ALKOHOL
Gugus –OH yang terikat pada atom karbon jenuh merupakan senyawa yang disebut
alkohol, R-OH. Klasifikasi alkohol tergantung pada struktur gugus alkil yang terikat pada
gugus –OH. Sebagai contoh, RCH2-OH disebut alkohol primer (10), R2CH-OH disebut
alkohol sekunder (20), R3C-OH disebut alkohol tersier (30). Gugus R kemungkinan
mengandung gugus fungsi lain, namun persyaratan utama adalah gugus –OH yang terikat
pada atom karbon jenuh.
Senyawa alkohol yang mengandung ikatan rangkap dua (tidak jenuh), seperti alkil
alkohol, CH2=CH-CH2-OH, tetapi bila gugus –OH terikat langsung pada ikatan rangkap
dua, menghasilkan vinil alkohol, merupakan alkohol yang biasanya tidak stabil.
Pada dasarnya, satu atom karbon tidak dapat mengikat dua gugus hidroksil karena
gugus fungsi ini, disebut gem-diol (latin geminus, kembar), tidak stabil dan akan melepaskan
air membentuk aldehida atau keton.
Sebaliknya, air tidak dapat ditambahkan pada kebanyakan aldehida dan keton.
Senyawa gem-diol yang mempunyai struktur tertentu bersifat stabil dan dapat diisolasi,
seperti kloral hidrat, CCL3-CH(OH)2.
Sangat mungkin dalam molekul terdapat dua (atau lebih) gugus hidroksil, namun
tidak terikat pada atom karbon yang sama. Senyawa hidroksi tersebut disebut diol. Contoh,
1,2-diol, HO-CH2CH2-OH, dikenal juga sebagai vic-diol atau vinical diol (latin vinicus,
berdekatan). Vic-diol disebut juga glikol.
Terdapat tiga sistem penamaan yang digunakan untuk alkohol:
A. Nama Umum
Penamaannya dengan menyebutkan gugus alkil kemudian ditambah akhiran alkohol.
Contoh :
Nama umum yang lama untuk gugus alkil mengandung lima atom karbon adalah
amil, yang sering digunakan untuk mengganti pentil. Contoh:
CH3CH2CH2CH2CH2 –OH
n-Amil alkohol
n-pentil alkohol
B. Nama karbinol
Sistem penamaan alkohol ini diturunkan dari metil alkohol, CH3OH, dengan
menggantikan atom-atom hidrogen pada gugus metil dengan gugus lain. Penamaan dengan
menyebutkan gugus-gugus alkil sebagai pengganti atom-atom hidrogen CH3 yang terikat
pada C –OH dan kemudian ditambah dengan akhiran karbinol. Nama –nama subtien disebut
berdasarkan alfabetis. Contoh;
C. Nama IUPAC
Urutan penamaan adalah sebagai berikut:
1. Tentukan rangkaian atom karbon yang paling panjang yang mengandung gugus –OH dan
rangkaian ini merupakan nama pokok. Penamaan dengan mengganti kata akhir alkana
dengan –ol.akhiran karakteristik –ol pada alkohol merupakan nama umum alkanol.
2. Rangkaian atom karbon diberi nomor sedemikian rupa hingga atom karbon yang
mengikat gugus –OH mempunyai nomor yang paling kecil. Penomoran diprioritaskan
pada gugus –OH terhadap ikatan rangkap dua dan rangkap tiga.
Contoh:
alkena dapat bereaksi dengan air dengan adanya asam kuat sebagai katalisator.
Reaksi lazim disebut hidrasi
Metanol atau metil alkohol, CH3OH, dapat diperoleh dengan cara distilasi
destruktif kayu (yaitu, pemanasan kayu pada suhu tinggi tanpa udara). Metil alkohol
sering disebut “alkohol kayu”. Sekarang metil alkohol kebanyakan dibuat dengan cara
hidrogenasi katalitik terhadap karbon monoksida. Reaksi dilakukan pada tekanan tinggi
dan pada suhu 3000 hingga 4000C
Etanol atau etil alkohol, CH3CH2OH, merupakan alkohol yag terdapat dalam
minuman yang beralkohol. Etanol banyak digunakan sebagai bahan dasar untuk sintesis
dalam skala industri etanol dibuat dengan cara hidrasi terhadap etena. Reaksi antara
etena dan uap dilakukan pada suhu tinggi dan dibantu katalisator asam fosfat.
Dalam skala industri etil alkohol dibuat dengan cara hidrasi etena dan
fermentasi terhadap molases dari tebu dan kandungan etil alkohol yang diperoleh
mencapai 95,6%. Distilat yang diperoleh selalu mengandung 95,6% etanol dan 4,4%
air; campuran disebut campuran azeotrop
Alkohol dikenal juga adalah spiritus namun telah ditambah denaturan yang
berupa zat warna (lazim berwarna biru) dan sejumlah zat-zat beracun. Zat beracun yang
digunakan adalah metanol.
