Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH BERBAGAI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP

PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK


INDONESIA

PROPOSAL TESIS

Oleh : FEBRIANTO DUTY YUDISTIRA

NIM : 201110180311086

JURUSAN ILMU EKONOMI SOSIAL PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................................. ii

Daftar Tabel ........................................................................................................................ iii

Daftar Gambar .................................................................................................................... iv

PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1

Latar Belakang Penelitian ................................................................................................... 1

Rumusan Masalah Penelitian ............................................................................................. 6

Tujuan ................................................................................................................................ 7

Manfaat ............................................................................................................................. 7

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................... 8

Definisi Pasar Modal ......................................................................................................... 8

Manfaat Pasar Modal ....................................................................................................... 9

Bentuk-Bentuk Pasar Modal ............................................................................................ 10

Instrumen Pasar Modal ................................................................................................... 10

Saham .............................................................................................................................. 10

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ............................................................................ 12

Pengaruh Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Pasar Modal ......................... 14

Penelitian Terdahulu ....................................................................................................... 16

Kerangka Pikir ................................................................................................................. 19

Hipotesis ........................................................................................................................ 20
METODE PENELITIAN ...................................................................................................... 21

Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................................... 21

Jenis dan Sumber Data ................................................................................................... 21

Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ..................................................................... 22

Metode Pengumpulan Data ........................................................................................... 23

iii

Definisi Operasional Data .................................................................................................. 23

Teknik Analisis Data ........................................................................................................... 24

Pengujian Asumsi Klasik dalam Regresi Linier ................................................................... 24

Pengujian Hipotesis ........................................................................................................... 26

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 29

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Ringkasan Variabel Ekonomi dan Pengaruhnya Terhadap Pasar Modal ............. 16

Tabel 2. Ringkasan Beberapa Penelitian Terdahulu .......................................................... 17

Tabel 3. Sumber-Sumber Data Penelitian ......................................................................... 22

Tabel 4. Definisi Operasional Data .................................................................................... 24


v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pergerakan IHSG Selama 5 Tahun .................................................................... 2

Gambar 2. Model Penelitian Pengaruh Berbagai Faktor Internal dan Eksternal Terhadap
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia
....................................... 20
Pengaruh Berbagai Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Pasar modal telah menjadi salah satu lembaga yang sangat penting bagi perkembangan
perekonomian di suatu negara. Besarnya investasi yang harus dikeluarkan oleh pemerintah
suatu negara untuk pembangunan diharapkan dapat mengandalkan sumber dana investasi
dalam negeri yang berasal dari tabungan masyarakat, tabungan pemerintah dan devisa
negara.Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif dalam penyediaan dana
untuk pembangunan nasional karena menghimpun dana jangka panjang dari masyarakat
untuk disalurkan ke sektor-sektor produktif. Apabila penghimpunan dana tersebut telah
berjalan dengan baik melalui lembaga-lembaga keuangan maupun pasar modal, maka negara
tersebut tidak memerlukan lagi sumber dana pendukung dari luar negeri. Dalam
perekonomian nasional pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan.
Pembentukan pasar modal banyak memberikan manfaat bagi dari segi politik, ekonomi,
maupun sosial bagi suatu negara. Penawaran dan permintaan dana jangka panjang harus
seimbang agar modal dapat berkembang di samping faktor-faktor pendukung lainnya.
Perkembangan pasar modal di Indonesia banyak dipengaruhi oleh berbagai regulasi
pemerintah mengingat peranan pasar modal yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi
nasional dan investor asing yang menanamkan dananya di pasar modal Indonesia. Karena
pentingnya peranan pasar modal dalam perekonomian Indonesia, maka nilai Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) dapat menjadi leading indicator economic pada suatu negara.
Pergerakan pasar yang sedang mengalami perbaikan atau mengalami penurunan dapat dilihat
pada naiknya nilai-nilai saham yang tercatat pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari
dalam negeri (internal) maupun dari luar negeri (eksternal). Faktor-faktor eksternal tersebut
dapat berasal dari indeks bursa efek di negara lain (seperti indeks Dow Jones Industrial
Average, FTSE 100, NIKKEI 225), harga minyak mentah dunia, harga emas dunia, dan
berbagai peristiwa politik yang mempengaruhi keamanan dan stabilitas perekonomian dunia
(seperti kerusuhan maupun serangan teroris). Sedangkan faktor-faktor internal berasal dari
kurs valuta asing, tingkat pendapatan nasional, jumlah uang yang beredar, tingkat inflasi, dan
tingkat suku bunga domestik pada negara tersebut.

Selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 Bursa Efek Indonesia (BEI) telah
mengalami market bearish dan market bullish karena dipengaruhi oleh berbagai faktor
internal dan faktor eksternal tersebut seperti terlihat pada Gambar 1.

