Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun Oleh :

NAMA : KURMALATASARI

NIM : J210140002

PROGRAM ILMU KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

1
A. PENGERTIAN
Skizofrenia paranoid adalah karakteristik tentang adanya delusi (paham) karja atau
kebesaran dan halusinasi pendengaran , kadang-kadang individu tetrtekan, menjadi
korban dan beanggapan diawasi, dimusuhi, dan agresif. (Townsend, 2005)
Skizofrenia paranoid yaitu pada tipe ini adanya pikiran-pikiran yang absurd (tidak
ada pegangannya) tidak logis, dan delusi yang berganti-ganti. Sering diikuti halusinasi
dengan akibat kelemahan penilaian kritis (critical judgement)nya dan aneh tidak
menentu, tidak dapat diduga, dan kadang-kadang berperilaku yang berbahaya. Orang-
orang dengan tipe ini memiliki halusinasi dan delusi yang sangat mencolok,yang
melibatkan tema-tema tentang penyiksaan dan kebesaran (toernry, 2005, Susan Nolen
Hoeksema, 2004).

B. ETIOLOGI
1. Faktor biologis
a. Faktor herediter
1). Kontribusi gen terhadap skizofrenia
Studi terhadap keluarga, anak kembar dan anak adopsi melengkapi bukti-
bukti bahwa gen terlibat dalam transmisi (penyebaran) skizofrenia
(Liohtermann, Karbe & Maier, 2000). Beberapa peneliti berpendapat bahwa
banyak gen (polygenic) model tambahan, yang membentuk jumlah dan
konfigurasi gen abnormal untuk membentuk skizofrenia (Gottensman, 1991,
Gottansman & Erlenmyer-kimling, 2001). Adanya lebih banyak gen yang
terganggu meningkatkan kemungkinan berkembangnya skizofrenia dan
menungkatakan kerumitan gangguan tersebut. Individu yang lahir dengan
beberapa gen tetapi tidak cukup untuk menunjukkan simtom-simtom bertaraf
sedang atau ringan skizofrenia, seperti keganjilan dalam pola bicara atau
proses berpikir dan keyakinan-keyakinan yang aneh.
Anak-anak yang memiliki kedua orang tuanya menderita skizofrenia dan
anak-anak kembar identik atau dari satu zigot (monozigot) dari orangtua
dengan skizofrenia, mendapat sejumlah besar gen skizofrenia, memiliki resiko
sangat besar mendapatkan skizofrenia. Sebaliknya penurunan kesamaan gen
dengan orang-orang skizofrenia, menurunkan resiko individu mengembangkan
gangguan ini.