Sifat-sifat kimia alkohol, ROH, ditentukan oleh gugus fungsi, -OH, gugus
hidroksil. Reaksi alkohol dapat melibatkan
RO – H → R – G atau alkena
Alkoksida merupakan basa yang lebih kuat dari pada hidroksida. Alkoksida
dibuat dengan melarutkan logam dalam alkohol anhidrus. Alkoksida anion akan larut
dalam alkohol yang terurai.
2. Oksidasi Alkohol
Oksidasi alkohol lepasnya satu atom hidrogen atau lebih (α- hidrogen) dari
karbon yang mengikat gugus –OH. Produk yang dibentuk tergantung pada banyaknya
α- hidrogen yang terkandung dalam alkohol, yaitu apakah alkohol primer, sekunder
atau tersier.
Alkohol primer
Alkohol sekunder
Alkohol tersier
3. Esterifikasi
Dalam pembuatan ester, alkohol yang digunakan berlebihan dan sedikit asam
sulfat sebagai katalisator. Cara memperoleh produk ester yang maksimal maka
diusahakan agar reaksi dapat bergeser kekanan. Slah satu upaya dengan cara didestilasi
selama proses berlangsung.
Reaksi antara alkohol dengan asam fosfat menghasilkan berbagai jenis fosfat
ester tergantung pada jumlah alkohol yang digunakan.
Sejumlah fosfat ester penting terdapat dalam bahan alam. Salah satu contoh
adalah adenosin trefosfat (ATP), pelepasan fosfat menghasilkan adenosin difaosfat
(ADP) dan akhirnya diperoleh adenosin monofosfat (AMP).
1. Dehidrasi
Alkohol bila dipanaskan dengan asam sulfat (H2SO4) atau asam fosfat
(H3PO4) akan menghasilkan alkena dan air. Lepasnya air dari alkohol ini sering
disebut dehidrasi:
Alkohol dapat dikonversi menjadi alkil halida. Reaksi dikenal sebagai reaksi
substitusi (penggantian) atau reaksi substitusi nukleofilik (SN)
Alkil bromida dapat dibuat dari alkohol yang dipanaskan dengan asam
bromida, HBr dan sedikit H2SO4 ditambahkan.
a. Mekanisme Reaksi untuk Metanol dan Alkohol Primer
b. Mekanisme reaksi untuk alkohol sekunder (20) dan alkohol tersier (30)
Tionil klorida, SOCl2, sering digunakan untuk pembuatan alkil halida dari
alkohol. Reaksi dengan tionil klorida mempunyai beberapa keuntungan. Pertama,
tionil klorida berwujud cairan yang memiliki titik didih rendah (700C), sehingga
bila penggunaannya berlebihan dapat diperoleh kembali dengan distilasi. Kedua,
disamping produk alkil halida, belerang dioksida, SO2, dan hidrogen klorida, HCl,
keduanya berwujud gas; sehingga lepas selama proses berlangsung.
BAB IX
A. ETER
Eter turunan dari air seperti halnya alkohol.penggantian dua atom hidrogen
dari air dengan dua gugus alkil atua aril akan diperoleh eter.
Eter dapat mengandung dua gugus alkil atau gugus aril yang sama hingga
disebut eter simetris, sedangkan bila mengandung dua gugus (alkil atau aril) yang
berbeda disebut eter tidak semetris.
Eter dnamakan dengan mnyebutkan dua gugus alkil atau aril yang terikat pada
atom oksigen dengan ditambahakhiran eter. Untuk eter-eter simetris awalan di, seperti
dialkil atau diaril, diabaikan.
Eter adalah etil eter (dietel eter) , eter tidak simetris nama kedua gugus harus disebut
b. Nama IUPAC
B. EPOKSIDA
Eter siklik
Eter siklik mempunyai nama epoksida, dalam kimia organik epoksida dapat
mempunyai peran dalam sintesis. Etilena oksiran. Karena epoksida dibuat dari alkena
yang sesuai maka epoksida sering diberi nama dengan menggunakan nama alkena dan
ditambah dengan akhiran oksida.
Sifat-sifat eter
Eter dapat dipandang merupakan turunan dari air ikatan C-O-C bengkok. Eter
bersifat polar dan mempunyai momen dipol, dan sudut ikat C-O-C sekitar 1100.
Polaritas metil eter dikaitkan dengan pasangan elektron bebas
Yang dimiliki oksigen sperti halnya pengaruh gugus-gugus metil yang melepaskan
elektron. Eter-eter yang memiliki molekul rendah dapat larut dalam air seperti halnya
alkohol. Kelarutan eter dalam air akibat terjadinya ikatan hidrogen antara molekul air
yang polar dengan pasangan elektron bebas dari oksigen pada ROH dan ROR.:
Eter memiliki titik didih rendah, 34,5% sehingga diperoleh kembali setelah
digunakan. Eter mudah menguap dan terbakar, dalam bidang kedokteran eter dapat
digunakan sebagai anestetik.
