Penggolongan Obat
Penggolongan Obat
OLEH :
KELOMPOK 1
ANGGOTA :
1. Arifani Siswidiasari (0508505008)
2. Ni Luh Putu Ariasih (0808505020)
3. Milawati (1108505001)
4. Ida Ayu Putu Chandra Dewi (1108505002)
5. Simasti Ainnurrahmah (1108505003)
6. Gusti Ayu Prianka Adi Shaswati (1108505004)
7. Made Yunita Dwi Darayanthi (1108505005)
8. Ni Made Rai Sudarni (1108505006)
9. I Gusti Ngurah Redika Putra (1108505007)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2012
PENGGOLONGAN OBAT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
A. OBAT
Banyak pendapat mengenai definisi obat tersebut. Namun, menurut Undang-
Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992, definisi obat adalah bahan atau panduan bahan-
bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
Pengertian obat juga dapat didefinisikan secara khusus. Adapun pengertian
obat secara khusus adalah :
1. Obat Jadi
Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau capuran (serbuk, cairan, salep,
tablet, pil, suppositoria, dll) yang mempunyai teknis sesuai FI/lain yang ditetapkan
pemerintah.
2. Obat Paten
Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama
sipembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli pabrik yang
memproduksinya.
3. Obat Baru
Obat baru adalah obat yang terdiri atau berisi zat, baik sebagai bagian yang
berkhasiat, ataupun yang tidak berkhasiat, misalnya: lapisan, pengisi, pelarut,
pembantu atau komponen lain, yang belum dikenal sehingga tidak diketahui
khasiat dan kegunaannya.
4. Obat Asli
Obat asli adalah obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah Indonesia,
terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam pengobatan
tradisional.
5. Obat Essensial
Obat essensial adalah obat yang paling dibuuhkan untuk pelayanan kesehatan
masyarakat terbanyak dan tercantum dalam Daftar Obat Esensial yang ditetapkan
oleh MENKES.
6. Obat Generik
Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam FI untuk zat
berkhasiat yang dikandungnya.
B. PENGGOLONGAN OBAT
Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor 917/Menkes/Per/X/1993 yang kini
telah diperbaiki dengan Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor
949/Menkes/Per/VI/2000, penggolongan obat ini terdiri dari:
1. Obat Bebas
2. Obat Bebas Terbatas
3. Obat Wajib Apotek
4. Obat Keras
5. Obat Psikotropika dan Narkotika
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep
dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras, obat
bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI.
Golongan obat bebas ini biasanya tidak membahayakan jiwa, dalam arti kata
yang agak luas, bila makan jumlah 10-20 biji sekaligus pun belum menyebabkan
kematian.
Penandaan :
Obat bebas diatur berdasarkan S.K Menkes RI Nomor 1380/A/SKA/I/1983
tentang tanda khusus untuk obat bebas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu
bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam, seperti terlihat pada gambar
berikut:
Yang tergolong obat bebas antara lain :
1. Vitamin B kompleks
2. Vitamin B1
3. Tablet Vitamin A
4. Vitamin C
5. Multivitamin
6. Minyak Kayu Putih
7. Obat Batuk Hitam
8. Tablet Paracetamol
P No. 2 :
a. Kalii Chloras dalam larutan
b. Zincum, obat kumur yang mengandung persenyawaan Zincum
P No. 3 :
a. Air Burowi
b. Mercurochromum dalam larutan
P No. 4 :
a. Rokok dan serbuk untuk penyakit bengek untuk dibakar yang mengandung
Scopolaminum
P No.5 :
a. Amonia 10% ke bawah
b. Sulfanilamidum steril dalam bungkusan tidak lebih dari 5 mg bungkusnya.
P No. 6 :
a. Suppositoria untuk wasir
2. Peningkatan pengobatan sendiri secara tepat , aman, dan rasional dapat dicapai
melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk pengobatan
sendiri.
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker
kepada pasien di apotik tanpa resep dokter.