2
Jika aman dari orang skizofrenia mengembangkan gangguan ini, tidak
berarti bahwa hal itu dikirimkan atau diwariskan secara genetic. Tumbuh
bersama orangtua skizofrenia dan secara khusus bersama dengan kedua
orangtua dengan gangguan tersebut, kemungkinan besar berarri tumbuh
berkembang dalam suasana yang penuh stress. Jika orangtua psikotik, anak
dapa terbuka untuk pemikiran-pemikiran yang tidak logis, perubahan suasana
hati dan perilaku yang kacau.
Bahkan jika orangtua bukanlah psikotik akut, sisa-sisa simtom negative
akut skizofrenia, kurangnya motivasi, dan disorganisasi mungkin mengganggu
kamampuan orangtua untuk peduli terhadap anak. Studi adopsi yang dilakukan
Leonard Heston di Amerika Serikat dan Kanada menunjukkan bahwa anak-
anak yang hidup bersama orangtua skizofrenia yang diadopsi jauh dari ibu,
mempunyai tingkat pengembangan skizofrenia yang lebih rendah
2). Pembesaran Ventrikel
Struktur utama otak yang abnormal sesuai dengan skizofrenia adalah
pembesaran ventrikel. Ventrikel adalah ruang besar yang berisi cairan dalam
otak. Perluasan mendukung atropi (berhentinya pertumbuhan), deteriorasi di
jaringan otak lainnya. Orang-orang skizofrenia dengan pembesaran ventricular
cenderung menunjukkan penirinan secara social, ekonomi, perilaku, lama
sebelum mereka mengembangkan simtom utama atau inti dati skizofrenia.
Mereka juga cenderung untuk memiliki simtom yang lebih kuat dari pada
orang skizofrenialainnya dan kurang responsive terhadap pengobatan karena
dianggap sebagai pergantian yang buruk dalam pemfungsian otak, yang sulit
untuk ditangani/dikurangi melalui treatment. Perbedaan jenis kelamin
mungkin juga berhubungan dengan ukuran ventricular. Beberapa studi
menemukan bahwa laki-laki dengan skizofrenia memiliki pelebaran ventrikel
yang lebih kuat.
3). Faktor Anatomis Neuron
Abnormalitas neuron secara otomatis pada skizofrenia memiliki beberapa
penyebab, termasuk abnormalitas gen yang spesifik (khas), cedera otak
berkaitan dengan cedera waktu kelahiran, cedera kepala, infeksi virus
defisiensi (penurunan) dalam nutrisi dan defisiensi dalam stimulus kognitif
(Conklin & Lacono, 2002).
4) Komplikasi Kehamilan
3
Komplikasi serius selama prenatal dan masalah-masalah berkaitan
dengan kandungan pada saat kelahiran merupakan hal yang lebih sering dalam
sejarah orang-orang dengan skizofrenia dan mungkin berperan dalam membuat
kesulitan-kesulitan secara neurologist. Komplikasi dalam pelepasan
berkombinasi dengan keluarga beresiko terhadap terjadinya karena menambah
derajad pembesaran ventricle. Penelitian epidemiologi telah menunjukkan angka
yang tinggi dari skizofrenia dikalangan orang-orang yang memiliki ibu
terjangkit virus influenza ketika hamil.
Selain itu, apabila ada gangguan pada perkembangan otak janin selama
kehamilan(epigenetic faktor), maka interaksi antara gen yang abnormal yang
sudah ada sebelumnya dengan faktor epigenetik tersebut dapat memunculkan
gejala skizofrenia.( Dadang Hawari,2007)
5). Neurotransmitter
Neurotransmiter dopamine dianggap memainkan peran dalam skizpfrenia (
Coklin & Lacono, 2002 ). Teori awal dari dopamine menyatakan bahwa
simtom-simton skizofrenia disebabkan oleh kelebihan jumlah dopamine di
otak, khususnya di frontal labus dan system limbic. Aktivitas dopamine yang