Eliminasi terjadi bila suhu reaksi lebih tinggi dan konsentrasi katalis
dinaikkan. Sebagai contoh alkohol, etanol, akan mengalami dehidrasi menjadi etena
pada suhu reaksi sekitar 1800C
Pembentukan eter akan terjadi pada suhu yang lebih rendah dan menggunakan
alkohol berlebihan.
2, Sintesis Williamsom
Alkohol merupakan asam lemah yang dapat bereaksi dengan logam
membentuk alkoksida.
Eugenol merupakan salah satu komponen yang terdapat dalam minyak atsiri:
minyak daun cengkeh dan minyak lawang.
Metil eugenol dalam bidang pertanian dapat digunakan sebagai penarik lalat
buah jantan, jika halida merupakan gugus pergi dan alkoksida terdapat dalam satu
molekul, maka akan terjadi perpindahan intramolekul dan diperoleh epoksida.
1. Dari halohidrin
Salah satu cara pembuatan epoksida meliputi reaksi antara alken dengan
halogena dengan halogen dalam air kemudian dilanjutkan dengan penambahan basa.
2. Menggunakan Asam Peroksida
Asam peroksi yang lazim digunakan adalah asam peroksi benzoat, asam
peroksi asetat, dan asam m-kloroperoksibenzoat, yang merupakan padatan yang stabil.
Asam peroksi merupakan elektrofil, hingga kecepatan reaksinya terhadap
alkena akan naik jika gugus alkil, pelepas elektron yang terikat pada karbon ikatan
rangkap banyak. Alkena dengan tiga atau empat substituen alkil akan cepat bereaksi
dengan perasam/peroksi, sedangkan alkena dengan perasam dapat dinyatakan dengan
mekanisme reaksi sebagai berikut:
Eter merupakan senyawa bersifat basa lewis yang tidk reaktif, sehingga
banyak digunakan sebagai pelarut dalam reaksi-reaksi organik. Eter sangat inert
terhadap basa, eter dapat bereaksi dengan larutan asam pekat seperti H2SO4, HCl dan
dapat juga bereaksi dengan asam lewis BF3. Urutan reaktivitas HX dalam reaksi
adalah HI > HBr > HCl, dan yang lazim digunakan adalah HI dan HBr.
Jika karbon karbonil mengikat satu atau dua atom hidrogen dan tidak lebih
satu gugus alkil akan menghasilkan senyawa aldehida. Senyawa keton dibentuk bila
karbon karbonil mengikat dua gugus alkil.
Gugus karbonil menentukan sifat-sifat kimia aldehida dan keton. Aldehida dan
keton menunjukkan sifat-sifat yang mirip, perbedaan struktur memberikan akibat
sifat-sifat yang berbeda pula: (a) aldehida sangat mudah teroksidasi; (b) aldehida
biasanya lebih reaktif daripada keton terhadap adisi nukleofil.
Karena ikatan rangkap dua karbon-oksigen terbentuk dari dua atom yang
berbeda elektronegativitasnya (karbon dan oksigen), maka elektron pada kabut π
terbagi tidak sama. Polaritas ikatan rangkap karbon-oksigen dapat dinyatakan sebagai
berikut
Ikatan polar: elektron tidak terbagi sama antara karbon dan oksigen
10.2 PENAMAAN
Aldehida
a. Nama Umum
b. Nama IUPAC
Penamaan berasal dari alkana dengan mengganti huruf akhir –a diganti dengan
–al. Nama pokok senyawa dengan menentukan rangkaian karbon yang paling
panjang yang masih mengandung gugus aldehida. Bila terdapat substituen diberi
nomor dan C-1 sebagai karbon yang mengikat gugus aldehida.
Keton
a. Nama Umum
Gugus aril yang terikat pada gugus karbonil dengan menambah kata keton.
Senyawa keton sederhana, diberi nama aseton.
b. Nama IUPAC
Penamaan keton berasal dari alkana dengan mengganti huruf –a pada akhir
nama alkana dengan kata –on. Contoh:
Aldehida dan keton mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada alkena karena
aldehida dan keton lebih polar dn gaya tarik dipol-dipol antara molekul-molekul
besar. Namun aldehida dan keton titik didihnya lebih rendah dari alkohol, tidak sperti
alkohol, dua gugus karbonil tidak dapat mengadakan ikatan hidrogen.