Sumber gambar : google image

Sumber: Yahoo! Finance. Gambar 1. Pergerakan IHSG Selama 5 Tahun Periode market
bearish Bursa Efek Indonesia (BEI) terjadi selama krisis ekonomi global pada tahun 2008
yang berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime
mortgage default) di Amerika Serikat (AS) sehingga merusak sistem perbankan bukan hanya
di AS, namun meluas hingga ke Eropa lalu ke Asia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
sepanjang 2008 ditutup pada level 1.355,408 turun sebesar 51,17% dengan IHSG rata-rata
mencapai 1.340,892 dibanding level penutupan 2007 sebesar 2.745,826. Rebound IHSG
terjadi pada akhir September 2009 hingga menembus level 2.467,591, naik 440,811 poin
(21,74%) dari penutupan Juni 2009.

Periode market bullish ditunjukkan dari adanya tren kenaikan IHSG hingga berhasil
mencatatatkan rekor indeks tertinggi sepanjang sejarah, yakni di level 4.375,16, tepatnya
pada 26 November 2012.

Bursa efek yang tergolong maju seperti bursa Amerika, Jepang, Inggris dan sebagainya
memiliki pengaruh yang kuat terhadap kinerja bursa efek di negara lain.
Adanya efek penularan (contagion effect) tersebut menyebabkan terjadinya hubungan atau
interaksi pasar modal yang akan membentuk suatu integrasi pasar modal. Pengintegrasian
pasar modal menunjukkan bahwa pasar dapat berinteraksi dengan pasar di negara lain.

Selain itu, bursa efek yang berada dalam satu kawasan juga dapat mempengaruhi karena letak
geografisnya yang saling berdekatan seperti Indeks STI di Singapura, NIKKEI 225 di Jepang,
Hang Seng di Hongkong, KOSPI di Korea, dan KLSE di Malaysia. Fluktuasi harga minyak
mentah dunia juga merupakan suatu indikasi yang mempengaruhi pasar modal di suatu
negara. Secara tidak langsung kenaikan harga minyak mentah dunia akan berimbas pada
sektor ekspor dan impor suatu negara. Bagi negara pengekspor minyak, kenaikan harga
minyak mentah dunia merupakan keuntungan

tersendiri bagi perusahaan. Di satu sisi kenaikan harga minyak ini dapat meningkatkan laba
bagi perusahaan-perusahaan di sektor pertambangan, namun di sisi lain kenaikan harga
minyak tersebut justru dapat menurunkan laba bagi perusahaan-perusahaan non sektor
pertambangan karena menyebabkan peningkatan biaya operasional. Kenaikan dan penurunan
laba suatu perusahaan akan berdampak terhadap harga saham perusahaan tersebut. Saham-
saham perusahaan yang menghasilkan laba tinggi akan menarik investor untuk membeli
saham tersebut sehingga harga sahamnya menjadi naik sesuai dengan hukum permintaan dan
penawaran. Naik turunnya harga-harga saham akan menyebabkan IHSG berfluktuasi.

Berbeda halnya dengan minyak mentah, emas merupakan salah satu instrumen investasi yang
sampai dengan saat ini masih sangat diminati oleh semua lapisan masyarakat karena memiliki
sifat zero inflation atau tidak terpengaruh oleh inflasi. Harga emas akan selalu mengikuti
pergerakan inflasi. Harga emas akan cenderung konstan bila laju inflasi rendah dan bahkan
cenderung sedikit menurun apabila laju inflasi di bawah dua digit dan kurs dolar stabil. Jadi,
emas dapat digunakan sebagai salah satu instrumen pelindung nilai dan penimbun kekayaan.
Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan berdasarkan nilai moneter absolut
dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di
bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang dolar Amerika. Bentuk
penggunaan emas dalam bidang moneter lazimnya berupa bulion atau batangan emas dalam
berbagai satuan berat gram sampai kilogram. Harga emas diprediksi akan terus mengalami
kenaikan karena tidak adanya kepastian kapan berakhirnya krisis hutang yang melilit negara-
negara Eropa dan penurunan tingkat ekonomi dari sembilan negara anggota Uni-Eropa
sehingga harga saham di berbagai bursa di dunia mengalami kejatuhan disebabkan karena
banyaknya masyarakat yang mengalihkan dana mereka untuk berinvestasi dalam bentuk
emas. Secara umum krisis ekonomi global dalam kurun waktu dari tahun 1997 sampai
dengan sekarang merupakan rangkaian dari krisis-krisis ekonomi sebelumnya. Krisis yang
terjadi tersebut dimulai dari penurunan nilai mata uang negara-negara Asia relatif terhadap
dolar Amerika. Penurunan nilai mata uang ini disebabkan karena spekulasi dari
pedagangpedagang valas, kurang percayanya masyarakat terhadap nilai mata uang negaranya
sendiri, dan yang tidak kalah pentingnya adalah kurang kuatnya pondasi perekonomian.
(Hartono, 2010:81) Bank Indonesia sebagai bank sentral kemudian mengambil kebijakan
moneter melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT) dengan menaikkan suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) dengan harapan dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar
dari penjualan SBI di pasar uang. Namun, kebijakan tersebut ternyata berakibat negatif
terhadap pasar modal. Investor tidak lagi tertarik untuk menanamkan dananya di pasar modal
sehingga berakibat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot tajam.

