Radiologi Intervensional
Radiologi Intervensional
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pelayanan radiologi merupakan pelayanan kesehatan yang menggunakan sinar peng-ion ataupun
bahan radioaktif sehingga penggunaan bahan tersebut mempunyai dua sisi yang saling
berlawanan, yaitu dapat sangat berguna bagi penegakan diagnosa dan terapi penyakit dan di sisi
lain akan sangat berbahaya bila penggunaannya tidak tepat dan tidak terkontrol.
Pelayanan kepada pasien yang berdasarkan standar kualitas untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan pasien sehingga pasien memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan
kepercayaan kepada Organisasi Pelayanan Kesehatan. Pelayanan terbaik, melebihi, melampaui,
mengungguli pelayanan yang diberikan pihak lain atau pelayanan waktu lalu .Pelayanan prima
dapat diwujudkan jika ada standar dan dipatuhi memberi yang terbaik bahkan melebihi adanya
terobosan untuk memuaskan pelanggan (inovasi).
Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan radiologi khususnya radiologi diagnostik, maka
dibuat pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi Diagnostik di RS QIM sebagai acuan bagi sarana
pelayanan kesehatan dalam melakukan pelayanan radiologi diagnostik dan untuk keperluan
pembinaan.
Ruang Lingkup
Batasan Operasional
Dalam meningkatkan pelayanan radiologi pada pemeriksaan rontgen dan pemeriksaan CT – Scan
dilakukan oleh radiogrefer, sedangkan pada pemeriksaan ultrasonografi ( USG ) dilakukan oleh
Radiolog.
Landasan Hukum
STANDAR KETENAGAAN
Ketenagakerjaan adalah segala hal yg berhubungan dg tenaga kerja pd waktu sebelum, selama
dan sesudah masa kerja, setiap orang yg mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja
memiliki peranan dan kedudukan yg penting sebagai pelaku sekaligus tujuan pembangunan,
adanya peningkatan kualitas dan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai harkat dan
martabat manusia.
Kualifikasi tenaga dalam penggunaan pesawat sinar-X radiologi diagnostic, USG dan CT Scan
terdiri dari satu dokter spesialis radiologi yang berkompeten sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku, PPR bidang kesehatan atau diagnostic, dua radiographer D III teknik
radiologi dan tenaga IT.
Distribusi Ketenagaan
Tugas dr Sp.Rad
1. Menyusun & mengevaluasi secara berkala SOP tindakan medis radiodiagnostik, imejing
diagnostik dan radiologi intervensional serta melakukan revisi bila diperlukan
2. Melaksanakan dan mengevaluasi tindakan radiodiagnostik, imejing diagnostik dan
radiologi intervensional sesuai SOP
3. Melaksanakan pemeriksaan dengan kontras dan floroskopi bersama dengan radiografer
4. Menjelaskan dan menandatangani informed consent (izin tindakan medis) kepada pasien /
keluarga pasien
5. Membaca hasil pemeriksaan radiodiagnostik, imejing diagnostik dan radiologi
intervensional
6. Melaksanakan teleradiologi dan konsultasi radiodiagnostik, imejing diagnostik dan
radiologi intervensional
7. Memberikan layanan konsultasi thd pemeriksaan yg akan dilaksanakan
8. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi thd pasien
9. Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin utk mendptkan citra radiografi yg
seoptinal mungkin dg mempertimbangkan tingkat panduan paparan medic
10. Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis atau intervensional dg
mempertimbangkan informasi pemeriksaan sebelumnya
11. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari aspek klinis
12. Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK radiologi
Tugas Radiografer
1. Mempersiapkan pasien, obat-2an & peralatan utk pemeriksaan dan pembuatan foto
radiologi
2. Memposisikan pasien sesuai dg teknik pemeriksaan
3. Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP, khusus utk pemeriksaan dg kontras
dan floroskopi, pemeriksaan dikerjakan bersama dr. sp.rad
4. Melakukan kegiatan prosesing film (kamar gelap dan work station)
5. Melakukan penjaminan & kendali mutu
6. Memberikan proteksi radiasi thd pasien, diri sendiri dan masyarakat di sekitar ruang
pesawat sinar-X
7. Menerapkan teknik dan prosedur yg tepat utk meminimalkan paparan yg yg diterima
pasien sesuai kebutuhan
8. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi scr rutin
Tugas tenaga IT
STANDAR FASILITAS
Denah Ruang
1. Luas ruangan minimal 3 m x 4 m x 2,8 m dengan tinggi jendela minimal 2 m dari lantai
sebelah luar.
