Anda di halaman 1dari 43

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur tidak henti-hentinya kita panjatkan kehadirat Allah

Swt yang telah memberikan rahmat, nikmat dan anugerah-Nya sehingga Laporan

Praktikum Teknologi Pasca Panen ini dapat terselesaikan dengan baik, meski jauh

dari kata sempurna.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan terlihat dalam proses pembuatan Laporan Praktikum Teknologi

Pasca Panen ini, terkhusus kepada Ibu Ir. Hj. T. Rosmawaty, M.Si dan Ibu Dr.

Dewi Fortuna Ayu, S.TP. M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi

Pasca Panen serta kepada abang Rahmad Hidayat, SP selaku asisten dosen

Teknologi Pasca Panen. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang

tua dan teman-teman yang membantu dalam proses menyelesaikan Laporan

Praktikum Teknologi Pasca Panen ini.

Demikianlah Laporan Praktikum Teknologi Pasca Panen ini, saya buat

dengan sepenuh hati. Tidak lupa kritik dan saran kami harapkan agar laporan ini

dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi semua dan

terkhusus bagi selaku penulis. Terima Kasih.

Pekanbaru, 20 Mei 2019

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... v

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Tujuan Praktikum ............................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 6

III. BAHAN DAN METODE ........................................................................ 19

A. Tempat dan Waktu ............................................................................. 19

B. Bahan dan Alat ................................................................................... 19

C. Jenis Data ........................................................................................... 19

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 21

A. Pemanenan Kelapa Sawit ................................................................... 21

B. Pengolahan Pasca Panen .................................................................... 23

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 33

A. Kesimpulan ........................................................................................ 33

B. Saran .................................................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 34

LAMPIRAN .................................................................................................... 36
iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Fruit Cages .................................................................................... 24

Gambar 2. Stasiun Perebusan .......................................................................... 26

Gambar 3. Pemurnian Minyak ........................................................................ 31


iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan .......................................................................... 36

Lampiran 2. Dokumetasi ................................................................................. 37

Lampiran 3. Biodata ........................................................................................ 40


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelapa sawit adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,

minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan

keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi

menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa

sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur

Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Kelapa sawit juga mampu membasmi kolesterol jahat di dalam tubuh,

dengan syarat cara mengkonsumsinya harus benar karena jika berlebihan justru

akan menjadi sumber kolesterol itu sendiri. Manfaat kelapa sawit lainnya adalah

mencegah penyakit kanker dan memberikan perlindungan kepada otak sehingga

kinerja otak bisa terjaga baik.

Kandungan vitamin A yang ada dalam kelapa sawit akan sangat

bermanfaat untuk kesehatan mata, termasuk mencegah katarak. Sebagai sumber

energi, kelapa sawit ternyata juga dipercaya berfungsi sebagai multivitamin yang

dapat menambah energi pada tubuh Anda sehingga tidak mudah letih dan siap

untuk beraktivitas setiap hari.

Data menunjukkan, pada tahun 2018 lalu, pembelian TBS PTPN V kepada

petani mencapai 1,3 juta ton dan menghasilkan 250ribu ton dan CPO. Sementara

produksi kebun inti juga menghasilkan 290 ribu ton. Sehingga tahun lalu

Perusahaan mampu menghasilkan 590ribu ton CPO.

Provinsi Riau merupakan daerah yang memiliki potensi lahan perkebunan

kelapa sawit setiap tahunnya mengalami peningkatan, berdasarkan data dari BPS
2

(2012), luas areal perkebunan kelapa sawit di Riau 1.530.153,39 Ha, dan

terus bertambah setiap tahunnya. Tahun 2007 menjadi 1.612.381,60 Ha, tahun

2008 menjadi 1.673.551,37 Ha, tahun 2009 menjadi 1.925.341 Ha dan mencapai

2.103.175 Ha tahun 2010. Banyaknya luas areal perkebunan sawit di Riau

memberi dampak terhadap produksi Crude Palm Oil (CPO) yang juga sebagai

produsen CPO terbesar Indonesia yang mengalami peningkatan setiap tahunnya

mencapai produksi CPO 6.293.542 ton tahun 2010 (Eriyati & Rosyetti, 2012)

Namun, kelapa sawit Riau menghadapi permasalahan dan situasi

ketidakpastian yang terkait dalam tata kelola kelapa sawit, dukungan infrastruktur,

kapasitas pengolahan kelapa sawit yang kurang serta menghadapi permasalahan

berbagai isu berkelanjutan dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan di Riau.

Berkelanjutan (suistanability) merupakan melakukan pemenuhan kebutuhan saat

ini tanpa harus mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi

kebutuhannya dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, ekonomi dan sosial

politik (The Brundtland Report, 1987)

Permasalahan kelapa sawit secara nasional, setidaknya ada 4 masalah utama

perkebunan kelapa sawit di Indonesia, yaitu (1) Kepastian hukum tentang lahan

atau tata ruang perkebunan kelapa sawit masih menjadi kendala utama. Masih

banyak masalah tumpang tindih lahan yang belum terselesaikan hingga kini.

Bahkan penetapan RT/RW baru di beberapa provinsi telah mengakibatkan

pengurangan lahan karena terindikasi masuk dalam kawasan hutan. (2) Wacana

Pemerintah Indonesia untuk memoratorium penanaman kelapa sawit menjadi

ancaman tersendiri. Dampaknya adalah perkembangan industri minyak kelapa

sawit di dalam negeri menjadi sulit bergerak. (3) Industri kelapa sawit masih

belum memperoleh dampak yang signifikan dari program deregulasi sebab belum
3

ada program untuk industri kelapa sawit secara konkret. Faktanya pemerintah

sendiri telah melakukan deregulasi beberapa aturan tentang kelapa sawit, yang di

sisi lain justru dapat menghambat perkembangan industri ini. (4) Kasus kebakaran

lahan perkebunan kelapa sawit masih menjadi ancaman yang serius sebab

dampaknya sangat luas hingga mempengaruhi negara lain. Masalah ini kini

dikategorikan sebagai tindakan pidana, di mana pelakunya dapat diproses secara

hukum. Padahal sebenarnya kasus kebakaran hutan pun dapat terjadi secara alami.

Teknik pasca panen adalah pemanfaatan ilmu teknik dalam kegiatan

pensortiran, pengemasan, pengaturan temperatur, transportasi, dan penyimpanan

sementara bahan biologis pertanian. Aktivitas pasca panen melindungi kualitas

produk pertanian yang dipanen. Pensortiran misalnya, diperlukan agar mengetahui

apakah produk memenuhi kriteria standar kualitas untuk dipasarkan, dan

memisahkan antara bahan yang berbeda kualitasnya. Secara singkat, pasca panen

adalah aktivitas yang dilakukan terhadap hasil pertanian yang telah dipanen tanpa

mengubah susunan kimiawinya dan wujud fisiknya secara signifikan. Secara garis

besar, pemanfaatan ilmu teknik pada kegiatan pasca panen meliputi pemantauan

sifat fisik dan kimiawi bahan pertanian dan penggunaan teknologi dalam

menangani bahan pertanian setelah pemanenan. Tidak bisa dimungkiri bahwa

metode penanganan pasca panen akan sangat bervariasi karena produk pertanian

memiliki sifat fisik dan kimiawi yang sangat beragam.

Teknik penanganan pasca panen akan memaksimalkan produksi buah

sawit. Teknik ini akan menjaga kualitas produk dan mutu hasil sawit itu sendiri

hingga masa panen berikutnya. Secara umum, tanaman sawit akan berada dalam

usia produktif selama 25 tahun Teknik panen yang digunakan akan berpengaruh

dalam meningkatkan kualitas kelapa sawit. Panen buah sawit biasanya dilakukan
4

secara manual dengan menggunakan alat pemotong bisa berupa pisau dan sabit

atau gunting. Kuantitas tanaman sawit yang menurun biasanya diakibatkan dari

teknik pemanenan dan pengangkutan yang salah.

