Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Batuk
Menurut Weinberger ( 2005 ) batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang menyediakna
mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang trakeobronkial dari secret dan zat-zat
asing. Masyarakat lebih cenderung untuk mencari pengobatan apabila batuknya berkepanjangan
sehingga mengganggu aktivitas seharian atau mencurigai kanker.

2.1.1. Jenis-Jenis Obat Batuk


Jenis-jenis obat batuk yang terkait dengan batuk yang berdahak dan tidak berdahak yamg
dibahaskan di sini adalah mukolitik, ekspektoran dan antitusif.

2.1.1.1. Mukolitik
Mukolitik merupakan obat yang bekerja dengan cara mengencerkan sekret saluran
pernafasan dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari
sputum (Estuningtyas, 2008). Agen mukolitik berfungsi dengan cara mengubah viskositas
sputum melalui aksi kimia langsung pada ikatan komponen mukoprotein. Agen mukolitik yang
terdapat di pasaran adalah bromheksin, ambroksol, dan asetilsistein (Estuningtyas, 2008).

Universitas Sumatera Utara


2.1.1.2. Bromheksin
Bromheksin merupakan derivat sintetik dari vasicine. Vasicine merupakan suatu zat aktif
dari Adhatoda vasica. Obat ini diberikan kepada penderita bronkitis atau kelainan saluran
pernafasan yang lain. Obat ini juga digunakan di unit gawat darurat secara lokal di bronkus untuk
memudahkan pengeluaran dahak pasien. Menurut Estuningtyas (2008) data mengenai efektivitas
klinis obat ini sangat terbatas dan memerlukan penelitian yang lebih mendalam pada masa akan
datang. Efek samping dari obat ini jika diberikan secara oral adalah mual dan peninggian
transaminase serum. Bromheksin hendaklah digunakan dengan hati-hati pada pasien tukak
lambung. Dosis oral bagi dewasa seperti yang dianjurkan adalah tiga kali, 4-8 mg sehari. Obat ini
rasanya pahit sekali

2.1.1.3. Ambroksol
Ambroksol merupakan suatu metabolit bromheksin yang memiliki mekanisme kerja yang
sama dengan bromheksin. Ambroksol sedang diteliti tentang kemungkinan manfaatnya pada
kerato konjungtivitis sika dan sebagai perangsang produksi surfaktan pada anak lahir prematur
dengan sindrom pernafasan (Estuningtyas, 2008).

2.1.1.4. Asetilsistein
Asetilsistein (acetylcycteine) diberikan kepada penderita penyakit bronkopulmonari
kronis, pneumonia, fibrosis kistik, obstruksi mukus, penyakit bronkopulmonari akut, penjagaan
saluran pernafasan dan kondisi lain yang terkait dengan mukus yang pekat sebagai faktor
penyulit (Estuningtyas, 2008). Ia diberikan secara semprotan (nebulization) atau obat tetes
hidung. Asetilsistein menurunkan viskositas sekret paru pada pasien radang paru. Kerja utama
dari asetilsistein adalah melalui pemecahan ikatan disulfida. Reaksi ini menurunkan
viskositasnya dan seterusnya memudahkan penyingkiran sekret tersebut. Ia juga bisa
menurunkan viskositas sputum. Efektivitas maksimal terkait dengan pH dan mempunyai
aktivitas yang paling besar pada batas basa kira-kira dengan pH 7 hingga 9. Sputum akan
menjadi encer dalam waktu 1 menit, dan efek maksimal akan dicapai dalam waktu 5 hingga 10
menit setelah diinhalasi. Semasa trakeotomi, obat ini juga diberikan secara langsung pada trakea.

Universitas Sumatera Utara


Efek samping yang mungkin timbul berupa spasme bronkus, terutama pada pasien asma.
Selain itu, terdapat juga timbul mual, muntah, stomatitis, pilek, hemoptisis, dan terbentuknya
sekret berlebihan sehingga perlu disedot (suction). Maka, jika obat ini diberikan, hendaklah
disediakan alat penyedot lendir nafas. Biasanya, larutan yang digunakan adalah asetilsistein 10%
hingga 20%.

2.1.1.5. Ekspektoran
Ekspektoran merupakan obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran
pernafasan (ekspektorasi). Penggunaan ekspektoran ini didasarkan pengalaman empiris. Tidak
ada data yang membuktikan efektivitas ekspektoran dengan dosis yang umum digunakan.
Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara
refleks merangsang sekresi kelenjar saluran pernafasan lewat nervus vagus, sehingga
menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak. Obat yang termasuk golongan ini
ialah ammonium klorida dan gliseril guaiakoiat (Estuningtyas, 2008).