Bank sentral pada suatu negara memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi.
Bank sentral akan berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar.
Pengendalian terhadap jumlah uang yang beredar dan penentuan tingkat suku bunga dapat
digunakan sebagai instrumen dalam mengendalikan harga oleh bank sentral. Selain itu, bank
sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini
disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat
inflasi) maupun eksternal (kurs). Inflasi terjadi sebagai akibat tingginya biaya produksi suatu
produk sehingga menaikkan harga jual produk tersebut yang dipengaruhi oleh kurs rupiah
terhadap dolar Amerika.

Keberhasilan bank sentral dalam mengkontrol inflasi dan mempertahankan kurs rupiah ke
level kondusif terlihat pada tahun 2006 dan 2007. Berbagai kebijakan ekonomi telah mampu
menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap USD. Namun, awal tahun 2008 rupiah terus
mengalami depresiasi dan membaik sejenak pada bulan Februari 2008 hingga bulan Maret
2008, dan terus melemah hingga bulan November 2008, rupiah mencapai Rp 11.713,65 per
USD. Dengan strategi yang tepat dalam mengendalikan inflasi dan suku bunga, maka nilai
tukar secara perlahan meningkat dan pada akhir bulan Desember 2009 mencapai Rp 9.462,17
per USD.
Selama periode antara tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 terjadi fenomena di mana
hubungan antara berbagai variabel makro ekonomi dengan pergerakan IHSG tidak sesuai
dengan teori yang ada. Hal ini tentu merupakan fenomena yang menarik untuk diteliti
mengapa terjadi penyimpangan seperti itu. Selain itu, beberapa hasil penelitian terdahulu
mengenai pengaruh tingkat suku bunga SBI, harga minyak dunia, harga emas dunia, kurs
rupiah terhadap dolar AS, indeks bursa efek lain, dan inflasi terhadap pergerakan IHSG
cenderung tidak konsisten atau berbeda antara peneliti satu dengan peneliti lainnya. Oleh
karena adanya fenomena dan research gap ini, maka diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh berbagai faktor internal dan eksternal terhadap pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.
Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan beberapa rumusan
masalah penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh faktor internal (kurs rupiah/USD, tingkat inflasi, dan suku bunga
SBI) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?

2. Seberapa besar pengaruh faktor eksternal (harga emas dunia, harga minyak mentah dunia,
dan indeks bursa efek lain) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?

3. Seberapa besar pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap

pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?


Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai antara lain:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor internal (kurs rupiah/USD, tingkat
inflasi, dan suku bunga SBI) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor eksternal (harga emas dunia, harga
minyak mentah dunia, dan indeks bursa efek lain) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara
praktis.

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai pengaruh
berbagai variabel makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa
Efek Indonesia.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat praktis bagi pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap hasil penelitian ini, di antaranya:

1. Bagi Investor Investor dapat mengambil keputusan investasi yang lebih baik setelah
mereka mengetahui informasi mengenai berbagai faktor makroekonomi yang dapat
mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada pemerintah mengenai


berbagai faktor makroekonomi yang membawa pengaruh baik positif maupun negatif
terhadap perkembangan pasar modal di Indonesia.
3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi peneliti lainnya untuk
melakukan penelitian mengenai berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Pasar Modal

Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan
sekuritas. Sedangkan menurut Husnan (2009:3) pasar modal dapat didefinisikan sebagai
pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang dapat
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh
pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Tempat di mana terjadi transaksi
jual-beli sekuritas secara fisik disebut dengan bursa efek. Indonesia memiliki satu bursa efek,
yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejak tahun 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa
Efek Surabaya (BES) bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Manfaat Pasar Modal

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2009:3) pasar modal memberikan manfaat antara lain:

a. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha
sekeligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

b. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.

c. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara.

d. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat


menengah.

e. Menciptakan lapangan pekerjaan/profesi yang menarik.


f. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang baik.

g. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa
diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.

h. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol sosial.

i. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan manajemen


profesional, dan penciptaan iklim berusaha yang sehat.

Bentuk-Bentuk Pasar Modal

Tandelilin (2010:28) membedakan pasar modal menjadi:

a. Pasar Perdana

Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada investor
umum untuk pertama kalinya.

b. Pasar Sekunder

Setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana, sekuritas emiten tersebut kemudian bisa
diperjualbelikan oleh dan antar-investor di pasar sekunder. Pasar sekunder biasanya
dimanfaatkan untuk perdagangan saham biasa, saham preferen, obligasi, waran maupun
sekuritas derivatif (opsi dan futures).