Kemudian dilakukan perontokan, perontokan adalah tindakan untuk

memisahkan buah sawit dari tandannya. Pemisahan ini biasanya sudah

menggunakan mesin. Tandan hasil pemisahan kemudian dipisahkan dan biasanya

digunakan untuk bahan pembuatan pupuk organik. Sawit yang telah terpisah dari

tandannya kemudian diangkut dan dipindahkan ke bagian pengepresan.

Pengangkutan, tandan buah sawit yang sudah dipanen harus segera dibawa

ke pabrik untuk segera diolah. Sawit yang tidak segera diolah akan menyebabkan

penurunan mutu kualitas dikarenakan asam lemak yang meningkat. Oleh karena

itu, pengangkutan buah sawit harus dilakukan sesegera mungkin. Pengangkutan

biasanya menggunakan lori, truk atau pengangkut lainnya. Yang harus

diperhatikan adalah hindari guncangan selama pengangkutan untuk menghindari

permukaan buah menjadi lecet.

Penggilingan, proses penggilingan umumnya dilakukan dengan cara

melumat sawit. Pelumatan buah sawit biasanya menggunakan mesin sejenis pisau

besar yang bergerigi.

Pisau ini berfungsi untuk mencacah sawit agar minyak yang terkandung

dalam sawit bisa keluar. Selain itu, pencacahan bertujuan untuk mencairkan

minyak yang kental.

Ekstraksi, sebuah ekstraksi merupakan langkah untuk mengeluarkan

minyak yang masih tersisa dalam ampas sawit dengan cara diperas. Pemerasan ini

dilakukan dalam mesin dengan cara menekan dan biasanya dicampur dengan air

bersuhu tinggi.
5

Pemurnian merupakan langkah terakhir dari teknik pasca panen sawit.

Pemurnian dilakukan untuk memisahkan minyak hasil kelapa sawit dari kotoran

yang masih tercampur. Pemurnian biasanya masih menghasilkan prosentase

minyak sebesar 20%. Pemurnian juga dimaksudkan untuk memisahkan antara air

dan minyak yang telah tercampur sewaktu proses pengolahan.

Minyak sawit kasar(Crude Palm Oil) merupakan minyak kelapa sawit

mentah yang diperoleh dari hasil ekstraksi atau dari proses pengempaan daging

buah kelapa sawit danbelum mengalami pemurnian. Minyak

sawitbiasanyadigunakan untuk kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik,

industri kimia,dan industri pakan ternak. Kebutuhan minyak sawit sebesar 90%

digunakan untuk bahan pangan seperti minyak goreng, margarin, shortening,

pengganti lemak kakaodan untuk kebutuhan industri roti, cokelat, es krim,

biskuit,dan makanan ringan. Kebutuhan 10% dari minyak sawit lainnya

digunakan untuk industri oleokimia yang menghasilkan asam lemak, fatty alcohol,

gliserol, danmetil esterserta surfaktan.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui dan melihat secara langsung proses pengolahan pasca

panen TBS Kelapa Sawit di PKS PTPN V Sei Galuh

2. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa yang lebih luas

mengenai pemanenan kelapa sawit serta pengolahan pasca panen kelapa

sawit
II. TINJAUN PUSTAKA

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Nigeria,

Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit

berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies

kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan Afrika. Pada kenyataannya, tanaman

kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia,

Thailand, dan Papua Nugini. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi

pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja

dan mengarah kepada kesejahteraan masyarakat, kelapa sawit juga sumber devisa

negara dan Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak kelapa sawit

(Fauzi et al., 2008)

Tanaman kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan

berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa

sawit dari lapisan luar sebagai berikut : 1) Kulit buah yang licin dan keras

(epicarp). 2) Daging buah (mesocarp) terdiri atas susunan serabut (fibre) dan

mengandung minyak. 3) Kulit biji (cangkang/tempurung), berwarna hitam dan

keras (endocarp). 4) Daging biji (mesoperm), berwarna putih dan mengandung

minyak. 5) Lembaga (embrio). Lembaga yang keluar dari kulit biji akan

berkembang ke dua arah : 1) Arah tegak lurus ke atas (fototrophy), disebut

plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun kelapa sawit. 2) Arah

tegak lurus ke bawah (geotrophy), disebut radikula yang selanjutnya akan menjadi

akar (Sunarko, 2009).

Kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut Divisi : Embryophita

Siphonagama, Kelas : Angiospermae, Ordo : Monocotyledonae, Famili :


7

Arecaceae, Subfamily : Cocoideae, Genus : Elaesis, Species : 1) Elais

guineensis Jacq, 2) E. oleifera, 3) E. odora. (Pahan, 2008)

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan saat ini terdiri dari dua jenis

yang umum ditanam yaitu E. guineensis dan E. oleifera. Antara dua jenis tersebut

mempunyai fungsi dan keunggulan di dalamnya. Jenis E. guineensis memiliki

produksi yang sangat tinggi sedangkan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang

rendah. Banyak orang sedang menyilangkan kedua spesies ini untuk mendapatkan

spesies yang tinggi produksi dan gampang dipanen. Jenis E. oleifera sekarang

mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik

yang ada. Kelapa sawit Elaeis guinensis Jacq merupakan tumbuhan tropis yang

berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini dapat tumbuh di luar daerah asalnya,

termasuk Indonesia. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi

pembangunan nasional (Syahputra, 2011).

Faktor yang berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit yang tinggi

adalah faktor pembibitan. Untuk memperoleh bibit yang unggul maka harus

dilakukan dari tetuanya yang unggul pula. Selain dari tetua yang unggul hal yang

harus diperhatikan dalam proses pembibitan yaitu pemeliharaan yang meliputi

penyiraman , pemupukan (pupuk dasar) dan pengendalian OPT yang mengganggu

selama pembibitan kelapa sawit. Didalam teknik dan pengelolaan pembibitan

kelapa sawit untuk mendapatkan kualitas bibit yang baik, ada 3 (tiga) faktor utama

yang menjadi perhatian: 1) Pemilihan jenis kecambah/bibit, 2) Pemeliharaan, 3)

Seleksi bibit (Agustina, 2010).

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang

memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan penyumbang devisa terbesar bagi negara

Indonesia dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya. Setiap tanaman


8

memiliki morfologi yang berbeda-beda cirinya dan fungsinya yang dijual.

Tanaman kelapa sawit secara morfologi terdiri atas bagian vegetatif (akar, batang,

dan daun) dan bagian generatif (bunga dan buah) (Sunarko, 2007).

Tanaman kelapa sawit termasuk kedalam tanaman berbiji satu (monokotil)

yang memiliki akar serabut. Saat awal perkecambahan, akar pertama muncul dari

biji yang berkecambah (radikula). Setelah itu radikula akan mati dan membentuk

akar utama atau primer. Selanjutnya akar primer akan membentuk akar skunder,

tersier, dan kuartener. Perakaran kelapa sawit yang telah membentuk sempurna

umumnya memiliki akar primer dengan diameter 5-10 mm, akar skunder 2-4 mm,

akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3. Akar yang paling aktif menyerap

air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener berada di kedalaman 0-60cm

dengan jarak 2-3 meter dari pangkal pohon (Lubis dan Agus, 2011).

Pada batang kelapa sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium dan

umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah pafe muda terjadi

pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia. Batang

tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun, bunga,

dan buah). Kemudian fungsi lainnya adalah sebagai sistem pembuluh yang

mengangkut unsur hara dan makanan bagi tanaman. Tinggi tanaman biasanya

bertambah secara optimal sekitar 35-75 cm/tahun sesuai dengan keadaan

lingkungan jika mendukung. Umur ekonomis tanaman sangat dipengaruhi oleh

pertambahan tinggi batang/tahun. Semakin rendah pertambahan tinggi batang,

semakin panjang umur ekonomis tanaman kelapa sawit (Sunarko, 2007).

Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman.

Bentuk daun, jumlah daun dan susunannya sangat berpengaruhi terhadap tangkap

sinar mantahari. Pada daun tanaman kelapa sawit memiliki ciri yaitu membentuk
9

susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun kelapa

sawit disanggah oleh pelepah yang panjangnya kurang lebih 9 meter. Jumlah anak

daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helai sesuai dengan jenis tanaman kelapa

sawit. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah

daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan

membentuk spiral. Pohon kelapa sawit yang normal biasanya memiliki sekitar 40-

50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang berumur

5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara

20-25 helai. Semakin pendek pelepah daun maka semakin banyak populasi kelapa

sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi prokdutivitas

hasilnya per satuan luas tanaman (Lubis dan Agus, 2011).

Tanaman kelapa sawit akan mulai berbunga pada umur sekitar 12-14

bulan. Bunga tanaman kelapa sawit termasuk monocious yang berarti bunga

jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama.

Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk silang ataupun menyerbuk sendiri karena

memiliki bunga jantan dan betina. Biasanya bunganya muncul dari ketiak daun.

Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk).

Biasanya, beberapa bakal infloresen melakukan gugur pada fase-fase awal

perkembangannya sehinga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun

tidak menghasilkan infloresen (Sunarko, 2007).

Buah kelapa sawit termasuk buah batu dengan ciri yang terdiri atas tiga

bagian, yaitu bagian luar (epicarpium) disebut kulit luar, lapisan tengah

(mesocarpium) atau disebut daging buah, mengandung minyak kelapa sawit yang

disebut Crude Palm Oil (CPO), dan lapisan dalam (endocarpium) disebut inti,

mengandung minyak inti yang disebut PKO atau Palm Kernel Oil. Proses
10

pembentukan buah sejak pada saat penyerbukan sampai buah matang kurang lebih

6 bulan. Dalam 1 tandan terdapat lebih dari 2000 buah (Risza, 1994). Biasanya

buah ini yang digunakan untuk diolah menjadi minyak nabati yang digunakan

oleh manusia. Buah sawit (Elaeis guineensis) adalah sumber dari kedua minyak

sawit (diekstraksi dari buah kelapa) dan minyak inti sawit (diekstrak dari biji

buah) (Mukherjee, 2009).

Pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai sekitar 15 °LU-15 °LS.

Untuk ketinggian pertanaman kelapa sawit yang baik berkisar antara 0-500 m dpl.

Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan sekitar 2.000-2.500 mm/tahun.

Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit sekitar 29-30 °C. Intensitas

penyinaran matahari yang baik tanaman kelapa sawit sekitar 5-7 jam/hari.

Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 % untuk pertumbuhan tanaman.

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah Podzolik, Latosol,

Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Kelapa sawit menghendaki tanah

yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang

dalam tanpa lapisan padas. Untuk nilai pH yang optimum di dalam tanah adalah

5,0–5,5. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada keadaan

tanaman dan ketersediaan hara di dalam tanah, Semakin besar respon tanaman,

semakin banyak unsur hara dalam tanah (pupuk) yang dapat diserap oleh tanaman

untuk pertumbuhan dan produksi (Arsyad, 2012).

Kelapa sawit dapat hidup di tanah mineral, gambut, dan pasang surut.

Tanah sedikit mengandung unsur hara tetapi memiliki kadar air yang cukup

tinggi. Sehingga cocok untuk melakukan kebun kelapa sawit, karena kelapa sawit

memiliki kemampuan tumbuh yang baik dan memiliki daya adaptif yang cepat

terhadap lingkungan. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak


11

lebih dari sekitar 15°. Kemampuan tanah dalam meyediakan hara mempunyai

perbedaan yang sangat menyolok dan tergantung pada jumlah hara yang tersedia,

adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia untuk

mencapai zona perakaran tanaman (Lubis dan Agus, 2011)

Pembibitan awal merupakan kegiatan lapangan yang bertujuan untuk

mempersiapkan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah disiapkan sekitar satu

tahun sebelum tanam. Persiapan pembibitan utama membutuhkan waktu yang

cukup lama sehingga persiapannya harus dimulai bersamaan dengan persiapan

persemaian. Tahapan pekerjaan yang harus dilakukan dalam persiapan areal

pembibitan yaitu memilih lokasi pembibitan, pembukaan lahan, persiapan

persemaian, perawatan persemaian, dan penanaman (Lubis dan Agus, 2011).

Pembibitan awal dilakukan selama kurang lebih 3 bulan, pada pembibitan

awal kecambah ditanam pada polybag berukuran 14 x 22 cm dengan tebal 0,10

mm, polybag dilubangi untuk perembesan kelebihan air pada waktu penyiraman

bibit. Tanah untuk mengisi polybag harus digemburkan terlebih dahulu, setelah

polybag diisi lalu disusun di bedengan dengan ukuran 160 cm dan panjang

disesuaikan dengan keadaan tanah. Jarak antar bedengan 80 cm berfungsi untuk

pemeliharaan, pengawasan, dan pembuangan air yang berlebihan saat penyiraman

atau waktu hujan. Pada tahap pembibitan awal, naungan atas pelindung bisa

berupa pohon hidup atau naungan yang terbuat dari daun kelapa sawit. Naungan

ini dipertahankan sampai kecambah berdaun 2-3 helai (Setyamidjaja, 2006).

Berdasarkan struktur tubuh dan cara menginfestasi akar, mikoriza dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Jenis

cendawan endomikoriza memiliki jaringan hifa yang masuk ke dalam sel korteks,

membentuk struktur yang khas seperti oval yang disebut vesikular atau bercabang
12

yang disebut arbuskular. Dengan demikian, jenis cendawan endomikoriza tersebut

pula sebagai cendawan mikoriza arbuskular atau mikoriza vesikular. Jenis

ektomikoriza memiliki jaringan hifa yang tidak masuk sampai ke sel korteks,

tetapi berkembang diantara sel tersebut membentuk mantel pada permukaan akar.

Ciri-ciri lain dari cendawan endomikoriza adalah tidak memiliki batang tubuh dan

tidak dapat diperbanyak tanpa tanaman inang, sedangkan cendawan ektomikoriza

memiliki batang tubuh dengan bentuk dan warna yang beragam dan dapat

diperbanyak tanpa tanaman inang (Rao dan Shuba, 1994)

Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan satu atau dua tahap

kegiatan. Pembibitan pertama yaitu kecambah kelapa sawit langsung ditanam di

polibag besar atau langsung di pembibitan utama (main nursery). Pembibitan

kedua yaitu penanaman kecambah dilakukan di pembibitan awal (prenursery)

terlebih dahulu menggunakan polibag kecil serta naungan, kemudian dipindahkan

ke main nursery ketika berumur 3 – 4 bulan menggunakan polibag yang lebih

besar. Pembibitan awal lebih banyak digunakan dan memiliki keuntungan yang

lebih besar dibandingkan dengan pembibitan utama. Jika menggunakan

pembibitan dua tahap, luasan pembibitan menjadi lebih kecil dan memungkinkan

untuk dibuat naungan. Keuntungan lainnya, penyiraman menjadi mudah, jadwal

pemupukan menjadi mudah, dan bibit terhindar dari penyinaran matahari secara

langsung sehingga risiko kematian tanaman menjadi kecil (Dalimunthe, 2009).