2.1.1.6. Ammonium Klorida


Menurut Estuningtyas (2008) ammonium klorida jarang digunakan sebagai terapi obat
tunggal yang berperan sebagai ekspektoran tetapi lebih sering dalam bentuk campuran dengan
ekspektoran lain atau antitusif. Apabila digunakan dengan dosis besar dapat menimbulkan
asidosis metabolik, dan harus digunakan dengan hatihati pada pasien dengan insufisiensi hati,
ginjal, dan paru-paru. Dosisnya, sebagai ekspektoran untuk orang dewasa ialah 300mg (5mL)
tiap 2 hingga 4 jam. Obat ini hampir tidak digunakan lagi untuk pengasaman urin pada
keracunan sebab berpotensi membebani fungsi ginjal dan menyebabkan gangguan keseimbangan
elektrolit.

2.1.1.7. Gliseril Guaiakolat


Penggunaan gliseril guaiakolat didasarkan pada tradisi dan kesan subyektif pasien dan
dokter. Tidak ada bukti bahwa obat bermanfaat pada dosis yang diberikan. Efek samping yang
mungkin timbul dengan dosis besar, berupa kantuk, mual, dan muntah. Ia tersedia dalam bentuk
sirup 100mg/5mL. Dosis dewasa yang dianjurkan 2 hingga 4 kali, 200-400 mg sehari.

Universitas Sumatera Utara


2.1.1.8. Antitusif
Menurut Martin (2007) antitusif atau cough suppressant merupakan obat batuk yang
menekan batuk, dengan menurunkan aktivitas pusat batuk di otak dan menekan respirasi.
Misalnya dekstrometorfan dan folkodin yang merupakan opioid lemah. Universitas Sumatera
Utara.Terdapat juga analgesik opioid seperti kodein, diamorfin dan metadon yang mempunyai
aktivitas antitusif.Menurut Husein (1998) antitusif yang selalu digunakan merupakan opioid dan
derivatnya termasuk morfin, kodein, dekstrometorfan, dan fokodin. Kebanyakannya berpotensi
untuk menghasilkan efek samping termasuk depresi serebral dan pernafasan. Juga terdapat
penyalahgunaan.

2.1.1.9. Dekstrometorfan
Menurut Dewoto (2008) dekstrometorfan atau D-3-metoksin-Nmetilmorfinan tidak
berefek analgetik atau bersifat aditif. Zat ini meningkatkan nilai ambang rangsang refleks batuk
secara sentral dan kekuatannya kira-kira sama dengan kodein. Berbeda dengan kodein, zat ini
jarang menimbulkan mengantuk atau gangguan saluran pencernaan. Dalam dosis terapi
dekstrometorfan tidak menghambat aktivitas silia bronkus dan efek antitusifnya bertahan 5-6
jam. Toksisitas zat ini rendah sekali, tetapi dosis sangat tinggi mungkin menimbulkan depresi
pernafasan. Dekstrometorfan tersedia dalam bentuk tablet 10mg dan sebagai sirup dengan kadar
10 mg dan 15 mg/5mL. dosis dewasa 10-30 mg diberikan 3-4 kali sehari. Dekstrometorfan sering
dipakai bersama antihistamin, dekongestan, dan ekspektoran dalam produk kombinasi (Corelli,
2007).

2.1.1.10. Kodein
Menurut Corelli (2007) kodein bertindak secara sentral dengan meningkatkan nilai
ambang batuk. Dalam dosis yang diperlukan untuk menekan batuk, efek aditif adalah rendah.
Banyak kodein yang mengandung kombinasi antitusif diklasifikasikan sebagai narkotik dan
jualan kodein sebagai obat bebas dilarang di beberapa negara. Bagaimanapun menurut Jusuf
(1991) kodein merupakan obat batuk golongan narkotik yang paling banyak digunakan. Dosis
bagi dewasa adalah 10-20 mg setiap 4-6 jam dan tidak melebihi 120 mg dalam 24 jam.

Universitas Sumatera Utara


Beberapa efek samping adalah mual, muntah, konstipasi, palpasi, pruritus, rasa
mengantuk, hiperhidrosis, dan agitasi (Jusuf, 1991)

2.2. Obat Pereda Rasa Sakit dan Demam


Obat ini digunakan untuk mengurangi atau melenyapskan rasa nyeri dan menurunkna
suhu badan yang tinggi. Misalnya pada sakit kepala,sakit gigi,nyeri haid, keseleo,, demam
imunisasi,demam flu dan lain sebagainya. Obat-obat golongan ini yang beredar sebagai obat
bebas adalah untuk sakit yang bersifat ringan sedangkan untuk sakit beart ( missal: sakit kerana
batu ginjal dan batu empedu, kanaker) perlu menggunakan jenis obat keras,dan untuk demam
yang berlarut-larut membutuhkan pemeriksaan dokter.