berlebihan / tinggi dalam system mesolimbik dapat memunculkan simtom
positif skizofrenia : halusinasi, delusi, dan gangguan berfikir. Karena atipikal
antipsikotis bekerja mereduksi simtom-simtom skizofrenia dengan mengikat
kepada reseptor D4 dalam system mesolimbik. Sebaliknya jika aktivitas
dopamine yang rendah dapat mendorong lahirnya simtom negative seperti
hilangnya motivasi, kemampuan untuk peduli pada diri sendiri dalam aktivitas
sehari-hari. Dan tidak adanya responsivitas emosional. Hal ini menjelaskan
bahwa phenothiazines, yang mereduksi aktivitas dopamine, tidak meredakan
atau mengurangi simtom.
Dalam penelitian lain bahwa taraf abnormalitas nuotansmiter glutamate
dan gamma aminobutyric acid ( GABA ) tampak pada orang-orang dengan
skizofrenia (Goff & Coyle, 2001, Tsai & Coyle,2002 ). Glutamate dan GABA
terbesar di otak manusia dan defisiensi pada neurotransmitter akan
memberikan kontribusi terhadap simtom-simtom kognitif dan emosioanal.
Neuro glutamate merupakan pembangkit jalan kecil yang menghubungkan
kekortek, system limbic dan thalamus bagian otak yang membangkitkan
tingkah laku abnormal pada orang-orang dengan skizofrenia.
4
2. Faktor Psikososial
a. Teori Psikodinamika
Menurut Kohut & Wolf, ahli-ahli teori psikodinamika berpendapat bahwa
skizofrenia merupakan hasil dari paksaan atau tekanan kekuetan biologis yang
mencegah atau menghalangi individu untuk mengembangkan dan
mengintegrasikan persaan atau pemahaman atas dirinya. Freud(1942)
berargumen bahwa jika ibu secara ekstrim atau berlebihan kasar dan terus-
menerus mendominasi, anak akan mengalami taraf regresi dan kembali ke taraf
perkembangan bayi dalam hal pemfungsiannya, sehingga ego akan kehilangan
kemampuannya dalam membedakan realita.
Menurut Dadang Hawari, dalam teori homeostatis-deskriptif, diuraikan
gambaran gejala-gejala dari suatu gangguan jiwa yang menjelaskan terjadinya
gangguan keseimbangan atau homeostatis pada diri seorang, sebelum dan
seseudah terjadinya gangguan jiwa tersebut. Sedangkan dalam teori Fasilitatif
etiologik, diuraikan faktor yang memudahkan penyebab suatu penyakit itu
muncul, bagaimana perjalanan mekanisme psikologis dari penyakit yang
bersangkutan. Sebagai contoh misalnya menurut Melanie Klein (1926),bahwa
skizofrenia muncul karena terjadi fiksasi pada fase paranoid-schizoid pada awal
perkembangan masa bayi.
b. Pola-Pola Komunikasi
Menurur Gregory Bateson & koleganya bahwa orangtua (khususnya ibu)
pada anak-anak sklizofrenia menempatkan anak mereka dalam situasi ikatan
ganda (double binds) yang secara terus menerus mengkomunikasikan pesan-pesan
yang bertentangan pada anak-anak. Yang dimaksud ikatan ganda adalah
pemberian pendidikan dan informasi yang nilainya saling bertentangan. Dalam
teori doble-bind tentang pola-pola komunikasi dalam keluarga orang-orang dengan
skizofrenia, menampakkan keganjilan. Keganjilan-keganjilan itu membentuk
lingkungan yang penuh ketegangan yang membuat lebih besar kemungkinan
seorang anak memiliki kerawanan secara biologis terhadap skizofrenia.
Selain itu, anak dalam berbicara sering tidak mneyambung atau kacau atau
tidak jelas arah pembicaraan, serta dalm berbicara disertai emosi yang tinggi dan
suara yang keras.
d. Stres dan Kekambuhan

5
Keadaan sekitar atau lingkungan yang penuh stress (stresfull) mungkin
tidak menyebabkan seseorang terjangkit skizofrenia, tetapi keadaan tersebut
dapat memicu episode baru pada orang-orang yang mudah terkena serangan atau
rawan terhadap skizofrenia. Berdasarkan penelitian bahwa lebih dari 50 % orang
yang mengalami kekambuhan skizofrenia adalah mereka yang dalam
kehidupannya telah mengalami kejadian-kejadian buruk sebelum mereka
kambuh.
Menurut danang Hawari, stresor yang menyebabkan stres atau
kekambuhan skizofrenia paranoid adalah perkawinan, masalah orang tua,
hubungan interpersonal, pekerjaan, lingkungan hidup, keuangan dan hukum.
3. Faktor Kesalahan Belajar
Yang dimaksud kesalahan belajar adalah tidak tepatnya mempelajari yang benar
atau dengan tepat mempelajari yang tidak benar. Dalam hal ini penderita
mempelajari dengan baik perilaku orang-orang skizofrenia atau perilaku yang baik
dengan cara yang tidak baik ( Wiramaharja,2005)

C. TANDA dan GEJALA


Menurut Eugen Bleuler gejala-gejala skizofrenia Paranoid dapat dibagi menjadi dua
yaitu :
1. Gejala primer
a. Gangguan proses pikiran (bentuk,langkah dan isi pikiran) yang terganggu
terutama aspek asosiasi, kadang-kadang suatu ide belum selesai diutarakan,
sudah muncul ide uang lain. Sering ditandai oleh : menggunakan arti simbolik,
terdapat clang association, jalan pikirannya tidak dapat dimengerti / inkoherensi,
menyamakan hal-hal. Terjadi bloking beberapa detik sampai beberapa hari, ada
penderita yang mengatakan bahwa seperti ada yang laindidalam dirinya yang
berfikir dan tanda sejenis lainnya.
b. Gangguan afek dan emosi
Dapat berupa :
Kedangkalan afek dan emosi, klien menjadi acuh tak acuh pada hal-hal yang
penting dalam hidupnya.
Parathimi ; merasa sedih atau marah yang seharusnya timbul rasa tenang dan
gembira.
Paramimi ; klien menangis padahal merasa senang dan bahagia.
6
Emosi, afek dan ekspresinya tidak mengalami kesatuan.
Emosi yang berlebih.
Hilang kemampuan untuk mengandalkan hubungan emosi yang baik.
Ambivalensi pada afek : dua hal yang bertentangan berada pada satu objek
c. Gangguan kemauan
Ditandai antara lain :
Tidak dapat mengambil keputusan
Tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan
Melamun dalam waktu tertentu yang lama.
Negativisme ; perbuatan yang berlawanan dengan perlawanan
Ambivalensi kemauan ; menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang
sama
Otomatisme ; merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga dari
luar sehingga ia berbuat otomatis.
d. Gangguan psikomotor
Stupor : tidak bergerak dalam waktu yang lama.
Hiperkinesa; terus bergerak dan tampak gelisah
Stereotipi ; berulang melakukan gerakan atau sikap
Verbigerasi ; stereotipi pembicaraan
Manerisme ; stereotipi tertentu pada pada skizofrenia, grimes pada muka atau
keanehan berjalan dan gaya.
Katalepsi ; posisi badan dipertahankan dalam waktu yang lama.
Fleksibilitas cerea ; bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti
lilin.
Negativisme ; menentang atau justru melakukan berlawanan dengan apa yang
disuruh.
Otomatisme komando ; kebalikan daari negativisme.
Echolalia; meniru kata-kata yang diucapkan orang lain.
2. Gejala sekunder
a. Waham atau delusi
keyakinan yang salah yang tidak dapat diubah dengan penalaran atau bujukan.
Sangat tidak logis dan kacau tetapi klien tidak menyadari hal tersebut dan
menganggap sebagai fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun.
Jenis-jenis waham mencakup :
7
1. kebesaran ; seseorang memiliki suatu perasaan berlebih dalam kepentingan
atau kekuasaan.
2. curiga ; seseorang merasa terancam dan yakin bahwa orang lain
bermaksud untuk membahayakan atau menncurigai dirinya.
3. Siar ; semua kejadian dalam, lingkungan sekitarnya diyakini merujuk /
terkait kepada dirinya.
4. kontrol ; seseorang percaya bahwa objek atau oang tertentu mengontrol
perilakunya.
5. Halusinasi ; istilah ini menggarbarkan persepsi sensori yang salah yang
mungkin meliputi salah satu dari kelima panca indra. Halusinasi
pendengaran dan penglihatan yang sering,halusinasi penciuman, perabaan,
dan pengecapan juga dapat terjadi ( Towsend, Mary S, 1998).
Tanda gangguan yang berlangsung secara terus menerus sedikitnya selama 6
bulan ( Stuard, 2006 ).
a. Kecurigaan yang ekstrim terhadap orang lain.
b. Halusinasi
Modalitas sensori yang tercakup dalam halusinasi :
1) Pendengaran / auditorius
Mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang. Suara dapat berkisar
dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai pasien, untuk
menyelesaikan percakapan antara dua orang atau lebih tentang pasien yang
berhalusinasi. Jenis lain termasuk pikiran yang dapat didengar pasien yaitu
pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkan oleh pasien dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu, kadang-
kadang hal yang berbahaya.
2) Penglihatan / visual
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar geometris,
gambar kartun, dan gambar atau panorama yang luas dan kopleks. Penglihatan
dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau yang menakutkan ( seperti
melihat monster ).
c. Waham kejar atau kebesaran
1) Waham kejar (delusion of persecution) yaitu: keyakinan bahwa orang atau
kelompok tertentu sedang mengancam atau berencan membahayakan dirinya.

8
Waham ini menjadikan penderita paranoid selalu curiga akan segala hal dan
berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan, diikuti serta diawasi.
2) Waham atau kebesaran ( delusion of grandeur ) yaitu: keyakinan bahwa
dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang yang
penting (Maramis, 2004).