2. Tebal dinding 15 cm beton atau bata 25 cm plesteran atau setara dengan 2 mm Pb.
3. Pintu diberi penahan radiasi Pb 2 mm.
4. Paparan radiasi yang diperkenankan pada daerah yang dihuni mayarakat sekitar tidak
lebih dari 0,25 mSv/jam.
5. Mempunyai fasilitas tanda bahaya radiasi berupa lampu merah sebagai tanda pesawat
sedang dioperasikan.
Ruang pemeriksaan radilogi terletak diantara ruang laboratorium dengan ruang bersalin, dan
tidak jauh dari ruang gawat darurat dan poli klinik sehingga mudah dicapai pasien untuk
meningkatkan pelayanan.
1. 1 ( Satu ) ruang pemeriksaan pesawat konvensional dengan luas panjang 5 m , lebar 3,5
m tinggi 3m bahan dinding pemeriksaan sinar X terbuat dari tembok bata dengan tebat
15cm deng pb 3mm, pintu ruan pesawat sinar X terbuat dari kayu atau triplek denga
ketebalan 4 cm dan dilapisi timbale atau pb dengan ketebalan 3mm sebagai proteksi
radiasi.
1. Pemeriksaan ekstremitas.
2. Pemeriksaan pelvis.
3. Pemeriksaan thorax.
4. Vertebra
5. Pemeriksaan menggunakan media kontras ( BNO IVP, Colon In Loop, OMD,
Cystografi dll )
6. Pemeriksaan radiologi dari rawat inap
2. 1 (satu) ruang pemeriksaan pesawat CT Scan dengan luas panjang 6m,lebar 5m, tinggi
3m, bahan dinding pemeriksaan sinar X terbuat dari tembok bata dengan tebat 15cm deng
pb 3mm, pintu ruan pesawat sinar X terbuat dari kayu atau triplek denga ketebalan 4 cm
dan dilapisi timbale atau pb dengan ketebalan 3mm sebagai proteksi radiasi.
3. Pemeriksaan CT Kepala, CT Scan Abdomen, CT Scan Thorak, CT Scan Orbita, CT Scan
Sinus Paranasal, CT Scan Vertebra dll Non Kontras
4. Pemeriksaan CT Kepala, CT Scan Abdomen, CT Scan Thorak CT Scan Orbita, CT Scan
Sinus Paranasal, CT Scan Vertebra dll dengan menggunakan media Kontras
5. 1 ( Satu ) ruang pesawat ultrasonografi ( USG ) dengan luas……………….
6. Ruangan Pelengkap
7. Ruang tunggu pasien
8. Ruang radiographer
9. Kamar gelap
10. Ruang baca foto
11. Kamar mandi/WC
Standar Fasilitas
Standar fasilitas yang dimiliki berupa peralatan pesawat radiologi dan peralatan pendukung
untuk pelayanan di instalasi radiologi, Semua peralatan sudah mempunyai izin dari BAPETEN,
dilengkapi pengatur diafragma dan lampu kolimator, dan dilakukan kalibrasi serta pemeliharaan
secara berkala, peralatan yang dimiliki berupa :
BAB IV
Pendaftaran Pemeriksaan
Pasien datang sendiri ke bagian radiologi atau ditemani perawat dengan membawa surat rujukan
dari dokter / blangko permintaan pemeriksaan. Kemudian petugas radiologi mencatat identitas
pasien di Log Book Operasi setelah selesai kemudian pasien di siapkan untuk pemeriksaan
sesuai dengan permintaan di blangko pemeriksaan.
Persiapan Pemeriksaan
Pelayanan dan tindakan radiodiagnostik dilakukan hanya berdasarkan permintaan dokter secara
tertulis dan mencantumkan diagnosa klinis dan hasil pemeriksaan medis lain yang terkait, seperti
hasil laboratorium, karepa pada pemeriksaan tertentu seperti pemeriksaan BNO IVP harus
mengetahui hasil laboratorium terlebih dahulu. Pasien datang ke bagian radiologi dengan
membawa surat permintaan rontgen maka pemeriksaan langsung bisa dilaksanakan.
Pencucian Film
Pencucian film pada konventional x-ray masih menggunakan sistem pengolahan film secara
autometik di proses dikamar gelap. Pengolahan film di kamar gelap dimulai dengan
mengeluarkan film dari kaset, kemudian kertas identitas pasien diletakkan pada ID camera,
setelah itu film dimasukkan pada mesin prosesing.