Instrumen Pasar Modal

Instrumen pasar modal sering dikenal sebagai sekuritas atau efek merupakan aset finansial
(financial asset) yang menyatakan klaim keuangan. Pasar modal (capital market) pada
prinsipnya merupakan pasar untuk sekuritas jangka panjang baik berbentuk hutang maupun
ekuitas (modal sendiri) serta berbagai produk turunannya. (Tandelilin, 2010:30)

Berbagai sekuritas jangka panjang yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia antara lain
seperti saham, obligasi, derivatif, dan reksa dana.

Saham

Menurut Kasmir (2010:209) Saham merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan.
Sedangkan menurut Arthesa dan Handiman (2009:229) saham adalah tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan tertentu pada perusahaan penerbit saham bersangkutan.
Mishkin (2008:41) mendefinisikan saham sebagai klaim ekuitas atas laba bersih dan aset
suatu perusahaan.

Saham terbagi menjadi dua bentuk, yaitu saham biasa (common stocks) dan saham preferen
(preferred stock).

a. Saham Preferen

Menurut Hartono (2010:111) saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara
obligasi (bond) dan saham biasa. Saham prefen memberikan beberapa hak bagi
pemegangnya, yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi
likuidasi. Oleh karena itu, saham preferen dianggap memiliki karakteristik antara obligasi dan
saham biasa.

Beberapa karakteristik dari saham preferen menurut Hartono (2010:112-113) antara lain:

1. Preferen terhadap Dividen

Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu
dibandingkan dengan pemegang saham biasa serta memberikan hak dividen kumulatif, yaitu
hak untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum
pemegang saham biasa menerima dividennya.

2. Preferen pada Waktu Likuidasi

Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan dibandingkan dengan
hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi.

b. Saham Biasa

Beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa menurut Hartono (2010:117-118)
antara lain:

1. Hak Kontrol

Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi.

2. Hak Menerima Pembagian Keuntungan

Sebagai pemilik perusahaa, pemegang saham biasa berhak mendapat bagian dari keuntungan
perusahaan.

3. Hak Preemptif
Hak preemptif (preemptive right) merupakan hak untuk mendapatkan persentase pemilikan
yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Menurut Sunariyah (2006:142) Indeks Harga Saham Gabungan seluruh saham adalah suatu
nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di suatu
bursa efek. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI meliputi pergerakan-pergerakan
harga untuk saham biasa dan saham preferen. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga
saham yang tercatat di bursa. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982
dengan nilai 100 dengan jumlah emiten yang tercatat sebanyak 13 emiten. Jumlah emiten
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sampai dengan bulan Desember 2009 mencapai 398
emiten. (BEI, 2010:4) IHSG mencapai level tertinggi sepanjang sejarah pasar modal
Indonesia yang ditutup pada level 2.830,263 pada tanggal 9 Januari 2008.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat dihitung menggunakan rumus berikut: (Halim,
2005:13)

Keterangan simbol:

IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada hari ke-t

NPt = Nilai pasar pada hari ke-t, dari jumlah lembar saham yang tercatat di bursa dikalikan
dengan harga pasar per lembar

ND = Nilai dasar, BEI memberi nilai dasar IHSG 100 pada tanggal 10 Agustus 1982 Nilai
Dasar tersebut sejak 10 Agustus 1982 selalu disesuaikan bila terjadi corporate action yang
dilakukan oleh emiten seperti penawaran saham perdana (IPO), right issues, company listing,
delisting, dan konversi. Salah satu faktor yang harus dihitung dalam melakukan penyesuaian
Nilai Dasar adalah Harga Teoritis. Selain berpengaruh pada harga saham, yang ditandai
dengan adanya Harga Teoritis saham, corporate action juga akan menyebabkan perubahan
jumlah saham tercatat jika emiten melakukan reverse split.
Rumus untuk mencari nilai dasar yang baru karena adanya corporate action tersebut adalah:
(Halim, 2005:14)

Keterangan simbol:

NDB = Nilai Dasar Baru

NDL = Nilai Dasar Lama

NPL = Nilai Pasar Lama

NPT = Nilai Pasar Tambahan

Pengaruh Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Pasar Modal

Faktor-faktor internal dan eksternal merupakan variabel ekonomi makro yang terjadi baik di
dalam negeri maupun di luar negeri. Menurut Sunariyah (2006:20) perubahan atau
perkembangan yang terjadi pada berbagai variabel ekonomi suatu negara akan memberikan
pengaruh kepada pasar modal. Apabila suatu indikator ekonomi makro jelek, maka akan
berdampak buruk bagi perkembangan pasar modal. Tetapi apabila suatu indikator ekonomi
baik, maka akan memberi pengaruh yang baik pula terhadap kondisi pasar modal. Siegel
(1991) dalam Tandelilin (2010:341) menyimpulkan adanya hubungan yang kuat antara harga
saham dan kinerja ekonomi makro dan menemukan bahwa perubahan pada harga saham
selalu terjadi sebelum terjadinya perubahan ekonomi. Harga emas dunia memiliki pengaruh
terhadap pergerakan IHSG. Emas merupakan salah satu instrumen investasi yang masih
diminati di masyarakat karena memiliki sifat zero inflation. Harga emas dunia yang kian naik
dari tahun ke tahun dapat menarik minat investor untuk berinvestasi emas sehingga
mengurangi investasinya di pasar modal dan berakibat IHSG mengalami penurunan karena
maraknya aksi jual saham yang dilakukan oleh para investor. Kurs rupiah yang melemah
terhadap dolar AS juga ikut mempengaruhi IHSG. Selain para investor dapat berinvestasi di
pasar modal, mereka juga dapat berinvestasi di pasar valas. Melemahnya nilai rupiah
terhadap dolar AS akan menarik minat investor untuk berinvestasi di pasar valas. Selain itu,
melemahnya kurs rupiah akan berdampak pada menurunnya laba bersih yang diperoleh oleh
emiten sehingga mengakibatkan harga sahamnya juga ikut menurun. Pelemahan kurs rupiah
terhadap dolar AS akan memicu terjadinya inflasi di masyarakat.

Penyebab terjadinya inflasi bisa disebabkan karena adanya tarikan permintaan dan desakan
biaya. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan
total yang berlebihan di mana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga
terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Sedangkan inflasi
desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi atau
kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat
secara signifikan. Pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS dapat memicu terjadinya inflasi
desakan biaya karena meningkatnya biaya produksi akibat penggunaan bahan baku impor.

Salah satu tugas bank sentral pada suatu negara adalah mengendalikan laju inflasi melalui
kebijakan moneter. Bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat
melalui penjualan SBI dan menentukan tingkat suku bunga simpanan dan pinjaman. BI rate
yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dapat dijadikan sebagai suku bunga acuan oleh
bank-bank yang ada di Indonesia dalam menentukan besarnya suku bunga simpanan dan
pinjaman serta digunakan oleh Bank Indonesia sebagai sasaran suku bunga SBI yang
diinginkan untuk pelelangan pada masa periode tertentu. Tinggi rendahnya BI rate ini akan
mempengaruhi investasi di pasar modal karena investor dapat mengalihkan dana
investasinya dalam bentuk simpanan di bank lokal dan pembelian SBI di pasar uang sehingga
berdampak pada merosotnya IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI). Inflasi desakan biaya juga
dapat disebabkan oleh adanya kenaikan harga minyak mentah di dunia. Bahan Bakar Minyak
(BBM) banyak digunakan sebagai bahan bakar industri sehingga dimasukkan sebagai
komponen biaya produksi suatu produk. Kenaikan harga BBM mengakibatkan kenaikan
biaya produksi sehingga produsen kemudian menaikkan harga jual produknya dan memicu
terjadinya inflasi di masyarakat. Bagi perusahaan-perusahaan penambangan dan pengolahan
minyak bumi, kenaikan harga minyak mentah ini akan meningkatkan laba bersih sehingga
menyebabkan harga sahamnya ikut naik di bursa efek. Naik turunnya harga saham
perusahaan-perusahaan tersebut menyebabkan naik turunnya IHSG di bursa efek akibat aksi
ambil untung (profit taking) yang dilakukan oleh para investor.

Ringkasan mengenai pengaruh beberapa variabel ekonomi terhadap pasar modal dapat dilihat
pada Tabel 1.
Sumber gambar : google image

Tabel 1. Ringkasan Variabel Ekonomi dan Pengaruhnya Terhadap Pasar Modal No. Variabel
Ekonomi Penjelasan

1 Pertumbuhan PDB Meningkatnya PDB akan berpengaruh positif terhadap pasar modal.

2 Pertumbuhan produksi industri Naiknya indeks produksi akan memberikan pengaruh positif
terhadap pasar modal.

3 Inflasi Inflasi yang tinggi mempunyai pengaruh negatif terhadap pasar modal.

4 Tingkat bunga Tingkat bunga yang tinggi akan berpengaruh negatif terhadap pasar modal.

5 Kurs rupiah Menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang asing memiliki pengaruh negatif
terhadap pasar modal.

6 Pengangguran Meningkatnya pengangguran akan memberikan dampak negatif terhadap


pasar modal.

7 Anggaran defisit Anggaran defisit akan meningkatkan jumlah uang yang beredar sehingga
akan menyebabkan terjadinya inflasi.
8 Bursa-bursa regional Perkembangan yang terjadi pada bursa-bursa di AS berpengaruh
positif terhadap bursa-bursa di Asia. Sumber: Dirangkum dari Sunariyah (2006:20-22),
Tandelilin (2010:341-345) Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu dapat
digunakan sebagai bahan referensi peneliti untuk membandingkan beberapa hasil penelitian
mengenai pengaruh berbagai variabel makroekonomi terhadap kurs, harga saham, dan IHSG.

Ringkasan beberapa penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.


Sumber gambar : google image
Kerangka Pikiran

Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2009:88) kerangka berpikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu
dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Jadi,
kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari
berbagai teori yang telah dideskripsikan. Hubungan antar variabel yang akan diteliti tersebut
dapat dijelaskan melalui suatu model yang disebut sebagai paradigma penelitian atau model
penelitian. (Sugiyono, 2009:63)

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan tinjauan pustaka,
maka dapat disusun model penelitian seperti Gambar 2.

Sumber gambar : google image


Hipotesis

Berdasarkan penjelasan empiris dan hasil penelitian sebelumnya seperti tersebut di atas, maka
dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 = Faktor-faktor internal seperti kurs rupiah/USD berpengaruh positif sedangkan tingkat


inflasi dan suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG.

H2 = Faktor-faktor eksternal seperti harga emas dunia dan harga minyak mentah dunia
berpengaruh negatif sedangkan indeks bursa efek lain berpengaruh positif terhadap
pergerakan IHSG..

H3 = Faktor internal dan faktor eksternal memiliki berpengaruh positif terhadap pergerakan
IHSG.
METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup penelitian yang bertujuan
untuk membatasi luasnya bidang permasalahan atau kajian yang akan diteliti. Adapun ruang
lingkup dari penelitian ini antara lain:

1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG dapat digolongkan menjadi


internal dan eksternal. Faktor-faktor internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam
negeri meliputi kurs rupiah terhadap dolar AS, tingkat suku bunga SBI, dan tingkat inflasi.
Sedangkan faktor-faktor eskternal, yaitu faktorfaktor yang berasal dari luar negeri meliputi
harga minyak mentah dunia, harga emas dunia, dan indeks bursa efek lain.

2. Indeks bursa efek negara lain yang diamati adalah indeks Dow Jones Industrial Average
(DJIA).
Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data kuantitatif dan data sekunder.

Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). (Kuncoro,
2009:145) Sedangkan data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh
seseorang dan bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir. Data tersebut bisa merupakan
internal atau eksternal organisasi dan diakses melalui internet, penelusuran dokumen, atau
publikasi informasi. (Sekaran, 2006:65) Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui
media internet seperti dapat dilihat pada Tabel 3.

Sumber gambar : google image

Sumber gambar : google image

Tabel 3. Sumber-Sumber Data Penelitian No. Variabel Indikator Sumber Data

1 Harga Emas Dunia Harga Emas di Pasar London Kitco

2 Kurs Rp/USD Kurs Tengah BI Bank Indonesia

3 Suku Bunga SBI BI Rate Bank Indonesia

4 Harga Minyak Mentah Dunia Harga Minyak Mentah West Texas Intermediate (WTI) U.S.
Energy Information Administration (EIA)

5 Indeks Bursa Lain Dow Jones Industrial Average (DJIA)Yahoo finance

6 Tingkat Inflasi Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index) Bank Indonesia

7 IHSG Indeks Harga Saham Gabungan (Jakarta Composite Index) Yahoo finance
Sumber: Peneliti, 2013 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah seluruh
kumpulan elemen yang menunjukkan ciri-ciri tertentu yang dapat digunakan untuk membuat
kesimpulan. (Sanusi, 2013:87) Populasi dalam penelitian ini adalah semua periode
perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 1977 sampai dengan sekarang.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan salah satu cara pengambilan
sampel tidak acak (non-random sampling), yaitu metode purposive sampling. Menurut Sanusi
(2013:95) cara pengambilan sampel tipe ini disebut pula dengan judgement sampling, yaitu
pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbanganpertimbangan tertentu. Sampel yang
akan digunakan untuk penelitian ini adalah periode pengamatan dari tahun 2009 sampai
dengan 2012 dengan pertimbangan bahwa selama periode pengamatan tersebut Bursa Efek
Indonesia (BEI) telah mengalami market bearish dan market bullish karena dipengaruhi oleh
berbagai faktor internal dan faktor eksternal sehingga sangat sesuai dengan tujuan penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan yang tepat untuk penelitian ini di mana sumber data yang digunakan
sepenuhnya merupakan data sekunder adalah teknik dokumentasi. Teknik pengumpulan data
dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.
(Usman & Akbar, 2003:73)

Menurut Sanusi (2013:114) cara dokumentasi biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data
sekunder dari berbagai sumber, baik secara pribadi maupun kelembagaan. Data yang
diperoleh masih sangat mentah karena informasinya tercerai-berai sehingga harus diatur
sistematika data tersebut dan meminta informasi lebih lanjut kepada pengumpul data pertama.