Pre nursery atau pembibitan awal dapat dilakukan pada bedengan-

bedengan yang tanahnya ditinggikan sampai mencapai 35 cm atau bibit di tanam

dalam polibag kecil berupa tanah bagian atas (top soil) yang sudah dibersihkan

(Sastrosayono, 2008). Ciri utama pembibitan tahap awal adalah penggunaan

kantong plastik berukuran kecil, sehingga jumlah bibit per ha areal pembibitan
13

menjadi banyak. Areal pembibitan dipilih lahan yang rata dan datar (tidak miring),

berdrainase lancar, dekat dengan sumber air, tetapi tidak rawan banjir

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Pada pre nursery bibit ditanam dan

disusun rapat sampai berumur 3 - 4 bulan. Dalam waktu 3 - 4 bulan pertama dari

pertumbuhan bibit diperlukan naungan agar intensitas cahaya yang diterima bibit

sekitar 40% (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Bibit ditanam pada

kantong plastik kecil berukuran 14 x 22 cm rata dengan tebal 0.07 mm. Tanah

yang diisikan adalah tanah atas (top soil) yang disaring. Kecambah yang ditanam

dengan plumula menghadap keatas dan radikula ke bawah sedalam 2 - 3 cm.

Pembibitan awal merupakan tahap yang menentukan keberhasilan dalam

pengelolaan bahan tanaman selanjutnya (PPKS, 2003). Pemeliharaan bibit di

pembibitan awal dilakukan dengan pengisian dan penyusunan polibag, alih tanam,

penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit

dan seleksi bibit (Pahan, 2010).

Pada pembibitan utama (main nursery) bibit dari pembibitan awal

dipindahkan ke kantong plastik yang lebih besar berukuran 40 x 50 cm pada umur

sekitar empat bulan (Sastrosayono, 2008). Pelaksanaan transplanting dari

pembibitan awal ke pembibitan utama merupakan tahap krusial dan memerlukan

perhatian yang lebih (PPKS, 2003). Pada main nursery bibit diletakkan dengan

jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm atau dalam 1 ha berisi sebanyak 12 000 bibit.

Pemeliharaan bibit di pembibitan utama hampir sama dengan pembibitan awal

dilakukan dengan pengisian dan penyusunan polibag, alih tanam, penyiraman,

pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi

bibit (Pahan, 2010).


14

Kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan produksi

akibat bersaing dalam pengambilan air, hara, sinar matahari, dan ruang hidup.

Gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian

gulma, mengganggu pertumbuhan tanaman, menjadi inang bagi hama,

mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan. Untuk

mengurangi segala bentuk kerugian adanya gulma maka dengan demikian

diperlukan tindakan pengendalian gulma. (Pahan, 2008)

PT. Perkebunan Nusantara V merupakan salah satu perusahaan

perkebunan besar mihk negara atau Badan Usaha Milik Negara ( B U M N ) .

Pada mulanya perusahaan ini berasal daii perusahaan asing (Belanda) yakni

Rubber Culture Maat Chappij Admsterdam. Kemudian berdasarkan Keputusan

Pemerintah No.24/1958 dan Undang-Undang No.86/1959 diambil alih oleh

pemerintah Republik Indonesia dalam rangka nasionalisasi perusahaan asing.

(Anonimus, 2012)

Sejak dinasionalisasikan, perusahaan ini telah beberapa kali mengalami

perubahan dan perbaikan-perbaikan, dimana pada tahun 1960 Perusahaan

Perkebunan Negara (PPN) yang mengkhususkan kegiatan dibidang produksi dan

budidaya tanaman tertentu. Kesatuan-kesatuan perusahaan negara tersebut terdiri

dari Unit Aceh, Unit Sumatra Utara I - X , Unit Sumatra Selatan I - I I , Unit Jawa

Barat I - I V , Unit Jawa Tengah I - V , Unit Jawa Timur I - X . Kemudian dalam

masa perkembangannya sejak tahun 1979, aktivitas perusahaan ini mulai diperluas

dengan membuka cabang ke daerah Riau, yang mana perluasannya tersebut adalah

sebagai realisasi dan Instruksi Mentri Pertanian Republik Indonesia yang tertuang

dalam Surat Keputusan Mentri Pertanian No. 225/Mentan/1979, tertanggal 5

Maret 1979. (Anonimus, 2012)


15

Pada 1878 pembudidayaan kelapa sawit seluas 0,4 hektar dalam bentuk

percobaan dilakukan di distrik Deli oleh Deli Maatschappij. Hasil percobaan

seperti yang dilaporkan J. Kroll Manajer Deli Maatschappij cukup

menggembirakan dan bahkan produksinya lebih baik daripada di Afrika Barat

habitat asalnya. Walaupun demikian pengolahan buah masih menjadi kendala

pada waktu itu sehingga baru tahun 1911 perusahaan Belgia membuka usaha

perkebunan kelapa sawit komersial pertama di Pulau Raja (Asahan) dan Sungai

Liput (Aceh). (Anonimus, 2018)

Oleh karena itu 1911 dianggap awal dari perkebunan kelapa sawit di

Indonesia. Pada tahun 1911, perusahaan Jerman juga membuka usaha perkebunan

kelapa sawit di Tanah Itam Ulu. Langkah investor Belgia dan Jerman tersebut

diikuti oleh investor asing lainnya termasuk Belanda dan Inggris. Tahun 1916

telah ada 19 perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan meningkat

menjadi 34 perusahaan pada tahun 1920. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) pertama di

Indonesia dibangun di Sungai Liput (1918) kemudian di Tanah Itam Ulu (1922).

(Anonimus, 2018)

Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara V (PTPN V) Kebun Sei Galuh

merupakan salah satu unit kerja ang dikelola PTPN V Riau, dibawah Kementrian

BUMN yang mengusahakan perkebunan kelapa sawit sebagai usaha utamanya.

PT. Perkebunan Nusantara V Sei Galuh dilengkapi pabrik pengolahan kelapa

sawit yang menghasilkan minyak sawit atau CPO dan mengirim inti sawit untuk

diolah dipabrik kebun lain. Menghasilkan pupuk organik yang diperoleh dari

pelapukan tandan kosong yang merupakan limbah pabrik. Pupuk ini biasa disebut

dengan pupuk tandan kosong kelapa sawit (tangkos). (Hutagol, 2014)


16

PT. Perkebunan Nusantara V merupakan BUMN perkebunan yang didirikan

tanggal 11 maret 1996 sebagai hasil konsolidasi kebun pengembangan PTP II,

PTP IV, dan PTP V di Provinsi Riau. Secara efektif perusahaan mulai beroperasi

sejak tanggal 9 April 1996 dengan kantor pusat di Pekanbaru. Landasan hukum

perusahaan ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No.10 tahun 1996 tentang penyetoran modal negara republik indonesia untuk

pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara V. (Hutagol,

2014)

Stasiun Penerimaan Buah / Sortasi / Fruit Reception Station, stasiun ini

Sebagai tempat penerimaan dan penimbunan Tandan Buah Segar (TBS) sebelum

diolah dan diproses lebih lanjut di Pabrik Minyak Sawit serta proses pengisian ke

cages, dan tempat melakukan sortasi buah sawit. Sterilizer Station, merebus buah

sawit secara optimal dengan waktu, tekanan, suhu, dan sistem perebusan sesuai

standar. Thressing Station, melepaskan atau merontokkan brondolan buah sawit

dari tandan kelapa sawit. Peralatan utama yaitu: Thresser Drum, pada thresser

drum terdapat plat kisi-kisi yang berfungsi untuk membanting tandan buah agar

brondolan buah dapat rontok dan selanjutnya masuk ke mesin digester dan screw

press. Pressing Station, sebagai pemeras (mem-press buah sawit) CPO dari

brondolan matang yang telah dilepaskan dari tandannya. (Anonimus, 2016)