Sedangkan pada flim CT Scan proses pencetakan gambar sudah menggunakan printer yang
otomatis langsung akan keluar dalam bentuk gambaran slice sesuai yg diinginkan.
Pemberian Expertise
Hasil pemeriksaan dan tindakan radiodiagnostik dalam tanggung jawab dokter spesialis
radiologi. Semua foto harus dibaca/diekspertise dengan jelas dan ditanda tangani oleh dokter
spesialis radiologi.
Pada jam kerja dokter radiology akan membaca semua hasil foto ronsen di ruangan baca dokter
yaitu antara jam 08.00 WIB sampai jam 21.00 WIB
Di Luar Jam Kerja
Jika diluar jam kerja atau pasien Cito dan harus dibacakan oleh dokter radiologi maka petugas
radiologi akan membawa / mengantarkan foto rontgen ke tempatnya / kerumahnya yaitu antara
jam 21.00 WIB sampai dengan jam 07.00 WIB
Penyerahan Hasil
Hasil radiograf rawat jalan merupakan milik pasien sepenuhnya dan dapat diambil satu hari
setelah pemeriksaan, setelah hasil radiograf dibaca oleh dokter radiolog. Pada pasien IGD dan
Rawat jalan hasil radiograf langsung diambil oleh pengantar pasien ( perawat ). Prosedur
pengambilan hasil pemeriksaan radiologi, setiap pasien yang datang untuk mengambil hasil
pemeriksaan radiologi, harus membawa kuitansi / bukti pembayaran atau kartu pengambilan
hasil. Hasil pemeriksaan radiologi dapat diambil di bagian radiologi.
Pengarsipan
Pengarsipan di instalasi radiologi berupa permintaan dan hasil bacaan disusun berdasarkan
nomor urut pasien. Laporan pembukuan pengambilan hasil radiograf di instalasi radiologi
dilakukan pertahun. Laporan ini meliputi jenis pemeriksaan, jumlah pasien rawat jalan dan rawat
inap, jumlah pemakaian film dan kerusakan filim.
BAB V
LOGISTIK
Bertanggung jawab terhadap terselenggaranya tertib administrasi dalam bidang logistik Instalasi
Radiologi, peralatan dan Rumah tangga, untuk menyusun rencana kebutuhan dan pengadaan
bahan-bahan keperluan dan peralatan Instalasi radiologi dalam rangka pelaksanaan tugas
pelayanan radiologi, menyusun rencana pemeliharaan peralatan di Instalasi Radiologi,
menyiapkan program-program pengembangan pelayanan Radiologi menyusun laporan secara
berkala tentang keadaan bahan kebutuhan dan peralatan Instalasi, membuat evaluasi dan usulan
tentang penggunaan bahan-bahan / pertengkapan dan peralatan (efisiensi, efektifitas, dan
menyimpan, mengelola bahan-bahan / peralatan / barang Inventaris Perkantoran Instalasi
Radiologi.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Pengertian
Keselamatan dan keamanan pasien (patient safety) merupakan sebuah prioritas strategik, Dalam
menetapkan capaian-capaian peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai target
utamanya. Keselamatan pasien harus menjadi ruh dalam setiap pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Tuntutan akan keselamatan pasien harus direspons secara proaktif oleh semua pihak
dan harus menjadi sebuah gerakan yang didasari pertimbangan moralitas dan etik. Patient safety
harus jadi suatu gerakan menyeluruh dari semua pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
Ini membutuhkan keterlibatan semua pihak, yaitu manajemen dan tenaga kesehatan. Keduanya
harus menyadari pentingnya patient safety. Kalau hanya satu pihak akan sia-sia saja.
Radiasi yang digunakan di Radiologi di samping bermanfaat untuk membantu menegakkan
diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat umum atau
pasien yang berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan oleh
besarnya radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi, dalam Radiologi
dapat membantu mencegah kesalahan medis dan membantu meningkatkan keselamatan pasien.
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan (OSHE) manajemen di rumah sakit
merupakan upaya dalam mewujudkan keamanan, kenyamanan dan kebersihan lingkungan kerja,
melindungi dan meningkatkan kesehatan.
Tujuan
Memahami pentingnya patient safety di rumah sakit dan mengembangkan budaya safety tersebut
demi keamanan dan kenyamanan pasien dalam pemeriksaan rontgen.
Setiap pemeriksaan dengan pesawat Sinar-X hanya diperlukan setelah memperhatikan kondisi
pasien untuk menghindari paparan radiasi yang tidak perlu. Semua upaya agar dilakukan untuk
menjaga dosis pasien sekecil mungkin yang dapat dicapai secara teknis, seperti penggunaan
kombinasi screen film dengan efisiensi tinggi, ukuran medan radiasi minimum, waktu dan arus
minimum serta pengalaman dalam adaptasi terhadap kegelapan. Pemeriksaan radiologi pada
perut bagian bawah dan pelvis wanita hamil harus diberikan hanya bila dianggap sangat
diperlukan, dalam hal ini harus diusahakan agar janin menerima dosis radiasi sedikit mungkin.
Dalam hal pemberian penyinaran jenis lain pada wanita hamil maka perut bagian bawah dan
janin harus dilindungi dengan pelindung.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Pemanfaatan sinar-X diagnostik meliputi disain ruangan, pemasangan dan pengoperasian setiap
pesawat Sinar-X sesuai dengan spesifikasi keselamatan alat, perlengkapan proteksi radiasi,
keselamatan operasional, proteksi pasien, dan uji kepatuhan (compliance test).
1. Dilakukan pengujian pesawat sinar-x dan CT Scan / kalibrasi setiap satu tahun sekali
2. Pesawat Sinar-X dan Pesawat CT Scan dalam kondisi yang baik dan dirawat dengan
program jaminan kualitas.
3. Ruangan Sinar-X harus dibangun dengan cukup kuat untuk menahan beban perlatan yang
ada di dalamnya dan dibangun sedemikian, sehingga memberikan proteksi yang cukup
terhadap operator (petugas) dan orang lain yang berada di sekitar ruangan pesawat Sinar-
X.
4. Ruang operator terdapat tabir Pb dan dilengkapi dengan kaca intip dari Pb sehingga dapat
melindungi operator dari radiasi bocor dan hamburan..
5. Pintu ruang pesawat Sinar-X dan Pesawat CT Scan terdapat penahan radiasi yang cukup
sehingga terproteksi dengan baik.
6. Lampu merah sebagai tanda radiasi harus terpasangdi atas pintu, yang dapat menyala
pada saat pesawat Sinar-X digunakan dan terdapat tanda peringatan radiasi seperti berikut
:
” AWAS SINAR-X”
1. Apron pelindung yang mempunyai ketebalan minimum yang setara dengan 0,25 mm Pb
dengan ukuran yang cukup pada bagian badan dan gonad untuk pemakai dari radiasi
langsung.
2. Sarung tangan pelindung harus mempunyai ketebalan yang setara dengan 0,25 mm Pb
dengan ukuran yang cukup dari radiasi langsung yang mengenai tangan dan pergelangan
tangan.
3. Terdapat fasilitas untuk imobilisasi pasien, untuk mengurangi pergerakan pasien pada
saat pemeriksaan dengan Sinar-X dan CT Scan.
4. Tersedia peralatan untuk mencegah atau mengendalikan bahaya konvensional seperti
kebakaran, banjir, dan kedaruratan yang berkaitan dengan listrik.
5. Arah berkas utama dari pesawat Sinar-X tidak diarahkan ke panel kontrol.
6. Orang yang membantu memegang pasien anak-anak atau orang yang lemah pada saat
penyinaran dilakukan oleh orang dewasa / keluarga dengan menggunakan apron, tidak
dilakukan oleh petugas.
7. Usaha yang dilakukan dalam melaksanakan penyinaran Sinar-X sedemikian rupa
sehingga diperoleh hasil yang baik dengan paparan minimum pada pasien atau petugas.
8. Selama penyinaran, tidak seorangpun kecuali petugas yang berhubungan dan pasien
berada dalam ruang penyinaran.
9. Pesawat Sinar-X dilarang dioperasikan oleh petugas yang tidak berwenang.
10. Apabila terjadi kerusakan pesawat, perbaikan peralatan Sinar-X dilakukan oleh teknisi
yang telah diberi mandat oleh penguasa yang berwenang. Teknisi tersebut mempunyai
keahlian dan latar belakang proteksi radiasi untuk mengerjakan pekerjaannya dengan
aman.