1. Oksidasi Alkohol
1. Hidrasi
2. pembentukan sianohidrin
3. pembentukan Asetal
7. Reduksi
8. Reaksi Cannizzaro
9. Aldol Kondensasi
ASAM KARBOKSILAT
Gabungan gugus karbonil dan gugus hidroksil pada atom karbon yang sama
disebut gugus Karboksil. Senyawa yang mengandung gugus karboksil ditengarai
bersifat asam hingga senyawa disebut asam karboksilat.
1.1 PENAMAAN
A. Nama Umum
B. Nama IUPAC
Senyawa diberi nama dengan mengganti kata akhir alkana dengan asam-oat.
Sedangkan penamaan asam tidak jenuh menggunakan nama alkena dengan kata asam-
oat.
Titik Didih
Titik Lebur
Adanya ikatan rangkap (khususnya ikatan rangkap cis) dalam rantai lurus akan
menghalangi terbentuknya kisi-kisi kristal yang stabil; sehingga melebur pada suhu
yang rendah atau menurunkan titik lebur.
b. Bila larutan kalium fermanganat encer, dingin, direaksikan dengan alkena akan
menghasilkan glikol. Bila permanganat pekat dipanaskan, maka glikol akan
teroksidasi lebih lanjut dan terjadi pemutusan ikatan karbon-karbon.
c. Cara Grignard
Melakukan reaksi adisi terhadap gugus karbonil dari aldehida, keton, dan eter,
juga dapat bereaksi dengan karbondioksida dan bila dilanjutkan dihidrolisis akan
diperoleh asam karboksilat dengan jumlah atom karbon bertambah satu.
d, Hidrolisis Nitril
Nitril alifatik dan nitril aromatik bila dihidrolisis dalam suasana asam atau
basa akan menghasilkan asam karboksilat yang sesuai.
Asam karboksilat cepat bereaksi dengan basa anorganik, seperti ion hidroksida
atau amonia membentuk garam. Asam karboksilat bereaksi dengan larutan natrium
bikarbonat, NaHCO3, disertai lepasnya gas CO2
2, Esterfikasi
Selama reaksi berlangsung akan dilepaskan gas SO2, atau HCl, CO, dan CO2)
hingga produk yang dihasilakan tidak terkontaminasi.
Pembentukan amida
Pembentukan ester
Reaksi antara klorida dengan alkohol menghasilkan ester.
Pembentukan asam
Pembentukan Anhidrida
BAB XII
AMINA
Efek yang ditimbulkan oleh alkaloid bila dikonsumsi oleh manusia dapa
mempengaruhi secara psikologis.
Penamaan
a. Nama umum
Aturan penamaan umum amina adalah mudah dengan diturunkan dari
berbagai gugus alkil dan aril yang terikat pada nitrogen dan amina. Awalan di, tri,
dan tetra digunakan untuk menyatakan adanya dua, tiga, atau empat substituen
yang sama.
b. Nama menurut IUPAC
Rantai atom karbon lurus yang paling panjang yang terikat pada gugus –NH2
merupakan nama pokok senyawa, dan dengan akhiran nama amina.
c. Penamaan lain
Senyawa yang mengandung dua gugus amino diber nama dengan menambah
akhiran –diamin setelah nama alkana atau arena yang sama.
Sesuai dengan basa lewis, jika pasangan elektron tersebut digunakan untuk
mengikat proton, maka amina dapat juga dinyatakan sebagai basa lowry-bronsted.
Amina merupakan basa yang cukup kuat dan dapat segera bereaksi dengan
setiap asam, bahkan asam lemah seperti air ada dua kesepakatan yang digunakan
untuk mengukur sifat basa/kebasaan amina. Pertama pengertian tetapan, kebasaan, kb
untuk amina nag berkelakuan sebagai penangkap proton dari air. Kedua berkaitan
dengan kebasaan amina (R3N) dengan tetapan disosiasi asam Ka dari asam konjugat
(R3NH).
Reaksi menggunakan logam dalam asam; Fe, Sn, Zn. Reaksi dapat dpercepat
dengan katalisator garam, FeSO4,
2, Reduksi amida
Dalam keadaan basa kuat, amida primer dapat bereaksi dengan Cl2 atau Br2
membentuk amina dengan lepasnya atom akrbon karbonil. Reaksi ini disebut
tataulang Hofmann .
3. Reduksi nitril
Nitril bila reduksi dengan LiAlH4 menghasilkan amina primer. Reduksi
dapat dilakukan dengan hidrogenasi katalitik.
4. Reduksi senyawa nitrogen tak jenuh
Reaksi aldehida dan keton dengan turunan amonia (G-NH2) menghasilkan
berbagai senyawa: imina dan oxima. Bila imina dan oxima direduksi menghasilkan
amina yang dihasilkan amina primer, sekunder, dan tersier.
12.5 REAKSI
1. Pembentukan Garam
2. alkilasi
Reaksi/tataulang Hofmann