2.2.1. Jenis-Jenis Obat Pereda Rasa Sakit dan Demam


Jenis-jenis obat pereda rasa sakit dan demam juga berkhasiat sebagai anti peradangan
seperti untuk encok. Obat bebas pereda nyeri dan demam

2.2.1.1. Parasetamol atau Asetaminofen


Menurut Rahayu (2004) berkhasiat meredakan nyeri,menurunkna panas dan
demam.Contoh merek obat Biogesik, Dumin, Femix, Panadol, Saridon, Sanmol, Naspro.
Penderita gangguan fungsi hati dan alergi tidak diperbolehkan menggunakan parasetamol. Efek
samping jarang di temukan kadang-kadang ruam kulit kelainan daran dan radang pankreas. Hal
yang perlu diperhatikan pada penggunaan kelebihan dosis dapat menyebabkan gangguan fungsi
hati,
memgambil bersama makanan atau susu, selama menggunakan hindari dari minuman alkohol.

2.2.1.2. Asetosal atau Aspirin


Menurut Kismawati (2004)Aspirin bertindak meredakan nyeri dan menurunkan panas,
demam dan anti radang. Contoh merek obat Aspirin, Aspilet, Cafenol, Ascardia, Insane,
Bodrexin. Bagi yang hemophilia,anak bawah 12 tahun dan anak yang sedang disusui,penderita
tukak lambung/maag, mereka yang pernah/sering mengalami pendarahan dibawah kulit tidak
diperbolehkan menggunakan asetosal dan aspirin.

Universitas Sumatera Utara


Efek samping kadang nyeri lambung,reaksi kulit bagi yang alergi. Hal yang perlu
diperhatikan pada penderita alergi, asma, kehamilan dan lanjut usia dan dihindari mengambil
obat dalam keadaan perut kosong diambil bersama makanan atau susu.Selain itu, selama minum
obat ini dihindari alkohol, vitamin C yang banyak, makanan mengandung bumbu kari, buah
prem, kismis. Agar tidak merusak ginjal, jangan menggunkan aspirin lebih dari 10 hari tanpa izin
dokter.

2.2.1.3. Ibuprofen
Menurut Nannang (2005) ibuprofen meredakan nyeri, menurunkan panas/demam.
Kadang juga ditambahakan kafein pada obat tersebut untuk menguatkan efeknya.Contoh
komposisi dan merek obat pereda nyeri Prioris, Arthrifen, Axalan, Farsifen, Ibufen, Neo
Rheumacyl. Penderita maag/ tukak lambung dan usus yang berat dan aktif, alergi, penderita polip
hidup, angioderma, kehamilan trisemester ketiga tidak digalakkan mengunnakan ibuprofen. Efek
samping kadang pusing, sakit kepala, mual, diare, maag, gangguan pendengaran, dan bagi yang
alergi ruam kulit, biduran, dan sesak nafas. Sebaiknya diminum bersama dengan makanan atau
susu, dan minum dengan segelas air penuh. Anak di bawah 1 tahun tidak dianjurkan
menggunakan ibuprofen. Hati-hati pada lansia yang mengalami gangguan alergi termasuk asma
dan angioderma.

2.3. Muntah
Menurut Ahmisa (2004) Muntah merupakan cara perlindungan terhadap tubuh. Muntah
dapat terjadi karena beberapa sebab, masuknya zat-zat yang merangsang atau beracun,
Merupakan gejala penyakit/kondisi tubuh, misalnya, kanker lambung,mabuk jalan, kehaliman
dan efek samping obat, misalnya tetrasiklin, esterogen, digoksin.

Universitas Sumatera Utara


2.3.1. Jenis- jenis Obat Anti Muntah
Obat anti muntah ada tiga jenis :

2.3.1.1. Dimenhidrinat
Contoh nama merek obat Antimab, Antimo, Sramamine, Dramasine, Amocaps,
Contramo. Cara pemberian obat bentuk suppositoria ( lewat dubur ). Obat ini tidak diberikan jika
asma mendadak,bayi premature, gagal jantung berat. Efek samping obat mengantuk, sakit
kepala, mulut kering, penglihatan kabur, ruam kulit, sesak nafas ( Anak kurang dari 3 tahun peka
terhadap efek samping ini).

2.3.1.2. Difenhidramin
Contoh nama merek obat Wisatamex. Bayi baru lahir/ premature/ menyusui tidak
diperbolehkan diberi difenhidramine. Efek samping mengantuk, gangguan pencernaan,
berpengaruh pada jantung, reaksi alergi, tidak digalakkan meminum obat bila memandu.