1. KepMenKes No.347 Tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotek (OWA) No.1,
berisi daftar obat yang dapat diserahkan tanpa resep oleh apoteker di apotek,
mencakup oral kontrasepsi, obat saluran cerna (antasida, anti-spasmodik, anti-
spasmodik analgetik, anti mual, laksan), obat mulut dan tenggorokan, obat
saluran napas (obat asma, sekretolitik/mukolitik), obat sistem neuromuscular
(analgetik antipiretik, antihistamin), antiparasit (obat cacing), obat kulit topikal
(antibiotik topikal, kortikosteroid topikal, antiseptik lokal, antifungi lokal,
anestesi lokal, enzim antiradang topikal, pemucat kulit).
2. PerMenKes No.919 Tahun 1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan
tanpa resep, yaitu tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita
hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun, pengobatan
sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan
penyakit, penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan, penggunaannya diperlukan untuk penyakit
yang pravalensinya tinggi di Indonesia, dan obat memiliki rasio kemanfaatan
yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
3. PerMenKes No.924 Tahun 1993 tentang OWA No.2, peraturan ini memuat
tambahan daftar OWA yang dapat diserahkan apoteker.
Akseptor di
anjurkan control
ke dokter tiap 6
bulan
Kombinasi: Kontrasepsi 1 siklus - sda
Norangestrol - etinil
estradiol - wajib
menujukkan
Lenestrenol – etinil
kartu
estradiol
Etinodiol diasetat –
eyinilestradiol
Levonorangestrol –
etinil estradiol
Norethindrone –
mesatranol
Desogestrel – etinil
estradiol
- Mg Trisilikat, Al
oksida + Papaverine
HCL+
klordizepoksid +
diazepam + Sodium
Bicarbonat
- Al oksida, Mg
oksida + hiosyamin
HBr, atropine
sulfat, hiosin HBr
- Mg trisilikat, Al
hidroksida_papaveri
ne HCL
- Mg trisilikat + Al
hidroksida +
papaverine HCL,
klordiazepoksid +
beladona
- Mg karbonat, mg
oksida, Al
hidroksida +
papaverine HCL,
beladona
- Mg oksida, Bi.
Subnitrat +
beladona,
papaverine,
klordiazepoksid
- Mg trisilikat, aukol +
papaverine HCl,
klordiazepoksid
- Hyosine N butyl
bromide, Dypiron
- Metampiron,
beladona, papaverine
HCL
- Tebulatin sulfat
Max 20 tab/
sda
- Bromhexine -sda-
-Metampiron + Sakit
- Astemizol -sda-
- Oxomemazine -sda-
- Homochorcyclizin -sda-
HCL
- Dexchlorpheniramin
-sda-
maleat
- Klorphenicol
Max 2
- Framisetine sulfat lembar
- Flupredniliden mengakibatkan
kanker
- Triamsinolon
- betametazon
Alergi dan
difkortolon
- desoksimetazon
- Heksaklorofen
d. Anti Fungi Infeksi jamur Max 1 tube
local
- Miconazol nitrat
- Nistatin
- Tolnafat
- Ekonazol
- hidrokuinon dengan
PABA
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR : 924/MENKES/PER/X/1993
TENTANG : DAFTAR OBAT WAJIB APOTIK NO. 2
Obat yang masuk ke dalam golongan obat keras ini adalah obat yang
dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral, baik dengan cara
suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan, obat
baru yang belum tercantum dalam kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di
Indonesia serta obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui keputusan
Menkes RI.
Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras : obat itu sendiri dalam
substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu, kecuali apabila di
belakang nama obat disebutkan ketentuan lain, atau ada pengecualian Daftar Obat
Bebas Terbatas.
Contoh obat keras adalah :
a. Acetanilidum
b. Andrenalinum
c. Antibiotika
d. Anthistaminika
e. Apomorphinum
Dewi, L. P., 2008, Modul Undang-undang Kesehatan, Denpasar : SMF Saraswati 3 Denpasar.
Syamsuni, H., 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Tjay, T.H., Kirana, R., 2007, Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek
Sampingnya, Edisi : 6, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.