Data-data yang dikumpulkan menggunakan teknik dokumentasi dalam penelitian ini


diperoleh melalui sumber data sekunder seperti data harga emas dunia, kurs rupiah terhadap
dolar AS, tingkat suku bunga SBI, harga minyak mentah dunia, indeks bursa efek lain,
tingkat inflasi, dan IHSG yang dapat dilihat pada Tabel 3 sebelumnya.
Definisi Operasional Data

Definisi operasional variabel adalah mendifinisikan variabel secara operasional dan


berdasarkan karakteristik yang diamati sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek penelitian. Secara tidak
langsung, definisi operasional itu akan menunjukan alat ukur yang tepat untuk mengambil
data yang sesuai dengan variabel yang akan diukur sehingga pada definisi operasional dapat
ditentukan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Definisi operasional dari
masing-masing variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 4.

Sumber gambar : google image

Tabel 4. Definisi Operasional Data Variabel


Definisi Konseptual

Definisi Operasional Dimensi Indikator

Skala Pengukuran

Faktor-Faktor Internal

Faktor-faktor ekonomi makro dalam negeri.

Harga Emas Dunia

Harga Emas di Pasar London

Rasio Kurs Rp/USD Kurs Tengah BI Rasio Suku Bunga SBI BI Rate Rasio

Faktor-Faktor Eksternal

Faktor-faktor ekonomi makro luar negeri.

Harga Minyak Mentah Dunia

Harga Minyak Mentah West Texas Intermediate (WTI)

Rasio

Indeks Bursa Lain

Dow Jones Industrial Average (DJIA)

Interval

Tingkat Inflasi

Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)

Interval

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks yang menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek
yang menjadi acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan (Jakarta Composite Index)

Interval Sumber: Peneliti, 2013


Teknik Analisis Data

Pengujian Asumsi Klasik dalam Analisis Regresi Linier

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi
kriteria ekonometrika, dalam arti tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari asumsi-
asumsi yang harus dipenuhi dalam metode Ordinary Least Square (OLS).

Terdapat enam asumsi yang diperlukan dalam penaksiran OLS, yaitu:

1. Rata-rata kesalahan pengganggu (e) sama dengan nol;

2. Kesalahan pengganggu berbentuk distribusi normal;

3. Kesalahan pengganggu tidak berkorelasi dengan variabel independen;

4. Tidak adanya autokorelasi antar gangguan (e);

5. Tidak adanya multikolinearitas; dan

6. Varian kesalahan pengganggu tetap atau homoskedastisitas (tidak terjadi


heteroskedastisitas). Penyimpangan dari asumsi klasik yang pertama menyebabkan terjadinya
penyimpangan dari estimasi terhadap besarnya konstanta. Akan tetapi, penyimpangan
estimasi terhadap besarnya konstanta dalam hal ini kurang begitu menggangu, karena yang
diperhitungkan dalam penelitian adalah besarnya pengaruh perubahan variabel independen
terhadap variabel dependen. Begitu juga dengan asumsi yang kedua, jika tidak terpenuhi
maka tidak terlalu berpengaruh terhadap kesahihan hasil regresi dan akan tetap dapat
diperolehnya hasil estimator OLS yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Sedangkan
untuk penyimpangan pada asumsi ketiga umumnya terjadi pada model persamaan simultan
dan tidak pernah terjadi pada model persamaan tunggal. Oleh karena itu, dalam analisis
regresi berganda yang perlu diperhatikan dan diuji adalah ada tidaknya penyimpangan
terhadap asumsi keempat (uji autokorelasi), kelima (uji multikolinearitas), dan keenam (uji
heteroskedastisitas).

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Autokorelasi jarang dijumpai pada data cross section dan biasanya terjadi pada
data time series (serial waktu). Multikolinieritas adalah suatu kondisi di mana terjadi korelasi
yang kuat di antara variabel independen yang diikutsertakan dalam pembentukan model
regresi linier berganda.
Pengujian Hipotesis

Untuk dapat menganalisis pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap pergerakan
IHSG, maka teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Regresi linear
berganda pada dasarnya merupakan perluasan dari regresi linear sederhana, yaitu menambah
jumlah variabel bebas yang sebelumnya hanya satu menjadi dua atau lebih variabel bebas.
(Sanusi, 2012:134) Model analisis linier berganda berguna untuk mengestimasi parameter-
parameter regresi untuk menjawab hipotesis asosiatif, yaitu hipotesis yang menunjukkan
dugaan adanya hubungan atau pengaruh antara variabel indepeden terhadap variabel
dependen.