Clarification Station, untuk memisahkan minyak dari kotoran dan unsur-

unsur lain yang dapat menguarangi kualitas CPO dengan mengupayakan

kehilangan minyak seminimal mungkin. Kernel Station, untuk mengolah ampas

yang terdiri dari serabut dan biji. Serabut dijadikan bahan bakar ketel uap (boiler

fuel) , sedangkan biji diolah lebih lanjut di Nut Cracker / Ripple Mill. Water

Treatment Station, mengurangi atau menghilangkan garam dan kotoran dan gas
17

yang terlarut maupun tidak terlarut dalam air. Air yang masuk ke dalam boiler

(ketel uap) juga harus melalui water treatment station ini. (Anonimus, 2016)

Stasiun Ketel Uap (Boiler Station), Ketel uap merupakan suatu alat

konversi energi yang merubah Air menjadi Uap dengan cara pemanasan dan panas

yang dibutuhkan air untuk penguapan diperoleh dari pembakaran bahan bakar

pada ruang bakar ketel uap. Uap (energi kalor) yang dihasilkan ketel uap dapat

digunakan pada semua peralatan yang membutuhkan uap di pabrik kelapa sawit,

terutama turbin. (Anonimus, 2012)

Berdasarkan hasil penelitian Nina Yuniva (2010), analisa dilakukan

selama 4 hari untuk mengetahui mutu CPO yang telah diolah dan akan dikirim

oleh Pabrik kelapa Sawit Tandun. Dari hasil analisa diperoleh kadar asam lemak

bebas (ALB) didapat 3,44%, 3,54%, 3,64%, 3,68% dengan rata-rata 3,57%.

Analisa kadar air didapat 0,16 %, 0,18% , 0,19% dan 0,23% dengan rata-rata

0,19%. Sedangkan analisa kadar zat pengotor didapat 0,018%, 0,019%, 0,020%,

0,026% dengan rata-rata 0,021%. b.Hasil analisa yang diperoleh di laboratorium

Pabri Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara-V Tandun Kabupaten Kampar

telah memenuhi standar yang ditetapkan PKS Tandun yaitu dengan standar kadar

asam lemak bebas (ALB) antara 3,00 – 4,5 %, kadar air antara 0,16 – 0,25 % dan

kadar zat pengotor antara 0,01 – 0,04 %.

Berdasarkan hasil penelitian M Fajar Wulan D (2014), Standar proses

pengendalian mutu yang dilakukan PT. Buana Wirasubur Sakti sebenarnya telah

baik. Akan tetapi dalam penerapannya terdapat bebrrapa poelanggaran yang

terjadi saaat pelaksanaannya. Pelanggaran tersebut antara lain: Stasiun Penerima

Buah, terkadang buah yang diterima di stasiun penerima buah adalah buah yang di

bawah standar yang ditetapkan oleh pabrik, hal ini terpaksa dilakukan agar
18

perusahaan tetap berproduksi. Stasiun Penggilingan dan Pemerasan, Komposisi

air yang dimasukkan ke dalam mesin penggilingan dan pemerasan terlalu banyak.

Sehingga CPO yang dihasilkan memiliki kandungan air yang tinggi.

Penampungan, Penampungan CPO hasil produksi hanya disimpan di dalam

sebuah tanki berkapasitas 150.000 liter. Sehingga, kadar CPO yang dihasilkan

setiap kali produksi dapat berubah-ubah apabila sampai di tempat penampungan

akhir. berada di luar batas normal yang ditetapkan oleh BSN. Akan tetapi pada

kadar air terdapat 16 sampel berada di atas standar yang ditetapkan oleh BSN

yaitu 0,5%.

Berdasarkan hasil penelitian Novia Larasati (2016), bahwa dari hasil

analisa ekonomi pabrik CPO dan PKO dari buah kelapa sawit didapatkan IRR

45% yang mengindikasikan bahwa pabrik layak untuk didirikan dengan suku

bunga 12% dan waktu pengembalian modal (pay out period) selama 2,6 tahun.

Perhitungan analisa ekonomi didasarkan pada discounted cash flow. Dengan

modal untuk pendirian pabrik menggunakan rasio 60% modal sendiri dan 40%

modal pinjaman. Modal total yang dibutuhkan untuk mendirikan pabrik adalah

sebesar Rp. 211.001.470.206 dan laba bersih yaitu sebesar Rp. 112.838.149.952.

Sedangkan Break Event Point (BEP) yang diperoleh adalah sebesar 36,53%.
III. BAHAN DAN METODA

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini di laksanakan di PKS PTPN V Sei Galuh, Jalan Garuda Sakti

KM-21, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau. Waktu praktikum di

laksanakan pada tanggal 2 Mei 2019 dimulai dari pukul 07.00 s/d 15.00 WIB

(Lampiran 1).

B. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah kelapa sawit.

Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah kamera, pena, dan buku.

C. Jenis Data

1. Data Primer

Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan

langsung di lapangan dengan asisten kepala, asisten divisi, mandor dan

karyawan serta pihak yang berasal dari PTPN V Sei Galuh terkait dalam

membantu pengumpulan data untuk pembuatan laporan ini.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi

kepustakaan dengan bantuan media cetak dan media internet serta catatan

lapangan. Sumber data sekunder merupakan sumber data tidak langsung yang

mampu memberikan data tambahan serta penguatan terhadap data penelitian.

3. Data Tersier

Bahan-bahan penunjang lain yang ada relevansi nya dengan pokok

permasalahan , memberikan informasi, petunjuk dan penjelasan terhadap data

primer dan sekunder, dapat dijadikan bahan analisa terhadap penerapan


20

kebijakan data di lapangan, seperti hasil penelitian, bulletin majalah,

artikel-artikel di internet dan bahan-bahan lainnya yang siftanya seperti karya

ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Meleong, 2010: 186).

Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin,

artinya pertanyaan yang dilontarkan tidak terpaku pada pedoman

wawancara dan dapat diperdalam maupun dikembangkan sesuai dengan

situasi dan kondisi lapangan.

2. Observasi

Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan

data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan

langsung di lapangan. Peneliti berada ditempat itu, untuk mendapatkan

bukti-bukti yang valid dalam laporan yang akan diajukan. Observasi

adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi

sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mengamati secara

langsung dengan melihat perkebunanan kelapa sawit sampai pengolahan

Tandan Buah Segar kelapa sawit di PKS


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemanenan Kelapa Sawit

Pemanenan tanaman kelapa sawit adalah pemotongan tandan buah segar

dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan meliputi:

penentuan kriteria panen, kerapatan panen, rotasi panen, peramalan produksi

penyediaan tenaga pemanen, organisasi panen, pengumpulan hasil, pengangkutan

panen, dan pengawasan panen (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2009).

Sebelum melakukan panen terdapat persiapan panen yang perlu dilakukan

untuk memaksimalkan potensi produksi, meminimalkan loses dan meningkatkan

efisiensi. Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan persiapan panen meliputi

penghitungan angka kerapatan serta perkiraan produksi, menghitung tenaga panen

yang dibutuhkan, menentukan hancak pemanen dan mengatur pusingan serta

rotasi panen.

Peramalan Angka Kerapatan dan Produksi. Peramalan angka kerapatan

dan taksasi produksi merupakan hal pertama yang dilakukan sebelum

melaksanakan panen. Melalui peramalan angka kerapatan panen, asisten afdeling

dapat mengetahui estimasi produksi esok hari dan dapat menyesuaikan dengan

produksi per hari yang ingin dicapai. Ketika kerapatan panen rendah, dapat

dilakukan panen lebih dari satu seksi pada hari tersebut untuk tetap mengejar

target produksi harian.

Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam persiapan pelaksanaan pemanenan

yaitu persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga pemanenan, pembagian seksi

potong buah dan penyediaan alat-alat kerja.


22

Beberapa hal yang harus dilakukan sebelum potong buah :


 Perbaikan jalan dan jembatan , baik di main maupun collection road .
 Pembersihan piringan tanaman , “ pasar tikus / rintis” dan rintis malang /
tengah
 Pemasangan titi pasar tikus / rintis
 Pembuahan tempat pemungutan hasil ( TPH )
 Pembuatan tangga-tangga dan tapak kuda untuk areal berbukit
Seksi potong buah harus di susun sedemikian rupa sehingga blok yang

akan di panen setiap hari menjadi terkonsentrasi ( tidak terpencar-pencar ) . Selain

itu juga harus di hindari adanya potongan-potongan ancak panen agar satu seksi

selesai pada satu hari . Hal ini bertujuan untuk mempermudah kontrol pekerjaan ,

meningkatkan output karyawan potong buah , meningkatkan efisiensi transportasi

buah , dan memudahkan pengaturan keamanan produksi . Jumlah tenaga potong

buah per mandoran antara 20-25 orang . Jumlah mandoran per afdeling 1000 ha

maksimum tiga mandoran .

Alat-alat kerja untuk potong buah yang akan digunakan berbeda

berdasarkan tinggi tanaman . Penggolongan alat kerja dibagi menjadi tiga bagian

yaitu alat untuk memotong TBS , alat untuk bongkar muat TBS dan alat untuk

membawa TBS ke TPH . Alat untuk memotong buah / TBS yaitu dodos kecil ,

dodos besar , pisau egrek , bambu egrek dan batu asah .

Pada kriteria matang kelapa sawit, menurut buku pintar mandor budidaya

kelapa sawit , suatu areal sudah dapat di panen apabila tanaman sudah berumur 30

bulan di lapangan , 60 % pohon telah mempunyai buah yang siap panen , berat

TBS > 3 kg . Ciri tandan yang matang yaitu , warna buah orange kemerahan ,

sudah ada buah yang lepas ( membrondol ) . Berdasarkan wawancara dengan

Bapak Muhammad Setiawawan selaku karyawan PTPN V Sei Galuh bahwa setiap
23

tandan yang kita panen itu standar nya harus matang panen, yaitu harus sudah

brondol 5 alami yang jatuh langsung di piringan.

Panen dilakukan pada saat buah kelapa sawit sudah matang yaitu

kandungan minyak dalam tandan buah segar (TBS) sudah maksimal. Buah yang

tepat matang diartikan sebagai buah yang memberikan kualitas dan kuantitas

minyak maksimal. Karena itu panen buah sejauh mungkin disinkronkan dengan

saat tercapainya kondisi tepat matang tersebut. Buah kelapa sawit yang matang

ditandai dengan warna buah merah mengkilat dan buah telah membrodol.

B. Pengolahan Pasca Panen

PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar

(TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

(Kernel). Proses pengolahan kelapa kelapa sawit sampai menjadi minyak sawit

(CPO) terdiri dari beberapa tahapan yaitu:

1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)

Stasiun ini sebagai tempat penerimaan dan penimbunan Tandan Buah Segar

(TBS) sebelum diolah dan diproses lebih lanjut di Pabrik Minyak Sawit serta

proses pengisian ke cages, dan tempat melakukan sortasi buah sawit. Peralatan

utama :

a. Jembatan timbang (Weight Bridge)

Hal ini sangat sederhana, sebagian besar jenis jembatan timbang sekarang

menggunakan sel-sel beban, dimana tekanan beban menyebabkan variasi pada

sistem listrik yang diukur. Pabrik Kelapa Sawit sekarang ini pada umum nya

sudah menggunakan jembatan timbang yang terintegrasi langsung dengan sistem

komputer. TBS yang telah ditimbang kemudian diterima oleh bagian Loading
24

ramp, untuk dilakukan penyortiran. Hal ini dilakukan untuk memisahkan antara

TBS yang layak diolah atau tidak.

b. Loading Ramp

Fungsi utama dari loading ramp adalah tempat pembongkaran TBS yang

diterima pabrik untuk dilakukan penyortiran mutu tandan buah sawit dan

pengaturan proses distribusi TBS ke dalam lori-lori berdasarkan prinsip FIFO

(first in first out). Loading ramp juga berfungsi untuk memudahkan pemasukan

TBS ke dalam lori-lori dan juga sebagai tempat penampungan sementara TBS

yang diterima pabrik.

Isi lorry yang tidak merata (berat sebelah) akan menyulitkan Hoist Crane pada

saat mengangkat (miring) dan tidak jarang lorry ini terlepas kemudian jatuh dan

membahayakan pekerja lain. Isi lorry yang kurang penuh akan menurunkan

effisiensi pemakaian uap (boros), dan disamping itu akan menjadi penyebab

turunnya kapasitas rebusan.

c. Fruit Cages

Mengangkut Tandan Buah Segar ( TBS) dari loading ramp ke ketel

rebusan (sterilizer ) dan kemudian membawa Buah Sawit dari rebusan ke stasiun

penebah buah sawit (thresser).

Gambar 1. Fruit Cages


25

d. Capstand

Menarik lori buah (fruit Cages) ke sterilizer dan tippler. Capstand bekerja

secara hidrolik. Fungsi capstand adalah untuk menarik lori kosong ke bawah pintu

loading ramp dan juga menarik lori yang berisi TBS masuk dan keluar sterilizer

untuk diteruskan ke proses pengolahan berikutnya.

Pada stasiun ini, juga dilakukan penyortiran buah. Kualitas buah yang diterima

pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya. Jenis buah yang masuk ke PKS

pada umumnya jenis Tenera dan jenis Dura. Kriteria matang panen merupakan

faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah distasiun penerimaan TBS

(Tandan Buah Segar).

2. Stasiun Rebusan Kelapa Sawit (Sterilizer Station)

Setelah disortir, TBS yang layak olah lalu dimasukkan ke dalam lori rebusan

yang terbuat dari plat besi / baja berlubang-lubang (cage) dan langsung

dimasukkan ke dalam Sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap

air yang bertekanan antara 2.6 sampai 3.0 Kg/cm2.

Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang dapat

menurunkan kualitas minyak CPO. Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah

sawit mudah lepas dari tandannya (berondolan) dan memudahkan pemisahan

daging buah sawit dari cangkang dan inti.

Tujuan perebusan :

a. Mengurangi peningkatan asam lemak bebas.

b. Mempermudah proses pembrodolan pada threser.

c. Menurunkan kadar air.

d. Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji.
26

Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter pintu 2,1 m (hal ini

tergantung dari design yang dipakai oleh pabrik). Dalam sterilizer dilapisi

Wearing Plat setebal 10 mm yang berfungsi untuk menahan uap / steam yang

berasal dari Boiler. Dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya untuk

pembuangan air condesat agar pemanasan didalam sterilizer tetap seimbang.

Gambar 2. Stasiun perebusan

Proses perebusan ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan

menggunakan uap air yang berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton TBS.

Proses ini dapat menghasilkan condensat (cairan) yang mengandung sekitar 0.5%

minyak. Condensat ini kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit, nanti nya dapat

digunakan dalam membantu proses Pressan daging sawit.

Tandan buah yang sudah selesai direbus dimasukan ke dalam Threser, yang

berfungsi untuk memisahkan antara berondolan sawit dengan janjangan / tandan

nya, dengan menggunakan Hoisting Crane atau Fruit Elevator (hal ini tergantung

pada design yang digunakan oleh Pabrik)

TBS yang masuk kedalam pabrik selanjutnya direbus di dalam sterilizaer. Buah

direbus dengan tekanan 2,5-3 atm dan suhu 130o C selama 50-60 menit. Tujuan

perebusan TBS adalah menonaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir

pembekuan freefatty acid. Membekukan protein globulin sehingga minyak mudah


27

dipisahkan dari air mempermudah perontokan buah melunakkan buah sehingga

mudah diekstraksi.

3. Stasiun Penebah (Threshing Station)

Melepaskan atau merontokkan brondolan buah sawit dari tandan kelapa sawit.

Peralatan utama yaitu: Thresser Drum. Pada thresser drum terdapat plat kisi-kisi

yang berfungsi untuk membanting tandan buah agar brondolan buah dapat rontok

dan selanjutnya masuk ke mesin digester dan screw press.

Pada tahapan mesin Threser, buah yang masih melekat pada tandannya akan

dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan, sehingga buah tersebut

terlepas (kemudian ditampung dan dibawa oleh Fruit Conveyor ke Digester).

Tujuan mesin Threser adalah untuk memisahkan brondolan dari tangkai

tandan. Alat yang digunakan pada mesin ini adalah drum berputar (rotari drum

thresher). Hasil stripping (perontokan) tidak selalu 100%, artinya masih ada

brondolan yang melekat pada tangkai tandan, ini yang disebut dengan USB

(Unstripped Bunch). Untuk mengatasi hal ini, maka dipakai sistem “Double

Threshing”.

Sistem 'Double Thresing' bekerja dengan cara janjang kosong / EFB (Empty

Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari thresher pertama, tidak langsung dibuang,

tetapi masuk ke threser kedua, supaya sisa berondolan yang masih tertinggal dari

proses thresing pertama dapat terambil.

Selanjutnya Empty Fruit Bunch dibawa ketempat pembakaran (incinerator) dan

dapat dimanfaatkan sebagai produk sampingan, sebagai pupuk misal nya.

4. Stasiun Kempa (Pressing Station)

Proses Kempa adalah pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah

Kelapa Sawit dengan jalan pelumatan dan pengempaan. Baik buruknya


28

pengoperasian peralatan mempengarui efisiensi pengutipan minyak. Proses ini

terdiri dari :

a. Digester

Setelah buah pisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digester dengan cara

buah masuk ke Conveyor Under Threser yang fungsinya untuk membawa buah ke

Fruit Elevator yang fungsinya untuk mengangkat buah keatas masuk ke distribusi

conveyor yang kemudian menyalurkan buah masuk ke Digester. Didalam digester

tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh diputar atau diaduk dengan

menggunakan pisau pengaduk yang terpasang pada bagian poros II, sedangkan

pisau bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan buah dari digester ke

screw press. Fungsi Digester :

 Melumatkan daging buah.

 Memisahkan daging buah dengan biji.

 Mempersiapkan Feeding Press.

 Mempermudah proses di Press.

 Menaikkan Temperatur

b. Screw Press

Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah

dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buah – buah

yang telah diaduk secara bertahap dengan bantuan pisau – pisau pelempar

dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya masuk kedalam

mesin pengempa ( twin screw press ). Oleh adanya tekanan screw yang ditahan

oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubang – lubang press cage

minyak dipishkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasaiun

clarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk kestasiun kernel.


29

5. Stasiun Pemurnian Minyak Sawit (Clarification Station)

Setelah melewati proses Screw Press maka didapatlah minyak kasar / Crude

Oil dan ampas press yang terdiri dari fiber. Kemudian Crude Oil masuk ke stasiun

klarifikasi dimana proses pengolahannya sebagai berikut :

a. Sand Trap Trank

Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak, lumpur masuk

ke Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk menampung pasir.

Temperatur pada sand trap mencapai 95 0C

b. Vibro Seperator / Vibrating Sc

Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut –

serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja mesin

penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran – getaran pada Vibro kontrol

melalui penyetelan pada bantul yang di ikat pada elektromotor. Getaran yang

kurang mengakibatkan pemisahan tidak efektif.

c. Vertical Clarifier Tank (VCT)

Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran (NOS)

secara gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1 akan

berada pada lapisan atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan

tengah sedangkan NOS dengan berat jenis lebih besar dari 1 akan berada pada

lapisan bawah.

d. Oil Tank

Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat sementara Oil sebelum diolah oleh

Purifier. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil untuk

mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 95o C. Kapasitas Oil Tank 10

Ton / Jam.
30

e. Oil Purifier

Fungsi dari Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak

dengan cara sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan proses diperlukan temperatur

suhu 95o C.

f. Vacuum Dryer

Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak

produksi.

g. Sludge Tank

Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge ( bagian dari minyak

kasar yang terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh sludge seperator.

Pemanasan dilakukan dengan menggunakan sistem injeksi untuk mendapatkan

temperatur yang dinginkan yaitu 95o C.

h. Sand Cyclone / Pre- cleaner

Fungsi dari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang terkandung

dalam sludge dan untuk memudahkan proses selanjutnya.

i. Brush Strainer ( Saringan Berputar )

Fungsi dari Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut yang terdapat

pada sludge sehingga tidak mengganggu kerja Sludge Seperator. Alat ini terdiri

dari saringan dan sikat yang berputar.

j. Sludge Seperator

Fungsi dari Sludge Seperator adalah untuk mengambil minyak yangmasih

terkandung dalam sludge dengan cara sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal,

minyak yang berat jenisnya lebih kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong

keluar melalui sudut – sudut ruang tangki pisah.

k. Storage Tank
31

Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak

produksi yang dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus dibersihkan secara

terjadwal dan pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin, karena

apabila terjadi kebocoran pada pipa Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya

kadar air pada CPO.

Gambar 3. Pemurnian Minyak

6. Stasiun Pabrik Biji (Kernel Station)

Telah dijabarkan bahwasanya setelah pengepresan akan menghasilkan Crude

Oil dan Fiber. Fiber tersebut akan masuk kestasiun Kernel dan akan dijabarkan

proses pengolahannya.

a. Cake Breaker Conveyer (CBC)

Fungsi dari Cake Breaker Conveyor adalah untuk membawa dan memecahkan

gumpalan Cake dari stasiun Press ke depericarper.

b. Depericarper

Fungsi dari Depericarper adalah untuk memisahkan fiber dengan nut dan

membawa fiber untuk menjadi bahan bakar boiler. Fungsi kerjanya adalah
32

tergantung pada berat massa, yang massanya lebih ringan (fiber) akan terhisap

oleh fan tan.

c. Nut Silo

Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah

pada proses berikutnya. Bila proses pemecahan nut dengan menggunakan nut

Craker maka nut silo harus dilengkapi dengan sistem pemanasan (Heater).

d. Riplle Mill

Fungsi dari riplle Mill adalah untuk memecahkan nut. Pada Riplle Mill terdapat

rotor bagian yang berputar pada Riplle Plate bagian yang diam.

e. Claybath

Fungsi dari Claybath adalah untuk memisahkan cangkang dan inti sawit pecah

yang besar dan beratnya hampir sama. Proses pemisahan dilakukan berdasarkan

kepada perbedaan berat jenis.

f. Hydro Cyclone

Fungsi dari Hydro Cyclone adalah :

 Mengutip kembali inti yang terikut kecangkang.

 Mengurangi losis (inti cangkang) dan kadar kotoran.

g. Kernel Dryer

Fungsi dari Kernel Dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung

dalam inti produksi. Jika kandungan air tinggi pada inti akan mempengaruhi nilai

penjualan, karena jika kadar air tinggi maka ALB juga tinggi.

h. Kernel Storage

Fungsi dari Kernel ini adalah untuk tempat penyimpanan inti produksi sebelum

dikirim keluar untuk dijual. Kernel Storage pada umumnya berupa bulk silo yang

seharusnya dilengkapi dengan fan agar uap yang masih terkandung dalam inti
33

dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi dalam Storage lembab yang pada

akhirnya menimbulkan jamur kelapa sawit.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Panen merupakan salah satu tahapan dari budidaya kelapa sawit. Pemanenan

menjadi salah satu kunci penentu produktivitas kelapa sawit. Pemanenan kelapa

sawit dimuli dari pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengankutan

dari pabrik.

Panen dilakukan pada saat buah kelapa sawit sudah matang, yaitu kandungan

minyak dalam tandan buah segar (TBS) sudah maksimal. Buah yang tepat matang

diartikan sebagai buah yang memberikan kualitas dan kuantitas minyak maksimal.

