringan otak akibat aterosklerosis dan hipertensi pada
klien > 50 tahun
d. Kompressi pembuluh darah otak disebabkan karena tumor, bekuan darah
yang besar dan sebagainya
e. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)
E. Patofisiologi
Stroke adalah penyakit gangguan peredaran darah keotak, baik yang disebabkan oleh
karena penyumbatan maupun perdarahan, keduanya sangat membahayakan sel otak
yang disuplay darah oleh arteri tersebut.Pada stroke iskhemia, penyumbatan dapat
mengakibatkan terputusnya aliran darah keotak sehingga menghentikan suplay
oksigen, glukosa, dan nutrisi lainnya kedalam sel otak yang mengalami serangan.
Bila terhentinya suplay darah ini terjadi selama satu menit dapat mengarah pada
gejala – gejala yang dapat pulih, seperti kehilangan kesadaran., jika kekurangan
oksigen berlanjut lebih dari beberapa menit, dapat menyeabkan nekrosis mikroskopis
neuron-neuron, area nekrotik disebut infark.
Pada perdarahan intracranial, darah berasal dari robeknya pembuluh darah yang
kemudian masuk kedalam sel otak dan mengisi ruangan sekelilingnya. Bila darah
yang terkumpul banyak, dapat menyebabkan meningkatnya tekanan intracranial, Pada
saat yang sama, perdarahan dapat juga menyebebkan terhentinya supplay oksigen dan
nutrisi kedaerah yang terkena. Fase akut dari stroke umumnya dihitung sejak pasien
dirawat sampai keadaan umum pasien stabil, yang biasanya 48-72 jam pertama sejak
pasien masuk rumah sakit, tetapi kadang-kadang bisa lebih dari 72 jam.Selama fase
ini, kegiatan perawatan terutama ditujukan untuk mempertahankan fungsi vital pasien
dan mencegah terjadinya kerusakan sel otak lebih lanjut.Selain kedua hal tersebut
diatas, tindakan keperawatan juga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi
berupa kecacatan fisik, mental dan sosial.
Stroke karena embolus dapat merupakan akibat bekuan darah, plak ateromatosa
fragmen, lemak atau udara.Emboli pada otak kebanyakan berasal dari jantung,
sekunder dengan infark miokard atau fibrilasi atrium.Sindrom neurovaskuler yang
lebih sering terjadi pada stroke trombolitik dan embolitik adalah karena keterlibatan
arteria serebral madiana.Jika etiologi stroke adalah hemoragi, maka faktor
pencetusnya biasanya adalahhipertensi .Abnormalitas vascular seperti AVM dan
anuerisma serebral lebih rentan terhadap ruptur dan menyebabkan hemoragi pada
keadaan hipertensi.
Sindrom neurovaskuler yang lebih sering terjadi pada stroke trombotik dan embolitik
adalah karena keterlibatan arteri serebral mediana. Arteri ini terutama mensuplai
aspek lateral hemisfer serebri. Infark pada bagian tersebut dapat menyebabkan defisit
kolateral motorik dan sensorik. Jika infark hemisfer adalah dominan, maka akan
terjadi masalah-masalah bicara dan timbul disfasia. Dengan stroke trombotik atau
embolik, maka besarnya bagian otak yang mengalami iskemia dan infark sulit
ditentukan. Ada peluang dimana strokeakan meluas setelah serangan pertama. Dapat
terjadi edema serebral massif dan peningkatan tekanan intra cranial (TIK) pada titik
herniasi dan kematian setelah trombotik terjadi pada area yang luas.Prognosisnya
tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat serangan.Karena stroke
trombotik sering disebabkan aterosklerosis, maka ada resiko untuk terjadi stroke di
masa mendatang pada pasien yang sudah pernah mengalaminya.Dengan stroke
embolik, pasien juga mempunyai kemungkinan untuk mengalami
stroke hemoragik jika penyebabnya tidak ditangani.Jika luas jaringan otak yang
rusak akibat stroke hemorhagi tidak besar dan bukan pada tempat yang vital, maka
pasien dapat pulih dengan defisit minimal.Jika hemorhagi luas atau terjadi pada
daerah yang vital, pasien mungkin tidak dapat pulih.
F. Manifestasi Klinis
Gejala – gejala stroke muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan
oleh terganggunya aliran darah ke daerah tersebut. Gejala itu muncul bervariasi,
bergantung bagian otak yang terganggu.Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan
hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient
ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama,
memperberat atau malah menetap.
b.Sementara, namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini disebut reversible ischemic neurologic
defisit (RIND)
c. Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini disebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut
progressing stroke atau stroke inevolution
d. Sudah menetap/permanen
Gangguan yang muncul :
Pendarahan otak dilayani oleh 2 sistem yaitu sistem karotis dan sistem
vertebrobasilar. Gangguan pada sistem karotis menyebabkan :
1. Gangguan penglihatan
2. Gangguan bicara, disfasia atau afasia
3. Gangguan motorik, hemiplegi/hemiparese kontralateral
4. Ganguan sensorik
Gangguan pada sistem vertebrobasilar menyebabkan :
1. Ganguan penglihatan, pandangan kabur atau buta bila gangguan pada lobus
oksipital
2. Gangguan nervi kranialais bila mengenai batang otak
3. Gangguan motorik
4. Ganggguan koordinasi
5. Drop attack
6. Gangguan sensorik
7. Gangguan kesadaran
1. Bila lesi di kortikal, akan terjadi gejala klinik seperti; afasia, gangguan
sensorik kortikal, muka dan lengan lebih lumpuh atau tungkai lebih lumpuh.,
eye deviation, hemipareses yang disertai kejang.
2. Bila lesi di subkortikal, akan timbul tanda seperti; muka, lengan dan tungkai
sama berat lumpuhnya, distonic posture, gangguan sensoris nyeri dan raba
pada muka lengan dan tungkai (tampak pada lesi di talamus). Bila disertai
hemiplegi, lesi pada kapsula interna. 3
3. Bila lesi di batang otak, gambaran klinis berupa: hemiplegi alternans, tanda-
tanda serebelar, nistagmus, gangguan pendengaran, gangguan sensoris,
disartri, gangguan menelan, deviasi lidah.
4. Bila topis di medulla spinalis, akan timbul gejala seperti: gangguan sensoris
dan keringat sesuai tinggi lesi, gangguan miksi dan defekasi.
Defisit Neurologis:
Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau batas objek
3. Diplopia : penglihatan ganda.
Defisit Motorik
1. Hemiparese
2. Hemiplegia
3. Ataksia
Berjalan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar
berdiri yang luas.
4. Disartria
5. Disfagia
Defisit Sensori
1. Afasia ekspresif
2. Afasia reseptif
Defisit Kognitif
Defisit Emosional
G. Factor resiko
I. KOMPLIKASI
1. Hipoksia serebral
Fungsi otak tergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirim ke
jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin
serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam
mempertahankan oksigenasi jaringan.
J. TINDAKAN PELAKSANAAN
Klien tirah baring dengan kepala ditinggikan 30 derajat untuk menurunkan
tekanan intrakranialmemfasilitasi aliran darah. Lakukan pemeriksaan
intensif tekanan darah dan tingkat kesadaran (Glasgow Coma Scale).
Penggunaan vasodilator dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan
aliran darah otak dengan menurunkan tekanan darah sistemik dan
menurunkan aliran darah balik/vena anastomosis intra serebral.
Antikoagulasi dapat diberikan untuk mencegah untuk mencegah terjadinya
pembentukan trombus (kontrol clotting time guna mencegah perdarahan).
Jika klien mengalami sakit kepala dan nyeri pada leher biasanya diberikan
obat analgesic ringan, sejenis codein dan acetaminophen. Sering dihindari
pemberian obat narkotik yang kuat, karena dapat menenangkan klien dan
menyebabkan pengkajian.
Bila pasien coma mungkin dipertimbangkan pemasangan mechanical
ventilation.
Eksternal ventriculostomy drainage untuk menurunkan tekanan cairan
otak yang terakumulasi.
Steroid dan osmotik diuresis, digunakan untuk menurunkan tekanan
intrakranial.
Pengobatan anti hipertensidan diuresis untuk klien yang mengalami
hipertensi.
Jika kejang, diberikan obat anti kejang misalnya dilantin atau phenobarbital.
Bila suhu badan meningkat, berikan obat antipyretic.
Bila klien tidak dapat makan dan minum sendiri, pertimbangkan pasang
NGT.
Klien dengan gangguan serebrovaskular beresiko tinggi terhadap aspirasi,
sumbatan jalan nafas dan muntah, sehingga tidak diberikan makanan melalui
oral pada 24-48 jam pertama.
Pembedahan : Mengevakuasi atau mengeluarkan hematoma pada klien
hemorragic stroke/perdarahan.
K. DIET
Klien dengan gangguan serebrovaskular beresiko tinggi terhadap aspirasi,
sumbatan jalan nafas dan muntah, sehingga tidak diberikan makanan melalui oral
pada 24-48 jam pertama.
Jika klien tidak dapat makan atau minum setelah 48 jam, maka alternatif
pemberian makanan dengan menggunakan selang makanan.
J. KONSEP KEPERAWATAN
A. DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN
1. Aktifitas/ istirahat
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralysis
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit gangguan jantung (MI, endokarditis, PJK,
bakterial)
3. Elimunasi
Gejala : Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urin, anuria
4. Makanan/cairan
Gejala : Napsu makan hilang, mual muntah selama fase akut, kehilangan
sensasi pada lidah, pipi, dispagia, adanya riwayat DM, peningkatan
lemak dalam darah
5. Neurosensori
Gejala : Sinkop/pusing, sakit kepala, kelemahan/kesemutan, penurunan
fungsi penglihatan, kehilangan rangsang sensorik kontralateral
(pada sisi tubuh yang berlawanan pada ekstremitas dan kadang-
kadang pada ipsilateral (yang satu sisi) pada wajah
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda (karena a. carotis
yang terkena)
7. Pernapasan
Gejala : Merokok (faktor risiko)
8. Keamanan
Tanda : Kesulitan dalam menelan, tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi sendiri, hilang kewaspadaan terhadap bagian
tubuh yang sakit
9. Interaksi Sosial
Tanda : Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
10. Penyuluhan
Gejala : Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke (faktor risiko),
pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alcohol
d. Pertahankan dukungan, sikap yang tegas. Beri klien waktu yang cukup
untuk mengerjakan tugasnya
Rasional : Pasien memerlukan empati tapi perlu untuk mengetahui
pemberi asuhan yang akan membantu pasien secara konsisten
c. Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan
menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika diperlukan
Rasional : Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan
kontrol muskuler
2) Faktor pencetus
3) Perawatan tindak lanjut dirumah
Rasional : Penggunaan metode belajar yang bermacam-macam
meningkatkan penyerapan materi
d. Lindungi pasien dari suhu yang berlebihan, kaji adanya lingkungan yang
membahayakan
Rasional : Meningkatkan keamanan pasien yang menurunkan risiko
terjadinya trauma
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem
Persyarafan, Jakarta, EGC, 2005