Dengan demikian, regresi linear berganda dinyatakan dalam persamaan matematika sebagai
berikut:

di mana

Y = Variabel dependen

a = Konstanta

b1…bn = Koefisien regresi (slope)

X1…Xn = Variabel independen

e = Variabel penganggu

Persamaan regresi linear berganda semakin baik apabila didukung oleh nilai koefisien
determinasi yang semakin besar (mendekati 1) dan cenderung meningkat nilainya sejalan
dengan peningkatan jumlah variabel bebas. Dalam tabel ANOVA, nilai koefisien determinasi
(R2) dihitung dengan rumus berikut.

di mana

SSR = Keragaman regresi

SST = Keragaman total


Nilai koefisien determinasi (R2) memiliki hubungan dengan Fhitung sehingga dapat
dirumuskan:

di mana

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel bebas

n = Jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan mengikuti aturan berikut.

Jika Fhitung ≤ Ftabel; maha H0 diterima; atau jika Fhitung > Ftabel; maka H0 ditolak.

Uji F yang signifikan menunjukkan bahwa variasi variabel terikat dijelaskan sekian persen
oleh variabel bebas secara bersama-sama adalah benar-benar nyata dan bukan terjadi karena
kebetulan. Dengan kata lain, berapa persen variabel terikat dijelaskan oleh seluruh variabel
bebas secara serempak (bersama-sama), dijawab oleh koefisien determinasi (R2), sedangkan
signifikan atau tidak yang sekian persen itu, dijawab oleh uji F. Berdasarkan asumsi ini, nilai
koefisien determinasi (R2) dan uji F menentukan baik tidaknya model yang digunakan.
Makin tinggi nilai koefisien determinasi (R2) dan signifikan, maka semakin baik model itu.

Uji signifikansi terhadap masing-masing koefisien regresi diperlukan untuk mengetahui


signifikan tidaknya pengaruh dari masing-masing variabel bebas (Xi) terhadap variabel
terikat (Y). Berkaitan dengan hal ini, uji signifikansi secara parsial digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian. Nilai yang digunakan untuk melakukan pengujian adalah nilai t hitung
yang diperoleh dari rumus:

di mana

bi = Koefisien regresi
Sbi = Standar error koefisien regresi

Kriteria pengambilan keputusan mengikuti aturan berikut.

Jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel; maka H0 diterima; atau jika thitung < -ttabel atau thitung >
ttabel; maka H0 ditolak.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Noor dan Liana. 2012. “Pengaruh Suku Bunga SBI dan Kurs Dolar Terhadap Harga
Saham di BEI.” Jurnal Ilmiah Ranggagading 12(2):128-135

Arthesa, Ade dan Handiman, Edia. 2009. Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank. Indeks,
Jakarta, Indonesia. Bursa Efek Indonesia. 2010. Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa
Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Salemba Empat, Jakarta, Indonesia. Gani, Raoda. 2011. “Analysis of Influence of IHSG, Rate
Level, and Rupiah Exchange Rate to Stock Market Price of Automotive Industry Noted at
Bursary Effect Indonesia.” Jurnal Manajemen Bisnis 1(1):119-128. Halim, Abdul. 2005.
Analisis Investasi (Edisi ke-2). Salemba Empat, Jakarta, Indonesia. Hartono, Jogiyanto. 2010.
Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Edisi ke-7). BPFE, Yogyakarta, Indonesia.

Haryanto, M. Y. Dedi dan Riyatno. 2007. “Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
dan Nilai Kurs Terhadap Risiko Sistematik Saham Perusahaan di BEJ.” Jurnal Keuangan
dan Bisnis 5(1):24-40. Husnan, Suad. 2009. Teori Portofolio & Analisis Sekuritas (Edisi ke-
4). UPP STIM YKPN, Yogyakarta, Indonesia.

Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revisi). Rajawali Pers,
Jakarta, Indonesia.

Kewal, Suramaya Suci. 2012. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.” Jurnal Economia 8(1):53-64. Kuncoro,
Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi: Bagaimana Meneliti & Menulis
Tesis? (Edisi ke-3). Erlangga, Jakarta, Indonesia.

Mahdi, Muhammad. 2010. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga (BI Rate) dan Kurs Dolar AS
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan Menggunakan Metode Error
Corection Model (ECM).” Jurnal Ekonomi Pembangunan 8(2):307-314.

Mansur, Moh. 2009. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Dolar AS Terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2000‐2002.” Working
Paper in Accounting and Finance, FE UNPAD, Oktober 2009. Mishkin, Frederic S. 2008.
Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan (Edisi ke8). Salemba Empat, Jakarta,
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai

  • Ayam Petelur
    Ayam Petelur
    Dokumen11 halaman
    Ayam Petelur
    Nichole Bams
    Belum ada peringkat
  • PKN
    PKN
    Dokumen6 halaman
    PKN
    Nichole Bams
    Belum ada peringkat
  • Apra
    Apra
    Dokumen10 halaman
    Apra
    Nichole Bams
    Belum ada peringkat
  • Laporan Bio Fotosintesis
    Laporan Bio Fotosintesis
    Dokumen5 halaman
    Laporan Bio Fotosintesis
    Nichole Bams
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen33 halaman
    A
    Nichole Bams
    Belum ada peringkat