9
D. PSIKOFISIOLOGI
Factor
Biologis

Genertic Biokimia Faal Syaraf Anatomi


Syaraf

Implikasi Genome GABA (-) Reseptor


mutasi menyaring serotonin Proses Abnormalitas
DNA keselurhan eksoitatorik, neuron,
individu hambatan dan abnormalitas gen
pada gangguan yang spesifik
kromosom Aktivitas otonomik tidak
Banyak gen 6 dan 22 obat-obatan Gangguan seimbang
(polygenic) dopaminergic Gerakan
model
tambahan
jumlah dan Gangguan Cidera otak
konfigurasi kapasitas berkaitan dengan
gen abnormal Mencelak organisme waktu kelahiran,
Neurotransmit ai diri cidera kepala,
er dopamine sendiri infeksi virus
tidak dan orang
lain Terganggunya
Kelainan gen
tumbuhnya
selama di
konsensus
dalam Defisiensi stimulus
kandungan Gangguan kognitif
proses
berfikir Distorsi kognitif
dan perceptual
Kelainan individu
struktur dan (halusinasi Panic,
fungsi otot saat ketidakmampuan
tumbang mempercayai
orang lain,
menekan rasa takut
Perubahan persepsi
sensori
Keyakinan (pendengaran/penglih
pola atan
bicara/proses
berpikir dan
keyakinan Gambar : Psikofisiologi Skizofrenia Perubahan proses
pikir
(Sumber : Wiramihardjo, Sutardjo A.2005
10
E. PSIKOPATOLOGI
Teori Psikososial

Teori system keluarga Teori interpersonal Teori Psikodinamik (


orang tua dengan
psikosis

Konflik-konflik Psikosis adalah hasil


diantara orang tua dari ego lemah
Hubungan anak
dengan orang tua
penuh dengan ansietas
tinggi
Anak berfokus pada Perkembangan
ansietas terhebat hubungan
yang mempengaruhi
Anak menerima antara orang tau dan
pesan-pesan yang anak
Dsifungsi sistem membingungkan dan
keluarga penuh konflik dari
orang tua
Ansietas yang ekstim

Koping individu tak


efektif Tidak percaya pada
orang lain Panik

Tingkat ansietas Mekanisme


tinggi dipertahankan pertahanan ego mal
aadaptif

Ambivalensi Isolasi sosial

Gambar : psikopatologi
Skozofrenia (Sumber : Gangguan konsep
diri/menang diri
Townsend, Mary C.1998)
10
F. PROSES KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan dengan wawancara dan observasi kepada klien dan keluarga yang
menghantarkan. Pengkajian pertama kali dilakukan secara lengkap dan menggali
informasi yang dibutuhkan untuk terapi guna kesembuhan klien. Beberapa point yang
dapat dikaji dari klien antara lain :
a. Identitas
Meliputi :
- Nama
- Umur
- Jenis kelamin
- Alamat
- Pekerjaan yang bertanggung jawab.
- Pendidikan
- No RM.
b. Alasan masuk
Meliputi :
- Penyebab klien masuk rumah sakit
- Usaha yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan hasil usaha
yang dilakukan untuk mengatasi penyakit klien.
c. Faktor Predisposisi
Meliputi :
- Riwayat penyakit masa lalu dan hasil pengobatan sebelumnya serta berapa lama
pengobatannya
- Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat Trauma yang pernah dialami
- Masalah keperawatan yang muncul
d. Faktor fisik meliputi system dan system organ antara lain
- Tanda Tanda Vital (Tekanan Darah, Nadi, Suhu, Pernafasan).
- Tinggi dan berat badan
- Kebersihan HTT, kebersihan dari rambut, alat kelamin klien sampai kaki.
- Masalah keperawatan yang muncul.

12
e. Faktor sosial
 Genogram
Menggambarkan hubungan klien dengan keluarga minimal 3 generasi
keatasnya. Masalah keperawatan yang muncul/ hubungan keluarga
 Konsep diri
Gambaran diri : kemampuan pasien untuk menerima keadaan tubuhnya, dan
penyakit yang diderita.
Identitas diri : Identitas pasien yang terdiri dari jenis kelamin, status,
umur, serta riwayat keluarga.
Peran diri : Peran yang dilakukan oleh klien di dalam keluarga
ataupun di masyarakat.
Ideal diri: Hal yang sangat diinginkan oleh klien yang tidak bisa dicapai
sehingga mengakibatkan klien mengalami gangguan jiwa.
Harga diri : Kepercayaan diri klien didalam keluarga dan masyarakat
dan perasaan disayang atau tidak di lingkungan keluarga.
Masalah keperawatan yang muncul
 Hubungan Sosial
Orang yang berarti dalam hidup klien
Kelompok yang berarti dalam masyarakat
Keterlibatan klien dalam kelompok tersebut
Masalah keperawatan yang muncul
 Spiritual
Nilai dan keyakinan
Kegiatan ibadah
Masalah keperawatan yang muncul
f. Status Mental
Meliputi :
- Penampilan
- Pembicaraan
- Aktivitas motorik
- Alam perasaan

13
- Efektif
- Interaksi selama wawancara
- Persepsi
- Isi pikir
- Pikiran magis
- Waham
- Tingkat kesadaran
- Memori
- Tingkat konsentrasi dan berhitung
- Kemampuan penilaian
- Daya titik diri
- Jelaskan apa yang dikatakan klien
- Masalah keperawatan yang muncul
g. Kebutuhan Persiapan Pulang
Meliputi :
- Makan
- BAB / BAK
- Mandi
- Berpakaian
- Istirahat dan tidur
- Penggunaan obat
- Pemeliharaan kesehatan
- Kegiatan didalam rumah
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medis
l. Daftar masalah keperawatan
Menulis data pendukung dan masalah yang muncul kemudian membuat pohon
masalah dari rumusan data tersebut.

14
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko kekerasan terhadap orang lain berhubungan dengan simptomatologi
psikotik (halusinasi)
2. Gangguan proses pikir berhubungan dengan ketidakmampuan mempercayai
orang lain
3. Isolasi sosial berhubungan dengan merarik diri
4. Resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi) berhubungan dengan menarik
diri
5. Gangguan isi pikir berhubungan dengan persepsi sensori
6. kurang perawatan mandi berhubungan dengan kebersihan fisik dan psikologis
7. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kelainan pikiran yang tidak
realistic
8. Koping Individu tidak efektif berhubungan dengan kesensitifan (kerentanan)
seseorang.

15
3. INTERVENSI
Diagnosa keperawatan, Rencana keperawatan dan Rasional.

16
Nama Diagnosa Perencanaan Rasional
Keperawatan
NO Hari/Tgl Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan
1. Resiko kekerasan TUM : klien dapat
terhadap orang mengontrol kecemasan
lain berhubungan TUK :
dengan 1. klien dapat membina 1. Bina hubungan saling 1.Klien harus mempercayai
simptomatologi hubungan saling percaya dengan klien. perakat sebelum
psikotik percaya membicarakan
(halusinasi) halusinasi/perubahan persepsi
sensori lain.

2. klien dapat 2. bantu klien 2.denganmengungkapkanperasaa


mengidentifikasi mengungkapkan perasaan n marah klien dapat
perilaku kekerasan marahnya dengan mengurangi beban mental
yang dilakukannya. - Motivasi klien untuk klien
bercerita mengapa klien
marah
- dengarkan tanpa menyela
3. klien dapat 3. diskusikan dengan klien 3. klien dapat mefokuskan
mengidentifikasikan mengenai cara –cara kemarahan dengan cara yang
cara konstruktif dalam mengungkapkan marah, positif sehingga mengurangi
mengungkapkan misal dengan nafas perilaku kekerasan terhadap
kemarahan dalam, memukul kasur orang lain
dengan bantal, sholat dan
zikir,dll

17
4. klien mendapatkan 4. diskusikan peran 4. dengan melibatkan keluarga,
dukungan keluarga keluarga, potensi sehingga keluarga mampu
DAFTAR PUSTAKA

Maramis.W.F. 2004. Ilmu Kedokteran. Surabaya : Airlangga Universitas Press.

Kaplan, Benjamin J. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya medika.

Stuart, Gall. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

………..,1993. Pedomanan Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia.

Jakarta : Direktorat.

Hawari, dadang. 2007. Pendekatan holistic pada gangguan jiwa skizofrenia.

Jakarta:fakultas kedokteran UI.

18

Anda mungkin juga menyukai