Buah kelapa sawit yang matang ditandai dengan warna buah merah mengkilat dan

buah telah membrodol.

Dalam pengolahan kelapa sawit, terdapat beberapa stasiun yaitu :

a. Stasiun Penerimaan buah (Fruit Reception Station)

b. Stasiun Rebusan Kelapa Sawit (Sterilizer Station)

c. Stasiun Penebah (Threshing Station)

d. Stasiun Kempa (Pressing Station)

e. Stasiun Pemurnian Minyak Sawit (Clarification Station)

f. Stasiun Pabrik Biji (Kernel Station)

B. Saran

Sebaiknya praktikum atau pengamatan dalam bentuk kunjungan yang

berhubungan dengan suatu pabrik diharapkan masing – masing mahasiswa

mendapat safety atau pengaman agar keselamatan mahasiswa terjaga pada saat

praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 2010. Nutrisi Tanaman. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 69 hal.

Anonimus. 2018. Manfaat kelapa sawit bagi kesehatan.


http://www.bpdp.or.id/id/makanan-dan-gizi/manfaat-kelapa-sawit-bagi-
kesehatan/ . diakses pada tanggal 10 Mei 2019

Anonimus. 2017. Teknik Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit.


https://agroteknologi.id/teknik-penanganan-pasca-panen-kelapa-sawit/. Diakses
pada tanggal 13 Mei 2019

Anonimus. 2018. Kelapa Sawit. https://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit.


Diakses pada tanggal 14 Mei 2019

Anonimus. 2016. Clarification Station.


https://ivanemmoy.wordpress.com/2012/10/04/clarification-station/.
Diakses pada tanggal 14 Mei 2019

Anonimus. 2017. Fungsi dan Komponen beberapa Peralatan Pabrik Kelapa


Sawit. https://www.mesinpks.com/fungsi-dan-komponen-beberapa-peralatan-
pabrik-kelapa-sawit/. Diakses pada tanggal 13 Mei 2019

Anonimus. 2012. Ketel Uap Air. https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidih.


Diakses pada tanggal 14 Mei 2019

Anonimus. 2012. Perkembangan Mutakhir Industri Minyak Sawit Indonesia.


https://gapki.id/news/3971/perkembangan-mutakhir-industri-minyak-sawit-
indonesia. Diakses pada tanggal 14 Mei 2019

Akbar, Ali. 2015. Pemberian Mikoriza Dan Pupuk P Terhadap Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Pada Tahap Pre Nursery. Skripsi
thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
http://repository.uin-suska.ac.id/5792/3/BAB%20II.pdf. Diakses pada tanggal
13 Mei 2019

Arsyad, A. 2012. Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan Potensi Produksi Untuk


Meningkatkan Hasil Tandan Buah Segar (Tbs) Pada Lahan Marginal
Kumpeh. Media Sains, 14 (1): 29-36.

D, M Fajar Wulan. 2014. Analisis Pengendalian Mutu (Quality Control) Cpo


(Crude Palm Oil) Pada Pt. Buana Wira Subur Sakti Di Kabupaten Paser.
http://ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2014/06/ejournal%20Fajar%20(06-14-14-02-36-35).pdf.
Diakses pada tanggal 14 Mei 2019

Dalimunthe, Masra. 2009. Meraup Untung dari Bisnis Waralaba Bibit Kelapa
Sawit. Jakarta. Agromedia Pustaka
36

Eriyati & Rosyetti. Analisis Daya Saing Ekspor Komoditi Crude Palm Oil (CPO)
Provinsi Riau. Perpustakaan UNRI : Universitas Riau (2012)

Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti., I. Satyawibawa dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit.


Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal

Hadiguna, Rika Ampuh. 2013. Faktor Sukses Untuk Rantai Pasok Kelapa Sawit
di Provinsi Riau.
https://www.academia.edu/23685210/Faktor_Sukses_Untuk_Rantai_Pasok_
Kelapa_Sawit_di_Provinsi_Riau. Diakses pada tanggal 10 Mei 2019

Hutagol, SU. 2014. BAB II Gambaran Umum Perusahaan. http://repository.uin-


suska.ac.id/3708/3/BAB%20II.pdf. Diakses pada tanggal 14 Mei 2019

Ivan, E. 2012. Pengoperasian Loading Ramp.


https://ivanemmoy.wordpress.com/2012/07/18/pengoperasian-loading-
ramp/. Diakses pada tanggal 15 Mei 2019

Lubis, R.S. dan Agus W. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agro Media Pustaka.
Jakarta. 296 hal.
Mukherjee, S., dan A. Mitra. 2009. Health Effects of Palm Oil. J Hum Ecol, 26
(3): 197-203.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya. 424
hal.

Pahan I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
ke Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pamani, Azanul. 2014. Pengaruh W Waktu Sulfonasi Dalam Pembuatan


Surfaktan Mes (Methyl Ester Sulfonate) Berbasis Minyak Kelapa Sawit
Kasar (Cpo). Other thesis, Politeknik Negeri Sriwijaya.
http://eprints.polsri.ac.id/975/3/BAB%20II.pdf. Diakses pada tanggal 13 Mei
2019

Rao, N. dan S. Shuba. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman


Edisi 2. Universitas Indonesia. Jakarta. 168 hal.

Sunarko. 2009. Budi Daya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dan Sistem
Kemitraan. Agromedia Pustaka. Jakarta. 175 hal.

Syahputra, E. 2011. Weeds Assessment Di Perkebunan Kelapa Sawit Lahan


Gambut. J. Tek. Perkebunan & PSDL 1, (1): 37-42.

Setyamdjaja, D. 2006. Kelap Sawit. Yokyakarta, Kanisius. 127 hal.


37

Yuniva, Nina. 2010. Analisa Mutu Crude Palm Oil (Cpo) Dengan Parameter
Kadar Asam Lemak Bebas (Alb), Kadar Air Dan Kadar Zat Pengotor Di
Pabrik Kelapa Sawit Pt. Perkebunan Nusantara-V Tandun Kabupaten
Kampar. http://repository.uin-suska.ac.id/10499/1/2010_2010390PK.pdf.
Diakses pada tanggal 14 Mei 2019

Susanti, Unik. 20 Maret 2019. Begini Cara PTPN V Sediakan CPO untuk Energi
Baru Terbarukan. Cakaplah.
https://www.cakaplah.com/berita/baca/2019/03/20/begini-cara-ptpn-v-
sediakan-cpo-untuk-energi-baru-terbarukan#sthash.R6Hyc1r4.dpbs. Diakses
10 Mei 2019

Syahputra, E. 2011. Weeds Assessment Di Perkebunan Kelapa Sawit Lahan


Gambut. J. Tek. Perkebunan & PSDL 1, (1): 37-42.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal kegiatan praktikum

NO. Hari/Tanggal Jenis Kegiatan

1. Kamis/2 Mei 2019 - Penyuluhan serta pengenalan

PTPN V Sei Galuh

- Peninjauan ke pabrik kelapa

sawit (PKS) pengolahan TBS

hingga menjadi crude palm oil

(CPO), dan pengolahan limbah.


41

BIODATA PENULIS

Febi Sofian Hidayati merupakan nama dari penulis


laporan ini. Penulis dilahirkan di Duri, Kecamatan
Mandau Kabupaten Bengkalis pada tanggal 09
September tahun 1998. Penulis lahir dari pasangan
Bapak Decky Murieta dan Ibu Sri Fitri Yani, S.Pd
sebagai anak ke 2 dari 4 bersaudara. Penulis
menempuh pendidikan dimulai dari SDN 15 Air
Jamban (lulus tahun 2010), melanjutkan ke SMPN 1 Mandau (lulus tahun 2013)
dan SMAN 2 Mandau (lulus tahun 2016). Penulis saat ini menempuh pendidikan
di Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi Universitas Islam Riau.

Anda mungkin juga menyukai