11. Terdapat peralatan monitoring personil yaitu film badge untuk memantau paparan radiasi
yang diterima setiap satu bulan sekali
BAB VIII
PROTEKSI RADIASI
Proteksi radiasi merupakan cabang ilmu pengetahuan atau teknik yang mempelajari masalah
kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan pemberian perlindungan pada
seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada keturunannya terhadap kemungkinan yang
merugikan kesehatan akibat adanya paparan radiasi. Tujuan proteksi radiasi adalah untuk
mencegah terjadinya efek deterministik yang membahayakan dan mengurangi peluang terjadinya
efek stokastik. Selain itu proteksi radiasi bertujuan melindungi para pekerja radiasi serta
masyarakat umum dari bahaya radiasi yang ditimbulkan akibat penggunaan zat radioaktif atau
sumber radiasi lain.
Prinsip dasar proteksi radiasi yang diterapkan yaitu pengaturan waktu dimana seorang pekerja
radiasi yang berada di dalam medan radiasi akan menerima dosis radiasi yang besarnya
sebanding dengan lamanya pekerja tersebut berada di dalam medan radiasi, pengaturan jarak (
Paparan radiasi berkurang dengan bertambahnya jarak dari sumber radiasi ), dan Penggunaan
perisai radiasi untuk penanganan sumber-sumber radiasi dengan aktifitas sangat tinggi.
Setiap kegiatan yang mengakibatkan paparan radiasi hanya boleh dilaksanakan setelah dilakukan
pengkajian yang mendalam dan manfaatnya lebih besar dibandingkan dengan kerugiannya,
paparan radiasi dari suatu kegiatan harus ditekan serendah mungkin, dan dosis radiasi yang
diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas yang
telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
PENGENDALIAN MUTU
Mutu pelayanan radiologi dilaksanakan untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelayanan
radiologi, meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan serta sebagai bahan acuan dalam
perencanaan dan pengembangan pelayanan radiologi. Untuk meningkatkan mutu pelayanan
Radiologi perlu adanya evaluasi sistem dan prosedur pelayanan, fasilitas dan penyelenggaraan
pelayanan, penyelenggaraan pelayanan radiologi, hasil penyelenggaraan pelayanan dan
perbaikan sarana yang dilaksanakan secara intern dan rutin melalui rapat intern radiologi.
Program Peningkatan Mutu adalah cakupan keseluruhan Program menejemen yang di terapkan
untuk menjamin keprimaan mutu pelayanan kesehatan melalui suatu kegiatan secara sistematis
yang bertujuan untuk menjamin terlaksananya pelayanan radiologi yang prima sesuai standar,
dapat memberikan informasi diagnostik yang tepat, dengan dosis radiasi yang serendah-
rendahnya dan biaya yang sekecil-kecilnya.
Pelaksana dari program peningkatan mutu adalah tim yang bibentuk oleh instalasi radiologi dan
disahkan oleh direktur. Penyusunan tim melibatkan staf instalasi radiologi.
1. Program peningkatan mutu berfokus pada standar input (SDM, peralatan, ruangan, bahan
habis pakai dan lain-lain).
2. Program peningkatan mutu berfokus pada proses, yaitu pemantauan terhadap pelaksanaan
kegiatan pelayanan.
3. Program peningkatan mutu berfokus pada output, yaitu evaluasi terhadap hasil-hasil yang
sudah dilaksanakan (hasil radiograf, hasil bacaan, reject analisis, kepuasan pasien dan
lain-lain).
BAB X
PENUTUP
Pelayanan radiologi diagnostic merupakan bagian dari salah satu meningkatkan mutu pelayanan
dalam suatu Rumah Sakit untuk mewujudkan kepuasan pelanggan, memberikan tanggung jawab
kepada setiap orang, dan melakukan perbaikan berkesinambungan. Dalam upaya mencapai
pelayanan radiologi yang bermutu dan aman selain dilakukan pelayanan-pelayanan untuk pasien
juga perlu untuk petugas antara lain penampilan fisik yang prima seperti tata rambut, pakaian
seragam,make up, kuku, sepatu, postur tubuh, berat badan, kebersihan diri, kerapihan, cara
senyum, cara berjalan, cara bertutur kata, penggunaan dan kepekaan thd bahasa tubuh, Delivery
of services yang prima seperti kerelaan untuk melayani, kepedulian, kecepatan memberi respons
dalam pelayanan, kesediaan untuk membantu klien, percaya diri, dan kesabaran, profesional
dalam menyampaikan pelayanan, ketaatan pada prosedur, serta meningkatkan produktivitas dan
hasil kerja yang prima.
Dalam penyelenggaraan pelayanan radiologi diagnostIK untuk sarana pelayanan kesehatan yang
bermutu, maka diperlukan pedoman pelayanan radiologi yang dapat dipakai sebagai acuan dan
sarana pelayanan kesehatan khususnya di instalasi radiologi.