Anda di halaman 1dari 30

BAB VIII

ALKOHOL

8.1 STRUKTUR DAN PENAMAAN

Gugus –OH yang terikat pada atom karbon jenuh merupakan senyawa yang disebut
alkohol, R-OH. Klasifikasi alkohol tergantung pada struktur gugus alkil yang terikat pada
gugus –OH. Sebagai contoh, RCH2-OH disebut alkohol primer (10), R2CH-OH disebut
alkohol sekunder (20), R3C-OH disebut alkohol tersier (30). Gugus R kemungkinan
mengandung gugus fungsi lain, namun persyaratan utama adalah gugus –OH yang terikat
pada atom karbon jenuh.

Senyawa alkohol yang mengandung ikatan rangkap dua (tidak jenuh), seperti alkil
alkohol, CH2=CH-CH2-OH, tetapi bila gugus –OH terikat langsung pada ikatan rangkap
dua, menghasilkan vinil alkohol, merupakan alkohol yang biasanya tidak stabil.

Pada dasarnya, satu atom karbon tidak dapat mengikat dua gugus hidroksil karena
gugus fungsi ini, disebut gem-diol (latin geminus, kembar), tidak stabil dan akan melepaskan
air membentuk aldehida atau keton.

Sebaliknya, air tidak dapat ditambahkan pada kebanyakan aldehida dan keton.
Senyawa gem-diol yang mempunyai struktur tertentu bersifat stabil dan dapat diisolasi,
seperti kloral hidrat, CCL3-CH(OH)2.

Sangat mungkin dalam molekul terdapat dua (atau lebih) gugus hidroksil, namun
tidak terikat pada atom karbon yang sama. Senyawa hidroksi tersebut disebut diol. Contoh,
1,2-diol, HO-CH2CH2-OH, dikenal juga sebagai vic-diol atau vinical diol (latin vinicus,
berdekatan). Vic-diol disebut juga glikol.
Terdapat tiga sistem penamaan yang digunakan untuk alkohol:

A. Nama Umum
Penamaannya dengan menyebutkan gugus alkil kemudian ditambah akhiran alkohol.
Contoh :

CH2 –OH CH2CH3 –OH


Metil alkohol etil alkohol

Nama umum yang lama untuk gugus alkil mengandung lima atom karbon adalah
amil, yang sering digunakan untuk mengganti pentil. Contoh:

CH3CH2CH2CH2CH2 –OH

n-Amil alkohol
n-pentil alkohol

B. Nama karbinol

Sistem penamaan alkohol ini diturunkan dari metil alkohol, CH3OH, dengan
menggantikan atom-atom hidrogen pada gugus metil dengan gugus lain. Penamaan dengan
menyebutkan gugus-gugus alkil sebagai pengganti atom-atom hidrogen CH3 yang terikat
pada C –OH dan kemudian ditambah dengan akhiran karbinol. Nama –nama subtien disebut
berdasarkan alfabetis. Contoh;

C. Nama IUPAC
Urutan penamaan adalah sebagai berikut:
1. Tentukan rangkaian atom karbon yang paling panjang yang mengandung gugus –OH dan
rangkaian ini merupakan nama pokok. Penamaan dengan mengganti kata akhir alkana
dengan –ol.akhiran karakteristik –ol pada alkohol merupakan nama umum alkanol.
2. Rangkaian atom karbon diberi nomor sedemikian rupa hingga atom karbon yang
mengikat gugus –OH mempunyai nomor yang paling kecil. Penomoran diprioritaskan
pada gugus –OH terhadap ikatan rangkap dua dan rangkap tiga.
Contoh:

8.2 SIFAT-SIFAT FISIKA ALKOHOL


Alkohol merupakan senyawa yang bersifat polar dan kepolaran disebut
ditunjukkan adanya ikatan. Sifat kepolaran alkohol dapat ditunjukkan terhadap sifat-sifat
fisikanya: titik didih, titik lebur, dan kelarutannya dalam pelarut lain. Senyawa
hidrokarbon (alkana, alkena, alkuna dan sikloalkana) bersifat nonpolar dan menunjukkan
kelarutan yang sangat rendah dalam pelarut-pelarut polar seperti air.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Titik Didih.


1. Berat molekul. Pada umumnya makin besar berat molekul senyawa makin tinggi titik
didihnya. Normal-alkohol menunjukkan kenaikan titik didihnya agak konstan
sebanding dengan kenaikan jumlah atom karbon; setiap penambahan gugus –CH2- ,
kenaikan titik didihnya sekitar 200C.
2. Bentuk molekul. Senyawa yang mempunyai rantai cabang menyebabkan penurunan
titik didih; sebagai contoh, n-butil alkohol mendidih pada 1180C. Sedangkan isobutil
alkohol mendidih pada 1080C, dan ters-butil alkohol mendidih pada 830C. Keadaan
ini juga ditunjukkan pada alkana.
3. Ikatan hidrogen. Bandingkan senyawa alkohol dan alkana yang memiliki berta
molekul yang hampir sama ternyata bahwa alkohol memiliki titik didih lebih tinggi.
Sebagai conto, n-butil alkohol (berat molekul 74) mendidih pada 1180C, sedangkan
n-pentana (berat molekul 72) mendidih pada 360C. Gejala ini mirip seperti
ditunjukkan oleh air, ,amonia, dan hidrogen flurida yang memiliki titik didih lebih
tinggi dari pada senyawa yang memiliki berat molekul yang hampir sama. Seperti ini
terjadi karena pada intermolekul alkohol, air, amonia, dan hidrogen flurida terdapat
ikatan hidrogen.
Pada fase cair alkohol terdapat dalam keadaan terasosiasi seperti:

Ikatan hidrogen dinyatakan dengan garis terputus-putus; merupakan tipe


ikatan yang sangat lemah antara hidrogen dari molekul alkohol dengan pasangan
elektron bebas pada atom oksigen dari molekul alkohol lain. Energi ikatan hidrogen
diperkirakan sekitar 4 hingga 8 kkal/mol (16 hingga 33kj/mol), sedangkan energi ikatan
kovalen berkisar 50-100 kkal/mol (200 hingga 400 kj/mol) meskipun ikatan hidrogen
lemah namun karena sangat banyak dan panjang maka untuk memutus memerlukan
energi. Ekstra energi untuk memutus ikatan hidrogen untuk mengubah alkohol dari fase
cair menjadi fase gas. Energi ini merupakan bentuk panas yang harus diberikan dan
sebagai kenyataan titik didih alkohol akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan
senyawa yang tidak memiliki ikatan hidrogen.
Ikatan hidrogen terdapat molekul-molekul yang mengandung flour (F),
nitrogen (N) dan oksigen (O); paling tidak satu hidrogen harus terikat pada salah satu
atom elektronegatif tersebut. Alkohol yang memiliki berat molekul kecil (dua atau tiga
karbon) larut tak terbatas dalam air. Kelarutan alkohol dalam air menurun bila berat
molekul bertambah. Kelarutan alkohol dalam air dinyatakan dengan ikatan hidrogen
antara ROH dan HOH. Sebaliknya alkohol yang memiliki berat molekul kecil tidak
larut dalam pelarut hidrokarbon, contoh metanol hanya larut sebagian dalam n-oktana,
sedangkan alkohol yang lebih besar larut sempurna dalam n-oktana, karena jumlah
hidrokarbon yang terkandung naik.
Kaidah “ like dis solves like” terhadap alkohol dibatasi oleh struktur yang
dimiliki.
8.3 PEMBUATAN ALKOHOL
Alkohol dapat dibuat dengan cara mengonversi alkil halida dengan substitusi
dan konversi alkena dengan cara hidrasi, hidroborasi dan hidroksidasi.
1. Substitusi Nukleofilik Terhadap Alkil Halida

Contoh: Reaksi iodometan (CH3I) dengan kalium hidroksida, produk juga


dihasilkan adalah metanol.

2. Hidrasi terhadap Alkena

alkena dapat bereaksi dengan air dengan adanya asam kuat sebagai katalisator.
Reaksi lazim disebut hidrasi

Mekanisme reaksi dapat ditulis sebagai berikut;

3. Adisi Asam Sulfat, Kemudian Dihidrolisis.


4. Reaksi antara pereaksi Grignard dengan Aldehida atau keton dan ester
5. Reduksi terhadap aldehida atau keton, ester dan asam karboksilat.

Pembuatan Metanol dan Etanol.


1. Metanol

Metanol atau metil alkohol, CH3OH, dapat diperoleh dengan cara distilasi
destruktif kayu (yaitu, pemanasan kayu pada suhu tinggi tanpa udara). Metil alkohol
sering disebut “alkohol kayu”. Sekarang metil alkohol kebanyakan dibuat dengan cara
hidrogenasi katalitik terhadap karbon monoksida. Reaksi dilakukan pada tekanan tinggi
dan pada suhu 3000 hingga 4000C

Metanol sangat beracun, bila meminum metanol, menghirup uapnya atau


terserap melalui kulit dapat , menyebabkan kebutaan bahkan kematian.
2. Etanol

Etanol atau etil alkohol, CH3CH2OH, merupakan alkohol yag terdapat dalam
minuman yang beralkohol. Etanol banyak digunakan sebagai bahan dasar untuk sintesis
dalam skala industri etanol dibuat dengan cara hidrasi terhadap etena. Reaksi antara
etena dan uap dilakukan pada suhu tinggi dan dibantu katalisator asam fosfat.

Dalam skala industri etil alkohol dibuat dengan cara hidrasi etena dan
fermentasi terhadap molases dari tebu dan kandungan etil alkohol yang diperoleh
mencapai 95,6%. Distilat yang diperoleh selalu mengandung 95,6% etanol dan 4,4%
air; campuran disebut campuran azeotrop

Salah satu cara untuk memperoleh etanol murni dengan menghilangkan


kandungan air, yaitu dengan menambahkan logam magnesium.

Alkohol dikenal juga adalah spiritus namun telah ditambah denaturan yang
berupa zat warna (lazim berwarna biru) dan sejumlah zat-zat beracun. Zat beracun yang
digunakan adalah metanol.

8.4 REAKSI ALKOHOL

Sifat-sifat kimia alkohol, ROH, ditentukan oleh gugus fungsi, -OH, gugus
hidroksil. Reaksi alkohol dapat melibatkan

1. Pemutusan ikatan oksigen-oksigen, alkohol bersifat asam.

RO – H → menghasilkan garam-garam logam, ester atau aldehid, keton, asam.

2. Pemutusan ikatan karbon-oksigen, merupakan reaksi.

RO – H → R – G atau alkena

Substitusi eliminasi (dehidrasi) G merupakan berbagai gugus.

8.5 REAKSI ALKOHOL YANG MELIBATKAN PEMUTUSAN IKATAN


OKSIGEN – HIDROGEN (RO – H)

1. Keasaman Alkohol; Pembentukan Garam-garam Logam.


Alkohol dapat bereaksi dengan logam-logam pada golongan I dan golongan II,
dan juga dengan logam-logam tertentu pada golongan III, tetapi kecepatan reaksinya
lebih lambat.

Alkoksida merupakan basa yang lebih kuat dari pada hidroksida. Alkoksida
dibuat dengan melarutkan logam dalam alkohol anhidrus. Alkoksida anion akan larut
dalam alkohol yang terurai.

2. Oksidasi Alkohol

Oksidasi alkohol lepasnya satu atom hidrogen atau lebih (α- hidrogen) dari
karbon yang mengikat gugus –OH. Produk yang dibentuk tergantung pada banyaknya
α- hidrogen yang terkandung dalam alkohol, yaitu apakah alkohol primer, sekunder
atau tersier.

Alkohol primer
Alkohol sekunder

Alkohol tersier

3. Esterifikasi

Reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol dengan bantuan katalisator


asam. Reaksi lazim disebut esterifiasi fischer.

Dalam pembuatan ester, alkohol yang digunakan berlebihan dan sedikit asam
sulfat sebagai katalisator. Cara memperoleh produk ester yang maksimal maka
diusahakan agar reaksi dapat bergeser kekanan. Slah satu upaya dengan cara didestilasi
selama proses berlangsung.

4. Ester dari asam fosfat

Reaksi antara alkohol dengan asam fosfat menghasilkan berbagai jenis fosfat
ester tergantung pada jumlah alkohol yang digunakan.
Sejumlah fosfat ester penting terdapat dalam bahan alam. Salah satu contoh
adalah adenosin trefosfat (ATP), pelepasan fosfat menghasilkan adenosin difaosfat
(ADP) dan akhirnya diperoleh adenosin monofosfat (AMP).

8.6 REAKSI ALKOHOL YANG MELIBATKAN PEMUTUSAN IKATAN


KARBON – OKSIGEN (R –OH)

1. Dehidrasi

Alkohol bila dipanaskan dengan asam sulfat (H2SO4) atau asam fosfat
(H3PO4) akan menghasilkan alkena dan air. Lepasnya air dari alkohol ini sering
disebut dehidrasi:

2. Reaksi Alkohol dengan Hidrogen Halida

Alkohol dapat dikonversi menjadi alkil halida. Reaksi dikenal sebagai reaksi
substitusi (penggantian) atau reaksi substitusi nukleofilik (SN)

X dapat Cl, Br, I

Reaktivitas HX: HI > HBr >HCl

Reaksivitas ROH: Alil, benzil >30 > 20 > 10 .

Alkil bromida dapat dibuat dari alkohol yang dipanaskan dengan asam
bromida, HBr dan sedikit H2SO4 ditambahkan.
a. Mekanisme Reaksi untuk Metanol dan Alkohol Primer

b. Mekanisme reaksi untuk alkohol sekunder (20) dan alkohol tersier (30)

3. Reaksi Alkohol dengan Fosfor Halida


4. Reaksi Alkohol dengan Tionil Klorida

Tionil klorida, SOCl2, sering digunakan untuk pembuatan alkil halida dari
alkohol. Reaksi dengan tionil klorida mempunyai beberapa keuntungan. Pertama,
tionil klorida berwujud cairan yang memiliki titik didih rendah (700C), sehingga
bila penggunaannya berlebihan dapat diperoleh kembali dengan distilasi. Kedua,
disamping produk alkil halida, belerang dioksida, SO2, dan hidrogen klorida, HCl,
keduanya berwujud gas; sehingga lepas selama proses berlangsung.
BAB IX

ETER DAN EPOKSIDA

9.1 STUKTUR DAN PENAMAAN ETER DAN EPOKSIDA

A. ETER

Eter turunan dari air seperti halnya alkohol.penggantian dua atom hidrogen
dari air dengan dua gugus alkil atua aril akan diperoleh eter.

Semua eter mengandung ikatan C-O-C dan bebrapa klasifikasi tergantung


pada gugus alkil atau gugus aril yang terikat:

R–O–R Ar– O – R Ar – O –Ar

Dialkil eter alkil aril eter diaril eter

Eter dapat mengandung dua gugus alkil atau gugus aril yang sama hingga
disebut eter simetris, sedangkan bila mengandung dua gugus (alkil atau aril) yang
berbeda disebut eter tidak semetris.

a. Nama- nama Umum

Eter dnamakan dengan mnyebutkan dua gugus alkil atau aril yang terikat pada
atom oksigen dengan ditambahakhiran eter. Untuk eter-eter simetris awalan di, seperti
dialkil atau diaril, diabaikan.

Eter adalah etil eter (dietel eter) , eter tidak simetris nama kedua gugus harus disebut
b. Nama IUPAC

Menurut sistem IUPAC penamaan eter didasarkan pada rangkaian karbon


gugus alkil paling panjang yang mengikat oksigen dan gugus –OR merupakan
substituen yang mengganti atom hidrogen. Gugus –OR disebut alkoksi (CH3O-;
metoksi; CH3CH2O-, etoksi;CH3CH2CH2O-; propoksi; C6H5O-, fenoksi)

B. EPOKSIDA

Eter siklik

Eter siklik mempunyai nama epoksida, dalam kimia organik epoksida dapat
mempunyai peran dalam sintesis. Etilena oksiran. Karena epoksida dibuat dari alkena
yang sesuai maka epoksida sering diberi nama dengan menggunakan nama alkena dan
ditambah dengan akhiran oksida.

Sifat-sifat eter

Eter dapat dipandang merupakan turunan dari air ikatan C-O-C bengkok. Eter
bersifat polar dan mempunyai momen dipol, dan sudut ikat C-O-C sekitar 1100.
Polaritas metil eter dikaitkan dengan pasangan elektron bebas
Yang dimiliki oksigen sperti halnya pengaruh gugus-gugus metil yang melepaskan
elektron. Eter-eter yang memiliki molekul rendah dapat larut dalam air seperti halnya
alkohol. Kelarutan eter dalam air akibat terjadinya ikatan hidrogen antara molekul air
yang polar dengan pasangan elektron bebas dari oksigen pada ROH dan ROR.:

Eter memiliki titik didih rendah, 34,5% sehingga diperoleh kembali setelah
digunakan. Eter mudah menguap dan terbakar, dalam bidang kedokteran eter dapat
digunakan sebagai anestetik.

Oksigen yang memiliki pasangan elektron bebas memberikan sifat eter


sebagai basa lewis hingga dapat mendonorkan pasangan elektron tersebut ke asam
lewis. Eter membentuk kompleks molekul yang stabil dengan BF, misal:

Eter bereaksi dengan proton (asam lowry-bronsted):

9.2 PEMBUTAN ETER

1. Reaksi antar alkohol dengan H2SO4

Pada dasarnya reaksi pembentukan eter merupakan reaksi substitusi.

Dalam pembentukan eter, air akan dilepaskan membutuhkan asam.


Mekanisme reaksi alkohol akan terprotonisasi menghasilkan ion oksonium.
Alkohol primer dan metanol akan bereaksi mengikuti mikanisme SN2-

Alkohol sekunder dan tersier bereaksi mengikuti mekanisme SN1-

Pembentukan eter versus Eliminasi

Eliminasi terjadi bila suhu reaksi lebih tinggi dan konsentrasi katalis
dinaikkan. Sebagai contoh alkohol, etanol, akan mengalami dehidrasi menjadi etena
pada suhu reaksi sekitar 1800C

Pembentukan eter akan terjadi pada suhu yang lebih rendah dan menggunakan
alkohol berlebihan.

2, Sintesis Williamsom
Alkohol merupakan asam lemah yang dapat bereaksi dengan logam
membentuk alkoksida.

Pembuatan eter adalah berdasarkan sintesis williamson, yang meliputi reaksi


antara alkoksida atau ion fenoksida dengan alkil halida:

Eugenol merupakan salah satu komponen yang terdapat dalam minyak atsiri:
minyak daun cengkeh dan minyak lawang.

Metil eugenol dalam bidang pertanian dapat digunakan sebagai penarik lalat
buah jantan, jika halida merupakan gugus pergi dan alkoksida terdapat dalam satu
molekul, maka akan terjadi perpindahan intramolekul dan diperoleh epoksida.

9.3 PEMBUATAN EPOKSIDA

1. Dari halohidrin

Salah satu cara pembuatan epoksida meliputi reaksi antara alken dengan
halogena dengan halogen dalam air kemudian dilanjutkan dengan penambahan basa.
2. Menggunakan Asam Peroksida

Asam peroksi yang lazim digunakan adalah asam peroksi benzoat, asam
peroksi asetat, dan asam m-kloroperoksibenzoat, yang merupakan padatan yang stabil.
Asam peroksi merupakan elektrofil, hingga kecepatan reaksinya terhadap
alkena akan naik jika gugus alkil, pelepas elektron yang terikat pada karbon ikatan
rangkap banyak. Alkena dengan tiga atau empat substituen alkil akan cepat bereaksi
dengan perasam/peroksi, sedangkan alkena dengan perasam dapat dinyatakan dengan
mekanisme reaksi sebagai berikut:

9.4 REAKSI ETER

Eter merupakan senyawa bersifat basa lewis yang tidk reaktif, sehingga
banyak digunakan sebagai pelarut dalam reaksi-reaksi organik. Eter sangat inert
terhadap basa, eter dapat bereaksi dengan larutan asam pekat seperti H2SO4, HCl dan
dapat juga bereaksi dengan asam lewis BF3. Urutan reaktivitas HX dalam reaksi
adalah HI > HBr > HCl, dan yang lazim digunakan adalah HI dan HBr.

9.5 PEMBUKAAN CINCIN EPOKSIDA

a. Reaksi dengan menggunakan pereaksi asam, H-Nu


b, Reaksi dengan Menggunakan Pereaksi Basa, Nu:

c. Reaksi dengan Pereaksi Grignard


BAB X

ALDEHIDA DAN KETON

10.1 STUKTUR GUGUS KARBONIL

Jika karbon karbonil mengikat satu atau dua atom hidrogen dan tidak lebih
satu gugus alkil akan menghasilkan senyawa aldehida. Senyawa keton dibentuk bila
karbon karbonil mengikat dua gugus alkil.

Gugus karbonil menentukan sifat-sifat kimia aldehida dan keton. Aldehida dan
keton menunjukkan sifat-sifat yang mirip, perbedaan struktur memberikan akibat
sifat-sifat yang berbeda pula: (a) aldehida sangat mudah teroksidasi; (b) aldehida
biasanya lebih reaktif daripada keton terhadap adisi nukleofil.

Konfigurasi elektron atom karbon:

Hibridisasi satu orbital 2s dengan dua orbital 2p menghasilkan tiga orbital


hibrida sp2 yang ekuivalen sedangkan satu orbital 2p tidak mengalami hibridisasi.

Sudut ikat antara karbon-karbon dan karbon-karbonil sekitar 1200.

Karena ikatan rangkap dua karbon-oksigen terbentuk dari dua atom yang
berbeda elektronegativitasnya (karbon dan oksigen), maka elektron pada kabut π
terbagi tidak sama. Polaritas ikatan rangkap karbon-oksigen dapat dinyatakan sebagai
berikut
Ikatan polar: elektron tidak terbagi sama antara karbon dan oksigen

10.2 PENAMAAN

Aldehida

a. Nama Umum

Nama-nama aldehida sederhana diturunkan dari nama-nama umum asam


karboksilat yang sesuai. Akhiran –at dari nama asam karboksilat diganti dengan
aldehida. Contoh: Asam format, HCOOH, aldehida yang sesuai, HCHO,
formaldehida. Hal yang sama, CH3CHO diberi nama asetaldehida yang diturunkan
dari asam asetat, CH3COOH. Contoh senyawa aldehida:

b. Nama IUPAC
Penamaan berasal dari alkana dengan mengganti huruf akhir –a diganti dengan
–al. Nama pokok senyawa dengan menentukan rangkaian karbon yang paling
panjang yang masih mengandung gugus aldehida. Bila terdapat substituen diberi
nomor dan C-1 sebagai karbon yang mengikat gugus aldehida.

Keton

a. Nama Umum

Gugus aril yang terikat pada gugus karbonil dengan menambah kata keton.
Senyawa keton sederhana, diberi nama aseton.
b. Nama IUPAC
Penamaan keton berasal dari alkana dengan mengganti huruf –a pada akhir
nama alkana dengan kata –on. Contoh:

10.3 SIFAT-SIFAT FISIKA ALDEHIDA DAN KETON

Aldehida dan keton mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada alkena karena
aldehida dan keton lebih polar dn gaya tarik dipol-dipol antara molekul-molekul
besar. Namun aldehida dan keton titik didihnya lebih rendah dari alkohol, tidak sperti
alkohol, dua gugus karbonil tidak dapat mengadakan ikatan hidrogen.

Formaldehida (metanol), merupakan anggota aldehida yang paling sederhana,


berwujud gas (titik didih -210C) dan mudah larut dalam air yang membentuk hidrat,
HO-CH2-OH;, formaldehida mudah mengalami polimerasi membentuk dua senyawa
bentuk padat: paraformaldehida dan trimer trioksana berbentuk siklis.

Asetaldehida (etanal), titik didih 210C, merupakan senyawa induk untuk


menghasilkan asam asetat. Asetaldehida mudah membentuk trimer, paraaldehida,
yang mendidih pada 1250C. Paraformaldehida bila dipanaskan dengan sedikit asam
akan menghasilkan asetaldehida.

1.4 PEMBUATAN ALDEHIDA DAN KETON

1. Oksidasi Alkohol

2. Pemutusan Ikatan Rangkap Karbon-karbon dengan Ozon

3.Oksidasi Glikol dengan Asam Peryodat

4. Hidrasi terhadap Alkuna

Keton dari nitrii

Pereaksi organomagnesium dapat juga bereaksi dengan nitril menghasilkan


keton. Reaksi keseluruhan dapat ditulis sebagai berikut.

10.5 REAKS-REAKSI ALDEHIDA DAN KETON

1. Hidrasi

2. pembentukan sianohidrin

3. pembentukan Asetal

4. Adisi Natrium Bisulfit

5. adisi Pereaksi Grignard

6. Oksidasi terhadap Aldehida

7. Reduksi

8. Reaksi Cannizzaro

9. Aldol Kondensasi

10. Reaksi Haloform


BAB XI

ASAM KARBOKSILAT

Gabungan gugus karbonil dan gugus hidroksil pada atom karbon yang sama
disebut gugus Karboksil. Senyawa yang mengandung gugus karboksil ditengarai
bersifat asam hingga senyawa disebut asam karboksilat.

1.1 PENAMAAN
A. Nama Umum
B. Nama IUPAC

Senyawa diberi nama dengan mengganti kata akhir alkana dengan asam-oat.
Sedangkan penamaan asam tidak jenuh menggunakan nama alkena dengan kata asam-
oat.

11.2 STRUKTUR DAN SIFAT-SIFAT FISIKA ASAM KARBOKSILAT

Struktur yang paling stabil asam format sebagai berikut:

Titik Didih

Asam karboksilat yang berat molekulnya hampir sama dengan alkohol,


aldehida, atau keton mendidih pada suhu yang lebih tinggi. Contoh, asam format (b.m
46) mendidih pada 100,50, sedangkan etanol (b.m 46) mendidih pada 780 dan
asetaldehida (b.m 44) mendidih pada 210.

Titik Lebur
Adanya ikatan rangkap (khususnya ikatan rangkap cis) dalam rantai lurus akan
menghalangi terbentuknya kisi-kisi kristal yang stabil; sehingga melebur pada suhu
yang rendah atau menurunkan titik lebur.

11.3 KEASAMAN ASAM KARBOKSILAT

Asam karboksilat merupakan senyawa yang keasaman paling tinggi dalam


kelompok senyawa yang hanya mengandung karbon, hidrogen dan oksigen. Bila
terionisasi memiliki tetapan keasaman Ka= 10-5 (pKa = 5), merupakan asam yang
lebih kuat daripada air maupun alkohol. Asam akrboksilat merupakan asam lemah;
larutan asam asetat 0,1 M dalam air hanya terionisasi 1,3%.

11.4 PENGARUH SUBSTITUEN TERHADAP KEASAMAN

Substituen yang menstabilkan muatan negatif ion karboksilat akan menaikkan


diosiasi hingga keasaman lebih kuat. Besarnya pengaruh substituen tergantung pada
jaraknya dari gugus karboksil, makin jauh substituen yang terikat pada atom karbon-α
pengaruhnya terhadap keasaman makin kecil.

11.5 PEMBUATAN ASAM KARBOKSILAT

a. Alkohol primer dan aldehida bila dioksidasi menghasilkan asam karboksilat.

b. Bila larutan kalium fermanganat encer, dingin, direaksikan dengan alkena akan
menghasilkan glikol. Bila permanganat pekat dipanaskan, maka glikol akan
teroksidasi lebih lanjut dan terjadi pemutusan ikatan karbon-karbon.

c. Cara Grignard

Melakukan reaksi adisi terhadap gugus karbonil dari aldehida, keton, dan eter,
juga dapat bereaksi dengan karbondioksida dan bila dilanjutkan dihidrolisis akan
diperoleh asam karboksilat dengan jumlah atom karbon bertambah satu.

d, Hidrolisis Nitril

Nitril alifatik dan nitril aromatik bila dihidrolisis dalam suasana asam atau
basa akan menghasilkan asam karboksilat yang sesuai.

11.6 REAKSI ASAM KARBOKSILAT


1. Pembentukan Garam Karboksilat

Asam karboksilat cepat bereaksi dengan basa anorganik, seperti ion hidroksida
atau amonia membentuk garam. Asam karboksilat bereaksi dengan larutan natrium
bikarbonat, NaHCO3, disertai lepasnya gas CO2

Tiga macam reaksi pembentukan garam:

a. Dengan natrium hidroksida, NaOH


b. Dengan natrium bikarbonat,NaHCO3
c. Dengan amonia (amoniumhidroksida)

2, Esterfikasi

Asam karboksilat bila direaksikan dengan alkohol dengan bantuan katalisator


asam akan segeera terkonversi menjadi ester. Reaksi disebut esterifikasi fischer.
Mekanisme reaksi esterifikasi merupakan reaksi substitusi asil nukleofil dengan
katalisator asam.

3. Pembentukan Asil Klorida

Selama reaksi berlangsung akan dilepaskan gas SO2, atau HCl, CO, dan CO2)
hingga produk yang dihasilakan tidak terkontaminasi.

 Pembentukan amida
 Pembentukan ester
Reaksi antara klorida dengan alkohol menghasilkan ester.
 Pembentukan asam

Klorida asam akan cepet terhidrolisis dalam kondisi baasa, seperti


NaOH atau netral, kemudian diasamkan dengan H+.

 Pembentukan Anhidrida

4, Reduksi Asam Karboksilat

Litium aluminium hidrida (LiAlH4 atau LAH) dapat mereduksi asam


karboksilat menjadi alkohol primer, ,reaksi akan membentuk aldehida tetapi aldehida
tidak dapat diisolasi dan akan mudah tereduksi menjadi alkohol. Mekanisme reaksi
reduksi yaitu litium aluminium hidrida merupakan basa kuat, dan pada langkah awal
asam akan mengalami deprotonasi. Gas hidrogen dilepaskan dan dihasilkan garam
litium.

BAB XII

AMINA

Amina merupakan kelompok senyawa penting, senyawa dengan gugus fungsi


amino terdapat dialam (alkoloid, asam-asam nukleat, protein, dan asam amino),
senyawa yang dijumpai dalam obat-obatan (amfetamin, antibiotik, dan anestetik
lokal), senyawa yang digunakan dalam industri (nilon dan zat warna) dan dijumpai
sebagai aditif dalam makanan (pemanis)

Efek yang ditimbulkan oleh alkaloid bila dikonsumsi oleh manusia dapa
mempengaruhi secara psikologis.

12.1 STRUKTUR DAN PENAMAAN

Gugus –NH2 ditunjukkan dengan awalan amino, pengikatan terhadap gugus


ini dengan atom karbon akan menghasilkan senyawa amina, (Ar) R-NH2. Contoh : R-
NH2 merupakan amina primer (10), R2NH merupakan amina sekunder (20), R3N
merupakan amina tersier (30), dan ArNH2 merupakan amina aromatik.

Penamaan

a. Nama umum
Aturan penamaan umum amina adalah mudah dengan diturunkan dari
berbagai gugus alkil dan aril yang terikat pada nitrogen dan amina. Awalan di, tri,
dan tetra digunakan untuk menyatakan adanya dua, tiga, atau empat substituen
yang sama.
b. Nama menurut IUPAC
Rantai atom karbon lurus yang paling panjang yang terikat pada gugus –NH2
merupakan nama pokok senyawa, dan dengan akhiran nama amina.
c. Penamaan lain
Senyawa yang mengandung dua gugus amino diber nama dengan menambah
akhiran –diamin setelah nama alkana atau arena yang sama.

12.2 SIFAT-SIFAT FISIKA

Elektronegativitas nitrogen dalam amina menghasilkan ikatan N-H yang


polaritasnya tinggi. Keadaan ini juga pada amina yang bersifat lebih polar daripada
alkana tetapi kurang polar bila dibanding dengan alkohol, hingga menyebabkan gaya
intermolekul tersebut pada amina lebih lemah daripada alkohol. Diantara isomer
amina primer mempunyai titik didih yang paling tinggi, dan amina tersier mempunyai
titik didih yang paling rendah.

12.3 SIFAT BASA AMINA

Sesuai dengan basa lewis, jika pasangan elektron tersebut digunakan untuk
mengikat proton, maka amina dapat juga dinyatakan sebagai basa lowry-bronsted.

Amina merupakan basa yang cukup kuat dan dapat segera bereaksi dengan
setiap asam, bahkan asam lemah seperti air ada dua kesepakatan yang digunakan
untuk mengukur sifat basa/kebasaan amina. Pertama pengertian tetapan, kebasaan, kb
untuk amina nag berkelakuan sebagai penangkap proton dari air. Kedua berkaitan
dengan kebasaan amina (R3N) dengan tetapan disosiasi asam Ka dari asam konjugat
(R3NH).

12.4 PEMBUATAN AMINA

1. Reduksi Senyawa Nitro

Reaksi menggunakan logam dalam asam; Fe, Sn, Zn. Reaksi dapat dpercepat
dengan katalisator garam, FeSO4,

2, Reduksi amida

Dalam keadaan basa kuat, amida primer dapat bereaksi dengan Cl2 atau Br2
membentuk amina dengan lepasnya atom akrbon karbonil. Reaksi ini disebut
tataulang Hofmann .
3. Reduksi nitril
Nitril bila reduksi dengan LiAlH4 menghasilkan amina primer. Reduksi
dapat dilakukan dengan hidrogenasi katalitik.
4. Reduksi senyawa nitrogen tak jenuh
Reaksi aldehida dan keton dengan turunan amonia (G-NH2) menghasilkan
berbagai senyawa: imina dan oxima. Bila imina dan oxima direduksi menghasilkan
amina yang dihasilkan amina primer, sekunder, dan tersier.

12.5 REAKSI

1. Pembentukan Garam

2. alkilasi

3. Konversi Amina Menjadi Turunan Amida

4. Reaksi amina dengan Asam Nitrit

Reaksi/tataulang Hofmann

Amida primer dapat langsung diubah menjadi amina dengan menggunakan


Na-hipobromit (Br2/NaOH) atau Na-hipoklorit (Cl2/NaOH). Reaksi melalui
pembentukan isosianat.

Anda mungkin juga menyukai