2.4. Gastritis
Menurut Mohammad Wehbi Gastriti adalah istilah yang mencakup spektrum yang luas
dari entitas yang menginduksi perubahan inflamasi pada mukosa lambung. Para etiologi yang
berbeda berbagi presentasi klinis umum yang sama. Namun, mereka berbeda dalam karakteristik
unik histologis mereka. Peradangan mungkin melibatkan seluruh perut (misalnya, pangastritis)
atau daerah perut (misalnya, gastritis antral). Gastritis akut dapat dibagi menjadi 2 kategori:
erosif (misalnya, erosi dangkal, erosi dalam, erosi hemoragik) dan nonerosive (umumnya
disebabkan oleh H. pylori).

Universitas Sumatera Utara


2.4.1. Jenis-jenis Obat Gastritis

2.4.1.1. Aluminum dan Mangnesium hydroxide (Mylanta, Mygel, Digel,


Gelusil, Rulox)
Kombinasi obat yang menetralkan keasaman lambung dan meningkatkan pH lambung
dan duodenum bola. Ion aluminium menghambat kontraksi otot halus dan menghambat
pengosongan lambung. Magnesium / aluminium campuran antasida digunakan untuk
menghindari perubahan fungsi usus. Cara pemberian obat ini melalui mulut, biasanya setelah
makan dan sebelum tidur sesuai kebutuhan. Tablet kunyah, mengunyah secara menyeluruh
sebelum menelan, kemudian minum segelas penuh air (8 ons atau 240 mililiter). menggunakan
bentuk cair dari obat ini, Kocok botol baik sebelum menuangkan dosis masing-masing.Dapat
mencampur dosis dengan sedikit air jika diperlukan. Obat ini bereaksi dengan obat lain
(misalnya, digoxin, besi, antibiotik tetrasiklin, kuinolon antibiotik seperti ciprofloxacin),
mencegah mereka dari yang sepenuhnya diserap oleh tubuh. Obat ini dapat menyebabkan mual,
sembelit, diare, atau sakit kepala . Magnesium dapat menyebabkan diare. Menggunakan antasida
yang mengandung aluminium hanya bersama dengan obat ini dapat membantu mengontrol diare.
Aluminium dalam obat ini dapat menyebabkan sembelit. Untuk meminimalkan sembelit, minum
banyak cairan dan olahraga. Diare lebih umum dengan produk ini daripada
constipation.Aluminum yang mengandung antasida mengikat fosfat, bahan kimia tubuh yang
penting, di dalam usus. Hal ini dapat menyebabkan kadar fosfat rendah, terutama jika Anda
menggunakan obat ini dalam dosis besar dan untuk waktu yang lama. Reaksi alergi yang sangat
jarang gejala-gejala reaksi alergi yang serius, termasuk: ruam, gatal / bengkak (terutama wajah /
lidah / tenggorokan), pusing berat, kesulitan bernapas.

2.4.1.2. H2 Blokers (Cimetidine)


Menurut Julian Katz (2001) Cimetidine menghambat histamin pada reseptor H2 sel
parietal lambung, yang mengakibatkan berkurangnya sekresi asam lambung, Volume lambung,
dan hidrogen konsentrasi. Efek samping pusing, mengantuk, ginekomastia, kebingungan (lansia),
diare, mual, muntah,ibu yang menyusui atau laktasi tidak direkomendasikan menggunakan obat
ini.

Universitas Sumatera Utara


2.5. Obat Pilek/Flu
Menurut Dr. Achmad Mursyidi (2004 ) Pilek atau hidung meler,sebenarnya dapat
merupakan gejala dari beberapa sebab yaitu selesma, alergi (rintis), dan influenxa. Pada alergi
rintis, hidung meler disebabkan benda benda yang dianggap asing oleh tubuh masuk ke hidung,
seperti jalur, debu, serbuk sari.Produk obat pilek dan batuk banyak beredar sebagai obat bebas
terbatas. Obat ini berfungsi meringankan gejal, tidak menyembuhkan penyebab penyakit.

2.5.1. Jenis-jenis Obat Pilek/Flu


2.5.1.1. Fenilpropanolamin
Menurut Rahayu (2004) Fenilpropanolamin merupakan pelega hidung ( dekongestan
)pederita penyakit jantung tidak diperbolehkan menggunakan obat ini. Efek samping obat dapat
menaikkan tekanan darah.

2.5.1.2. Klorfeniramin maleat


Menurut Siti Mastiah (2004) penderita yang menderita alergi, asma yang mendadak, bayi
premature tidak diperbolehkan menggunakan obat ini. Efek samping pesakit mengantuk, lemah
otot, tekanan darah rendah, gangguan pencernaan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai